Anda di halaman 1dari 11

DEIKSIS Vol. 08 No.

02, Mei 2016


p-ISSN: 2085-2274, e-ISSN 2502-227X hal. 111-121

KELOGISAN BAHASA: SEBUAH FENOMENA


YANG TERABAIKAN
Siti Jubei

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia


Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Indraprasta PGRI
jubei.lppmunindra@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data empiris tentang penggunaan bahasa yang secara
hakikat melanggar konvensi. Pelanggaran terhadap konvensi seringkali memarginalkan aspek
bahasa yang pada dasarnya menduduki “posisi wajib” dalam proporsi tertentu. Hal ini berdampak
pada penyebaran ragam tuturan yang tidak semestinya. Bahkan, lebih tepatnya terjadi perbenturan
antara kebiasaan berbahasa penutur dan tuntutan untuk taat pada asas yang berlaku. Metode
penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan teknik analisis isi. Melalui hasil
penelitian ini diharapkan permasalahan dapat diperbaiki dengan adanya kesadaran yang sungguh-
sungguh, baik dari pelaku tuturan, pemerhati maupun figur-figur yang memang dijadikan contoh
berbahasa yang baik dan benar. Salah satunya adalah bahasa para insan pers yang kehadirannya
cenderung cukup tinggi di tengah masyarakat.

Kata kunci: bahasa, kelogisan, jurnalistik

Abstract

The aim of this research is to get the empirical data about the use of language that violates the
essence of the convention. Violations of the conventionare often marginalized aspects of language
that basically occupy “a must position” in a certain proportion. This resulted in a widespread of
improper speech. In fact, more precisely happened clash between speakers of language habits
and demands obedience to the principle applicable. The method uses descriptive method which
content analysis. The results of this study, problem be fixed as long as there is consciousness, in
speech user, observers, and the figures that aroused as examples is language of the press whose
becomes to be quite high in the community.

Keywords: Language, logic, jurnalism

111
DEIKSIS | Vol. 08 No.02 | Mei 2016 | 111-121

PENDAHULUAN wajar karena proses penyerapan ber-


langsung kurang tertib. Proses pe-
LATAR BELAKANG nyerapan tersebut cenderung bias karena
Bahasa merupakan sistem tanda terjadi pembiasan dalam pemberitaan.
bunyi ujaran yang bersifat arbitrer atau Hal itu disebabkan oleh bahasa yang di-
sewenang-wenang (Subroto, 2007: 12). suguhkan atau digunakan adalah sebuah
Berdasarkan konsep ini, substansi bahasa model bahasa yang tidak lazim di-
adalah bunyi yang dihasilkan oleh pandang dari sudut logika. Dengan kata
manusia. Namun, bunyi yang dihasilkan lain, bahasa yang digunakan cenderung
tersebut merupakan bunyi yang teratur bahasa yang tidak gramatikal. Kendati
atau gramatikal, bersistem, serta mem- demikian, para pengguna bahasa tidak
punyai pengertian. Jadi, secara hakiki, merasa `berdosa` dengan situasi seperti
bahasa merupakan medium interaksi itu. Bahkan, komunikasi berlangsung
yang dapat dipahami maksudnya, baik dengan lancar meskipun dengan bahasa
antarpersonal maupun dalam komunikasi yang tidak logis.
massa. Sebagai alat komunikasi dan Kelaziman sebuah bahasa apabila
interaksi, bahasa sejatinya berisi gagas- sebuah tuturan menggunakan bahasa
an, ide, pikiran, keinginan atau perasaan yang bernuansa umum dan tidak me-
yang ada pada diri pembicara atau pe- nimbulkan kesalahpahaman pada pihak
nulis. Agar yang dipikirkan, diinginkan, yang menerima pesan. Di samping itu,
atau dirasakan pembicara atau penulis kelaziman juga dimaknai sebagai pe-
tersebut dapat diterima oleh pendengar manfaatan bahasa dalam konteks yang
atau pembaca, bahasa diposisikan dalam `patut` bagi masyarakat. Kelogisan
fungsinya yang tepat. Hal itu perlu di- bahasa seringkali dimarginalkan karena
lakukan agar eksistensi bahasa sebagai orang hanya berpijak pada pemahaman
`jembatan` memenuhi sasaran sesuai akan adanya komunikatif bahasa. Padahal
dengan fungsi yang diusung bahasa ter- setiap bahasa yang komunikatif belum
sebut. tentu menunjukkan kelogisan. Sebalik-
Ada adagium yang sering diguna- nya, setiap bahasa yang logis sudah
kan, yaitu bahasa menunjukkan bangsa. barang tentu komunikatif. Dengan
Adagium bijak ini nyaris tidak `ber- demikian, kelogisan bahasa menjadi
dengung` lagi sejak manusia berjalan di faktor penentu keberhasilan sebuah
luar koridor kebahasaan yang semesti- komunikasi atau interaksi. Kelogisan
nya. Padahal ungkapan di atas tidak bahasa bukan hanya milik individu, te-
sekedar lip service bagi pengguna bahasa, tapi harus menjadi milik masyarakat
namun memiliki nilai tersendiri yang bahasa (speech community). Artinya, ke-
demikian penting dan dalam untuk logisan bahasa dapat dimiliki, baik oleh
diaplikasikan dalam totalitas tindak ber- pembicara maupun yang diajak bicara.
bahasa. Salah satu realisasi pemahaman
Selain itu, berbagai kearifan dalam kelogisan bahasa adalah melalui ke-
kehidupan manusia dapat pula didasari mampuan memahami diksi atau memilih
dengan ungkapan tersebut di atas. kata yang tepat dan logis. Kemampuan itu
Namun, kenyataannya dalam pengguna- diperlukan agar kegiatan berkomunikasi
an sehari-hari, bahasa Indonesia masih berlangsung lancar tanpa hambatan. Ke-
belum menjadi milik masyarakat. lancaran komunikasi mutlak diperlukan,
Realitas ini tercermin pada perilaku ber- sehingga ‘sirkulasi’ informasi dapat me-
bahasa para penuturnya. Para penutur menuhi sasarannya. Untuk mencapai itu,
tidak dapat memahami bahasa secara kata sebagai lambang yang telah di-

112
Kelogisan Bahasa: Sebuah Fenomena yang Terabaikan
(Siti Jubei)

sepakati, dapat menunjukkan suatu penggabungan tersebut membentuk kata


makna. Dalam setiap bahasa, satu kata baru berupa kata aglutinatif benda turun-
bisa menunjukkan be-berapa arti, tetapi an atau nomina. Bentuk aglutinatif atau
kata hanya menunjuk-kan satu arti pada kata turunan yang dihasilkan itu me-
suatu penggunaan tertentu. Oleh karena miliki nosi ‘perihal masuk akal’. Jadi, ke-
itu, untuk dapat berkomunikasi secara logisan merupakan sesuatu/kejadian yang
efektif, pilihan kata atau penggunaan tata masuk akal yang memang sudah se-
bahasa yang tepat sangatlah penting. harusnya terjadi demikian.
Artinya, dengan memilih kata yang tepat Selain itu, kelogisan menggaris-
dan logis, `lalu lintas` komunikasi akan bawahi proses penalaran yang cermat.
berlangsung lancar. Kegiatan berpikir logis senantiasa me-
Untuk mewujudkan kelancaran ber- nempatkan informasi dalam ranah yang
komunikasi tersebut, pemahaman dan ke- tanpa interpretasi. Setiap pesan yang di-
sadaran akan pentingnya bahasa yang sampaikan dapat diterima secara utuh
baik dan benar perlu ditingkatkan. Hal ini oleh orang lain, seperti maksud pem-
akan berkontribusi terhadap penerimaan bicara.
model bahasa yang lazim oleh Bahasa sendiri secara substansial,
masyarakat. Apalagi persoalan ini adalah merujuk pada beragam definisi. Dari be-
persoalan semua pihak, terutama dalam ragam definisi tersebut dapat mengusung
hal ini adalah tindak berbahasa para awak maksud yang hampir sama. Itulah sebab-
media yang secara langsung berhubungan nya persoalan definisi ini tidak meretas
dengan masyarakat pembaca. Semua ini eksistensi bahasa secara jungkir balik.
tidak dapat dihindari mengingat media Jadi, bahasa merupakan suatu sistem
massa merupakan `teman akrab` tanda atau bunyi yang dipergunakan oleh
masyarakat setiap hari. Dengan kata lain, manusia untuk berkomunikasi, meng-
bahasa masyarakat pembaca adalah ungkapkan perasaan, dan pikiran. Bahasa
cermin bahasa media. mempunyai aturan-aturan dan pola yang
Terkait pemanfaatan bahasa oleh sistematis. Tanda yang dimaksud adalah
media berarti tidak terlepas dari eksis- sesuatu yang dapat menimbulkan pe-
tensi penulis. Penulis (penulis berita) ngertian yang sama bila orang me-
harus mengenali pembacanya. Untuk itu, nanggapinya (Ensiklopedi Sastra
seorang penulis mesti mencari cara me- Indonesia, 2004: 108).
ngenali pembaca dengan membuat trik Di sisi lain, bahasa dimaknai se-
tertentu seakan penulis itu orang ramah bagai sistem lambang bunyi yang arbitrer,
dengan senyum memikat (Santana K., yang digunakan oleh anggota suatu
2007:1). Pemahaman terhadap eksistensi masyarakat untuk bekerja sama, ber-
pembaca sebagai pengomsumsi berita interaksi, dan mengidentifikasikan diri.
mensyaratkan penulis untuk cermat me- Selain itu, bahasa juga merupakan habitus
milih kata yang tepat serta tidak me- perkacapan atau perkataan yang baik atau
lampaui batas logika. tingkah laku yang baik.
Terkait dengan yang terurai di atas
TINJAUAN PUSTAKA dapat dikemukakan bahwa seseorang
Kelogisan Bahasa yang dapat mempergunakan bahasa
Bentuk ‘kelogisan’ merupakan dengan baik tidak serta merta memilki
turunan dari kata atau satuan ‘logis’ yang logika yang baik. Tulisan yang kosong
berarti ‘masuk akal’ kemudian di- dan tidak mencerminkan pikiran yang
gabungkan secara gramatikal dengan cemerlang bisa saja ditulis oleh se-
konfiks ke-an menjadi ‘kelogisan’. Hasil seorang yang dapat mempergunakan

113
DEIKSIS | Vol. 08 No.02 | Mei 2016 | 111-121

bahasa yang baik. Oleh karena itu, dalam an tentang linguistik, sehingga arus
penulisan yang berwibawa justru peng- komunikasi berlangsung lancar tanpa
gunaan bahasanya belun tentu benar. hambatan sedikitpun akibat dari adanya
Meskipun demikian, dalam tulisan yang kata atau istilah yang sulit dipahami
berwibawa dan sekaligus mencerminkan orang lain. Bahkan, kata atau istilah ter-
otak penulisnya yang cemerlang dapat di- sebut melewati batas logika manusia. Hal
jamin bahasanya dapat berfungsi dengan inilah yang semestinya dihindari dalam
baik, lincah, dan tidak kaku (Darma, rangka menciptakan keselarasan hubung-
2007: 7). an interpersonal dalam seluruh aspek
Dengan demikian, kelogisan kehidupan. Dalam berbagai pranata sosial
bahasa merupakan fenomena pemanfaat- yang telah dianut dan dijalankan oleh
an bahasa yang secara universal dapat di- masyarakat, bahasa menjadi ‘pengikat’
terima dan dipahami bersama oleh hubungan sosial tersebut. Bahasa, ter-
masyarakat tutur. Setiap masyarakat utama berkaitan dengan diksi merupakan
dapat menerima pesan yang disampaikan kecermatan sikap yang ditunjukkan oleh
tanpa pretensi dan interpretasi di luar pelaku bahasa. Sikap yang cermat dalam
konsepsi pemaknaan yang secara memilih kata akan senantiasa mem-
normatif terkandung dalam setiap keping- pertimbangkan kelogisannya.
an informasi. Dengan demikian, diksi adalah
pemilihan kata yang bermakna tepat dan
Peran Diksi dalam Habitus Linguistik selaras (cocok penggunaannya) untuk
Istilah diksi dalam bahasa mengungkapkan gagasan dengan pokok
Indonesia, berasal dari kata dictionary pembicaraan, peristiwa, kepada khalayak
(bahasa Inggris yang kata dasarnya pembaca atau pendengar (KBBI, 2007:
diction) yang berarti pemilihan kata. 264). Jadi, merujuk pada makna kamus
Dalam Webstern, diction diuraikan se- tersebut bahwa pemilihan kata berkaitan
bagai choice of words esp with regard to dengan konteks makna. Jika kata yang
correctness, clearness, or effective-ness. digunakan tidak selaras, gagasan tersebut
Jadi, diksi membahas penggunaan kata, tidak terungkap oleh pembaca atau pen-
terutama pada soal kebenaran, kejelasan, dengar.
dan keefektifannya. Diksi juga pada dasarnya adalah
Untuk menyusun konstruksi hasil dari upaya memilih kata tertentu
kalimat, terutama kalimat efektif, pelaku untuk dipakai dalam kalimat, alinea, atau
bahasa dapat memilih kata yang tepat, wacana. Pemilihan kata dilakukan
yaitu kata yang memenuhi isoformisme, apabila tersedia sejumlah kata yang arti-
sebuah kata yang memiliki kesamaan nya hampir sama atau bermiripan (Finoza
makna karena kesamaan pengalaman 2005: 105). Terkait dengan yang di-
masa lalu atau adanya kesamaan struktur jelaskan oleh Finoza di atas lebih melebar
kognitif. Isoformisme terjadi manakala kepada kata yang memiliki makna yang
komunikan-komunikan berasal dari mirip, lebih kepada sinonim, yaitu ke-
budaya yang sama, status sosial yang samaan makna kata.
sama, dan ideologi yang sama. Pendek- Sementara itu, diksi atau pemilih-
nya, komunikan-komunikan tersebut an kata memiliki tiga definisi lain, yaitu
mempunyai sejumlah pengalaman yang Pertama, pilihan kata atau diksi men-
sama (Putrayasa, 2007: 7). cakup pengertian kata-kata mana yang di-
Menyikapi pernyataan di atas, ke- pakai untuk menyampaikan suatu gagas-
samaan pengalaman merupakan suatu an, bagaimana membentuk pengelompo-
pengungkapan akan kesamaan pemaham- kan kata-kata yang tepat atau meng-

114
Kelogisan Bahasa: Sebuah Fenomena yang Terabaikan
(Siti Jubei)

gunakan ungkapan-ungkapan yang tepat, ‘catatan harian’ atau catatan mengenai


dan gaya mana yang paling baik di- kejadian sehari-hari atau bisa juga berarti
gunakan dalam suatu situasi. Kedua, surat kabar. Journal berasal dari bahasa
pilihan kata atau diksi adalah kemampuan Latin ‘diurnalis’, artinya harian atau tiap
membedakan secara tepat nuansa-nuansa hari. Dari perkataan itulah lahir kata
makna dari gagasan yang ingin disampai- ‘jurnalis’, yaitu orang yang melakukan
kan, dan kemampuan untuk menemukan pekerjaan jurnalistik. Jadi, jurnalisme
bentuk yang sesuai (cocok) dengan merupakan kegiatan menghimpun berita,
situasi dan nilai rasa yang dimiliki mencari fakta, dan melaporkan peristiwa
kelompok masyarakat pendengar. Ketiga, (Kusumaningrat, 2005: 15).
pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya Jurnalistik atau jurnalisme sangat
dimungkinkan oleh penguasaan sejumlah penting selama kurun waktu yang tidak
besar kosakata atau perbendaharaan kata terbatas. Keperluan untuk mengetahui
bahasa itu (Keraf, 2009: 24). yang terjadi merupakan kunci lahirnya
Jadi, pilihan kata atau diksi ber- jurnalisme selama berabad-abad. Salah
dasarkan teori di atas dapat diartikan satu media komunikasi yang merupakan
sebagai pemilihan kata-kata yang dapat wujud aktivitas jurnalisme yang peranan-
membentuk kelompok kata atau ungkap- nya tidak dapat diabaikan adalah surat
an-ungkapan yang digunakan dalam kabar. Surat kabar memiliki arti penting
situasi yang tepat karena penguasaan bagi setiap pembacanya. Sebagai media
kosa kata yang banyak. Selain itu, se- cetak, surat kabar merupakan salah satu
orang penulis atau jurnalis harus pandai alat penyedia informasi berupa berita dan
dalam memilih kata, untuk memberi pengetahuan terkini. Setiap orang dapat
tekanan pada pesan yang ingin disampai- memperoleh informasi dan perkembang-
kan. Dengan kata lain, bahwa memang an setiap peristiwa dari seluruh dunia
pemilihan kata itu penting untuk seorang yang terjadi secara langsung serta dalam
penulis agar dapat menyampaikan pesan waktu yang cepat.
dengan baik. Adakah hal itu terealisasi Surat kabar telah berkontribusi luar
dalam totalitas interaksi masyarakat biasa bagi kemajuan bangsa dari berbagai
bahasa dalam hal ini para jurnalis? Ke- segi kehidupan, terutama dari segi pe-
nyataan menunjukkan bahawa sebagian ngembangan dan pembinaan bahasa
besar dari mereka menggunakan bahasa Indonesia. Salah satu kontribusi yang
atau kata yang secara semantis di luar dimainkan media massa surat kabar
logika. Oleh karena itu, kecermatan me- harian adalah menanamkan kebiasaan
milih kata yang tepat merupakan keharus- membaca kepada masyarakat. Apabila
an bagi segenap insan pers dalam rangka semakin banyak masyarakat terbiasa
mewujudkan kelestarian bahasa yang membaca, lama kelamaan akan menjadi
efektif, logis, dan taat asas. tradisi dan membudaya, sehingga ter-
Dengan demikian, diksi memiliki jadilah budaya membaca di kalangan
peran penting, baik sebagai aspek pem- masyarakat.
bentuk konstruksi kalimat secara Pengaruh surat kabar dalam mem-
sintaktikal maupun pengungkap bentuk kebiasaan berbahasa masyarakat
informasi dalam habitus linguistik secara sangat besar. Hal ini disebabkan oleh
universal. surat kabar terbukti dan mampu menjadi
media yang efektif untuk mengantarkan
Jurnalistik dan Kelayakan Berita informasi ke ruang baca masyarakat.
Istilah jurnalistik atau jurnalisme Kehadiran surat kabar, misalnya, dengan
berasal dari perkataan journal, artinya sendirinya dapat membiasakan orang atau

115
DEIKSIS | Vol. 08 No.02 | Mei 2016 | 111-121

pembaca menjadi semakin akrab dengan baik atau membuat tulisan baik men-
bahasa surat kabar. Namun, pada ke- jadi sempurna. Sifat penanganan
nyataannya, masih terdapat bahasa dalam berita yang tergesa-gesa itu sedikit
surat kabar yang belum memadai. Oleh banyak menjadi kendala untuk ter-
karena itu, bahasa yang dipergunakan capainya kualitas penulisan berita
dalam komunikasi (cetak) harus logis, yang baik.
dan fenomena kelogisan berbahasa inilah 2. kemasabodohan dan kecerobohan;
yang menjadi titik tumpu kajian, terutama komponen ini mencerminkan sikap
bahasa yang digunakan oleh pihak media malas yang dimiliki oleh para penulis/
massa. penyampai berita. Kemalasan yang
Kehadiran media massa atau surat timbul tersebut dapat memicu
kabar sebagai pengantar informasi ke munculnya sikap masa bodoh serta
ruang-ruang baca masyarakat atau pe- kecerobohan. Hal ini disebabkan oleh
nikmat berita memang perlu diperhitung- kemalasan berpikir, mencari kata-
kan. Beragam informasi menyerbu tanpa kata baru serta meniru bentuk-bentuk
mengenal ruang dan waktu. Ironisnya, yang sudah ada atau dilakukan orang
tidak semua sumber informasi tersebut tanpa mau menciptakan sendiri.
menciptakan masyarakat yang pintar, 3. malas mengikuti petunjuk, dalam hal
tetapi banyak informasi yang diterima ini petunjuk bahasa tulis, seperti tata-
menimbulkan spekulasi di masyarakat, bahasa, kamus, dan pedoman ejaan
sehingga terjadi kesimpangsiuran ter- yang disempurnakan, termasuk dalam
hadap sebuah kasus. Hal ini tidak lepas hal penggunaan kata-kata baru,
dari peran bahasa yang dipakai dalam seringkali sembrono. Artinya, peng-
mengemas informasi. gunaan kata baru dengan arti yang
Dalam Pedoman Pemakaian tidak konsisten, sehingga mem-
Bahasa dalam Pers, terdapat ketentuan bingungkan pembaca.
yang harus dipenuhi, antara lain “pers 4. ikut-ikutan, hal ini berkaitan dengan
hendaknya secara konsekuen melaksana- kebiasaan berbahasa para tokoh ter-
kan pedoman ejaan bahasa Indonesia kenal, sehingga gaya bahasanya akan
yang disempurnakan”. Isi pedoman ter- selalu ditiru oleh orang-orang di
sebut jelas mengindikasikan bahwa se- sekitarnya dan itu dapat berlangsung
luruh media pers harus menaati aturan dalam waktu yang tanpa batas. Hal ini
yang ada. Sebagian besar para insan pers juga terjadi pada para jurnalis.
telah melaksanakan isi pedoman tersebut, 5. merusak arti. Penggunaan kata atau
tetapi di sisi lain, ada pula insan pers yang pilihan kata tidak jarang merusak arti
mengalami kendala dalam aplikasi kata itu sendiri. Itulah sebabnya se-
bahasa yang baik. Kendala dalam ber- orang penulis (berita) memper-
bahasa yang baik, disebabkan oleh: timbangkan sebuah kata supaya tidak
1. menulis di bawah tekanan waktu, arti- merusak arti (Kusumaningrat, 2005:
nya kegiatan menulis dilakukan 166-170).
karena dikejar waktu oleh tenggat Berdasar pada paparan atau kendala
(deadline) yang harus dipatuhi. Pe- yang dikemukakan oleh Kusumaningrat
nulis berita yang dikejar tenggat di atas jelas bahwa setiap kegiatan me-
nyaris tidak memiliki waktu untuk nulis tentu terikat oleh pedoman tertentu,
memoles tulisannya agar indah sehingga kecenderungan pada ketidak-
dengan pilihan kata yang tepat, me- logisan bahasa dapat dihindari. Untuk itu,
mangkas kalimat yang tidak perlu pesan jurnalistik meski bersifat umum
agar membuat tulisan buruk menjadi dan sejenak, berita atau setiap kepingan

116
Kelogisan Bahasa: Sebuah Fenomena yang Terabaikan
(Siti Jubei)

informasi disampaikan dengan bahasa simak dengan saksama dalam konteks


yang lancar, jelas, lugas, sederhana, totalitasnya. Itulah sebabnya bentuk-
padat, singkat, dan menarik. Namun, bentuk bahasa yang digunakan oleh pers
dengan tetap mensyaratkan bahasa baku, harus benar-benar `steril` dari bahasa
kaidah bahasa, ejaan yang benar, dan yang fulgar, bias, dan keluar dari
kosakata yang dinamis (Santana K., konvensi. Itulah yang menjadi tolok ukur
2005: 154). kelayakan sebuah berita. Namun, per-
Setiap pemberitaan berwujud pada masalahannya adalah tidak semua media
meretasnya fenomena di masyarakat tulis konsisten dengan pemahaman dalam
kemudian kembali ke masyarakat sebagai hal perlakuan terhadap bahasa. Jurnalis
bentuk evaluasi diri. Hal itu yang menjadi seringkali berasumsi bahwa bahasa yang
asumsi dasar bagi lahirnya banyak pe- dipilih sudah merupakan bahasa yang
mikiran baru tentang hakikat berita. komunikatif.
Dalam rumusannya yang sederhana,
Kusumaningrat (2005: 40) menyatakan METODE PENELITIAN
bahwa, “Berita adalah informasi aktual
tentang fakta-fakta dan opini yang me- Penelitian ini merupakan peneliti-
narik perhatian orang”. Bahkan, hakikat an kualitatif dengan pendekatan atau
berita ini jauh sebelumnya telah muncul metode deskriptif. Penelitian kualitatif
dalam The New Grolier Webster adalah penelitian yang secara keseluruh-
International Dictionary yang an memanfaatkan cara-cara penafsiran
menyebutkan bahwa, berita adalah 1) dengan menyajikannya dalam bentuk
Current information about something deskriptif (Ratna, 2012: 46). Melalui
that has taken place, or about something penelitian kualitatif, peneliti melakukan
not known before, 2) News is information pengamatan terhadap kata atau kalimat
as presented by a news media such as dari berbagai surat kabar harian yang
papers, radio, or television; 3) News is terbit di ibukota Jakarta dan sekitarnya.
enything or anyone regarded by a news Adapun metode deskriptif adalah metode
media as a subject worthy of treatment. yang berusaha menggambarkan dan
Terlepas dari paparan tersebut, fakta atau menginterpretasikan objek berdasarkan
opini yang dinilai layak untuk dikemas data yang ada dan terkumpul. Dengan
dalam pemberitaan adalah baik yang me- menggunakan metode ini, peneliti ber-
narik maupun yang tidak menarik, baik maksud menguaikan data setelah di-
yang sudah diketahui maupun yang analisis dari segi isinya. Dengan kata lain,
belum diketahui, baik yang berkaitan kajian dalam penelitian ini berupa
dengan keberadaan seseorang maupun analisis isi dari sejumlah persoalan yang
sesuatu yang masih menjadi rahasia dan ditemui dalam berita harian yang secara
tidak dipersiapkan untuk dikonsumsi nyata melanggar kelogisan bahasa.
publik. Hal itulah yang mengkristal Adapun langkah kajian berupa pe-
dalam pemikiran masyarakat tentang ngumpulan data yang diambil secara acak
informasi yang layak untuk dikonsumsi. dari berbagai terbitan. Setelah terkumpul,
Selain itu, fenomena berbahasa data dideskripsikan kemudian dianalisis
para insan pers pun berdampak langsung satu per satu. Sistem pengkajian dilaku-
pada hampir semua pembacanya. Pem- kan dengan mengamati unsur-unsur pem-
baca tidak saja menerima beragam bentuk kalimat yang secara logika me-
informasi yang secara reseptif diperoleh langgar konvensi.
dari kegiatan membaca, tetapi model
bahasa yang dipakai pun cenderung di-

117
DEIKSIS | Vol. 08 No.02 | Mei 2016 | 111-121

HASIL DAN PEMBAHASAN kondisi kebahasaan seseorang mengabai-


kan masalah diksi karena beranggapan
Berdasarkan yang terurai di atas, setiap penyampaian maksud pembicaraan
kelogisan bahasa merupakan wujud pola didasarkan pada penggunaan bahasa yang
pikir yang runtut pada diri seseorang. dianggap sudah baik atau bahasa yang
Keruntutan berpikir itu senantiasa me- mudah dimengerti juga atas adanya saling
nyadarkan para pengguna bahasa untuk memahami maksud satu sama lain. Pe-
selalu ‘waspada’ dalam menuangkan mahaman seperti itulah yang memberikan
gagasan agar tercipta komunikasi yang kelonggaran pada setiap perilaku ber-
baik antara penulis atau pembicara dan bahasa yang seringkali menimbulkan
interlekutornya. Hal itu dimaksudkan ketidaklogisan. Beberapa contoh dapat
agar pesan dapat tersampaikan dengan penulis sajikan berikut ini.
baik. Namun, kenyataannya seringkali
No. Pernyataan atau Kasus
1. Kerusuhan pecah di Lampung Tengah
2. KPK kembangkan penyelidikan Surya Dharma Ali
3. Sabet medali di olimpiade matematika dunia
4. Ikhtiar berkembang
5. Beberapa pekan terakhir ini, banjir menghantui Jakarta
6. Jangan kecewakan harapan
7. Buku yang menyelamatkan
8. Jumlah dosen ditertibkan
9. Mata melotot bahkan menyalak
10. Daihatsu genjot pasar daerah
11. Kebijakan ini harus diterapkan jangan sampai jadi bangkai.
12. Siapkan tiga ribuan buffer stock.
13. Mengais rejeki lewat dongeng
14. Peringatan banjir gunakan sirene
15. Polisi kebingungan mengorek identitas korban.

Sejumlah data di atas diperoleh dari tersebut baru logis apabila kata
berbagai sumber harian yang terbit di ‘pecah’ diganti dengan bentuk verba,
DKI Jakarta dan sekitarnya. Persoalan seperti kata ‘terjadi’, sehingga di-
ketidaklogisan bahasa yang terdapat peroleh sebuah pernyataan yang
dalam konteks kalimat atau pernyataan logis, seperti ‘Kerusuhan terjadi di
tersebut dapat dikaji, seperti berikut ini. Lampung Tengah’.
1. Pada kalimat atau pernyataan 2. Pernyataan ‘KPK kembangkan pe-
‘Kerusuhan pecah di Lampung nyelidikan Surya Dharma Ali’ juga
Tengah’ ditemukan bentuk yang tidak merupakan bentuk tidak logis. Ke-
logis, yaitu pada kata ‘pecah’. Kata tidaklogisan bentuk atau pernyataan
‘pecah’ merupakan bentuk kata sifat tersebut terdapat pada kata
yang artinya sesuatu atau benda yang ‘kembangkan’ yang merupakan
telah retak atau hancur. Jika menilik bentuk verba imperatif atau perintah.
pernyataan di atas, kata ‘pecah’ tidak Padahal kalimat di atas tergolong
logis dari segi makna karena kalimat aktif yang bernuansa
‘kerusuhan’ bukanlah sesuatu atau representatif. Jadi, dengan melihat
benda yang telah retak atau hancur, kedudukan kalimat tersebut sebagai
melainkan kondisi tertentu yang ter- bentuk pemberitahuan, maka kata
jadi di sebuah komunitas. Pernyataan ‘kembangkan’ harus diubah menjadi

118
Kelogisan Bahasa: Sebuah Fenomena yang Terabaikan
(Siti Jubei)

kata verba aktif transitif, yaitu kata logis dilakukan oleh ‘banjir’ yang
‘mengembangkan’, sehingga kalimat bukan nomina pelaku.
berubah bentuk menjadi ‘KPK 6. Dalam bentuk pernyataan ‘Jangan
mengembangkan penyelidikan Surya kecewakan harapan’ sebenarnya me-
Dharma Ali’ atau ‘Pengembangan rupakan komponen interjeksi se-
Penyelidikan KPK terhadap Kasus seorang kepada siapapun yang men-
Surya Dharma Ali’. jadi interlekutornya. Akan tetapi, se-
3. Bentuk pernyataan ‘Sabet medali di buah pemberitaan dalam media
olimpiade matematika dunia’ tidak adalah suatu realisasi dari fungsi
hanya tidak logis, tetapi pernyataan representasional bahasa yang mem-
tersebut juga merupakan bentuk beri informasi baru yang bukan seru-
kalimat minor yang sebagian an atau perintah. Hal ini jelas bahwa
konstituen intinya tidak ada. Ketidak- pernyataan di atas adalah sebuah ke-
logisan ditemukan pada kata ‘sabet’ salahan berbahasa yang mengungkap-
yang merupakan bentuk verba pe- kan maksud tanpa melihat kejelasan
rintah yang secara semantis bermakna makna. Dalam pernyataan di atas juga
menyakiti dengan alat atau benda memperlihatkan bentuk yang tidak
tajam dan ‘medali’ seakan-akan lengkap dari sisi struktur kalimat,
sasaran yang harus disakiti. tidak jelas siapa yang melarang, tidak
Sementara itu, pernyataan di atas juga jelas siapa yang dikecewakan, bahkan
merupakan bentuk minor yang subjek kesan umum yang diperoleh dari per-
kalimatnya tidak ada. Pernyataan ter- nyataan tersebut adalah tidak logis.
sebut akan menjadi logis dan lengkap 7. Bentuk ‘Buku yang menyelamatkan’
unsur-unsurnya apabila diubah men- termasuk kalimat yang tidak logis.
jadi ‘ Si A memenangkan medali di Hal itu terbukti dengan penggunaan
olimpiade matematika dunia’. kata ‘menyelamatkan’ sebagai ‘pusat’
4. Bentuk ‘Ikhtiar berkembang’ secara yang didahului oleh konjungsi ‘yang’,
struktur kalimat benar, tetapi diksi sehingga mengubah fungsi ‘menye-
yang digunakan, yaitu kata ber- lamatkan’ tidak bisa lagi sebagai
kembang, memiliki makna lain di luar predikat atau pusat dan menimbulkan
makna konseptualnya, terutama perubahan pada status kalimat men-
ketika digabung dengan kata ikhtiar. jadi frase. Selain itu, subjek ‘buku’
Kata ‘berkembang’ secara logika ber- juga tidak dapat melakukan kegiatan
makna ‘memiliki kembang’, bukan atau pekerjaan apapun dalam konteks
‘semakin luas’, sehingga kata tersebut kalimat seperti di atas karena ‘buku’
tidak tepat digabungkan dengan adalah benda mati yang tidak dapat
subjeknya, yaitu ‘ikhtiar’. melakukan tindakan penyelamatan.
5. Pada kalimat ‘Beberapa pekan ter- Apalagi kata ‘menyelamatkan’ me-
akhir ini, banjir menghantui Jakarta’ rupakan satuan aktif dwitransitif yang
termasuk kalimat yang tidak logis. memerlukan pendamping sebelah kiri
Ketidaklogisan kalimat tersebut di- dan kanan. Jadi, kalimat di atas
tandai dengan penggunaan kata merupakan bentuk konstruksi kalimat
‘menghantui’ yang diikuti nama tidak lengkap dan masih meng-
tempat. Selain bermakna konotatif, gantung.
kata ‘ menghantui’ mengikuti subjek 8. Pernyataan ‘Jumlah dosen ditertib-
yang bukan agent atau pelaku, se- kan’ sebenarnya memenuhi standar
hingga tindakan ‘menghantui’ tidak sebuah kalimat utuh, tetapi dengan
hadirnya kata ‘dosen’ sebagai subjek,

119
DEIKSIS | Vol. 08 No.02 | Mei 2016 | 111-121

kalimat tersebut mengindikasikan masuk akal. Kata ‘bangkai’ dalam


dosen yang semrawut, carut marut, pernyataan di atas merujuk pada
dan kondisi yang tidak kondusif. benda yang tidak terpakai. Padahal,
Apalagi di depan subjek terdapat kata kata ‘bangkai’ sendiri memiliki nosi
‘jumlah’, hal itu sama sekali membuat atau makna ‘tubuh yang sudah mati
kalimat tersebut tidak logis. Jika (biasanya untuk binatang)’ dan
kalimat itu hanya ‘dosen ditertibkan’ ‘barang yang sudah tua serta rusak’.
memberi pemahaman bahwa terjadi Penggunaan kata ‘bangkai’ untuk
keributan dan semacamnya di antara ‘kebijakan’ merupakan sesuatu yang
dosen dan ini baru dikatakan logis, tidak logis disebabkan oleh pemakna-
tetapi tidak demikian maksud penulis an yang terjadi di luar konteks karena
kalimat tersebut. ‘kebijakan’ adalah sesuatu yang
9. Ungkapan ‘Mata melotot bahkan bukan benda dan tidak dapat di-
menyalak’ merupakan pernyataan manfaatkan atau digunakan.
yang berlebihan. Ungkapan atau 12. Ada pernyataan ‘Siapkan tiga ribuan
kalimat tersebut dapat diterima akal buffer stock’. Pernyataan tersebut
jika hanya dibatasi pada subjek ‘mata’ tidak logis disebabkan oleh maksud
dan predikat ‘melotot’ saja. Muncul- kalimat yang tidak tepat. Pernyataan
nya istilah ‘menyalak’ untuk subjek itu seharusnya berbentuk repre-
‘mata’ menimbulkan kesalahan sentasional, yaitu pemberian infor-
dalam pemaknaan. Kata ‘menyalak’ masi kepada halayak pembaca bukan
merupakan istilah atau kata yang me- memerintahkan pembaca untuk me-
miliki makna ‘mengeluarkan bunyi nyiapkan sesuatu. Ketidaklogisan
salak’ atau suara, seperti ‘meng- pernyataan di atas menimbulkan ke-
gonggong’ pada anjing. Jadi, kata rancuan dalam memahami makna
‘menyalak’ mengacu kepada suara kalimat tersebut. Kalimat itu akan
yang dikeluarkan oleh mulut, bukan logis jika diubah menjadi ‘Persiapan
sesuatu yang berkaitan dengan tiga ribu buffer stock untuk . . . .’.
‘mata’. 13. Satuan ‘Mengais rejeki lewat
10. Dalam kalimat ‘Daihatsu genjot pasar dongeng’ termasuk bukan kalimat.
daerah’ terdapat kata ‘genjot’ yang di- Selain bentuk seperti itu hanya berupa
posisikan sebagai predikat atau pusat kelompok kata atau frase, juga me-
kalimat. Kata ‘genjot’ merupakan milki pilihan kata yang tidak logis,
bentuk verba aktif transitif yang dapat seperti pada kata ‘mengais’. Bentuk
dilakukan oleh subjek ‘orang’ bukan ‘mengais’ bermakna ‘mencari sesuatu
benda mati, seperti daihatsu. Kalimat dengan alat yang disebutkan pada
tersebut menciptakan makna kias, kata dasarnya’ di tempat yang tidak
padahal dalam skala logika, kata layak karena kata tersebut mem-
harus dipakai dalam makna denotatif- punyai konotasi kasar. Jika satuan di
nya. Oleh karena itu, bentuk ‘genjot’ atas dijadikan bentuk kalimat
yang seharusnya dilakukan oleh ‘Pencari rejeki lewat dongeng atau
manusia justru dilekatkan pada benda Pencarian rejeki lewat dongeng’,
yang tidak dapat berbuat, seperti pemaknaan akan lebih jelas dan logis.
manusia. Dalam hal ini, penggunaan 14. Kalimat ‘Peringatan banjir pun
kata ‘genjot’ tersebut tidak logis. gunakan sirene’merupakan sebuah
11. Pernyataan ‘Kebijakan ini harus di- kalimat yang tidak layak. Kalimat ter-
terapkan jangan sampai jadi bangkai’ sebut memperlihatkan penggabungan
merupakan bentuk yang juga tidak dari dua pernyataan, yaitu bentuk

120
Kelogisan Bahasa: Sebuah Fenomena yang Terabaikan
(Siti Jubei)

pemberian informasi ‘Peringatan nutur atau penulis seringkali tidak taat


banjir’ dan bentuk perintah ‘gunakan pada asas yang berlaku. Hal ini bukan
sirene’. Dalam sebuah struktur berarti bahwa pemanfaatan bahasa
kalimat yang benar, kedua kalimat selama ini didominasi olek ketidaktaatan,
atau pernyataan itu harus menjadi namun kecenderungan yang terjadi
komponen sendiri-sendiri karena adalah kekurangcermatan dalam memilih
kedua satuan yang digabung itu mem- unsur-unsur pembangun kalimat. Itulah
punyai fungsi dan makna atau maksud sebabnya pemahaman dan ketelitian
yang berbeda. Hal inilah yang men- dalam memilih kata yang tepat sesuai
jadikan bentuk tersebut tidak logis dengan lingkungan yang dimasuki kata
bahkan kacau. tersebut benar-benar harus dipertimbang-
15. Bentuk yang tidak logis terdapat pula kan secara serius. Tujuannya adalah
pada pernyataan ‘Polisi kebingungan untuk menghindari ketidaklogisan bahasa
mengorek identitas korban’. Kalimat yang dipakai.
tersebut selain tidak logis juga sangat Apabila hal ini terus terjadi tanpa
membingungkan. Penyebabnya pemecahan yang signifikan, keprihatinan
adalah kebingungan polisi ‘me- tentang kondisi kebahasaan akan berubah
ngorek’ identitas korban. Secara menjadi kekacauan dalam totalitas per-
logika, tidak mungkin ‘mengorek’ tuturan, terutama dalam proses pen-
identitas karena di dalam diri korban transferan informasi. Selain itu, patologi
tidak terdapat sesuatu berupa bahasa media tidak akan pernah bisa
identitas. Seharusnya kata ‘me- ‘disembuhkan’, sehingga berdampak
ngorek’ diganti dengan ‘mencari pada penerimaan informasi yang
tahu’ atau ‘menanyakan’ identitas senantiasa ‘dilumuri oleh kuman’
bukan ‘mengorek’ yang memiliki ketidaklogisan, terlepas dari pemanfaatan
makna ‘pekerjaan dilakukan dengan bahasa yang komunikatif.
alat, seperti yang terdapat pada kata
dasarnya’. DAFTAR PUSTAKA
Dari sejumlah data yang telah dikaji
di atas terlihat bahwa penggunaan bahasa Darma, B. (2007). Bahasa, Sastra, dan
dalam media atau surat kabar harian Budi Darma. Surabaya: PT
menunjukkan kondisi yang memprihatin- Temprina Media Grafika.
kan. Kekurangcermatan memilih kata
acapkali menimbulkan dampak yang Finoza, L. (2005). Komposisi Bahasa
tidak ‘sehat’, baik untuk penulis sendiri Indonesia: untuk Mahasiswa
maupun pada penikmat berita atau para nonjurusan Bahasa. Jakarta:
interlekutornya. Akibatnya, situasi ke- Diksi Insan Mulia.
bahasaan yang mewarnai dunia Kusumaningrat, H. dan Purnama K.
jurnalistik tidak akan pernah bisa di- (2005). Jurnalistik: Teori dan
benahi meski kerapkali upaya pembinaan Praktik. Bandung: PT Remaja
dilaksaanakan. Rosdakarya.
Putrayasa, I.B.. (2009). Kalimat Efektif:
SIMPULAN Diksi, Struktur, dan Logika.
Bandung: PT Refika Aditama
Berdasarkan uraian di atas dapat di-
simpulkan bahwa kelogisan bahasa masih Santana K.S.. (2007). Menulis Ilmiah:
merupakan sesuatu yang terus dibenahi Metode Penelitian Kualitatif.
mengingat kondisi kebahasaan para pe- Jakarta: Yayasan Obor Indonesi

121

Anda mungkin juga menyukai