Anda di halaman 1dari 6

Tugas:PROMOSI KESEHATAN

Dosen pengampu: Hesty wulandari,SST,M,Keb

RUMOR DAN FAKTA TENTANG KESEHATAN IBU DAN ANAK,SERTA PERAN


BIDAN MELAKUKAN PROMOSI KESEHATAN PADA IBU DAN ANAK

DISUSUN OLEH:

RIAN ANDRIANI

NIM:

POO324019089

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI

PRODI DIII KEBIDANAN

TAHUN 2020/2021
A.RESUME ARTIKEL

1.DAMPAK PERSEPSI BUDAYA TERHADAP KESEHATAN IBU DAN ANAK


DI INDONESIA

Persepsi budaya terhadap kehamilan dan persalinan.

Perawatan kehamilan merupakan salah satu faktor penting untuk di perhatikan untuk
mencegah terjadinya komplikasi kematian pada saat persalinan di samping itu juga untuk
menjaga pertumbuhandan kesehatan janin.Memahami perawatan perilaku perawatan
kehamilan adalah penting untuk mengetahui dampak kesehatan bayi dan ibu
sendiri.Kenyataanya berbagai kalangan masyarakat di indonesia,masih banyak ibu-ibu yang
menganggap kehamilan sebagai hal biasa alamiah dan kodrati.Mereka merasa tidak prlu
memeriksakan dirinya secara rutin kebidan ataupun dokter.

Permasalahan yang cukup besar pengaruhnya pada kehamilan adalah masalah gizi.
Permasalahan gizi pada ibu hamil di Indonesia tidak terlepas dari faktor budaya setempat. Hal
ini disebabkan karena adanya kepercayaan-kepercayaan dan pantangan-pantangan terhadap
beberapa makanan. Kepercayaan bahwa ibu hamil dan post partum pantang mengkonsumsi
makanan tertentu menyebabkan kondisi ibu post partum kehilangan zat gizi yang berkualitas.
Sementara, kegiatan mereka sehari-hari tidak berkurang ditambah lagi dengan pantangan-
pantangan terhadap beberapa makanan yang sebenamya sangat dibutuhkan oleh wanita hamil
tentunya akan berdampak negatif terhadap kesehatan ibu dan janin. Kemiskinan masyarakat
akan berdampak pada penurunan pengetahuan dan informasi, dengan kondisi ini keluarga,
khususnya ibu akan mengalami resiko kekurangan gizi, menderita anemia dan akan melahirkan
bayi berat badan lahir rendah. Tidak heran kalau anemia dan kurang gizi pada wanita hamil
cukup tinggi terutama di daerah pedesaan.

Budaya pantang pada ibu hamil sebenarnya justru merugikan kesehatan ibu hamil
dan janin yang dikandungnya. Misalnya ibu hamil dilarang makan telur dan daging, padahal
telur dan daging justru sangat diperlukan untuk pemenuhan kebutuhan gizi ibu hamil dan janin.
Berbagai pantangan tersebut akhirnya menyebabkan ibu hamil kekurangan gizi seperti anemia
dan kurang energi kronis (KEK). Dampaknya, ibu mengalami pendarahan pada saat persalinan
dan bayi yang dilahirkan memiliki berat badan rendah (BBLR) yaitu bayi lahir dengan berat
kurang dari 2.5 kg. Tentunya hal ini sangat mempengaruhi daya tahan dan kesehatan si bayi
Selain pada masa hamil, pantangan-pantangan atau anjuran masih diberlakukan
juga pada masa pasca persalinan. Pantangan ataupun anjuran ini biasanya berkaitan dengan
proses pemulihan kondisi fisik. Misalnya, ada makanan tertentu yang sebaiknya dikonsumsi
untuk memperbanyak produksi ASI, ada pula makanan tertentu yang dilarang karena dianggap
dapat mempengaruhi kesehatan bayi. Secara tradisional, ada praktek-praktek yang dilakukan
oleh dukun beranak untuk mengembalikan kondisi fisik dan kesehatan si ibu. Misalnya,
mengurut perut yang bertujuan untuk mengembalikan rahim ke posisi semula, memasukkan
ramuan-ramuan seperti daun-daunan kedalam vagina dengan maksud untuk membersihkan
darah dan cairan yang keluar karena proses persalinan, atau memberi jamu tertentu untuk
memperkuat tubuh. Padahal praktik-praktik tersebut sering merugikan kesehatan ibu.

Persepsi budaya terhadap pola asuh anak

Usia 1-3 tahun adalah periode emas untuk masa tumbuh kembang anak. Oleh sebab itu
sangat penting pola asuh dan status gizi anak diperhatikan oleh para orang tua. Pola asuh anak
mencakup “pola asuh makan” dan “pola asuh perawatan”. Orang tua yang mampu memberikan
pola asuh yang baik maka status gizi anaknya juga akan baik.

Pada awal-awal masa kehidupan anak yaitu usia 0-6 bulan dimana seharusnya ASI
adalah makanan utamanya yang menyehatkan, tapi masih banyak ditemukan praktik-praktik
budaya ibu yang memberikan makanan selain ASI. Pada beberapa masyarakat tradisional di
Indonesia kita bisa melihat konsepsi budaya yang terwujud dalam perilaku berkaitan dengan
pola pemberian makan pada bayi yang berbeda dengan konsepsi kesehatan modern. Sebagai
contoh, pemberian ASI menurut konsep kesehatan modern ataupun medis dianjurkan selama 2
(dua) tahun dan pemberian makanan tambahan berupa makanan padat sebaiknya dimulai
sesudah bayi berumur 6 bulan. Namun, banyak masyarakat yang sudah mem berikan makanan
kepada bayi sebelum usia 6 bulan.

Walaupun pada masyarakat tradisional pemberian ASI bukan merupakan


permasalahan yang besar karena pada umumnya ibu memberikan bayinya ASI, namun yang
menjadi permasalahan adalah pola pemberian ASI yang tidak sesuai dengan konsep medis
sehingga menimbulkan dampak negatif pada kesehatan dan pertumbuhan bayi. Disamping pola
pemberian yang salah, kualitas ASI juga kurang. Hal ini disebabkan banyaknya pantangan
terhadap makanan yang dikonsumsi si ibu baik pada saat hamil maupun sesudah melahirkan.

Pola asuh yang dipengaruhi kebiasaan atau budaya setempat tidak hanya dalam hal
makanan. Pola asuh dalam merawatan anak yang sakit juga tidak lepas dari pengaruh budaya.
Menurut Foster dan Anderson, persepsi terhadap penyebab penyakit akan menentukan cara
pengobatannya. Penyebab penyakit dapat dikategorikan ke dalam dua golongan yaitu
personalistik dan naturalistik. Penyakitpenyakit yang dianggap timbul karena adanya intervensi
dari agen tertentu seperti perbuatan orang, hantu, mahluk halus dan lain-lain termasuk dalam
golongan personalistik. Sementara yang termasuk dalam golongan naturalistik adalah penyakit-
penyakit yang disebabkan oleh kondisi alam seperti cuaca, makanan, debu dan lain-lain.
Perbedaan pandangan terhadap penyebab penyakit inilah yang menyebabkan perbedaan
dalam mencarian pengobatan.

2.BUDAYA NIFAS MASYARAKAT INDONESIA


Masa Nifas Masalah kesehatan reproduksi tidak lepas dari proses persalinan. Seorang ibu yang
baru saja menjalani proses persalinan akan memasuki masa yang disebut masa nifas (puerperium). Masa
nifas adalah fase khusus dalam kehidupan ibu dan bayi. Bagi ibu yang bersalin untuk pertama kalinya, ia
akan menyadari perubahan dalam hidupnya yang mencakup perubahan emosi dan fisik. Terjadi
penyesuaian yang bersifat sosial karena perempuan yang bersalin untuk pertama kali akan memikul
tanggung jawab sebagai seorang ibu. Masa nifas dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai
dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu.

Masa nifas merupakan masa penting karena risiko morbiditas dan mortalitas ibu serta bayi
akan meningkat pada masa pascapersalinan. Perdarahan merupakan penyebab utama kematian ibu di
dunia dan sebagian besar terjadi dalam waktu 4 jam setelah persalinan. Oleh karena itu penolong
persalinan harus memastikan bahwa uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
dalam jumlah besar dalam waktu satu jam setelah persalinan. Faktor lain yang mempengaruhi adalah
status ekonomi rendah, tidak tersedia atau rendahnya layanan kesehatan yang berkualitas. Hal tersebut
berdampak terhadap keberhasilan promosi kesehatan, deteksi dini, dan penatalaksanaan yang adekuat
terhadap masalah pada masa pascapersalinan.

Sampai saat ini masih banyak ibu bersalin dengan bantuan dukun beranak yang umumnya
tidak terlatih secara medis, terutama di daerah terpencil dengan fasilitas layanan kesehatan yang sulit
dijangkau.5 Selain itu, masih terdapat masyarakat Indonesia yang mempertahankan kebudayaan bagi
ibu nifas yang tidak memiliki dasar logis, terutama dari segi medis. Masih terdapat praktik pemotongan
tali pusat menggunakan bambu yang ditipiskan dan berfungsi sebagai pisau. Hal tersebut
membahayakan ibu dan anak.

Budaya Nifas di Indonesia


Bagi ibu nifas, terdapat pantangan atau mitos yang sulit diubah walaupun tidak rasional.7 Ibu
nifas dilarang makan ikan, telur, dan dagingsupaya jahitan lukanya cepat sembuh. Hal tersebut tidak
benar, justru sebaliknya, ibu nifas sangat memerlukan asupan protein yang lebih tinggi untuk membantu
penyembuhan luka. Bila asupan protein tidak cukup, penyembuhan luka akan lambat dan berpotensi
terinfeksi.8 Contoh lainnya adalah kepercayaan ibu yang menolak minum banyak setelah melahirkan
karena kuatir luka jalan lahir basah sehingga proses penyembuhan semakin lama. Padahal, seorang ibu
sangat membutuhkan cairan yang cukup selama nifas.9 Untuk menghadapi kebiasaan yang kurang
mendukung tercapainya kondisi yang sehat bagi ibu maupun bayinya, dibutuhkan strategi yang tepat
dan tidak menyinggung nilai-nilai budaya.

Budaya nifas tidak hanya mencakup mitos, namun juga tradisi tertentu. Pada masyarakat
Aceh, ibu nifas menjalani sale, yaitu ibu nifas tidur di atas dipan yang terbuat dari kayu atau batang
bambu yang bercelah-celah dan di bawah dipan diletakkan tungku berisi arang panas. Tradisi tersebut
dianggap mempercepat proses pengempisan perut dan rahim, merapatkan kemaluan, dan
menghangatkan badan. Pendapat tersebut salah karena panas dapat menyebabkan vasodilatasi,
menurunkan tekanan darah, merangsang pendarahan, dan dehidrasi pada ibu nifas

Sikap Praktisi Medis terhadap Budaya Nifas di Indonesia


Dokter atau bidan dapat masuk dan mendapatkan kepercayaan dari masyarakat tempat ia bertugas.
Untuk menyikapi fenomena budaya nifas di Indonesia, perlu ditanamkan bahwa kehadiran dokter atau
bidan di masyarakat bukan untuk menggantikan posisi dukun beranak. Keduanya hadir untuk membantu
seorang ibu dari awal kehamilan hingga menjalani proses persalinan yang aman. Berangkat dari tujuan
yang sama itulah, seorang dokter atau bidan diharapkan dapat bermitra dengan dukun beranak dan
memberikan edukasi mengenai hal-hal yang aman dan yang tidak aman dilakukan pada ibu hamil.

B.RUMOR/MITOS KESEHATAN IBU DAN ANAK DAN PERAN BIDAN DALAM


PROMOSI KESEHATAN

1.Rumor atau mitos kesehatan ibu atau anak di suku tolaki


Contoh rumor atau mitos yang ada di suku tolaki:

 Perempuan selama dalaam masa kehamilannya tidak boleh bolak balik kerumah
selaama sedang berpergiaan.contohnya itu seperti jika seorang wanita hamil berpergian
di pasar lalu ia lupa membawa dompet,wanita tersebut sebaiknya menyuruh
keluarganya untuk mengambilkan dompet tersebut.Menurut kepercayaan suku tolaki
pada saat melahirkan,bayinya akan sulit dilahirkan.Ibarat bolak-balik,bayinya keluar
masuk pintu panggul ibu.
 Selain itu perempuan juga tidak boleh melilitkan handuk sebelum dan setelah
mandi.Menurut kepercayaan,dalam kandungan bayi tersebut akan terlilit dengan tali
pusat.
 Selama masa kehamila juga perempuan di anjurkan untuk sering meminum air kelapa
aagar kelak ibu melahirkan bayinya memiliki kulit yang putih

C.PERAN BIDAN DALAM PROMOSI KESEHATAN IBU DAN ANAK BERKAITAN


DENGAN RUMOR/MITOS YANG MERUGIKAN KESEHATAN

Peran bidan dalam promossi kesehatan ibu dan anak adalah bidan harus tetap
menghargai adat budaya klien,tetapi bidan juga mesti menasehati secara rinci tentang
kesehatan ibu dan anak apakah budaya tersebut dapat menguntungkan atau tidak.

Anda mungkin juga menyukai