Anda di halaman 1dari 19

Phinisi Integration Review

Vol. 2, No.1, Februari 2019 Hal 146-164


Website: http://ojs.unm.ac.id/pir
p-ISSN: 2614-2325 dan e-ISSN: 2614-2317

Implementasi Permendikbud No. 82 Tahun 2015 Tentang Pencegahan


dan Penanggulangan Tindak Kekerasan di Lingkungan Satuan
Pendidikan di SMP Telkom Makassar

Sabaruddin(1),
Pendidikan Hukum dan Kewarganegaraan, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar
email: 91sabar@gmail.com

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman guru-guru


tentang implementasi Permendikbud No. 82 Tahun 2015 tentang pencegahan dan
penanggulangan tindak kekerasan di lingkungan satuan pendidikan di SMP Telkom
Makassar, kendala-kendala yang menyebabkan sehingga implementasi Permendikbud
No. 82 Tahun 2015 tentang pencegahan dan penanggulangan tindak kekerasan di
lingkungan satuan pendidikan di SMP Telkom Makassar sehingga belum maksimal, serta
langkah-langkah apa saja yang di lakukan oleh SMP Telkom Makassar dalam mencegah
dan menanggulangi tindak kekerasan yang terjadi di lingkungan satuan pendidikan.
Penelitian ini termasuk penelitian yang menggunakan metode deskripsi kualitatif. Data
diperoleh melalui responden dan wawancara dengan informan yang terdiri dari wali
kelas, guru bidang studi, dan guru BK, juga melalui observasi dan dokumentasi. Hasil
dari penelitian ini menunjukkan bahwa : 1) Tingkat pemahaman guru-guru di SMP
Telkom makassar tentang Permendikbud Nomor 82 Tahun 2015 berada pada kategoti
kurang baik. 2) Yang menjadi kendala sehingga tindak kekerasan di SMP Telkom
Makassar belum mampu di cegah di sebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor internal dari guru berupa (a) kurangnya pengetahuan guru bahwa
kekerasan baik fisik maupun psikis tidak efektif untuk memotivasi siswa atau merubah
perilaku, (b) Adanya masalah psikologis yang menyebabkan hambatan dalam mengelola
emosi hingga guru yang bersangkutan menjadi lebih sensitif dan reaktif . Faktor internal
dari siswa berupa (a) Kurangnya sikap toleransi, sulit mengotrol emosi dan kurangnya
sikap tanggungjawab (b) Masa pertumbuhan remaja yang dialami oleh siswa. Sedangkan
faktor eksternalnya berupa (a) Adanya tekanan kerja atau target yang harus dipenuhi oleh
guru (b) Faktor lingkungan tempat tinggal siswa. 3) Upaya yang telah dilakukan oleh
SMP Telkom Makassar untuk mencegah dan menanggulangi terjadinya tindak kekerasan
berupa kegiatan MPLS atau Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah bagi siswa baru, dan
sistem kredit poin apabila ada pelanggaran oleh siswa dan pengurangan poin jika siswa
berbuat kebaikan.

Kata Kunci: Implementasi; Pencegahan; Penaggulangan; Tindak Kekerasan

Abstract. The study aims at examining the degree of teachers’ understanding on the
implementation of Permendikbud No.82 Tahun 2015 on prevention and overcoming
violence within the education unit at SMP Telkom Makassar, the constraints that cause
the implementation of Permendikbud No.82 Tahun 2015 on prevention and overcoming
violence within the education unit at SMP Telkom Makassar have not yet maximal, and
the steps conducted by SMP Telkom Makassar in preventing and overcoming violence
that happen in education unit. This study employed descriptive qualitative method. Data
146
were obtained by conducted interview to the respondents who consisted of homeroom
teacher, subject teachers, and guidance and counseling teachers; conducted observation as
well as documentation. The results of the study reveal that 1) the degree of teachers’
understanding at SMP Telkom Makassar on Permendikbud No.82 Tahun 2015 is in poor
category; 2) the constraints of violence at SMP Telkom Makassar that have not been
prevented caused by two factors, namely the internal and external factors. The internal
factors from the teachers are (a) lack of knowledge of teachers that physical violence and
psychological violence is not effective to motivate students to change their behaviors, (b)
there are psychological problems as the constraints to manage emotions so teachers
become more sensitive and reactive. The internal factors from the students are (a) lack of
tolerance, difficulty in controling emotion, and lack of responsibility, (b) adolescence
growth period experienced by students. While the external factors are (a) pressure of
working or target to be fulfilled by teachers, (b) environmental factor where students live;
3) efforts conducted by SMP Telkom Makassar to prevent and overcome violence are
MPLS activity or orientation for new students, and point credit system when there is
violation done by students and point deduction when students made good deed.

Keywords: Implementation; Prevention; Overcoming; Violence

Ini adalah artikel dengan akses terbuka dibawah licenci CC BY-NC-4.0


(https://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/ ).

PENDAHULUAN pendidikan seperti kekerasan guru terhadap


peserta didik, kekerasan peserta didik terhadap
Pendidikan adalah wadah untuk mencerdaskan guru, atau kekerasan antara peserta didik dengan
kehidupan bangsa sebagaimana yang peserta didik lainnya.
diamanatkan dalam Pembukaan UUD NRI Akhir-akhir ini baik di media massa maupun
1945. Amanah ini bukan perkara yang bisa media elektronik seringkali kita disuguhi berita
dikesampingkan dibanding perkara lain, karena tentang kejadian-kejadian tidak pantas yang di
lewat pendidikan inilah generasi indonesia contohkan oleh ekosistem sekolah. Dan selama
dibentuk. Melalui sekolah, pemerintah ini belum ada penangananan yang terstuktur
merancang sedemikian rupa agar generasi masa untuk menangani kasus-kasus tindak kekerasan
depan mendapatkan pendidikan yang nyaman ini. Selama ini penanganan yang dilakukan
dan berkualitas karena kelak di tangan generasi sifatnya hanya dari satu kasus ke kasus lainnya
inilah indonesia akan di titipkan. (kasuistik), jika dianggap memenuhi unsur
Pendidikan nasioanal berfungsi pidana maupun perdata langsung masuk ke
mengembangkan kemampuan dan membentuk ranah hukum tanpa di pandang sebagai masalah
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat pendidikan.
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, Kekerasan yang dimaksud tidak hanya sebatas
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta memukul atau melukai tubuh orang lain.
didik agar menjadi manusia yang beriman dan Namun, kekerasan tidak sesempit itu. Seperti
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang dirumuskan dalam world report on
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, violence and health (WRVH), menyebutkan
mandiri, dan menjadi warga negara yang kekerasan sebagai penggunaan kekuatan fisik
demokratis serta bertanggung jawab. (UU RI atau ancaman secara sengaja kepada diri sendiri,
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem orang lain, maupun kelompok yang
Pendidikan Nasional) mengakibatkan cedera, kematian, gangguan
Sekolah sejatinya adalah taman bermain yang psikis atau trauma, gangguan perkembangan,
nyaman untuk peserta didik agar mereka betah ataupun deprivasi. Sedangkan kekerasan
dalam menimba ilmu. Sekolah diharapkan menurut American Psychological Association
mampu mencegah dan menanggulangi hal-hal (APA) adalah bentuk ekstrim dari agresi, seperti
yang tidak perlu dan tak ada kaitannya dengan penyerangan, pemerkosaan, atau pembunuhan.
147
Phinisi Integration Review. Vol 1(2) Agustus 2018

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan dan Muhammad Arjun Nurfaat (Kelas VII A)
kekerasan dalam diri seseorang timbul. Apakah pada 24 juli 2017, kejadian ini bermula ketika
karena game, tayangan kekerasan di TV, Fadhil melempar penghapus ke arah Arjun
keadaan dan lain sebagainya. Karena itu maka dengan tidak sengaja, Arjun pun marah karena
sekolah sebaiknya mengambil tindakan lebih merasa tidak bersalah, akhirnya Arjun
pro-aktif dalam menangani kekerasan di mendorong Fadhil sehingga jatuh ke lantai.
sekolah. Hal pertama yang perlu dilakukan Kasus ini di selesaikan guru BK dengan
adalah membentuk sekolah agar lingkungannya keduanya saling meminta maaf. Atau kasus
menjadi kondusif, baik untuk para murid, guru antara Amelia Ramadhani (Kelas VII C) dengan
dan staff. Sekolah yang kondusif mendukung teman-teman kelasnya pada 9 maret 2017.
lingkungan yang aman, pendidikan yang baik, Kejadian ini bermula ketika Amel tidak nyaman
dan tingkah laku yang terpuji. Program sekolah dengan singgungan atau bercandaan teman-
yang baik akan tergantung pada berbagai faktor temannya seperti yang dilakukan oleh
seperti keamanan, hubungan sosial yang sehat, Muhammad Fahrul, Muhammad Reza,
emosional dan perkembangan akademik yang Muhammad Fathir Arhaj, Muhammad Khairul
baik. Imam, dan teman-temannya yang lain kepada
Dalam sebuah riset yang dilakukan LSM Plan dirinya. Amelia merasa tidak nyaman lagi di
International dan International Center for kelas karena teman-temannya selalu mencelanya
Research on Women (ICRW) yang dirilis awal sambil tertawa. Kasus ini diselesaikan dengan
Maret 2015 ini menunjukkan fakta teman-temannya meminta maaf kepada Amelia
mencengangkan terkait kekerasan anak di dan teman-temannya berjanji tidak mengulangi
sekolah. Terdapat 84% anak di Indonesia lagi perbuatannya. Dan masih banyak kasus
mengalami kekerasan di sekolah. Angka kekerasan lainnya, baik itu kekerasan fisik
tersebut lebih tinggi dari tren di kawasan Asia maupun kekerasan non fisik. (Dokumentasi guru
yakni 70%. BK, 30 April 2018)
(http://news.liputan6.com/read/2191106/survei- Mencermati kenyataan tersebut di atas dapatlah
icrw-84-anak-indonesia-alami-kekerasan-di- dinyatakan bahwa belum terlihat jelas pola yang
sekolah) terstruktur dan tersistematis dalam mencegah
Padahal Indonesia memiliki sejumlah peraturan atau menanggulangi kasus kekerasan yang
perundang-undangan yang melindungi anak dari terjadi di SMP Telkom Makassar, baik itu
tindak kekerasan. Seperti UU Nomor 35 Tahun kekerasan fisik maupun kekerasan non fisik.
2014 tentang Perlindungan Anak, Instruksi Padahal dalam Permendikbud No. 82 Tahun
Presiden Nomor 5 Tahun 2014 tentang Gerakan 2015 pasal 10 ayat (1) poin b misalnya,
Nasional Anti-kejahatan Seksual terhadap anak, dikatakan bahwa satuan pendidikan wajib
dan UU Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem melaporkan kepada orangtua/wali peserta didik
Peradilan Pidana Anak. setiap tindak kekerasan yang melibatkan peserta
Namun penerapan perangkat hukum ini masih didik baik sebagai korban maupun pelaku.
terbentur beragam kendala seperti ketidaktahuan Padahal selama ini keberadaan SMP telkom
masyarakat dan kurangnya komitmen dinilai telah dikenal luas oleh sebagian besar
pemerintah daerah. Penerapan yang belum kalangan masyarakat di kota Makassar, lantaran
optimal ini membuat anak-anak di Indonesia sekolah tersebut berafiliasi di bawah naungan
belum sepenuhnya terlindungi. PT Telkomsel anak perusahaan BUMN. Sebagai
Kekerasan dapat terjadi dimana saja, termasuk konsekuensi satuan pendidikan SMP swasta
di sekolah. Sebagai salah satu satuan pendidikan yang di kenal luas, semestinya kasus-kasus
setingkat SMP yang ada di kota Makassar kekerasan di lingkungan sekolah tersebut bisa
keberadaan SMP Telkom Makassar sudah dieliminer.
menjalankan fungsi proses pembelajaran sejak Beberapa hipotesis bisa diajukan untuk
tahun 2015, sehingga satuan pendidikan tercatat menjelaskan fenomena kekerasan yang terjadi
sebagai wadah untuk membina dan dalam dunia satuan pendidikan. Pertama,
mencerdaskan para calon generasi pengisi kekerasan dalam pendidikan bisa muncul
kemerdekaan di masa depan. Seperti sekolah sebagai akibat adanya pelanggaran yang disertai
pada umumnya, SMP Telkom Makassar juga tak dengan hukuman, terutama fisik. Kedua,
terlepas dari tindak kekerasan, baik itu kekerasan dalam pendidikan bisa diakibatkan
kekerasan fisik maupun non fisik. Seperti oleh buruknya sistem dan kebijakan pendidikan
misalnya kasus Fadhil Athallah (kelas VII C) yang berlaku. Ketiga, kekerasan dalam
148
Sabaruddin. Implementasi Permendikbud No. 82 Tahun 2015 Tentang Pencegahan dan
Penanggulangan Tindak Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan di SMP Telkom
Makassar

pendidikan mungkin pula dipengaruhi oleh tindak kekerasan di sekolah, yang mencakup :
lingkungan masyarakat dan tayangan media upaya pencegahan dan upaya penanggulangan di
massa. Keempat, kekerasan bisa jadi merupakan tindakan kekerasan dilingkungan SMP Telkom
refleksi dan perkembangan kehidupan Makassar.
masyarakat yang mengalami pergeseran cepat,
sehingga meniscayakan timbulnya sikap instant c. Deskripsi Fokus
solution dan jalan pintas. Dan, kelima,
kekerasan mungkin pula dipengaruhi oleh latar Agar dicapai kesamaan persepsi dan
belakang sosial-ekonomi pelaku. pengertian mengenai fokus penelitan, berikut ini
Kekerasan dalam pendidikan merupakan akan dikemukakan deskripsi fokus penelitian
perilaku melampaui batas kode etik dan aturan mengenai beberapa aspek:
dalam pendidikan, baik dalam bentuk fisik Tingkat pemahaman adalah derajat
maupun pelecehan atas hak seseorang. pengetahuan satuan pendidikan tehadap
Pelakunya bisa siapa saja: pimpinan sekolah, permendikbud No. 82 Tahun 2015.
guru, staf, murid, orang tua atau wali murid, Prosedur penanganan adalah langkah-
bahkan masyarakat. langkah yang ditempuh oleh SMP Telkom
Dari pemaparan diatas, penulis mencoba Makassar dalam mencegah dan menanggulangi
meneliti implementasi Permendikbud No. 82 tindak kekerasan dilingkungan satuan
Tahun 2015 di SMP Telkom Makassar ini untuk pendidikan.
melihat sejauh mana efektivitas pelaksanaan Kendala yang dihadapi adalah masalah-
Permendikbud ini. masalah yang muncul di SMP Telkom Makassar
dalam mencegah dan menanggulangi tindak
METODE PENELITIAN kekerasan dilingkungan satuan pendidikan.

a. Jenis Penelitian dan Lokasi Penelitian d. Informan

Jenis penelitian ini adalah kualitatif Informan yang dipilih dalam penelitian
yang menggambarkan dan mendeskripsikan ini dipilih secara representatif (mewakili)
upaya-upaya pencegahan dan penanggulangan berdasarkan metode Purpossive Sampling yaitu
tindak kekerasan di lingkungan sekolah, teknik penentuan sampel dengan pertimbangan
khususnya bagi pelaku-pelaku pendidikan dan tujuan tertentu yang didasarkan atas ciri-ciri
dilingkungan sekolah SMP Telkom Makassar tertentu yang dipandang mempunyai sangkut
secara mendalam, guna menghasilkan data paut yang erat dengan ciri-ciri populasi yang
deskriptif bersifat uraian kata-kata atau makna- sudah diketahui sebelumnya. Adapun sampel
makna tertulis dari orang-orang atau responden yang akan dipilih peneliti adalah guru-guru di
yang diteliti dan dapat dipercaya serta memilih SMP Telkom Makassar.
informan dari pihak sekolah yang memiliki Sedangkan untuk menjaring data, maka
pengetahuan lebih terhadap upaya pencegahan ditetapkan informan guna memberikan penilaian
dan penanggulangan tindak kekerasan (assesment) mengenai derajat implementasi
dilingkungan sekolah. Permendikbud No. 82 Tahun 2015 tentang
Pendekatan penelitian yang dipilih pencegahan dan penanggulangan tindak
adalah survei terbatas, yakni penelitian hanya kekerasan dilingkungan satuan pendidikan di
berlangsung di satu sekolah di kota Makassar SMP Telkom Makassar. Penetapan informan
Provinsi Sulawesi Selatan, yaitu SMP Telkom dilakukan dengan mengacu pada akurasi hasil
Makassar. Dengan maksud agar dapat penyusunan indeks seperti yang disarankan oleh
mendeskripsikan dan menginterpretasikan data Arikunto dengan menetapkan besarnya sampel
dalam keadaan atau peristiwa sebagaimana apabila subjek kurang dari 100, lebih baik
adanya, sehingga bersifat mengungkap fakta. diambil semua sehingga penelitiannya penelitian
populasi. Jika subjeknya lebih besar dapat
b. Fokus Penelitian diambil antara 20-25 % (Arikunto, 2002). Ini
berarti bahwa 19 + 2 = 21. Responden ini akan
Yang menjadi fokus dalam penelitian ini diambilkan dari guru-guru mata pelajaran
adalah upaya pencegahan dan penanggulangan ditambah dengan guru-guru BK.
149
Phinisi Integration Review. Vol 1(2) Agustus 2018

penelitian dengan melihat fenomena yang terjadi


e. Teknik Pengumpulan Data dalam Pencegahan dan Penanggulangan Tindak
Kekerasan di SMP Telkom Makassar. Pada
Teknik pengumpulan data merupakan bulan April hingga bulan Mei 2018, penulis
langkah yang paling strategis dalam penelitian. mengobservasi segala kegiatan Pencegahan dan
Hal ini karena tujuan utama dari penelitian itu Penanggulangan Tindak Kekerasan di SMP
sendiri adalah memperoleh data. Dengan Telkom Makassar yang berkaitan dengan
demikian, maka tanpa mengetahui teknik Implementasi Permendikbud No. 82 Tahun 2015
pengumpulan data, maka penulis tidak akan tentang Pencegahan dan Penanggulangan
memperoleh data yang memenuhi standar. Tindak Kekerasan dilingkungan Satuan
Untuk mendapatkan data yang relevan dengan Pendidikan. (Foto Observasi terlampir)
masalah yang mau diteliti dalam penelitian Teknik dokumentasi dimaksudkan untuk
digunakan 3 (tiga) teknik pengumpulan data mendapatkan catatan-catatan atau data yang
yaitu : berhubungan dengan Implementasi
Wawancara dan angket yang dilakukan Permendikbud No. 82 Tahun 2015 tentang
diharapkan mendapat informasi yang Pencegahan dan Penanggulangan Tindak
sebenarnya mengenai Pencegahan dan Kekerasan dilingkungan Satuan Pendidikan,
Penanggulangan Tindak Kekerasan di SMP pemahaman guru tentang Implementasi
Telkom Makassar yang dapat melengkapi Permendikbud No. 82 Tahun 2015 tentang
penelitian ini. Wawancara dengan informan atau Pencegahan dan Penanggulangan Tindak
orang yang memberi informasi tentang situasi Kekerasan dilingkungan Satuan Pendidikan,
dan kondisi latar belakang penelitian, antara lain kendala-kendala yang dihadapi dalam
Guru BK di SMP Telkom Makassar. Data yang Pencegahan dan Penanggulangan Tindak
diperoleh dari informan yang mewakili guru BK Kekerasan di SMP Telkom, serta upaya-upaya
adalah Sri Wahyuni dan Jauri Putra Sulaiman yang dilakuan oleh SMP Telkom dalam
serta Wali Kelas di SMP Telkom Makassar. Pencegahan dan Penanggulangan Tindak
Wawancara dilakukan kepada wali kelas sebagai Kekerasan.
pihak yang pertama kali menangani jika terjadi
tindak kekerasan di SMP Telkom Makassar. f. Keabsahan Data
Data yang diperoleh dari informan yang
mewakili wali kelas adalah Agus Supriadi (8A), Teknik yang digunakan untuk mengecek
Ridwan (7B), Nurul Insani (8D), Irma Widiany keabsahan data penelitian ini adalah dengan
(9D), Mursalim (7F). melakukan triangulasi. Pelaksanaan teknis dari
Dalam melakukan wawancara peneliti langkah pengujian keabsahan ini akan
mempergunakan pedoman wawancara memanfaatkan sumber, metode dan teori.
(interview guide). Pedoman wawancara 1. Triangulasi dengan sumber data dilakukan
dimaksudkan untuk memberikan pengarahan dengan membandingkan dan mengecek data
kepada peneliti dalam melakukan wawancara. yang diperoleh dari informan kemudian
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juli membandingkannya dengan data/informasi dari
2018. informan lain.
Observasi yang dilakukan untuk melihat 2. Triangulasi dengan metode dilalukan dengan
fakta yang terjadi dilapangan yaitu dengan membandingkan dan mengecek data yang
pengamatan langsung pada kondisi yang terjadi diperoleh dari hasil pengumpulan data melalui
dilokasi penelitian tersebut, yang dalam hal ini metode tertentu kemudian membandingkannya
pengamatan terhadap pencegahan dan dengan data/informasi dari metode yang
penanggulangan tindak kekerasan di SMP berlainan.
Telkom Makassar yang berkaitan dengan 3. Triangulasi dengan teori yaitu dengan
Implementasi Permendikbud No. 82 Tahun membandingkan fakta dengan teori.
2015. Pertimbangan peneliti untuk memilih 4. Member Check pada tahap penelitian ini hasil
metode observasi sebagai pengumpul data dalam data yang telah dikumpulkan peneliti dicek
penelitian ini yaitu agar dapat diperoleh data ulang kembali kepada para informan untuk
yang lengkap dan hasilnya dapat dipercaya mengetahui keabsahan data yang telah
kebenarannya. Observasi awal yang dilakukan dikumpulkan dan diinterpretasikan sehingga
oleh penulis pada bulan April 2018 sebagai hasil penelitian dapat lebih akurat.
masukan data awal dalam memulai suatu
150
Sabaruddin. Implementasi Permendikbud No. 82 Tahun 2015 Tentang Pencegahan dan
Penanggulangan Tindak Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan di SMP Telkom
Makassar

Jadi peneliti menemui kembali informan A. Gambaran Umum SMP Telkom Makassar
pada suatu tempat lalu memperlihatkan hasil
deskripsi. Kalau informan sudah menyetujui dan Dalam hasil penelitian ini, akan dikemukakan
menganggap apa yang diuraikan sudah benar beberapa hal yang menjadi fokus permasalahan
maka peneliti mengambil kesimpulan tentang antara lain : (1) pemahaman guru-guru di SMP
hasil wawancara dan kuesioner. Telkom makassar tentang Permendikbud Nomor
82 Tahun 2015 (2) kendala yang dihadapi
g. Teknik Analisis Data sehingga tindak kekerasan di SMP Telkom
Makassar belum mampu di cegah (3) upaya
Teknik analisis data yang digunakan yang dilakukan oleh SMP Telkom Makassar
dalam penelitian ini adalah dengan metode untuk mencegah dan menanggulangi terjadinya
deskriptif kualitatif, dimana peneliti tindak kekerasan.
menggambarkan, menarasikan dan menganalisis Sebelum peneliti memaparkan hasil penelitian,
data secara sistematis tentang gambaran terlebih dahulu diuraikan gambaran umum SMP
Tangibles, reliabilty, responsiveness, assurance, Telkom Makassar.
emphaty, persepsi guru-guru SMP Telkom SMP Telkom Makassar merupakan salah satu
Makassar. Analisis data dalam penelitian satuan pendidikan swasta tingkat menengah
kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki yang terletak di Jln. A. P Pettarani No. 4
lapangan, selama proses pengumpulan data Kompleks Telkom, kelurahan Gunung Sari,
dilingkungan, dan dilanjutkan secara intensif Kecamatan Rappocini, Kota Makassar. Adapun
setelah data terkumpul. Data tersebut rincian gambaran umum SMP Telkom Makassar
selanjutnya diolah dan diklasifikasikan melalui dapat dilihat sebagai berikut :
proses pengumpulan data, reduksi data,
penyajian data, penarikan kesimpulan dan NPSN : 69938800
verifikasi. Status : Swasta
Untuk lebih jelasnya gambaran tentang Bentuk Pendidikan : SMP
teknik analisis data, dapat dilihat pada Status Kepemilikan : Yayasan
penjelasan berikut. SK Pendirian Sekolah : 421.2/085/DPK/II/2016
1. Pengumpulan data yaitu dengan Tanggal SK Pendirian : 2016-02-29
mengumpulkan data dan sumber data melalui SK Izin Operasional : 421.2/085/DPK/II/2016
teknik wawancara. Tanggal SK Izin Operasional :
2. Reduksi data yaitu melakukan analisis data 421.2/085/DPK/II/2016
dengan cara merangkum, memilih hal-hal yang Luas Tanah Milik : 5691
pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting Luas Tanah Bukan Milik : 0
dan membuat kategori sehingga memberikan
gambaran yang jelas serta mempermudah B. Hasil Penelitian
peneliti dalam analisis data selanjutnya.
3. Penyajian data yaitu mengorganisasikan data, a. Pemahaman satuan pendidikan di SMP
membuat kedalam pola, membuat uraian Telkom Makassar terhadap Permendikbud
singkat, bagan, hubungan antar kategori sesuai Nomor 82 Tahun 2015
dengan fokus penelitian.
4. Penarikan kesimpulan data yaitu penarikan a. Pengetahuan satuan pendidikan terhadap
kesimpulan. Ini merupakan temuan baru, dapat Permendikbud No. 82 Tahun 2015
berupa deskriptif atau gambaran suatu objek Pengetahuan satuan pendidikan terhadap
yang belum jelas. Permendikbud No. 82 Tahun 2015 merupakan
indikator penting untuk melihat sejauh mana
tingkat pengetahuan satuan pendidikan dalam
pencegahan dan penanggulangan tindak
kekerasan di SMP Telkom Makassar. Berikut
dikemukakan datanya :
HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 4.4 Pengetahuan pendidik terhadap
Permendikbud No. 82 Tahun 2015
151
Phinisi Integration Review. Vol 1(2) Agustus 2018

N Pilihan Bob Frekue Prosenta Nil b. Pemahaman satuan pendidikan terhadap isi
o. Jawaban ot nsi se ai Permendikbud No. 82 Tahun 2015
1 Sangat 4 0 0% 0 Pemahaman satuan pendidikan terhadap
Tahu Permendikbud No. 82 Tahun 2015 merupakan
2 Tahu 3 1 4,8 % 3 indikator penting untuk melihat sejauh mana
tingkat pemahaman satuan pendidikan dalam
3 Sebagi 2 1 4,8 % 2 pencegahan dan penanggulangan tindak
an kekerasan di SMP Telkom Makassar. Berikut
4 Tidak 1 19 90,4 % 19 dikemukakan datanya :
Tahu
Jumlah 21 100% 24 Tabel 4.6 Pemahaman pendidik terhadap
Permendikbud No. 82 Tahun 2015
Sumber : Hasil analisis, 2018. No. Pilihan Bobot Frekuensi Prosentase Nilai
Jawaban
Nilai rata-rata untuk “Pengetahuan pendidik 1 Sangat 4 0 % 0
terhadap Permendikbud No. 82 Tahun 2015” Paham
berada pada angka “1.15” yang diperoleh
2 Paham 3 0 0% 0
dengan cara membagi jumlah perolehan nilai
3 Sebagian 2 2 9,5 % 4
dengan jumlah responden. Apabila angka atau
4 Tidak 1 19 90,4 % 19
indeks “1.15” diinterpretasikan, maka
Paham
pengetahuan pendidi terhadap Permendikbud
No. 82 Tahun 2015 berada pada kategori “tidak Jumlah 21 100% 23
baik” atau “D”. Sumber : Hasil analisis, 2018.

Nilai rata-rata untuk “Pemahaman pendidik


Tabel 4.5 Pengetahuan peserta didik terhadap terhadap Permendikbud No. 82 Tahun 2015”
Permendikbud No. 82 Tahun 2015 berada pada angka “1.1” yang diperoleh dengan
NO Pilihan Bobo Frekuens Prosentas Nila cara membagi jumlah perolehan nilai dengan
. Jawaba t i e i jumlah responden. Apabila angka atau indeks
“1,1” diinterpretasikan, maka pengetahuan
n
terhadap Pemahaman terhadap Permendikbud
1 Sangat 4 0 0% 0
No. 82 Tahun 2015 berada pada kategori
Tahu
“kurang baik” atau “C”.
2 Tahu 3 0 0% 0
Tabel 4.7 Pemahaman peserta didik terhadap
3 Sebagia 2 3 6.6 % 6 Permendikbud No. 82 Tahun 2015
n N Pilihan Bobo Frekuens Prosentas Nila
4 Tidak 1 42 93.4 % 42 o Jawaban t i e i
Tahu 1 Sangat 4 0 0% 0
Jumlah 45 100 % 48 Paham
Sumber : Hasil analisis, 2018. 2 Paham 3 0 0% 0
3 Sebagia 2 2 4.4 % 4
Nilai rata-rata untuk “Pengetahuan peserta didik n
terhadap Permendikbud No. 82 Tahun 2015” 4 Tidak 1 43 95.6 % 43
berada pada angka “1.07” yang diperoleh Paham
dengan cara membagi jumlah perolehan nilai Jumlah 45 1000 % 47
dengan jumlah responden. Apabila angka atau Sumber : Hasil analisis, 2018.
indeks “1.07” diinterpretasikan, maka
pengetahuan peserta didik terhadap Nilai rata-rata untuk “Pemahaman peserta didik
Permendikbud No. 82 Tahun 2015 berada pada terhadap Permendikbud No. 82 Tahun 2015”
kategori “tidak baik” atau “D”. berada pada angka “1.05” yang diperoleh
Dari data tersebut pengetahuan satuan dengan cara membagi jumlah perolehan nilai
pendidikan tentang Permendikbud No. 82 Tahun dengan jumlah responden. Apabila angka atau
2015 tergolong rendah. indeks “1.05” diinterpretasikan, maka
Pemahaman peserta didik terhadap

152
Sabaruddin. Implementasi Permendikbud No. 82 Tahun 2015 Tentang Pencegahan dan
Penanggulangan Tindak Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan di SMP Telkom
Makassar

Permendikbud No. 82 Tahun 2015 berada pada n


kategori “kurang baik” atau “C”. 1 Sangat 4 34 75.6 % 136
Dari data tersebut pemahaman satuan Setuju
pendidikan terhadap Permendikbud No. 82 2 Setuju 3 11 24.4 % 33
Tahun 2015 tergolong rendah. 3 Kuran 2 0 0% 0
g
c. Respon satuan pendidikan terhadap Setuju
Permendikbud No. 82 Tahun 2015 4 Tidak 1 0 0% 0
Respon satuan pendidikan terhadap Setuju
Permendikbud No. 82 Tahun 2015 merupakan Jumlah 45 100 % 169
indikator penting untuk melihat sejauh mana Sumber : Hasil analisis, 2018.
keseriusan pendidik dan peserta didik dalam
pencegahan dan penanggulangan tindak Nilai rata-rata untuk “Respon peserta didik
kekerasan di SMP Telkom Makassar. Berikut terhadap Permendikbud No. 82 Tahun 2015”
dikemukakan datanya : berada pada angka “3.8” yang diperoleh dengan
cara membagi jumlah perolehan nilai dengan
Tabel 4.8 Respon pendidik terhadap jumlah responden. Apabila angka atau indeks
Permendikbud No. 82 Tahun 2015 “3.8” diinterpretasikan, maka respon peserta
No Pilihan Bobo Frekuen Prosentas Nila didik terhadap Permendikbud No. 82 Tahun
. Jawaba t si e i 2015 berada pada kategori “Sangat Baik” atau
n “A”.
1 Sangat 4 12 42,8 % 48 Dari data tersebut respon satuan
Setuju pendidikan terhadap Permendikbud No. 82
2 Setuju 3 9 57,2 % 27 Tahun 2015 tergolong sangat tinggi.
3 Kurang 2 0 0 0
Setuju d. Sosialisasi Permendikbud No. 82 Tahun
4 Tidak 1 0 0 0 2015
Setuju Sosialisasi Permendikbud No. 82 Tahun 2015
Jumlah 21 100% 75 terhadap satuan pendidikan di SMP Telkom
Sumber : Hasil analisis, 2018. Makassar merupakan indikator penting dalam
pencegahan dan penanggulangan tindak
Nilai rata-rata untuk “Respon pendidik terhadap kekerasan di SMP Telkom Makassar. Berikut
Permendikbud No. 82 Tahun 2015” berada pada dikemukakan datanya :
angka “3.58” yang diperoleh dengan cara
membagi jumlah perolehan nilai dengan jumlah Tabel 4.10 Sosialisasi Permendikbud No. 82
responden. Apabila angka atau indeks “3.58” Tahun 2015 kepada pendidik
diinterpretasikan, maka respon pendidik No Pilihan Bobo Frekuen Prosentas Nila
terhadap Permendikbud No. 82 Tahun 2015 . Jawaba t si e i
berada pada kategori “Sangat Baik” atau “A”. n
1 Pernah 4 0 0% 0
2 Ragu- 3 0 0% 9
ragu
3 Kuran 2 5 23,8 % 10
g Tahu
4 Tidak 1 16 76,1 % 16
Pernah
Jumlah 21 100% 26
Sumber : Hasil analisis, 2018.
Tabel 4.9 Respon peserta didik terhadap
Permendikbud No. 82 Tahun 2015 Nilai rata-rata untuk “Sosialisasi Permendikbud
No Pilihan Bobo Frekuen Prosentas Nila No. 82 Tahun 2015 kepada pendidik” berada
. Jawaba t si e i pada angka “1,24” yang diperoleh dengan cara

153
Phinisi Integration Review. Vol 1(2) Agustus 2018

membagi jumlah perolehan nilai dengan jumlah 1 Sangat 4 14 66,6 % 56


responden. Apabila angka atau indeks “1,24” Setuju
diinterpretasikan, maka sosialisasi 2 Setuju 3 7 33,3 % 21
Permendikbud No. 82 Tahun 2015 kepada 3 Ragu- 2 0 0% 0
pendidik berada pada kategori “Rendah” atau ragu
“C”. 4 Tidak 1 0 0% 0
Setuju
Tabel 4.11 Sosialisasi Permendikbud No. 82 Jumla 21 100% 77
Tahun 2015 kepada peserta didik h
No Pilihan Bobo Frekuens Prosentas Nila Sumber : Hasil analisis, 2018.
. Jawaba t i e i
n Nilai rata-rata untuk “Pendapat pendidik
1 Pernah 4 0 0% 0 mengenai Permendikbud No. 82 Tahun 2015”
2 Ragu- 3 1 20 % 3 berada pada angka “3,67” yang diperoleh
ragu dengan cara membagi jumlah perolehan nilai
3 Kurang 2 14 13.3 % 28 dengan jumlah responden. Apabila angka atau
Tahu indeks “3,67” diinterpretasikan, maka Pendapat
4 Tidak 1 30 66.7 % 30 pendidik mengenai Permendikbud No. 82 Tahun
Pernah 2015 berada pada kategori “sangat tinggi” atau
Jumlah 45 100 % 61 “A”.
Sumber : Hasil analisis, 2018.
Tabel 4.13 Pendapat peserta didik mengenai
Nilai rata-rata untuk “Sosialisasi Permendikbud No. 82 Tahun 2015
Permendikbud No. 82 Tahun 2015 kepada No Pilihan Bobo Frekuens Prosentas Nila
peserta didik” berada pada angka “1,36” yang . Jawaba t i e i
diperoleh dengan cara membagi jumlah n
perolehan nilai dengan jumlah responden. 1 Sangat 4 31 68.9 % 124
Apabila angka atau indeks “1,36” Setuju
diinterpretasikan, maka sosialisasi 2 Setuju 3 14 31.1 % 42
Permendikbud No. 82 Tahun 2015 kepada 3 Ragu- 2 0 0% 0
peserta didik berada pada kategori “Rendah” ragu
atau “C”. 4 Tidak 1 0 0% 0
Dari data tersebut sosialisasi terhadap Setuju
Permendikbud No. 82 Tahun 2015 kepada Jumla 45 100 % 166
satuan pendidikan tergolong rendah. h
Sumber : Hasil analisis, 2018.
e. Pendapat satuan pendidikan mengenai
Permendikbud No. 82 Tahun 2015 Nilai rata-rata untuk “Pendapat peserta
Pendapat satuan pendidikan di SMP Telkom didik mengenai Permendikbud No. 82 Tahun
Makassar mengenai Permendikbud No. 82 2015” berada pada angka “3,69” yang diperoleh
Tahun 2015 merupakan indikator penting dalam dengan cara membagi jumlah perolehan nilai
pencegahan dan penanggulangan tindak dengan jumlah responden. Apabila angka atau
kekerasan di SMP Telkom Makassar. Berikut indeks “3,69” diinterpretasikan, maka pendapat
dikemukakan datanya : peserta didik mengenai Permendikbud No. 82
Tahun 2015 berada pada kategori “sangat
tinggi” atau “A”.
Dari data tersebut pendapat satuan
pendidikan mengenai Permendikbud No. 82
Tahun 2015 tergolong sangat tinggi.
Tabel 4.12 Pendapat pendidik tentang
Permendikbud No. 82 Tahun 2015 3. Upaya yang dilakukan oleh SMP Telkom
No Pilihan Bobo Frekuens Prosentas Nila Makassar untuk mencegah dan
. Jawaba t i e i menanggulangi terjadinya tindak kekerasan
n

154
Sabaruddin. Implementasi Permendikbud No. 82 Tahun 2015 Tentang Pencegahan dan
Penanggulangan Tindak Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan di SMP Telkom
Makassar

Pencegahan dan penanggulangan tindak dilakukan Ya Tidak


kekerasan menjadi indikator penting untuk untuk
melihat sejauh mana keseriusan SMP Telkom mencegah dan
Makassar dalam menyelenggarakan pendidikan. menanggulangi Fre Pro Fre Pro
Indikator yang digunakan adalah Permendikbud terjadinya kue sen kue sen
No. 82 Tahun 2015 pasal 8. Metode penarikan tindak nsi tase nsi tase
data yang digunakan adalah metode wawancara kekerasan
tertutup, berikut dikemukakan datanya : 2. Pembangunan
lingkungan
a. Penciptaan lingkungan yang bebas dari tindak 57. 42.
yang aman, 12 9
kekerasan 2% 8%
nyaman, dan
Tabel 4.14 Penciptaan lingkungan yang bebas menyenangkan
dari tindak kekerasan 100 100
Upaya Alternatif Jumlah 21 21
% %
yang Ya Tidak Sumber : Hasil analisis, 2018.
dilakuka
n untuk Nilai prosentase untuk “Penciptaan lingkungan
mencega yang bebas dari tindak kekerasan” berada pada
N h dan angka “57.2 %” untuk yang berpendapat bahwa
o menang Frek Pro Frek Pro SMP Telkom Makassar telah menciptakan
gulangi uens sent uensi sen lingkungan yang bebas dari tindak kekerasan,
terjadiny i ase tase
dan “42.8 %” untuk yang berpendapat bahwa
a tindak SMP Telkom Makassar belum menciptakan
kekerasa lingkungan yang bebas dari tindak kekerasan.
n
1. Pencipta 19 90. 2 0.5 c. Menjamin keamanan, keselamatan dan
an 5% % kenyamanan peserta didik
lingkung Tabel 4. 16 Menjamin keamanan, keselamatan
an yang dan kenyamanan peserta didik
bebas Upaya yang Alternatif
dari dilakukan Ya Tidak
tindak untuk
kekerasa mencegah dan
No
n menanggulangi Fre Pro Fre Pro
Jumlah 21 100 21 100 terjadinya kue sen kue sen
% % tindak nsi tase nsi tase
Sumber : Hasil analisis, 2018. kekerasan
3. Menjamin
Nilai prosentase untuk “Penciptaan lingkungan keamanan,
yang bebas dari tindak kekerasan” berada pada keselamatan 81 19
17 4
angka “90.5%” untuk yang berpendapat bahwa dan % %
SMP Telkom Makassar telah menciptakan kenyamanan
lingkungan yang bebas dari tindak kekerasan, peserta didik
dan “0.5%” untuk yang berpendapat bahwa 100 100
SMP Telkom Makassar belum menciptakan Jumlah 21 21
% %
lingkungan yang bebas dari tindak kekerasan. Sumber : Hasil analisis, 2018.

b. Pembangunan lingkungan yang aman, Nilai prosentase untuk “Penciptaan lingkungan


nyaman, dan menyenangkan yang bebas dari tindak kekerasan” berada pada
Tabel 4.15 Pembangunan lingkungan yang angka “81 %” untuk yang berpendapat bahwa
aman, nyaman, dan menyenangkan SMP Telkom Makassar telah menciptakan
No Upaya yang Alternatif lingkungan yang bebas dari tindak kekerasan,

155
Phinisi Integration Review. Vol 1(2) Agustus 2018

dan “19 %” untuk yang berpendapat bahwa kekerasan yang mengacu pada pedoman yang
SMP Telkom Makassar belum menciptakan ditetapkan Kementerian
lingkungan yang bebas dari tindak kekerasan. Upaya Alternatif
yang Ya Tidak
dilakukan
untuk
d. Melaporkan kepada orangtua/wali termasuk mencegah
mencari informasi apabila ada dugaan/gejala N
dan
o
akan terjadi tindak kekerasan menangg Freku Prosen Freku Prosen
Tabel 4.17 Melaporkan kepada orangtua/wali ulangi ensi tase ensi tase
termasuk mencari informasi apabila ada terjadinya
dugaan/gejala akan terjadi tindak kekerasan tindak
Upaya Alternatif kekerasan
yang Ya Tidak 5. Menyus
dilakukan un dan
untuk menetap
mencegah kan
N
dan Prosedur
o
menangg Frekue Prosent Frekue Prosen Operasi
ulangi nsi ase nsi tase
Standar
terjadinya (POS)
tindak pencega
kekerasan han
14.2 85.8
Melapork tindak 2 19
% %
an kepada kekerasa
orangtua/ n yang
wali mengacu
termasuk pada
mencari pedoma
informasi 14.3 15.7 n yang
4. 3 18
apabila % % ditetapk
ada an
dugaan/ge Kemente
jala akan rian
terjadi Jumlah 21 100% 21 100%
tindak Sumber : Hasil analisis, 2018.
kekerasan
Jumlah 21 100% 21 100% Nilai prosentase untuk “Penciptaan lingkungan
Sumber : Hasil analisis, 2018. yang bebas dari tindak kekerasan” berada pada
angka “14.2%” untuk yang berpendapat bahwa
Nilai prosentase untuk “Penciptaan lingkungan SMP Telkom Makassar telah menciptakan
yang bebas dari tindak kekerasan” berada pada lingkungan yang bebas dari tindak kekerasan,
angka “14.3%” untuk yang berpendapat bahwa dan “85.8%” untuk yang berpendapat bahwa
SMP Telkom Makassar telah menciptakan SMP Telkom Makassar belum menciptakan
lingkungan yang bebas dari tindak kekerasan, lingkungan yang bebas dari tindak kekerasan.
dan “15.7%” untuk yang berpendapat bahwa
SMP Telkom Makassar belum menciptakan f. Melakukan sosialisasi POS kepada peserta
lingkungan yang bebas dari tindak kekerasan. didik, pendidik, tenaga kependidikan, orangtua
atau wali, komite sekolah, dan masyarakat
e. Menyusun dan menetapkan Prosedur Operasi Tabel 4.19 Melakukan sosialisasi POS kepada
Standar (POS) pencegahan tindak kekerasan peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan,
yang mengacu pada pedoman yang ditetapkan orangtua atau wali, komite sekolah, dan
Kementerian masyarakat
Tabel 4.18 Menyusun dan menetapkan Prosedur N Upaya Alternatif
Operasi Standar (POS) pencegahan tindak
156
Sabaruddin. Implementasi Permendikbud No. 82 Tahun 2015 Tentang Pencegahan dan
Penanggulangan Tindak Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan di SMP Telkom
Makassar

o yang Ya Tidak h dan


dilakuka menangg
n untuk ulangi
mencega terjadiny
h dan a tindak
menangg Freku Prose Freku Prose kekerasa
ulangi ensi ntase ensi ntase n
terjadiny 7 Menjalin
a tindak . kerjasam
kekerasa a dengan
n lembaga
6. Melakuk psikologi
an ,
23.7 76.2
sosialisas organisa 5 16
% %
i POS si
kepada keagama
peserta an, dan
didik, pakar
pendidik, pendidik
tenaga 95.3 an
1 4.7 % 20
kependid % Jumlah 21 100 21 100
ikan, % %
orangtua Sumber : Hasil analisis, 2018.
atau wali,
komite Nilai prosentase untuk “Penciptaan lingkungan
sekolah, yang bebas dari tindak kekerasan” berada pada
dan angka “90.5%” untuk yang berpendapat bahwa
masyarak SMP Telkom Makassar telah menciptakan
at lingkungan yang bebas dari tindak kekerasan,
Jumlah 21 100% 21 100% dan “0.5%” untuk yang berpendapat bahwa
Sumber : Hasil analisis, 2018. SMP Telkom Makassar belum menciptakan
lingkungan yang bebas dari tindak kekerasan.
Nilai prosentase untuk “Penciptaan lingkungan
yang bebas dari tindak kekerasan” berada pada h. Membentuk tim pencegahan tindak kekerasan
angka “90.5%” untuk yang berpendapat bahwa yang teridiri dari kepala sekolah, perwakilan
SMP Telkom Makassar telah menciptakan guru, perwakilan siswa dan perwakilan
lingkungan yang bebas dari tindak kekerasan, orangtua/ wali
dan “0.5%” untuk yang berpendapat bahwa
SMP Telkom Makassar belum menciptakan
lingkungan yang bebas dari tindak kekerasan.

g. Menjalin kerjasama dengan lembaga


psikologi, organisasi keagamaan, dan pakar
pendidikan
Tabel 4.20 Menjalin kerjasama dengan lembaga
psikologi, organisasi keagamaan, dan pakar
pendidikan Tabel. 4.21 Membentuk tim pencegahan tindak
Upaya Alternatif kekerasan yang teridiri dari kepala sekolah,
yang perwakilan guru, perwakilan siswa dan
N Ya Tidak perwakilan orangtua/ wali
dilakuka
o Alternatif
n untuk Freku Prose Freku Prose N Upaya
mencega ensi ntase ensi ntase o yang Ya Tidak

157
Phinisi Integration Review. Vol 1(2) Agustus 2018

dilakukan h dan
untuk menangg
mencegah ulangi
dan terjadinya
Freku Prosent Frekue Prosent
menanggu tindak
ensi ase nsi ase
langi kekerasan
terjadinya 9. Memasan
tindak g papan
kekerasan layanan
8. Memben pengadua
95.3
tuk tim n tindak 1 4.7 % 20
%
pencega kekerasan
han yang
tindak mudah di
kekerasa akses
n yang Jumlah 21 100% 21 100%
teridiri Sumber : Hasil analisis, 2018.
dari
kepala
3
14.3
18
15.7 Nilai prosentase untuk “Penciptaan lingkungan
sekolah, % % yang bebas dari tindak kekerasan” berada pada
perwakil angka “90.5%” untuk yang berpendapat bahwa
an guru, SMP Telkom Makassar telah menciptakan
perwakil lingkungan yang bebas dari tindak kekerasan,
an siswa dan “0.5%” untuk yang berpendapat bahwa
dan SMP Telkom Makassar belum menciptakan
perwakil lingkungan yang bebas dari tindak kekerasan.
an
orangtua j. Membentuk tim pencegahan tindak kekerasan
/ wali sesuai dengan kondisi dan kebutuhan satuan
Jumlah 21 100% 21 100% pendidikan
Sumber : Hasil analisis, 2018.

Nilai prosentase untuk “Penciptaan lingkungan


yang bebas dari tindak kekerasan” berada pada
angka “90.5%” untuk yang berpendapat bahwa
SMP Telkom Makassar telah menciptakan
lingkungan yang bebas dari tindak kekerasan,
dan “0.5%” untuk yang berpendapat bahwa
SMP Telkom Makassar belum menciptakan
lingkungan yang bebas dari tindak kekerasan.

i. Memasang papan layanan pengaduan tindak


kekerasan yang mudah di akses

Tabel 4.23 Membentuk tim pencegahan tindak


kekerasan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan
Tabel 4.22 Memasang papan layanan pengaduan satuan pendidikan
tindak kekerasan yang mudah di akses Upaya Alternatif
Upaya Alternatif yang Ya Tidak
yang Ya Tidak N dilakukan
N
dilakukan o untuk Freku Prosen Frekue Prosen
o Freku Prosent Frekue Prosen
untuk mencegah ensi tase nsi tase
mencega ensi ase nsi tase dan

158
Sabaruddin. Implementasi Permendikbud No. 82 Tahun 2015 Tentang Pencegahan dan
Penanggulangan Tindak Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan di SMP Telkom
Makassar

menangg menanggulangi tindak kekerasan di lingkungan


ulangi satuan pendidikan, khususnya SMP Telkom
terjadinya Makasassar.
tindak Kemudian berdasarkan hasil wawancara dengan
kekerasan bapak Ridwan, Wali Kelas 7 B, menyatakan
1 Membentu bahwa :
0. k tim “Kurangnya pengetahuan dari guru bahwa
pencegaha kekerasan fisik maupun psikis tidak efektif untuk
n tindak memotivasi atau merubah perilaku siswa, dan
kekerasan adanya tekanan pekerjaan seperti target yang
sesuai 90.5 harus di penuhi guru. Sedangkan dari siswa
2 4.5 % 19 biasanya karena ingin diperhatikan, makanya
dengan %
kondisi tidak heran jika siswa berusaha memancing
dan amarah guru atau siswa lainnya.” (wawancara
kebutuhan Juli 2018 pukul 13.33 WITA)
satuan Hal tersebut menjelaskan bahwa
pendidikan kurangnya pengetahuan guru akan manfaat dari
Jumlah 21 100% 21 100% kekerasan terhadap siswa dan beban pekerjaan
Sumber : Hasil analisis, 2018. menjadi faktor internal mengapa kekerasan guru
terhadap murid masih belum optimal untuk
Nilai prosentase untuk “Penciptaan lingkungan dicegah dan ditanggulangi. Sedangkan faktor
yang bebas dari tindak kekerasan” berada pada internal dari siswa sendiri disebabkan oleh
angka “90.5%” untuk yang berpendapat bahwa dimensi psikologis pertumbuhan remaja yaitu
SMP Telkom Makassar telah menciptakan rasa ingin diperhatikan.
lingkungan yang bebas dari tindak kekerasan, Selain itu, hal yang hampir sama
dan “0.5%” untuk yang berpendapat bahwa dikemukakan oleh Devi Nur Hidayanti, peserta
SMP Telkom Makassar belum menciptakan didik Kelas 8 A, yang menyatakan bahwa :
lingkungan yang bebas dari tindak kekerasan. “Ketidakstabilan emosi remaja memiliki andil
kenapa kekerasan dikalangan siswa masih sulit
4. Kendala yang Dihadapi Sehingga Tindak untuk dicegah. Ingin menonjolkan keberanian
Kekerasan di SMP Telkom Makassar belum diri sendiri baik dihadapan teman maupun
mampu di cegah dihadapan guru untuk mendapat pengakuan
bahwa dia berani.” (Wawancara Juli 2018 puku
Dari hasil penelitian melalui teknik 08.09 WITA)
wawancara akan dibahas mengenai kendala
yang dihadapi oleh SMP Telkom Makassar, Berdasarkan pandangan tersebut
adapun hasil wawancara tersebut adalah sebagai menjelaskan bahwa ketidakstabilan emosi siswa
berikut : sebagai akibat dari masa pertumbuhan remaja
Berdasarkan hasil wawancara dengan menjadi faktor internal mengapa tindak
bapak Agus Supriadi, Wali Kelas 8 A, kekerasan masih terjadi di lingkungan satuan
menyatakan bahwa : pendidikan SMP Telkom Makassar.
”Faktor internal sendiri kupikir masih menjadi Berdasarkan hasil wawancara dengan
penyebab belum optimalnya pencegahan dan Rahmat Mursalim, peserta didik Kelas 9 C,
penaggulangan tindak kekerasan di SMP menyatakan bahwa :
Telkom adalah kurangnya sikap toleransi, “Menurut saya faktor lingkungan tempat
sulitnya mengotrol emosi dan kurangnya sikap tinggalnya siswa menjadi faktor dominan
tanggungjawab, baik itu guru maupun siswa..” mengapa tindak kekerasan di kalangan siswa
(wawancara Juli 2018 pukul 11.26 WITA) masih saja terjadi.” (Wawancara Juli 2018
Menurut pandangan tersebut pukul 09.02 WITA)
menjelaskan bahwa dibutuhkan toleransi,
kontrol emosi, dan sikap tanggungjawab dari Berdasarkan hasil wawancara tersebut
guru dan siswa untuk mencegah dan menjelaskan bahwa lingkungan tempat tinggal
peserta didik mejadi salah satu faktor eksternal
159
Phinisi Integration Review. Vol 1(2) Agustus 2018

tindak kekerasan di lingkungan satuan Faktor eksternal yang dimaksud disini


pendidikan SMP Telkom Makassar. adalah faktor yang berasal dari luar diri
Kemudian berdasarkan hasil wawancara individu, baik itu guru maupun siswa. Faktor
dengan bapak Mursalim, Wali Kelas 7 F, eksternal dari pendidik berupa adanya tekanan
menyatakan bahwa : kerja atau target yang harus dipenuhi oleh
“Muatan kurikulum yang menekankan pada pendidik dan faktor eksternal peserta didik
kemampuan kognitif dan cenderung adalah faktor lingkungan tempat tinggal peserta
mengabaikan kemampuan afektif kadang didik.
membuat suasana belajar jadi kering dan
stressful, dan pihak guru pun kesulitan dalam C. PEMBAHASAN
menciptakan suasana belajar mengajar yang
menarik, padahal mereka dituntut mencetak Berdasarkan hasil penelitiann yang telah
siswa-siswa berprestasi.” (Wawancara Juli 2018 diuraikan, maka pada bagian ini pembahasan
10.41 WITA) hasil penelitan untuk mengetahui lebih lanjut
Lebih lanjut, berdasarkan hasil wawancara mengenai (1) pemahaman guru-guru di SMP
dengan ibu Umi Kalsum, wali kelas 9 A, Telkom makassar tentang Permendikbud Nomor
menyatakan bahwa : 82 Tahun 2015 (2) kendala yang dihadapi
“Tayangan-tayangan di televisi saya rasa turut sehingga tindak kekerasan di SMP Telkom
memberikan andil mengapa siswa gampang Makassar belum mampu di cegah (3) upaya
sekali melakukan tindak kekerasan kepada yang dilakukan oleh SMP Telkom Makassar
kawannya, baik itu secara fisik maupun kata- untuk mencegah dan menanggulangi terjadinya
kata. Apalagi gampangnya anak-anak tindak kekerasan.
mengakses internet membuat mereka tak
terkontrol dalam menonton apapun. Ditambah 1. Pemahaman satuan pendidikan di SMP
lagi pengawasan orangtua yang lemah dalam Telkom Makassar terhadap Permendikbud
mengontrol apa-apa saja yang di tonton oleh Nomor 82 Tahun 2015
anaknya.” (Wawancara Juli 2018 10.58 WITA)
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, kendala Dari hasil penelitian melalui teknik
yang dihadapi sehingga tindak kekerasan di wawancara tertutup akan dibahas mengenai
SMP Telkom Makassar belum mampu di cegah tingkat pemahaman Pemahaman satuan
dapat disimpulkan sebagai berikut : pendidikan di SMP Telkom Makassar terhadap
Permendikbud Nomor 82 Tahun 2015, adapun
a. Faktor Internal pembahasannya sebagai berikut :
Faktor internal yang dimaksud disini Sekaitan hasil penelitian ditinjau dari
adalah faktor yang berasal dari dalam diri aspek pemahaman satuan pendidikan yang
individu itu sendiri, baik itu pendidik maupun tergolong rendah, hal ini tentu keadaan yang
peserta didik. Adapun faktor internal dari harus diperhatikan mengingat pencegahan dan
pendidik berupa : penanggulangan tindak kekerasan dilingkungan
1) kurangnya pengetahuan pendidik bahwa satuan pendidikan merupakan kebutuhan yang
kekerasan baik fisik maupun psikis tidak sangat penting bagi satuan pendidikan dalam
efektif untuk memotivasi peserta didik menjalani aktifitasnya sehari-hari. Khususnya
atau merubah perilaku, dalam penelitian ini yang menjadi fokus dilihat
2) Adanya masalah psikologis yang dari guru sekaitan dua aspek dengan rendahnya
menyebabkan hambatan dalam pengetahuan dan pemahaman satuan pendidikan
mengelola emosi hingga pendidik yang tentang Permendikbud No. 82 Tahun 2015
bersangkutan menjadi lebih sensitif dan tentang pencegahan dan penanggulangan tindak
reaktif. kekerasan dilingkungan satuan pendidikan.
Faktor internal dari peserta didik berupa : Dari hasil penelitian ini, tingkat
1) Kurangnya sikap toleransi, sulit pengetahuan dan pemahaman satuan pendidikan
mengotrol emosi dan kurangnya sikap tentang Permendikbud No. 82 Tahun 2015
tanggungjawab tentang pencegahan dan penanggulangan tindak
2) Masa pertumbuhan remaja yang dialami kekerasan dilingkungan satuan pendidikan
oleh peserta didik. berada pada kategori kurang baik atau tergolong
rendah dan hal ini bisa jadi menjadi pemicu
b. Faktor Eksternal permasalahan khususnya belum optimalnya
160
Sabaruddin. Implementasi Permendikbud No. 82 Tahun 2015 Tentang Pencegahan dan
Penanggulangan Tindak Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan di SMP Telkom
Makassar

pencegahan dan penanggulangan tindak permasalahan khususnya dalam pencegahan dan


kekerasan dilingkungan satuan pendidikan SMP penanggulangan tindak kekerasan dilingkungan
Telkom Makassar, namun berdasar indeks satuan pendidikan SMP Telkom Makassar
tingkat respon, sosialisasi dan pendapat satuan makin membaik. Namun pada pelaporan kepada
pendidikan terhadap Permendikbud No. 82 orangtua/wali termasuk mencari informasi
Tahun 2015 tentang pencegahan dan apabila ada dugaan/gejala akan terjadi tindak
penanggulangan tindak kekerasan dilingkungan kekerasan, menyusun dan menetapkan Prosedur
satuan pendidikan yang tergolong baik, maka Operasi Standar (POS) pencegahan tindak
dari penelitan ini diharapkan kedepannya kekerasan yang mengacu pada pedoman yang
membaik dan segala permasalahan khususnya ditetapkan Kementerian, Melakukan sosialisasi
dalam pencegahan dan penanggulangan tindak POS kepada peserta didik, pendidik, tenaga
kekerasan dilingkungan satuan pendidikan SMP kependidikan, orangtua atau wali, komite
Telkom Makassar makin membaik. sekolah, dan masyarakat, menjalin kerjasama
dengan lembaga psikologi, organisasi
2. Upaya yang dilakukan oleh SMP Telkom keagamaan, dan pakar pendidikan, Membentuk
Makassar untuk mencegah dan tim pencegahan tindak kekerasan yang teridiri
menanggulangi terjadinya tindak kekerasan dari kepala sekolah, perwakilan guru,
perwakilan siswa dan perwakilan orangtua/ wali,
Upaya yang dilakukan dalam mencegah dan memasang papan layanan pengaduan tindak
menanggulangi tindak kekerasan di lingkungan kekerasan yang mudah di akses, serta
satuan pendidikan diperlukan guna membentuk tim pencegahan tindak kekerasan
menghadirkan solusi-solusi agar dapat tercipta sesuai dengan kondisi dan kebutuhan satuan
lingkungan yang nyaman bagi pendidik dan pendidikan berada pada kategori kurang baik
peserta didik atau paling tidak dapat yang berarti belum sesuai dengan Permendikbud
meminimalisir berbagai permasalahan dalam No. 82 Tahun 2015 dan hal ini bisa jadi menjadi
penanggulangan dan pencegahan tindak pemicu permasalahan khususnya belum
kekerasan dilingkungan satuan pendidikan. optimalnya pencegahan dan penanggulangan
Adapun pembahasannya adalah sebagai berikut : tindak kekerasan dilingkungan satuan
Sekaitan hasil penelitian ditinjau dari upaya pendidikan SMP Telkom Makassar.
yang dilakukan oleh SMP Telkom Makassar
yang tergolong masih belum menjadikan 3. Kendala Yang Dihadapi Sehingga Tindak
Permendikbud No. 82 Tahun 2015 sebagai Kekerasan di SMP Telkom Makassar Belum
acuan, hal ini tentu keadaan yang harus Mampu di Cegah
diperhatikan mengingat pencegahan dan
penanggulangan tindak kekerasan dilingkungan Dari hasil penelitian melalui teknik wawancara
satuan pendidikan merupakan kebutuhan yang terbuka akan dibahas mengenai kendala yang
sangat penting bagi satuan pendidikan dalam dihadapi sehingga tindak kekerasan di SMP
menjalani aktifitasnya sehari-hari. Khususnya Telkom Makassar belum mampu di cegah.
dalam penelitian ini yang menjadi fokus dilihat Penyebab terkendalanya pencegahan dan
dari pendidik sekaitan belum dijadikannya penanggulangan tindak kekerasan di SMP
Permendikbud No. 82 Tahun 2015 pasal 7 Telkom ini akibat persoalan internal dan
sebagai acuan utama dalam upaya pencegahan eksternal. Adapun penjelasannya adalah sebagai
dan penanggulangan tindak kekerasan berikut :
dilingkungan satuan pendidikan.
a. Faktor Internal
Dari hasil penelitian ini, penciptaan lingkungan 1). Dari Guru
yang bebas dari tindak kekerasan, pembangunan Ada beberapa faktor yang menyebabkan guru
lingkungan yang aman, nyaman, dan melakukan tindak kekerasan pada siswa, yaitu :
menyenangkan, serta jaminan keamanan, a) Kurangnya pengetahuan guru bahwa
keselamatan dan kenyamanan peserta didik kekerasan baik fisik maupun psikis
seperti yang terlihat dalam tabel telah berada tidak efektif untuk memotivasi siswa
pada kategori yang baik, maka dari penelitan ini atau merubah perilaku, malah beresiko
diharapkan kedepannya membaik dan segala

161
Phinisi Integration Review. Vol 1(2) Agustus 2018

menimbulkan trauma psikologis dan faktor, yaitu faktor internal dan faktor
melukai harga diri siswa eksternal. Faktor internal dari pendidik
b) Adanya masalah psikologis yang berupa (a) kurangnya pengetahuan pendidik
menyebabkan hambatan dalam bahwa kekerasan baik fisik maupun psikis
mengelola emosi hingga guru yang tidak efektif untuk memotivasi peserta
bersangkutan menjadi lebih sensitif didik atau merubah perilaku, (b) Adanya
dan reaktif. masalah psikologis yang menyebabkan
2). Dari siswa hambatan dalam mengelola emosi hingga
a) Kurangnya sikap toleransi, sulit pendidik yang bersangkutan menjadi lebih
mengotrol emosi dan kurangnya sikap sensitif dan reaktif. Faktor internal dari
tanggungjawab pada siswa peserta didik berupa (a) Kurangnya sikap
b) Masa pertumbuhan remaja yang toleransi, sulit mengotrol emosi dan
sedang dialami siswa menyebabkan kurangnya sikap tanggungjawab (b) Masa
mereka cenderung mencari perhatian pertumbuhan remaja yang dialami oleh
dari orang-orang disekitarnya peserta didik. Sedangkan faktor
meskipun dengan cara-cara yang tidak eksternalnya dari pendidik berupa adanya
sehat dan reaktif. tekanan kerja atau target yang harus
b. Faktor Eksternal dipenuhi oleh pendidik dan faktor eksternal
1) Adanya tekanan kerja atau target yang peserta didik adalah faktor lingkungan
harus dipenuhi oleh guru, baik dari segi tempat tinggal peserta didik.
kurikulum, materi maupun prestasi yang
harus dicapai siswa didiknya sementara B. Saran
kendala yang dirasakan untuk mencapai
hasil yang ideal dan maksimal cukup Dari kesimpulan penelitian, maka
besar diajukan saran sebagai berikut :
2) Faktor lingkungan tempat tinggal siswa 1. Kurang baiknya pemahaman guru-guru di
sangat memberikan dampak dalam SMP Telkom makassar tentang
perilaku siswa sehari-hari disekolah Permendikbud Nomor 82 Tahun 2015,
3) Tayangan-tayangan di televisi dan maka diharapkan ada sosialisasi terlebih
penggunaan internet yang tidak terkontrol dahulu tentang Permendikbud ini.
juga memberikan andil dalam membentuk 2. Hendaknya SMP Telkom Makassar
perilaku siswa sehari-hari disekolah mengikuti langkah-langkah pencegahan dan
penanggulangan tindak kekerasan sesuai
SIMPULAN DAN SARAN yang ada di dalam Permendikbud No. 82
Tahun 2015.
A. Kesimpulan 3. Serta diharapkan faktor internal dan faktor
ekseternal ini benar-benar diperhatikan
Berdasarkan hasil analisis data beserta dengan seksama dan ditindaklanjuti tak
pembahasan mengenai implementasi sekedar untuk hasil temuan melainkan
Permendikbud No. 82 Tahun 2015 tentang sadar akan manfaat dari pencegahan dan
pencegahan dan penanggulangan tindak penanggulangan tindak kekerasan
kekerasan di lingkungan satuan pendidikan di dilingkungan satuan pendidikan itu sendiri.
SMP Telkom Makassar, dapat penulis
simpulkan sebagai berikut :
1. Tingkat pemahaman satuan pendidikan di
SMP Telkom makassar tentang
Permendikbud Nomor 82 Tahun 2015 DAFTAR RUJUKAN
berada pada kategori kurang baik.
2. Prosedur penanganan tindak kekerasan A. Buku
yang terjadi di SMP Telkom Makassar
belum sesuai dengan ketentuan yang ada di Abdul Wahab, Solichin. 2004. Analisis
dalam Permendikbud No. 82 Tahun 2015. Kebijaksanaan, Dari Formulasi Ke
3. Yang menjadi kendala sehingga tindak Implementasi Kebijakan Negara. Jakarta :
kekerasan di SMP Telkom Makassar belum Bumi Aksara.
mampu di cegah di sebabkan oleh dua
162
Sabaruddin. Implementasi Permendikbud No. 82 Tahun 2015 Tentang Pencegahan dan
Penanggulangan Tindak Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan di SMP Telkom
Makassar

Abu Huraerah, 2006, Kekerasan terhadap Anak, Purwanto dan Suliyastuti, 1991, Analisis
Bandung : Nuansa Kebijakan dari Formulasi ke
Anwar, Yesmil, 2004, Saat Menuai Kejahatan : Implementasi Kebijakan, Jakarta : Bumi
Sebuah Pendekatan Sosiokultral Aksara.
Kriminologi Hukum, Bandung : UNPAD Riant Nugroho. (2004) Kebijakan Publik:
Press. Formulasi, Implementasi, dan Evaluasi,
Barker, Robert L, 1987, The Social Work Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.
Dictionary, National Assosiation of Ripley, Rendal B. And Franklin, Grace A, 1986,
Social Workers, Maryland : Silver Spring Policy Implementation and Bureaucracy,
Carl E. van Horn dan Donald S. van Meter, second edition, Chicago-Illonis : the
1975, Model-model dalam Kebijakan Dorsey Press
Implmentasi, Yogyakarta Santoso, Topo. 2002. Kriminilogi, Jakarta :
Edward, George C, 1990, Publicy Policy Grafindo Persada
Implementing, Jai Press Inc, London- Sampurna, Budi. 2003. Perempuan, kekerasan
England : Malcolm L dan hukum.Yogyakarta : UII Press.
Galtung, Johan. 2003. Studi Perdamaian : Setiawan, Guntur, 2004, Implementasi dalam
Perdamaian dan Konflik Pembangunan Birokrasi Pembangunan, Jakarta : Balai
dan Peradaban, Surabaya : Pustaka Pustaka.
Eureka Soesilo, 1980, KUHP serta Komentarnya
Grindle, Merilee S. 1980. Politics and Policy Lengkap Pasal Demi Pasal, Bogor : Politeia.
Implementation in The Third World. New Subarsono, 2006. Implementasi kebijakan
Jersey: Princeton University Press. Daerah, Bandung : Lembaga penelitian
Guntur Setiawan, 2004, Impelemtasi dalam Universitas Padjajaran,
Birokrasi Pembangunan, Jakarta : Balai Sujono, Soekanto, 1987, Kriminologi
Pustaka. (Pengantar Sebab-Sebab Kejahatan),
Harsono, Hanifah, 2002, Implementasi Bandung : Politea.
Kebijakan dan Politik, Jakarta : Grafindo Syaukani, dkk, 2004, Otonomi Daerah Dalam
Jaya. Negara Kesatuan, Yogyakarta : Pustaka
Herkutanto. 1998. Kekerasan Terhadap Pelajar.
Perempuan dan Sistem Hukum Pidana, Usman, Nurdin, 2002, Konteks Implementasi
Pendekatan dari Sudut Pandang Berbasis Kurikulum, Jakarta : Grasindo.
Kedokteran. Makalah dalam lokakarya Zaitunah, Subhan. 2004. Kekerasan Terhadap
Kekerasan Terhadap Perempuan dan Perempuan. Pustaka Pesantren: Yogyakarta.
Sistem Hukum Pidana, Suatu
Pembahasan Kritis. Jakarta. B. Undang-Undang
Ita F Nadia. 1998. Kekerasan terhadap UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
perempuan dari perspekrif gender Pendidikan Nasional
(kekerasan terhadap perempuan, UU RI No. 23 Tahun 2003 tentang Perlindungan
lokakarya kesehatan perempuan). Jakarta Anak
: Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia UU RI No. 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan
dan The Ford Foundation. Anak
Mazmanian, Daniel A dan Sabatier, Paul A, Permendikbud No. 82 Tahun 2015 Tentang
1983, Implementation and Publicy, USA : Pencegahan dan Penanggulangan
Foresman and Company. Tindak Kekerasan di Lingkungan
Nurani, Soyomukti. 2010. Teori-teori Satuan Pendidikan.
pendiddikan”Tradisional, Neoliberal,
Marxis sosialis, Postmodern”. Yogyakarta
: AR-RUZ MEDIA GROUP C. Internet
Nurdin Usman, 2002, Konteks Implementasi [1]”Anak di Indonesia yang mengalami
Berbasis Kurikulum,Jakarta : Grasindo.. kekerasan di sekolah” melalui
___________ . 2005, Kamus Besar Bahasa http://news.liputan6.com/read/2191106/su
Indonesia. Jakarta : Departemen rvei-icrw-84-anak-indonesia-alami-
Pendidikan Nasional kekerasan-di-sekolah dikakses pada
163
Phinisi Integration Review. Vol 1(2) Agustus 2018

tanggal 11 Januari 2018 pukul 10.17


WITA

[2]“Faktor Penyebab Terjadinya Kekerasan”


melalui http://economist-
suweca.blogspot.com/2010/09/budaya-
kekerasan-yang-menguat-apa.html
diakses pada tanggal 11 Januari 2018
pukul 11.23 WITA

164

Anda mungkin juga menyukai