Anda di halaman 1dari 29

RESUME

ASKEP PADA PASIEN GANGGUAN PENGELIHATAN (GLAUKOMA)

OLEH

ANGGA RAHMADANA

183310798

DOSEN

Ns. Yosi Suryarinilsih M.Kep, Sp.KMB

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES PADANG

TA. 2020/2021
A. Definisi glaukoma

Glaukoma berasal dari bahasa Yunani “glaukos” yang berarti hijau kebiruan, yang
memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma. Glaukoma adalah
sekelompok gangguan gangguan yangbmelibatkan beberapa perubahan atau gejala patologis
yang ditandai dengan peningkatan tekanan intraokuler (TIO) dengan segalah akibatnya.
(Indriana dan N Istiqomah; 2004).

Glaukoma adaah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya peningkatan tekanan
intraokuler, penggaungan, dan degenerasi saraf oftik serta defak lapang pandang yang khas.
(Tamsuri A; 2010)

Glaukoma merupakan kelainan mata yang mempunyai gejala peningkatan tekanan intra
okuler (TIO), dimana dapat mengakibatkan penggaungan atau pencekungan pupil syaraf
optik sehingga terjadi atropi syaraf optik, penyempitan lapang pandang dan penurunan tajam
pengelihatan. (Martinelli; 1991 dan Sunaryo Joko Waluyo; 2009)

Glaukoma adalah suatu penyakit dimana tekanan di dalam bola mata meningkat,sehingga
terjadi kerusakan pada saraf optikus dan menyebabkan penurunan fungsi penglihatan
(Dwindra M; 2009)

B. Klasifikasi glaukoma

1. Glaukoma primer

Glaukoma yang tidak diketahui penyebabnya. Pada galukoma akut yaitu timbul
pada mata yang memiliki bakat bawaan berupa sudut bilik depan yang sempit pada
kedua mata. Pada glukoma kronik yaitu karena keturunan dalam keluarga, DM Arteri
osklerosis, pemakaian kartikosteroid jangka panjang, miopia tinggi dan progresif dan
lain-lain dan berdasarkan anatomis dibagi menjadi 2 yaitu :

a. Glaukoma sudut terbuka

Glaukoma sudut terbuka merupakan sebagian besar dari glaukoma (90-


95%), yang meliputi kedua mata. Timbulnya kejadian dan kelainan
berkembang disebut sudut terbuka karena humor aqueous mempunyai
pintu terbuka ke jaringan trabekular. Pengaliran dihambat oleh perubahan
degeneratif jaringan trabekular, saluran schleem, dan saluran yg
berdekatan. Perubahan saraf optik juga dapat terjadi. Gejalaawal biasanya
tidak ada, kelainan diagnose dengan peningkatan TIO dan sudut ruang
anterior normal. Peningkatan tekanan dapat dihubungkan dengan nyeri
mata yang timbul.

b. Glaukoma sudut tertutup

Glaukoma sudut tertutup (sudut sempit), disebut sudut tertutup karena


ruang anterior secara otomatis menyempit sehingga iris terdorong ke
depan, menempel ke jaringan trabekuler dan menghambat humor aqueos
mengalir ke saluran schlemm. Pargerakan iris ke depan dapat karena
peningkatan tekanan vitreus, penambahan cairan diruang posterior atau
lensa yang mengeras karena usia tua. Gejalah yang timbul dari penutupan
yang tiba-tiba dan meningkatnya TIO, dapat nyeri mata yang berat,
penglihatan kabur. Penempelan iris memyebabkan dilatasi pupil, tidak
segera ditangni akan terjadi kebutaan dan nyeri yang hebat.

2. Glaukoma sekunder

Glaukoma sekunder adalah glaukoma yang terjadi akibat penyakit mata lain
yang menyebabkan penyempitan sudut atau peningkatan volume cairan di dalam
mata. Kondisi ini secara tidak langsung mengganggu aktivitas struktur yang
terlibat dalam sirkulasi dan atau reabsorbsi akueos humor. Gangguan ini terjadi
akibat:

➢ Perubahan lensa, dislokasi lensa , terlepasnya kapsul lensa pada katarak


➢ Perubahan uvea, uveitis, neovaskularisasi iris, melanoma dari jaringan uvea
➢ Trauma, robeknya kornea/limbus diserai prolaps iris

3. Glaukoma kongenital

Glaukoma Kongenital ditemukan pada saat kelahiran atau segera setelah


kelahiran, biasanya disebabkan oleh sistem saluran pembuangan cairan di dalam
mata tidak berfungsi dengan baik. Akibatnya tekanan bola mata meningkat terus
dan menyebabkan pembesaran mata bayi, bagian depan mata berair, berkabut dan
peka terhadap cahaya. Glaukoma Kongenital merupakan perkembangan abnormal
dari sudut filtrasi dapat terjadi sekunder terhadap kelainan mata sistemik jarang
(0,05%) manifestasi klinik biasanya adanya pembesaran mata, lakrimasi, fotofobia
blepharospme.

C. Etiologi

Penyebab adanya peningkatan tekanan intraokuli adalah perubahan anatomi


sebagai bentuk gangguan mata atau sistemik lainnya, trauma mata, dan predisposisi
faktor genetik. Glaukoma sering muncul sebagai manifestasi penyakit atau proses
patologik dari sistem tubuh lainnya. Adapun faktor resiko timbulnya glaukoma antara
lain riwayat glauakoma pada keluarga, diabetes melitus dan pada orang kulit hitam.

D. Patofisiologi

Tingginya tekanan intraokular bergantung pada besarnya produksi humor


aqueus oleh badan siliari dan mengalirkannya keluar. Besarnya aliran keluar humor
aquelus melalui sudut bilik mata depan juga bergantung pada keadaan kanal Schlemm
dan keadaan tekanan episklera. Tekanan intraokular dianggap normal bila kurang dari
20 mmHg pada pemeriksaan dengan tonometer Schiotz (aplasti). Jika terjadi
peningkatan tekanan intraokuli lebih dari 23 mmHg, diperlukan evaluasi lebih lanjut.
Secara fisiologis, tekanan intraokuli yang tinggi akan menyebabkan terhambatannya
aliran darah menuju serabut saraf optik dan ke retina. Iskemia ini akan menimbulkan
kerusakan fungsi secara bertahap. Apabila terjadi peningkatan tekanan intraokular,
akan timbul penggaungan dan degenerasi saraf optikus yang dapat disebabkan oleh
beberapa faktor :

a. Gangguan perdarahan pada papil yang menyebabkan deganerasi berkas serabut


saraf pada papil saraf optik.

b. Tekanan intraokular yang tinggi secara mekanik menekan papil saraf optik yang
merupakan tempat dengan daya tahan paling lemah pada bola mata. Bagian tepi
papil saraf otak relatif lebih kuat dari pada bagian tengah sehingga terjadi
penggaungan pada papil saraf optik.

c. Sampai saat ini, patofisiologi sesungguhnya dari kelainan ini masih belum jelas.

d. Kelainan lapang pandang pada glaukoma disebabkan oleh kerusakan serabut saraf
optik.(Tamsuri M, 2010 : 72-73).
PATHWAY GLAUKOMA

Usia ≥ 40 tahun, DM, kortikosteroid jangka


panjang, miopia, trauma mata.

Obtruksi jaringan Peningkatan tekanan


trabekuler vitreus

Hambatan pengaliran Pergerakan iris ke


cairan humor aqueous depan

TIO meningkat Glaukoma TIO meningkat

Nyeri

Gangguan saraf optik Tindakan operasi

Perubahan Anxietas Kurang pengetahuan


pengelihatan perifer

Gangguan persepsi
sensori: pengelihatan

Kebutaan
E. Manifestasi klinis

1. Nyeri pada mata dan sekitarnya (orbita, kepala, gigi, telinga).


2. Pandangan kabut, melihat halo sekitar lampu.
3. Mual, muntah, berkeringat.
4. Mata merah, hiperemia konjungtiva, dan siliar.
5. Visus menurun.
6. Edema kornea.
7. Bilik mata depan dangkal (mungkin tidak ditemui pada glaukoma sudut terbuka).
8. Pupil lebar lonjong, tidak ada refleks terhadap cahaya.
9. TIO meningkat.(Tamsuri A, 2010 : 74-75)
F. Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan tajam pengelihatan.

a. Tonometri

Tonometri diperlukan untuk mengukur tekanan bola mata. Dikenal


empat cara tonometri, untuk mengetahui tekanan intra ocular yaitu :

— Palpasi atau digital dengan jari telunjuk


— Indentasi dengan tonometer schiotz
— Aplanasi dengan tonometer aplanasi goldmann
— Nonkontak pneumotonometri

Tonomerti Palpasi atau Digital

Cara ini adalah yang paling mudah, tetapi juga yang paling tidak
cermat, sebab cara mengukurnya dengan perasaan jari telunjuk. Dpat
digunakan dalam keadaan terpaksa dan tidak ada alat lain. Caranya adalah
dengan dua jari telunjuk diletakan diatas bola mata sambil pendertia disuruh
melihat kebawah. Mata tidak boleh ditutup, sebab menutup mata
mengakibatkan tarsus kelopak mata yang keras pindah ke depan bola mata,
hingga apa yang kita palpasi adalah tarsus dan ini selalu memberi kesan
perasaan keras. Dilakukan dengan palpasi : dimana satu jari menahan, jari
lainnya menekan secara bergantian.Tinggi rendahnya tekanan dicatat sebagai
berikut :
➢ N : normal
➢ N+1 : agak tinggi
➢ N+2 : untuk tekanan yang lebih tinggi
➢ N–1 : lebih rendah dari normal
➢ N–2 : lebih rendah lagi, dan seterusnya

b. Gonioskopi

Gonioskopi adalah suatu cara untuk memeriksa sudut bilik mata depan
dengan menggunakan lensa kontak khusus. Dalam hal glaukoma gonioskopi
diperlukan untuk menilai lebar sempitnya sudut bilik mata depan.

c. Oftalmoskopi

Pemeriksaan fundus mata, khususnya untuk mempertahankan keadaan


papil saraf optik, sangat penting dalam pengelolaan glaukoma yang kronik.
Papil saraf optik yang dinilai adalah warna papil saraf optik dan lebarnya
ekskavasi. Apakah suatu pengobatan berhasil atau tidak dapat dilihat dari
ekskavasi yang luasnya tetap atau terus melebar.

2. Pemeriksaan lapang pandang

a. Pemeriksaan lapang pandang perifer :lebih berarti kalau glaukoma sudah lebih
lanjut, karena dalam tahap lanjut kerusakan lapang pandang akan ditemukan
di daerah tepi, yang kemudian meluas ke tengah.

b. Pemeriksaan lapang pandang sentral: mempergunakan tabir Bjerrum, yang


meliputi daerah luas 30 derajat. Kerusakan – kerusakan dini lapang pandang
ditemukan para sentral yang dinamakan skotoma Bjerrum.(Sidarta Ilyas,
2002: 242-248).

G. Penatalaksanaan

Pengobatan dilakukan dengan prinsip untuk menurunkan TIO, membuka sudut


yang tertutup (pada glaukoma sudut tertutup), melakukan tindakan suportif
(mengurangi nyeri, mual, muntah, serta mengurangi radang), mencegah adanya sudut
tertutup ulang serta mencegah gangguan pada mata yang baik (sebelahnya).
Upaya menurunkan TIO dilakukan dengan memberikan cairan hiperosmotik
seperti gliserin per oral atau dengan menggunakan manitol 20% intravena. Humor
aqueus ditekan dengan memberikan karbonik anhidrase seperti acetazolamide
(Acetazolam, Diamox). Dorzolamide (TruShop), methazolamide (Nepthazane).
Penurunan humor aqueus dapat juga dilakukan dengan memberikan agens penyekat
beta adrenergik seperti latanoprost (Xalatan), timolol (Timopic), atau levobunolol
(Begatan).

Untuk melancarakan aliran humor aqueus, dilakukan konstriksi pupil dengan


miotikum seperti pilocarpine hydrochloride 2-4% setiap 3-6 jam. Miotikum ini
menyebabkan pandangan kabur setelah 1-2 jam penggunaan. Pemberian miotikum
dilakukan apabila telah terdapat tanda-tanda penurunan TIO.

Penanganan nyeri, mual, muntah, dan peradangan dilakukan dengan


memberikan analgesik seperti pethidine (Demerol), anti muntah atau kostikosteroid
untuk reaksi radang.

Jika tindakan di atas tidak berhasil, lakukan operasi untuk membuka saluran
schlemm sehingga cairan yang banyak diproduksi dapat keluar dengan mudah.
Tindakan pembedahan dapat dilakukan seperti trabekulektomi dan laser
trabekuloplasti. Bila tindakan ini gagal, dapat dilakukan siklokrioterapi (Pemasanag
selaput beku).

Penatalaksanaan keperawatan lebih menekankan pada pendidikan kesehatan


terhadap penderita dan keluarganya karena 90% dari penyakit glaukoma merupakan
penyakit kronis dengan hasil pengobatan yang tidak permanen. Kegagalan dalam
pengobatan untuk mengontrol glaukoma dan adanya pengabaian untuk
mempertahankan pengobatan dapat menyebabkan kehilangan pengelihatan progresif
dan mengakibatkan kebutaan.

Klien yang mengalami glaukoma harus mendapatkan gambaran tentang


penyakit ini serta penatalaksanaannya, efek pengobatan, dan tujuan akhir pengobatan
itu. Pendidikan kesehatan yang diberikan harus menekan bahwa pengobatan bukan
untuk mengembalikan fungsi pengelihatan, tetapi hanya mempertahankan fungsi
pengelihatan yang masi ada.

H. Asuhan keperawatan glaukoma


1. Pengkajian

1. Identitas

a. Nama
b. Alamat
c. Jenis kelamin
d. Umur, glaukoma primer terjadi pada individu berumur > 40 tahun.
e. Ras, kulit hitam mengalami kebutaan akibat glaukoma paling sedikit 5 kali
dari kulit putih (dewit, 1998).
f. Pekerjan, terutama yang beresiko besar mengalami trauma mata

2. Riwayat kesehatan

a. Keluhan utama: Pasien biasanya mengeluh berkurangnya lapang pandang


dan mata menjadi kabur.
b. Riwayat kesehatan sekarang: Pasien mengatakan matanya kabur dan
sering menabrak, gangguan saat membaca
c. Riwayat kesehatan dahulu: kaji adanya masalah mata sebelumnya atau
pada saat itu, riwayat penggunaan antihistamin (menyebabkan dilatasi
pupil yang akhirnya dapat menyebabkan Angle Closume Glaucoma),
riwayat trauma (terutama yang mengenai mata), penyakit lain yang sedang
diderita (DM, Arterioscierosis, Miopia tinggi).
d. Riwayat kesehatan keluarga: kaji apakah ada kelurga yang menglami
penyakit glaucoma sudut terbuka primer.

3. Psikososisl: kaji kemampuan aktivitas, gangguan membaca, resiko jatu,


berkendaraan.

4. Pemeriksaan fisik

— Pemeriksaan fisik dilakukan dengan menggunakan oftalmoskop untuk


mengetahui adanya cupping dan atrofi diskus optikus. Diskus optikus
menjadi lebih luas dan lebih dalam. Pada glaucoma akut primer, kamera
anterior dangkal, akues humor keruh dan pembuluh darah menjalar keluar
dari iris.
— Pemeriksaan lapang pandang perifer, pada keadaan akut lapang pandang
cepat menurun secara signifikan dan keadaan kronik akan menurun secara
bertahap.

— Pemeriksaan fisik melalui inspeksi untuk mengetahui adanya inflamasi


mata, sklera kemerahan, kornea keruh, dilatasi pupil sedang yang gagal
bereaksi terhadap cahaya. Sedangkan dengan palpasi untuk memeriksa
mata yang mengalami peningkatan TIO, terasa lebih keras dibanding mata
yang lain.

— Uji diagnostik menggunakan tonometri, pada keadaan kronik atau open


angle didapat nilai 22-32 mmHg, sedangkan keadaan akut atau angle
closure ≥ 30 mmHg. Uji dengan menggunakan gonioskopi akan didapat
sudut normal pada glaukoma kronik. Pada stadium lanjut, jika telah timbul
goniosinekia (perlengketan pinggir iris pada kornea/trabekula) maka sudut
dapat tertutup. Pada glaukoma akut ketika TIO meningkat, sudut COA
akan tertutup, sedang pada waktu TIO normal sudutnya sempit. (Indriana
N dan Istiqomah; 2004)

2. Diagnosa keperawatan

a. DX 1: Nyeri b.d peningkatan tekanan intraokuler (TIO). (Indriana N. Dan


Istiqomah; 2004).

b. DX 2: Gangguan persepsi sensori: pengelihatan b.d ganguan penerimaan,


gangguan status organ indra. (Doenges, Marilynn E; 1999).

c. DX 3: Ansietas b.d faktor fisiologis, perubahan status kesehatan; adanya


nyeri; kemungkinan/kenyataan kehilangan pengelihatan. (Doenges,
Marilynn E; 1999).

d. DX 4: Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan


b.d kurang terpajan/tak mengenal sumber, kurang mengingat, salah
interpretasi informasi.
3. Intervensi keperawatan

No.Dx Tujuan Intervensi Rasionl


1. Tujuan: Setelah Mandiri
diberikan tindakan - Pertahankan tirah - Tekanan pada mata
keperawatan baring ketat pada meningkatkan jika
diharapkan nyeri posisi semi-Fowler tubuh datar dan
dapat berkurang atau dan cegah tindakan manuver valsalva
terkontrol. yang dapat diaktifkan seperti pada
meningkatkan TIO aktivitas tersebut.
Kriteria hasil:
(batuk, bersin,
➢ Klien dapat mengejan)
mengidentifikasi - Berikan lingkungan — Stres dan sinar akan
penyebab nyeri. gelap dan tenang. meningkatkan TIO yang
➢ Klien dapat dapat mencetuskan
mengetahui faktor- nyeri.
faktor yang dapat — Obsevasi tekanan — Mengidentifikasi
meningkatkan nyeri. darah, nadi dan kemajuan atau
➢ Klien mampu pernapasan tiap 24 penyimpanan dari hasil
melakukan tindakan jam jika klientidak yang diharapkan.
untuk mengurangi menerimah agens
nyeri. osmotik secara
intravena dan tiap 2
jam jika klien
menerimah agens
osmotik intravena.
— Observai derajat nyeri — Mengidentifikasi
mata tiap 20 menit kemajuan atau
selama fase akut. penyimpangan dari hasil
yang diharapkan.
— Observasi ketajaman — Mengidentifikasi
pengelihatan setiap kemajuan atau
waktu sebelum penyimpangan dari hasil
penetesan obat mata yang diharapkan.
yang diresepkan.
Koaborasi
— Berikan obat mata — Agens osmotik
yang diresepkan untuk intravena akan
glaukoma dan beri tau menurunkan TIO
dokter jika terjadi dengan cepat. Agens
hipotensi, haluaran osmitik bersifat
urin <24 ml/jam, nyeri hiperosmolor dan dapat
pada mata tidak hilang menyebabkan dehidrasi;
dalam waktu 30 menit manitol dapat
setelah terapi obat, mencetuskan
tajam pengelihatan hiperglikemis pada
turun terus menerus. pasien DM, tetes mata
miotik memperlancar
drainase akuos humor
dan menurunkan
produksinya.
Pengobatan TIO adalah
esensial untuk
memperbaiki
pengelihatan.
— Berikan analgesik — Mengontrol nyeri. Nyeri
narkotik yang berat akan mencetuskan
diresepkan jika klien manuver valsalva dan
mengalami nyeri hebat meningkatkan TIO.
dan evaluasi
keefektifannya.

2. Tujuan: setelah Mandiri


diberikan tindakan — Pastikan derajat/tipe — Sementara intervensi
keperawatan kehilangan dini mencegah
diharapkan gangguan penglihatan. kebutaan, pasien
pengelihatan dapat menghadapi
berkurang dan kemungkinan/mengala
penggunaan mi pengalaman
pengelihatan yang kehilangan penglihatan
secara optimal. sebagian atau total.
Meskipun kehilangan
Kriteria hasil: pengelihatan telah
➢ Pasien akan terjadi tak dapat
mempertahankan diperbaiki (meskipun
lapang ketajaman dengan pengobatan)
penglihatan tanpa kehilangan lanjut dapat
kehilangan lebih dicegah.
— Dorong — Mempengaruhi harapan
lanjut.
mengekspresikan masa depan pasien dan
perasaan tentang pilihan intervensi.
kehilangan/
kemungkinan
kehilangan
penglihatan.
— Tunjukkan pemberian — Mengontrol TIO,
tetes mata, contoh mencegah kehilangan
menghitung tetesan, penglihatan lanjut.
menikuti jadwal, tidak
salah dosis.
— Lakukan tindakan — Menurunkan bahaya
untuk membantu keamanan sehubungan
pasien yang dengan perubahan
mengalami lapang pandang atau
keterbatasan kehilangan penglihatan
penglihatan, contoh, dan akomodasi pupil
kurangi thd sinar lingkungan.
kekacauan,atur
perabot, ingatkan
memutar kepala ke
subjek yang terlihat;
perbaiki sinar suram
dan masalah
penglihatan malam.

Kolaborasi
Kronis, sederhana, tipe
sudut terbuka:
— Pilokarpin — Obat miotik topikal ini
hidroklorida menyebabkan konstriksi
(Isoptocarpine, pupil, memudahkan
OcuserPilo, pilopine keluarnya aqueus
HS Gel). humor.
— Timolol maleat — Menurunkan
(Timoptic), betaksalol pembentukan aqueus
(Betopic). humor tampa
mengubah ukuran pupil,
pengelihatan, atau
akomodasi.
— Asetazolamid — Menurunkan laju
(diamox). produksi aqueus humor
Tipe sudut sempit:
— Miotik (sampai pupil — Membuat kontraksi otot
dikonstriksikan). sfingter iris,
mendalamkan bilik
anterior, dan
mendilatasi pembulu
keluar traktus selama
serangan akut/sebelum
pembedahan.
— Inhibitor karbonik — Menurunkan sekresi
anhidrase, contoh aqueus humor dan
asetazolamid (diamox) menurunkan TIO.
— Dipivefrin — Mungkin
hidroklorida (propine). menguntungkan bila
pasien tidak berespon
terhadap obata lain.
Bebas efek samping
seperti miosis,
pengelihatan kabur, dan
kebutaan malam.
— Agen hiperosmotik — Digunakan untuk
contoh mannitol menurunkan sirkulasi
(osmitrol), gliserin. volume cairan, dimana
akan menurunkan
produksi aqueus humor
bila pengobatan lain
belum berhasil.
— Berikan sedasi, — Serangan akut
analgesik sesuai glaukoma berhubungan
kebutuhan. dengan nyeri tiba-tiba,
yang dapat mencetus
ansietas/agitasi.
3. Tujuan: setelah Mandiri
diberikan tindakan — Kaji tingkat ansitas, — Faktor ini
keperawatan derajat pengalaman mempengaruhi persepsi
diharapkancemas nyeri/timbul nya pasien terhadap
dapat berkurang dan gejala tiba-tiba dan ancaman diri, potensial
hilang. pengetahuan kondisi siklus insietas, dan
saat ini dapat mempengaruhi
Kriteria hasil: upaya medik untuk
➢ Pasien tampak mengontrol TIO.
— Berikan informasi — Menurunkan ansiets
rileks dan
yang akurat dan jujur. sehubungan dengan
melaporkan
Diskusikan ketidak tahuan / harapan
ansitas menurun
kemungkinan bahwa yang akan datang dan
sampai tingkat
pengawasan dan memberikan dasar fakta
dapat diatasi.
pengobatan dapat untuk membuat pilihan
➢ Pasien mencegah kehilanagan info tentang
menunjukkan pengeligatan pengobatan.
ketrampilan tambahan.
pemecahan — Dorong pasien untuk — Memberi kesempatan
masalah mengakui masalah dan pasien menerima situasi
mengekspresikan nyata, mengklarifikasi
➢ Pasien perasaan salah konsepsi dan
menggunakan pemecahan masalah.
sumber secara — Identifikasi — Memberikan keyakinan
efektif. sumber/orang yang bahwa pasien tidak
menolong sendiri dalam
menghadapi masalah

4. Tujuan: setelah Mandiri


diberikan tindakan — Diskusikan perlunya — Vital untuk memberikan
keperawatan menggunakan informasi pada perawat
diharapkan Klien identifikasi, contoh pada kasus darurat
mengetahui tentang gelang Waspada- untuk menurunkan
kondisi,prognosis medik. resiko menerima obat
dan pengobatannya yang dikontradikasikan
(contoh ; atropin).
Kriteria hasil:
— Tunjukkan tehnik — Meningkatkan
➢ Pasienmenyatakanpe
yang benar pemberian keefektifan pengobatan.
mahamankondisi,
tetes mata. Izinkan Memberikan
prognosis,danpengob
pasien mengulang kesempatan pasien
atan.
tindakan. menunjukan kompetensi
➢ Mengidentifikasihub dan menanyakan
unganantargejala/tan pertanyaan.
dadenganproses — Kaji pentingnya — Penyakit ini dapat di
mempertahankan control dan
penyakit jadwal obat, contoh mempertahankan
tetes mata. Diskusikan konsistensi program
➢ Melakukanprosedurd obat yang harus obat adalah control
enganbenardanmenje dihindari, contoh vital. Beberapa obat
laskanalasantindakan midriatik, kelebihan menyebabkan dilatasi
. pemakaian steroid pupil, peningkatan TIO
topikal. dan potensial
kehilangan penglihatan
tambahan.
— Identifikasi efek — Efek samping obat
samping/reaksi dapat mempengaruhi
merugikan dari rentang dari ketidak
pengobatan nyamanan sampai
(penurunan nafsu ancaman kesehatan
makan, mual/muntah, berat. Kurang lebih 50%
kelemahan, jantung pasien akan mengalami
tak teratur, dll). sesitifitas/alergi
terhadap obat
parasimpatis (contoh
pilokarpin) atau obat
antikolinesterase.
Masalah ini
memerlukan evaluasi
medik dan
kemungkinan
perubahan program
terapi.
— Dorong pasien — Pola hidup tenang
membuat perubahan menurunkan respon
yang perlu untuk pola emosi terhadap stres,
hidup. mencegah perubahan
okuler yang mendorong
iris kedepan, yang dapat
mencetuskan serangan
akut.
— Dorong menghindari — Dapat meningkatkan
aktivitas,seperti TIO yang mencetuskan
mengangkat serangan akut. Catatan:
berat/mendorong, bila pasien tidak
menggunakan baju mengalami nyeri.
ketat dan sempit.
— Diskusikan — Mempertahankan
pertimbangan diet, konsistensi feses untuk
cairan adekuat dan menghindari konstipasi
makanan berserat.
— Tekankan pentingnya — Untuk mengawasi
pemeriksaan rutin kemajuan penyakit dan
memungkinkan
intervensi dini dan
mencegah kehilangan
penglihatan lanjut.
— Nasehatkan pasien — Upayah tindakan perlu
untuk melaporkan untuk mencegah
dengan cepat nyeri kehilanagan
mata hebat, inflamasi, pengelihatan
peningkatan fotofobia, lanjut/komplikasi lain,
peningkatan lakrimasi, contoh robek retina.
perubahan lapang
pandang,
pengelihatan kabur,
kilatan sisnr di tengah
lapang pandang.
— Anjurkan anggota — Kecenderungan
keluarga memeriksa herediter dangkalnya
secara teratur tanda bilik anterior,
glaukoma. menempatkan anggota
keluarga berisiko pada
kondisi ini.

(Doenges, marilynn E; 1999).

4. Evaluasi
Setelah mendapat implementasi keperawatan, maka pasien dengan glaukoma
diharapkan sebagai berikut:

a. Nyeri dapat berkurang dan hilang


b. Pasien dapat mempertahankan lapang pengelihatan dengan optimal dan
mencegah kehilangan pengelihatan lebih lanjut
c. Kehawatiran pasien berkurang dan hilang
d. Pasien mengetahui tentang kondisi dan cara penanganan penyakit yang
dideritanya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anas Tamsuri. Klien gangguan mata dan pengelihatan: keperawatan medical-bedah.
Jakarta: EGC, 2010.
2. Doungoes, marilyn E. Rencana Asuhan Keperawatan, edisi ke 3. Jakarta: EGC. 1999.
3. Indriana dan N Istiqomah.

4. Andrea Lalita. Pencapaian tekanan intraokuler pasca pemberian timolol maleat 0,5%
pada glaukoma susut terbuka primer di poloklinik mata RSUP Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado tahun 2012-2014. Manado: Fakultas Kedokteran Universitas Sam
Ratulangi; 2016.
5. Dina Ameliana. Perbandingan penurunan tekanan intraokuler pada terapi timolol
maleat dan dorsalamid pasien glaukoma. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro; 2014
RESUME

ASKEP PADA PASIEN KATARAK

OLEH

ANGGA RAHMADANA

183310798

DOSEN

Ns. Yosi Suryarinilsih M.Kep, Sp.KMB

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES PADANG

TA. 2020/2021
A. Defenisi katarak
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat keduanya (Ilyas, 2008).Katarak
adalah kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang mengubah gambaran yang di proyeksikan
pada retina. Katarak merupakan penyebab umum kehilangan pandangan secara bertahap
(Istiqomah, 2003)
Katarak merupakan keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan lensa didalam
kapsul lensa. Umumnya terjadi akibat proses penuaan yang terjadi pada semua orang yang
berusia lebih dari 65 tahun. (Muttaqin, 2008).
B. Anatomi Fisiologi
Bola mata merupakan organ sferis dengan diameter kurang lebih 2,5 cm, yang terletak pada
bagian anterior orbit. Bola mata terdiri dari beberapa lapisan. Kuat dan tidak elastic yang
menyususn sclera ini akan mempertahankan bentuk bola mata dan memberikan proteksi terhadap
bangunan - bangunan halus dibawahnya.
Didalam mata ada 3 lapisan yaitu :
1. Lapisan luar, yang terdiri dari :
- Sclera
- Kornea
2. Lapisan tengah, yang terdiri dari :
- Koroid
- Badan (korpus) siliare
- Iris
3. Lapisan dalam, yang terdiri dari :
- Retina
- Fundus optic ,Lensa dan Badan vitreus
Pada mata terdapat 7 otot volunter dari orbit, 6 diantaranya adapat memutar bola mata pada
beberapa perintah dan mengkoordinasi pergerakan mata.Pergerakan mata yang terkoordinasi dan
visus yang adekuat diperlukan untuk smemungkinkan fovea sentralis pada masing - masing mata
untuk menerima gambaran pada waktu yang sama.gambaran berfokus dari fovea masing -
masing mata, ditranmisikan ke area optic darikorteks serebri, tempat otak menginterpretasikan
dua gambaran sebagai suatu gambaran (Istiqomah, 2003).
C. Etiologi Katarak
Katarak disebabkan oleh berbagai faktor seperti :
1. Fisik
2. Kimia
3. Penyakit predisposisi
4. Genetik dan gangguan perkembangan
5. Infeksi virus di masa pertumbuhan janin
6. Usia
(Tamsuri, 2008)
D. Klasifikasi Katarak
Berdasarkan pada usia, katarak dapat diklasifikasikan menjadi :
1. Katarak congenital, katarak yang sudah terlihatpada usia kurang dari 1 tahun.
2. Katarak juvenile, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun.
3. Katarak senile, katarak setelah usia 50 tahun
Berdasarkan penyebabnya, katarak dapat dibedakan menjadi :
1. Katarak traumatika
Katarak terjadi akibat rudapaksa atau trauma baik karena trauma tumpul maupun
tajam.Rudapaksa ini dapat mengakibatkan katarak pada satu mata (katarak monokular).
Penyebab katarak ini antara lain karena radiasi sinar - X, Radioaktif, dan benda asing.
2. Katarak toksika
Merupakan katarak yang terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan kimia
tertentu.Selain itu, katarak ini juga dapat terjadi karena penggunaan obat seperti
kortikosteroid dan chlorpromazine.
3. Katarak komplikata
Katarak terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan kimia tertentu. Selai itu, katarak
ini juga dapat terjadi karena penggunaan obat seperti diabetes mellitus,
hipoparatiroidisme, atau akibat kelainan local seperti uveitis, glaucoma, dan miopia
atau proses degenerasi pada satu mata lainnya.
Berdarakan stadium, katarak senile dapat dibedakan menjadi :
1.Katarak insipient
Merupakan stadium awal katarak yaitu kekeruhan lensa masih berbentuk bercak –
bercak kekeruhan yang tidak teratur.
2.Katarak imatur
Lensa mulai menyerap cairan sehingga lensa agak cembung, menyebabkan terjadinya
myopia, dan iris terdorong kedepan serta bilik mata depan menjadi dangkal.
3.Katarak matur
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa. Pada stadium ini, terjadi kekeruhan lensa.
4.Katarak hipermatur
Pada stadium ini, terjadi proses degenerasi lanjut lensa dan korteks lensa dapat mencair
sehingga nucleus lensa tenggelam di dalam korteks lensa (Tamsuri, 2008).
PATHWAY KATARAK

Usia lanjut dan Congenital atau cedera mata Penyakit


proses penuaan bisa diturunkan. metabolik(misalnya
DM)

Nukleus mengalami perubahan warna menjadi


Kurang coklat kekuningan
pengetahuan

Perubahan fisik (perubahan pd serabut halus


Tidak multiple (zunula) yg memanjang dari badan silier Kurang
mengenal kesekitar daerah lensa)
sumber terpaparterhadap
informasi informasi tentang
Hilangnya tranparansi
lensa prosedur tindakan
pembedahan
Resiko Cedera Perubahan kimia dlm protein lensa

CEMAS
Gangguan koagulasi
penerimaan
sensori/status mengabutkan pandangan
organ indera
Terputusnya protein lensa disertai prosedur invasive
influks air kedalam lensa pengangkatan
Menurunnya
katarak
ketajaman
penglihatan Usia meningkat
Resiko tinggi
terhadap infeksi
Penurunan enzim menurun
Gangguan
persepsi sensori-
perseptual Degenerasi pd lensa
penglihatan
KATARAK

Post op Nyeri
E. Manifestasi Klinis Katarak

Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif.Biasanya pasien mengalami penurunan


ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan fungsional sampai derajat tertentu yang
diakibatkan karena kehilangan penglihatan. Temuan objektif biasanya meliputi pengembunan
seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop.
Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan
dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah pandangan kabur atau
redup, menyilaukan yang menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam
hari. Pupil yang normalnya hitam, akan tampak kekuningan, abu - abu atau putih. Katarak
biasanya terjadi bertahap selama bertahun - tahun, dan ketika katarak sudah sangat memburuk,
lensa koreksi yang lebih kuat pun tak akan mampu memperbaiki penglihatan (Suddarth, 2001).
Komplikasi
Adapun komplikasi yang umumnya terjadi pada pasien yang mengalami penyakit katarak
adalah sebagai berikut :
1. Uveitis, terjadi karena masa lensa merupakan benda asing untuk jaringan uvea,
sehingga menimbulkan reaksi radang / alergi.
2. Glaukoma, terjadi karena masa lensa menyumbat sudut bilik mata sehingga
mengganggu aliran cairan bilik mata depan (Istiqomah, 2003).
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Uji mata
2. Keratometri
3. Pemeriksaan lampu slit dan oftalmoskopis
4. A-scan ultrasound (echography)
5. Dan hitung sel endotel yang sangat berguna sebagai alat diagnostik, khususnya bila
dipertimbangkan akan dilakukan pembedahan (Suddarth, 2001).
Darah putih: dibawah 10.000 normal
G. Penatalaksanaan
Tak ada terapi obat untuk katarak, dan tak dapat diambil dengan pembedahan laser.Namun,
masih terus dilakukan penelitian mengenai kemajuan prosedur laser baru yang dapat digunakan
untuk mencairkan lensa sebelum dilakukan pengisapan keluar melalui kanula.
Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai ketitik dimana
pasien melakukan aktivitas hidup sehari - hari, maka penanganan biasanya konservatif.Penting
dikaji efek katarak terhadap kehidupan sehari - hari pasien. Mengkaji derajat gangguan fungsi
sehari - hari, aktivitas, kemampuan bekerja, ambulasi, dan lain - lain, sangat penting untuk
menentukan terapi mana yang paling cocok bagi masing - masing penderita.
Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut untuk bekerja
ataupun keamanan.Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam penglihatan yang terbaik yang
dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi.Pembedahan katarak adalah pembedahan yang
paling sering dilakukan pada orang berusia lebih dari 65 tahun keatas.Kebanyakan operasi
dilakukan dengan anastesia local (retrobulbar atau peribulbar, yang dapat mengimobilisasi
mata).Obat penghilang cemas dapat diberikan untuk mengatasi perasaan klaustrofobia
sehubungan dengan draping bedah.
Ada dua macam teknik pembedahan tersedia untuk pengangkatan katarak : ekstraksi
intrakapsuler dan ekstrakapsuler. Indikasi intervensi bedah adalah hilangnya penglihatan yang
mempengaruhi aktivitas normal pasien atau katarak yang menyebabkan glaukoma atau
mempengaruhi diagnosis dan terapi gangguan okuler lain, seperti retinopati diabetika (Suddarth,
2001).
H. Asuhan Keperawatan
Pengkajian
Adapun data-data dari pengkajian Katarak adalah:
a. Aktivitas /Istirahat: Gejalanya yaitu Perubahan aktivitas biasanya/ hobi
sehubungan dengan gangguan penglihatan.
b. Makanan/cairan: Gejalanya yaitu Mual/muntah (glaukoma akut)
c. Neurosensori : Gejalanya yaitu Gangguan penglihatan (kabur/tak jelas),sinar
terang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer,
kesulitan memfokus kerja dengan dekat/merasa di ruang gelap (katarak).
Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi sekitar sinar,
kehilangan penglihatan perifer, fotofobia(glaukoma akut). Dan tandanya ytaitu
Tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak), Pupil menyepit ddan
merah/mata keras dengan kornea berawan (glaukoma darurat),danPeningkatan air
mata.
d. Nyeri/Kenyamanan :Gejala yaitu Ketidak nyamanan ringan/mata berair
(glaukoma kronis), Nyeri tiba –tiba/berat menetap atau tekanan pada dan sekitar
mata, sakit kepala (glaukoma akut).
e. Penyuluhan / Pembelajaran :Gejala yaitu Riwayat keluarga glaukoma, diabetes,
gangguan sistem vaskuler, Riwayat stres, alergi, gangguan vasomotor (contoh
peningkatan tekanan vena), dan ketidakseimbangan endokrin, diabetes
(glaukoma).
Diagnosa Keperawatan
Menurut Doenges Marylin diagnosa keperawatan yang ditemukan pada pasien dengan
penyakit katarak adalah:
1. Risiko tinggi terhadap cedera b/d peningkatan TIO, perdarahan intraokuler, kehilangan
vitreous.
2. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d prosedur invasif (bedah pengangkatan katarak).
3. Gangguan sensori-perseptual : penglihatan b/d gangguan penerimaan sensori/status
organ indra, lingkungan secara terapeutik dibatasi d/d menurunnya ketajaman,
gangguan penglihatan, perubahan respons biasanya terhadap rangsang.s
4. Kurang pengetahuan (Kebutuhan Belajar) tentang kondisi, prognosis, pengobatan b/d
tidak mengenal sumber informasi , salah interprestasi informasi, keterbatasan kognitif.
Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Kriteria hasil Intervensi Rasional

1. Hambatan Hambatan NOC: NIC: Fall


berjalan berjalan prevention 1. Mengetahui
(00088) akan dapat Fall prevention kebiasaan-
behaviour 1. Identifikasi
berhubungan dikontrol kebiasaan klien
kebiasaan dan
dengan oleh klien Indikator: yang berpotensi
faktor-faktor
adanya setelah mengakibatkan
a. Penggunaan yang
gangguan diberikan jatuh pada klien
penglihatan intervensi alat bantu mengakibatkan 2. Mengetahui
(katarak) keperawatan dengan risiko jatuh penyebab jatuh
selama 1x24 benar 2. Kaji riwayat klien agar untuk
jam b. Tidak ada jatuh pada selanjutnya
penggunaan klien dan dapat dihindari
karpet keluarga 3. Memodifikasi
c. Hindari lingkungan
barang- 3. Identifikasi yang berisiko
barang karakteristik menyebabkan
berserakan lingkungan jatuh klien
di lantai yang dapat
meningkatkan
terjadinya 4. Membantu
risiko jatuh klien untuk
(lantai licin) berjalan, agar
4. Sediakan alat dapat
bantu (tongkat, menghindari
walker) benda yang
menghalangi
5. Ajarkan cara klien ketika
penggunaan berjalan
alat bantu 5. Agar klien
(tongkat atau dapat
walker) menggunakan
6. Instruksikan alat bantu
pada klien dengan tepat
untuk meminta 6. Bantuan
bantuan ketika dibutuhkan
melakukan klien untuk
perpindahan, melakukan
joka
diperlukan mobilitas
7. Ajarkan pada karena
keluarga untuk terganggunya
menyediakan penglihatan
lantai rumah klien karena
yang tidak katarak
licin 7. Lantai rumah
8. Ajarkan pada yang licin dapat
keluarga untuk mengakibatkan
meminimalkan klien tergelincir
risiko dan jatuh
terjadinya 8. Keluarga juga
jatuh pada harus berperan
pasien serta dalam
meminimalkan
risiko terjadinya
jatuh pada klien
2. Ansietas Ansietas NIC: Anxiety NIC: Anxiety
berhubungan klien self control reduction 1. Agar klien dapat
dengan stress berkurang memperoleh
Indikator: 1. Berikan
situasional setelah informasi yang
informasi
akibat dilakukan 1. mencari sesuai fakta
faktual
prosedur perawatan informasi meliputi
medis 1x24 jam untuk 2. Pendampingan
dignosa, bertujuan agar
mengurangi prognosis, dan klien tidak
ansietas terapi sesuai merasa sendiri
2. menggunaka kondisi klien sehingga
n koping 2. Dampingi klien
yang efektif menimbulkan
untuk
3. mengontrol ketakutan
mengurangi
respon 3. Respon
ketakutan klien
ansietas kecemasan
4. menggunaka 3. Kaji digunakan untuk
respon mengetahui
n teknik kecemasan adanya
relaksasi verbal maupun perubahan
untuk non verbal
mengurani emosi pada klien
klien
ansietas 4. Komunikasi
terapeutik untuk
4. Gunakan membina
komunikasi
terapeutik dan hubungan saling
pendekatan percaya dan
yang baik pada mengurangi
klien kecemasan klien
akan terapi
5. Berikan terapi 5. Terapi non
nonfarmakolog farmakologis
is untuk digunakan untuk
mengurangi membuat klien
ansietas klien nyaman
sekaligus
6. Kolaborasi mengurangi
dengan tim kecemasan yang
medis terkait dialami klien
pemberian obat 6. Obat-obatan
untuk digunakan jika
menurunkan kecemasan klien
kecemasan meningkat dan
klien mengganggu
kehidupan klien.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, 2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.EGC : Jakarta

Doengoes A Marylin, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC ; Jakarta

Ilyas, 2008.Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga. FKUI, Jakarta

Istiqomah, 2003.Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata. EGC : Jakarta

Muttaqin, 2009.Asuhan Keperawatan Perioperatif Konsep, Proses, dan Aplikasi. Salemba

Medika ; Jakarta

Nursalam, 2001.Proses & Dokumentasi Keperawatan . Salemba Medika : Jakarta

Tamsuri, 2008.Klien Gangguan Mata & Penglihatan Keperawatan Medikal Bedah.EGC :

Jakarta

http://www.suaramedia.com/kesehatan/penyakit-katarak-menyerang-anamuda.html

Anda mungkin juga menyukai