Anda di halaman 1dari 24

PERPINDAHAN PANAS

MODUL 06: KONDUKSI TRANSIEN

Alief Avicenna Luthfie, ST., M.Eng


Sejauh ini kita telah membahas perpindahan panas
konduksi dalam keadaan tunak (steady state), yaitu
keadaan dimana temperatur diasumsikan konstan di
setiap titik tanpa adanya perubahan temperatur

OVERVIEW
terhadap waktu. Pada kuliah kali ini, kita akan
membahas perpindahan panas konduksi dalam
keadaan transien (transient), yaitu keadaan dimana
MATERI KULIAH temperatur berubah terhadap waktu. Tinjauan ini lebih
realistik dibandingkan tinjauan kondisi tunak. Kita akan
memulai pembahasan ini dengan materi lumped
system dan efek spasial.
LUMPED SYSTEM
01 Sistem lumped
CONTENT
LUMPED CAPACITANCE
Kapasitansi lumped 02

LUMPED ANALYSIS
03 Analisis lumped

SPATIAL EFFECT
Efek Ruang 04
01
LUMPED SYSTEM
KASUS KONDUKSI TRANSIEN

Jika kita meletakkan sepotong daging ke dalam pemanggang atau oven, maka
lama-kelamaan temperatur daging tersebut akan naik. Temperatur permukaan
daging akan naik terlebih dahulu, kemudian lapisan di baliknya akan naik, dan
begitu seterusnya sampai temperatur di bagian tengah daging akan ikut naik.
Butuh waktu agar kenaikan temperatur terjadi merata di seluruh daging.

Kita tahu bahwa panas berpindah dari permukaan daging ke dalam melalui
proses konduksi. Kemudian, karena temperatur daging berubah berdasarkan Temperatur sepotong daging
waktu pemanggangan, maka, kasus seperti ini dikategorikan sebagai kasus yang dipanaskan akan
transien. Kasus peprindahan panas transien adalah kasus dimana temperatur bervariasi terhadap waktu
dan ruang
suatu sistem berubah-ubah terhadap waktu. Kasus seperti ini lebih realistis
dibandingkan kasus tunak (steady), dimana suhu sistem diasumsikan konstan
terhadap waktu.
LUMPED SYSTEM
Kasus sepotong daging yang dipanaskan adalah
contoh kasus perpindahan panas konduksi secara
transien yang analisisnya rumit, karena temperatur
bervariasi terhadap waktu dan bervariasi pula
terhadap ruang. Temperatur daging tidak seragam
di setiap titik. Kasus seperti ini menimbulkan
gradien (perbedaan) temperatur yang cukup besar.

Analisis perpindahan panas konduksi transien yang


sederhana dapat dilakukan jika tidak ada gradien
temperatur di dalam sistem. Sehingga, temperatur
sistem akan seragam di setiap titik. Dengan
demikian, variasi temperatur hanya didasarkan
pada waktu saja, 𝑇 𝑥 . Kasus dimana temperatur
sistem seragam di setiap titik dan hanya bervariasi
terhadap waktu saja dinamakan lumped system.

Tinjaulah sebuah sistem 𝑇∞
(katakanlah sebuah bola pejal) yang Kenaikan energi sistem, Kita tahu bahwa 𝑚 = 𝜌. 𝑉, dan
massanya 𝑚, volume 𝑉, luas Lumped 𝑄ሶ = 𝑚. 𝐶𝑝 . 𝑑𝑇 𝑑𝑇 = 𝑇 − 𝑇∞ . Sehingga,
permukaan 𝐴𝑠 , densitas 𝜌, dan system

panas spesifik 𝐶𝑝 . Pada awalnya, 𝑑 𝑇 − 𝑇∞ ℎ. 𝐴𝑠


temperatur sistem tersebut adalah =− 𝑑𝑡
𝑇 − 𝑇∞ 𝜌. 𝑉. 𝐶𝑝
𝑇𝑖 . Temperatur diasumsikan
Panas yang dilepaskan lingkungan,
seragam disetiap titik, karena kita 𝑑𝑄 Kemudian kita integralkan,
menganggap sistem tersebut 𝑄ሶ = = ℎ. 𝐴𝑠 . 𝑇∞ − 𝑇
𝑑𝑡
sebagai lumped system. 𝑇(𝑡)
𝑑 𝑇 − 𝑇∞ 𝑡
ℎ. 𝐴𝑠
න = −න 𝑑𝑡
𝑇𝑖 𝑇 − 𝑇∞ 𝑡=0 𝜌. 𝑉. 𝐶𝑝
Sistem tersebut kemudian Panas berpindah dari lingkungan
diletakkan disuatu ruang yang ke sistem secara konveksi. 𝑇𝑡 ℎ. 𝐴𝑠 𝑡
temperatur lingkungannya adalah Berdasarkan asas Black, kita tahu ln 𝑇 − 𝑇∞ ȁ =− . tቤ
𝑇𝑖 𝜌. 𝑉. 𝐶𝑝 0
𝑇∞ . Asumsikan 𝑇∞ > 𝑇𝑖 , sehingga bahwa panas yang di lepaskan
panas akan berpindah dari lingkungan akan sama dengan 𝑇 𝑡 − 𝑇∞ ℎ. 𝐴𝑠
lingkungan ke sistem. Dengan panas yang diterima oleh sistem. ln =− .𝑡
𝑇𝑖 − 𝑇∞ 𝜌. 𝑉. 𝐶𝑝
demikian, temperatur sistem akan Sehingga, kesetimbangan
naik. Selama selang waktu 𝑡 energinya adalah, 𝑇 𝑡 − 𝑇∞ ℎ. 𝐴𝑠
tertentu, temperatur sistem akan = 𝑒𝑥𝑝 − . 𝑡 … (6.1)
𝑇𝑖 − 𝑇∞ 𝜌. 𝑉. 𝐶𝑝
berubah menjadi. 𝑇 𝑡 . ℎ. 𝐴𝑠 . 𝑇∞ − 𝑇 . 𝑑𝑡 = 𝑚. 𝐶𝑝 . 𝑑𝑇
KRITERIA LUMPED SYSTEM

Secara logika, analisis konduksi transien menggunakan asumsi lumped


system baru dapat dilakukan jika sistem yang ditinjau sangatlah kecil,
sehingga temperatur sistem dapat diasumsikan seragam di setiap titik.
Kasus daging yang kita bahas sebelumnya jelas tidak dapat
diasumsikan sebagai lumped system, karena variasi temperatur
terhadap ruang sangatlah besar. Lalu, apa kriteria lumped system?
Sistem yang bagaimana yang dapat diasumsikan sebagai lumped
system? Apakah boleh kita berasumsi bahwa semua sistem yang kita
tinjau adalah lumped system?
Bilangan Biot, 𝐵𝑖 , menunjukkan rasio antara
Tinjau 2 hal berikut ini, resistansi konduksi internal di dalam sistem
dengan resistansi konveksi eksternal dari
Panjang karakteristik, lingkungannya. Dari kuliah sebelumnya kita tahu
bahwa semakin besar nilai resistansinya, maka
𝑉 laju perpindahan panasnya akan mengecil.
𝐿𝑐 = … (6.2)
𝐴𝑠
Jika nilai 𝐵𝑖 besar, artinya resistansi internalnya
Bilangan Biot, besar sementara laju perpindahan panas
konduksinya kecil. Sehingga, akan terbentuk
𝐿𝑐 Τ 𝑘 gradien (perbedaan) temperatur di dalam
𝐵𝑖 = … (6.3) sistem, karena panas tidak bisa dengan mudah
1Τℎ
menyebar ke dalam sistem. Oleh karena itu,
𝑟𝑒𝑠𝑖𝑠𝑡𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑘𝑜𝑛𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝑑𝑖 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑚 lumped system baru dapat digunakan jika nilai
𝐵𝑖 =
𝑟𝑒𝑠𝑖𝑠𝑡𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑘𝑜𝑛𝑣𝑒𝑘𝑠𝑖 𝑑𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑚𝑢𝑘𝑎𝑎𝑛 𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑚 𝐵𝑖 cukup kecil, agar laju perpindahan panas
konduksi di dalam sistemnya menjadi besar dan
Lumped system → 𝐵𝑖 ≤ 0,1 temperatur di dalam sistem menjadi seragam.
Syarat agar lumped system dapat digunakan
adalah 𝐵𝑖 ≤ 0,1.
Distribusi temperatur pada kasus perpindahan panas konduksi transien pada plat datar. Plat datar
diasumsikan sebagai sistem, dan udara di sekitarnya sebagai lingkungan. Temperatur awal plat datar adalah
𝑇𝑖 , dan temperatur lingkungannya adalah 𝑇∞ , dimana 𝑇𝑖 > 𝑇∞ . Tampak bahwa temperatur plat datar lama-
lama akan turun, mendekati temperatur lingkungannya. Temperatur yang pertama kali turun adalah
permukaan plat datar, kemudian bagian tengahnya. Perhatikan bahwa jika nilai bilangan Biot, 𝐵𝑖, semakin
besar, maka akan terjadi gradien (perbedaan) temperatur di dalam plat datar. Hal ini karena sebaran
panasnya tidak merata, sehingga temperatur di bagian tengah sulit turun. Kasus dengan nilai 𝐵𝑖 besar tidak
dapat diasumsikan sebagai lumped system.
LANGKAH-LANGKAH
PENGGUNAAN ASUMSI
LUMPED SYSTEM Pertama-tama, kita tentukan dahulu sistem

1
yang akan kita analisis. Tentukan arah
perpindahan panasnya. Kemudian cek panjang
karakteristiknya sesuai Persamaan 6.2.

Ketiga, kita selesaikan

3
persamaan lumped
system yang ditunjukkan
oleh Persamaan (6.1).

2
Kedua, kita hitung apakah bilangan biot, 𝐵𝑖,
kurang dari 0,1, berdasarkan Persamaan 6.3.
Jika lebih, maka sistem tidak dapat dianggap
sebagai lumped system, jika kurang, maka
lanjut ke Langkah selanjutnya.
02
LUMPED CAPACITANCE
THERMAL-TIME CONSTANT

Perhatikan kembali Persamaan 6.1. Pada persamaan tersebut, kita


mendapati sebuah persamaan eksponensial. Nilai dari 𝜌. 𝑉. 𝐶𝑝 Τℎ. 𝐴𝑠
disebut sebagai konstanta waktu-termal (thermal-time constant), yang
biassasnya disimbolkan dengan 𝜏𝑡 . Disebut konstanta karena nilainya
tidak bergantung pada waktu, nilainya bergantung pada jenis material
sistem, geometri sistem, dan properti konveksi lingkungannya.

𝜌. 𝑉. 𝐶𝑝
𝜏𝑡 = Konstanta waktu-termal [s]
ℎ. 𝐴𝑠
Tinjau kembali konstanta waktu-termal 𝜏𝑡 .

𝜌. 𝑉. 𝐶𝑝 1
LUMPED
𝜏𝑡 = = . 𝜌. 𝑉. 𝐶𝑝
ℎ. 𝐴𝑠 ℎ. 𝐴𝑠 CAPACITANCE
1
𝑅𝑐𝑜𝑛𝑣 =
ℎ. 𝐴𝑠

𝐶𝑡 = 𝜌. 𝑉. 𝐶𝑝

Parameter 𝐶𝑡 disebut juga kapasitansi lumped (lumped capacitance). Penambahan pada nilai ini dan nilai
𝑅𝑐𝑜𝑛𝑣 akan mengakibatkan sistem semakin lambat dalam merespon penyebaran panas. Dengan demikian,
gradien (perbedaan) temperatur di dalam sistem akan semakin besar.
03
LUMPED ANALYSIS
CONTOH KASUS 1

Sebuah kawat termokopel (thermocouple wire) digunakan untuk


mengukur suhu aliran gas. Pertemuan kawat temokopel tersebut
dapat diasumsikan sebagai bola dengan diameter 1 mm.
Konduktivitas bola tersebut adalah 𝑘 = 35 𝑊 Τ𝑚. 𝑜𝐶 , densitas
𝜌 = 8.500 𝑘𝑔Τ𝑚3 , dan panas spesifik 𝐶𝑝 = 320 𝐽Τ𝑘𝑔. 𝑜𝐶 .
Koefisien konveksi antara gas dan bola tersebut adalah ℎ =
210 𝑊 Τ𝑚2 . 𝑜𝐶. Temperatur awal bola 𝑇𝑖 = 25 𝑜𝐶 dan temperatur
aliran gas 𝑇∞ = 200 𝑜𝐶. Tentukan waktu yang dibutuhkan oleh
termokopel untuk membaca temperatur 99% dari temperatur
aliran gas.
JAWABAN CONTOH KASUS 1 0,00066
ln 0,011 = − .𝑡
0,00136
Pertama-tama, kita hitung panjang karakteristiknya −4,51 = −0,485. 𝑡
dengan menggunakan Persamaan 6.2. 𝑡 = 9,299 𝑠
𝑡 ≈ 10 𝑠
1 3
𝑉 . 𝜋. 𝐷 1 1
𝐿𝑐 = =6 = . 𝐷 = . 0,001 = 0,000167 𝑚 Dari hasil perhitungan, didapatkan bahwa agar
𝐴𝑠 𝜋. 𝐷2 6 6 termokopel dapat mengukur sampai dengan temperatur
198oC, atau 99% dari temperatur aliran gasnya, maka
Kemudian, kita hitung bilangan biotnya menggunakan termokopel tersebut harus terpapar oleh aliran gas
Persamaan 6.3. selama 10 s.

𝐿𝑐 Τ𝑘 (0,000167)Τ(35) Proses konduksi di dalam kawat termokopel dan proses


𝐵𝑖 = = = 0,001
1Τℎ 1Τ(210) radiasi dengan lingkungannya akan mempengaruhi hasil
ini. Sampai sejauh ini, kita mengabaikan efek-efek
Oleh karena 𝐵𝑖 < 0,1 maka kita dapat mengasumsikan tersebut agar analisisnya menjadi sederhana. Jika kita
bola pada termokopel sebagai lumped system. membutuhkan hasil yang lebi akurat, maka efek-efek
tersebut harus masuk ke perhitungan.
𝑇 𝑡 − 𝑇∞ ℎ. 𝐴𝑠
ln =− .𝑡
𝑇𝑖 − 𝑇∞ 𝜌. 𝑉. 𝐶𝑝 Perhatikan juga bahwa untuk dapat menggunakan
198 − (200) (210). (3,14 𝑥 10−6 ) persamaan lumped system (Persamaan 6.1) maka kita
ln =− .𝑡 perlu mengetahui apakah nilai 𝐵𝑖 masuk ke kriteria.
(25) − (200) (8.500). (5 𝑥 10−10 ). (320)
CONTOH KASUS 2

Seseorang ditemukan meninggal pada pukul 10.00 di dalam ruangan yang


temperaturnya 20oC. Ketika ditemukan, temperatur tubuh orang tersebut
adalah 25oC. Koefisien konveksi antara tubuh dan ruangan diestimasikan
sebesar 8 W/m2.C. Tubuh orang tersebut dapat dimodelkan sebagai silinder
dengan panjang 170 cm dan diameter 30 cm. Tentukan waktu kematiannya.

Asumsi yang dapat digunakan:


▪ Properti termal (seperti konduktivitas dan koefisien konveksi) antara mayat
dan ruangan konstan.
▪ Sekitar 80% tubuh manusia adalah air, maka properti air pada temperatur
rata-rata 37 + 25 Τ2 = 31 𝑜𝐶 dapat digunakan:
𝑘 = 0,617 𝑊 Τ𝑚. 𝑜𝐶, 𝜌 = 996 𝑘𝑔Τ𝑚3, 𝐶𝑝 = 4178 𝐽Τ𝑘𝑔. 𝑜𝐶
▪ Sebelum meninggal, mayat tersebut dalam keadaan sehat, artinya
temperatur awal tubuh mayat tersebut adalah 𝑇𝑖 = 37 𝑜𝐶.
JAWABAN CONTOH KASUS 2 13,952
ln 0,294 = − .𝑡
499354,56
Pertama-tama, kita hitung panjang karakteristiknya −1,22 = −0,000028. 𝑡
dengan menggunakan Persamaan 6.2. 𝑡 = 43571,43 𝑠
𝑡 ≈ 12,10 jam
𝑉 𝜋. 𝑟 2 . 𝐿
𝐿𝑐 = = = 0,0689 𝑚 Dari hasil perhitungan, didapatkan bahwa waktu yang
𝐴𝑠 2. 𝜋. 𝑟. 𝐿 + 2. 𝜋. 𝑟 2
dibutuhkan mayat agar temperaturnya turun dari 37oC
Kemudian, kita hitung bilangan biotnya menggunakan menjadi 25oC adalah sekitar 12 jam. Oleh karenanya,
Persamaan 6.3. seseorang tersebut meninggal sekitar 12 jam yang lalu.
Artinya, seseorang tersebut meninggal sekitar pukul
𝐿𝑐 Τ𝑘 (0,0689)Τ(0,617) 22.00.
𝐵𝑖 = = = 0,893
1Τℎ 1Τ(8)
Sekali lagi, pada contoh ini, kita mengabaikan efek radiasi
Oleh karena 𝐵𝑖 > 0,1 maka tidak dapat diasumsikan untuk menyederhanakan perhitungan. Dan lagi, pada
sebagai lumped system. Namun kita masih dapat kasus ini, sebenarnya konsep lumped system tidak dapat
menggunakannya untuk analisis kasar. digunakan, karena 𝐵𝑖 > 0,1 dan kita mengasumsikan
bahwa tubuh mayat tersebut 100% adalah kantung air.
𝑇 𝑡 − 𝑇∞ ℎ. 𝐴𝑠 Namun demikian, kita dapat menggunakan perhitungan
ln =− .𝑡 ini sebagai perhitungan kasar dan sebagai analisis cepat
𝑇𝑖 − 𝑇∞ 𝜌. 𝑉. 𝐶𝑝
untuk mengungkap kematian seseorang.
25 − (20) (8). (1,744)
ln =− .𝑡
(37) − (20) (996). (0,12). (4178)
04
SPATIAL EFFECT
PERSAMAAN UMUM KONDUKSI TRANSIEN

Pada contoh kasus 2, kita melihat bahwa mayat seseorang yang


dimodelkan dengan sekantung silinder berisi air, tidak dapat diasumsikan
sebagai lumped system, karena nilai 𝐵𝑖 > 0,1. Dengan demikian, akan
terbentuk gradien (perbedaan) temperatur yang cukup signifikan sehingga
distribusi temperatur di dalam sistem tidak seragam. Lalu, jika kasusnya
seperti ini, bagaimana kita menganalisisnya?

Untuk dapat menganalisis konduksi transien yang tidak dapat dimodelkan


dengan lumped system, maka kita harus beralih ke persamaan umum
konduksi transien.
Persamaan umum konduksi transien untuk korrdinat Cartesian
(koordinat x, y, z) adalah,

𝜕 𝜕𝑇 𝜕 𝜕𝑇 𝜕 𝜕𝑇 𝜕𝑇
. 𝑘. + . 𝑘. + . 𝑘. + 𝑞 = 𝜌. 𝐶𝑝 . … (6.4)
𝜕𝑥 𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑦 𝜕𝑧 𝜕𝑧 𝜕𝑡

Jika konduktivitas material diasumsikan konstan, tidak berubah-


ubah terhadap ruang/posisi, maka Persamaan 6.4 menjadi,

𝜕 2 𝑇 𝜕 2 𝑇 𝜕 2 𝑇 𝑞 1 𝜕𝑇
+ + + = . … (6.5)
𝜕𝑥 2 𝜕𝑦 2 𝜕𝑧 2 𝑘 𝛼 𝜕𝑡

Dimana 𝛼 adalah difusifitas termal,

𝑘
𝛼= … (6.6)
𝜌. 𝐶𝑝

𝑞 pada Persamaan 6.4 dan 6.5 adalah heat generation atau panas
yang dibangkitkan oleh sistem.
Persamaan 6.4 dan 6.5 adalah persamaan umum untuk konduksi transien. Pada 2 persamaan
tesebut, kita bisa melihat bahwa temperatur bervariasi terhadap ruang. Hal ini ditandai dengan
adanya 𝜕𝑇Τ𝜕𝑥, 𝜕𝑇Τ𝜕𝑦, dan 𝜕𝑇Τ𝜕𝑧. Ketiganya adalah turunan temperatur terhadap ruang x, y, z.
Persamaan 6.4 dan 6.5 disebut sebagai persamaan umum, karena keduanya masih memuat x, y,
dan z. pada prakteknya, kita boleh jadi hanya menganalisis dalam 1 dimensi atau 2 dimensi saja.
Untuk menyelesaikan persamaan-persamaan tersebut, kita membutuhkan informasi kondisi awal
(initial condition) dan kondisi batas (boundary condition). Pada kuliah selanjutnya, kita akan
menyelesaikan permasalahan ini menggunakan persamaan alternatif tanpa melibatkan turunan.

Persamaan konduksi transien untuk 1 Persamaan konduksi transien untuk 2 dimensi


dimensi (tinjauan hanya dalam arah-x) dan (tinjauan dalam arah-x dan arah-y) dan
konduktivitas diasumsikan konstan, konduktivitas diasumsikan konstan,

𝜕 2 𝑇 𝑞 1 𝜕𝑇 𝜕 2 𝑇 𝜕 2 𝑇 𝑞 1 𝜕𝑇
+ = . … (6.7) + + = . … (6.8)
𝜕𝑥 2 𝑘 𝛼 𝜕𝑡 𝜕𝑥 2 𝜕𝑦 2 𝑘 𝛼 𝜕𝑡
TERIMA KASIH
Alief Avicenna Luthfie, ST., M.Eng

Anda mungkin juga menyukai