Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KATARAK

DI PUSKESMAS RAWAT INAP MUARA KUMPEH

DISUSUN OLEH

Lukman Hakim, S.Kep

NPM : 2019 91 084

Dosen Pembimbing

Ns.Dwi Yunita,S.Kep.M.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS JALUR KHUSUS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAITURRAHIM JAMBI

AGUSTUS 2020
LAPORAN PENDAHULUAN KATARAK

I. PENGERTIAN
A. Defenisi
              Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat
hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat keduanya (Ilyas,
2008).Katarak adalah kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang mengubah gambaran
yang di proyeksikan pada retina. Katarak merupakan penyebab umum kehilangan
pandangan secara bertahap (Istiqomah, 2003)
              Katarak merupakan keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan
lensa didalam kapsul lensa. Umumnya terjadi akibat proses penuaan yang terjadi pada
semua orang yang berusia lebih dari 65 tahun. (Muttaqin, 2008).

B. Anatomi Fisiologi
              Bola mata merupakan organ sferis dengan diameter kurang lebih 2,5 cm, yang
terletak pada bagian anterior orbit. Bola mata terdiri dari beberapa lapisan. Kuat dan tidak
elastic yang menyususn sclera ini akan mempertahankan bentuk bola mata dan
memberikan proteksi terhadap bangunan - bangunan halus dibawahnya.
            Didalam mata ada 3 lapisan yaitu :
1.    Lapisan luar, yang terdiri dari :
-          Sclera
-          Kornea
2.    Lapisan tengah, yang terdiri dari :
-          Koroid
-          Badan (korpus) siliare
-          Iris
3.    Lapisan dalam, yang terdiri dari :
-          Retina
-          Fundus optic ,Lensa dan Badan vitreus
             
Pada mata terdapat 7 otot volunter dari orbit, 6 diantaranya adapat memutar bola mata
pada beberapa perintah dan mengkoordinasi pergerakan mata.Pergerakan mata yang
terkoordinasi dan visus yang adekuat diperlukan untuk smemungkinkan fovea sentralis
pada masing - masing mata untuk menerima gambaran pada waktu yang sama.gambaran
berfokus dari fovea masing - masing mata, ditranmisikan ke area optic darikorteks
serebri, tempat otak menginterpretasikan dua gambaran sebagai suatu gambaran
(Istiqomah, 2003).
C. Etiologi Katarak
              Katarak disebabkan oleh berbagai faktor seperti :
1.      Fisik
2.      Kimia
3.      Penyakit predisposisi
4.      Genetik dan gangguan perkembangan
5.      Infeksi virus di masa pertumbuhan janin
6.      Usia
 (Tamsuri, 2008)
D. Klasifikasi Katarak
              Berdasarkan pada usia, katarak dapat diklasifikasikan menjadi :
1. Katarak congenital, katarak yang sudah terlihatpada usia kurang dari 1 tahun.
2. Katarak juvenile, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun.
3. Katarak senile, katarak setelah usia 50 tahun
Berdasarkan penyebabnya, katarak dapat dibedakan menjadi :
1.    Katarak traumatika
     Katarak terjadi akibat rudapaksa atau trauma baik karena trauma tumpul maupun
tajam.Rudapaksa ini dapat mengakibatkan katarak pada satu mata (katarak monokular).
Penyebab katarak ini antara lain karena radiasi sinar - X, Radioaktif, dan benda asing.
2.    Katarak toksika
     Merupakan katarak yang terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan kimia
tertentu.Selain itu, katarak ini juga dapat terjadi karena penggunaan obat seperti
kortikosteroid dan chlorpromazine.
3.    Katarak komplikata
     Katarak terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan kimia tertentu. Selai itu, katarak
ini juga dapat terjadi karena penggunaan obat seperti diabetes mellitus,
hipoparatiroidisme, atau akibat kelainan local seperti uveitis, glaucoma, dan miopia
atau proses degenerasi pada satu mata lainnya.
     Berdarakan stadium, katarak senile dapat dibedakan menjadi :
1. Katarak insipient
Merupakan stadium awal katarak yaitu kekeruhan lensa masih berbentuk bercak –
bercak kekeruhan yang tidak teratur.
2. Katarak imatur
Lensa mulai menyerap cairan sehingga lensa agak cembung, menyebabkan terjadinya
myopia, dan iris terdorong kedepan serta bilik mata depan menjadi dangkal.
3. Katarak matur
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa. Pada stadium ini, terjadi kekeruhan lensa.
4. Katarak hipermatur
Pada stadium ini, terjadi proses degenerasi lanjut lensa dan korteks lensa dapat mencair
sehingga nucleus lensa tenggelam di dalam korteks lensa (Tamsuri, 2008).
E. PATHWAY KATARAK

Usia lanjut dan Congenital atau cedera mata Penyakit


proses penuaan bisa diturunkan. metabolik(misalnya
DM)

Nukleus mengalami perubahan warna menjadi


Kurang coklat kekuningan
pengetahuan

Perubahan fisik (perubahan pd serabut halus


Tidak multiple (zunula) yg memanjang dari badan silier
Kurang
mengenal kesekitar daerah lensa)
sumber terpaparterhadap
informasi informasi tentang
Hilangnya tranparansi prosedur tindakan
lensa
pembedahan

Resiko Cedera Perubahan kimia dlm protein lensa

CEMAS
Gangguan koagulasi
penerimaan
sensori/status
mengabutkan pandangan
organ indera

Terputusnya protein lensa disertai prosedur invasive


influks air kedalam lensa pengangkatan
Menurunnya katarak
ketajaman
penglihatan Usia meningkat
Resiko tinggi
terhadap infeksi
Penurunan enzim menurun
Gangguan
persepsi sensori-
perseptual Degenerasi pd lensa
penglihatan
KATARAK

Post op Nyeri
F. Manifestasi Klinis Katarak
              Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif.Biasanya pasien
mengalami penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan fungsional
sampai derajat tertentu yang diakibatkan karena kehilangan penglihatan. Temuan
objektif biasanya meliputi pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga
retina tak akan tampak dengan oftalmoskop.
              Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya
ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah
pandangan kabur atau redup, menyilaukan yang menjengkelkan dengan distorsi
bayangan dan susah melihat di malam hari. Pupil yang normalnya hitam, akan tampak
kekuningan, abu - abu atau putih. Katarak biasanya terjadi bertahap selama bertahun -
tahun, dan ketika katarak sudah sangat memburuk, lensa koreksi yang lebih kuat pun tak
akan mampu memperbaiki penglihatan (Suddarth, 2001).
G. Komplikasi
              Adapun komplikasi yang umumnya terjadi pada pasien yang mengalami penyakit
katarak adalah sebagai berikut :
1. Uveitis, terjadi karena masa lensa merupakan benda asing untuk jaringan uvea,
sehingga menimbulkan reaksi radang / alergi.
2. Glaukoma, terjadi karena masa lensa menyumbat sudut bilik mata sehingga
mengganggu aliran cairan bilik mata depan (Istiqomah, 2003).
H. Pemeriksaan Diagnostik
1. Uji mata
2. Keratometri
3. Pemeriksaan lampu slit dan oftalmoskopis
4. A-scan ultrasound (echography)
5. Dan hitung sel endotel yang sangat berguna sebagai alat diagnostik, khususnya bila
dipertimbangkan akan dilakukan pembedahan (Suddarth, 2001).
Darah putih: dibawah 10.000 normal
I. Penatalaksanaan
 Stadium I
Dengan deteksi catalin, catalin adalah zat yang berfungsi untuk menghalangi kerja zat
quino, yaitu zat yang mengubah protein lensa mata yang bening menjadi gelap.
Tujuan pegobatan ini adalah untuk menekan proresifitas kekaburan lensa supaya katarak
menjadi stasioner.
 Stadium II
Dilakukan secara simtomatis.
 Stadium III, dan IV
Operasi untuk mengeluarkan lensa yang karakteus.
Tak ada terapi obat untuk katarak, dan tak dapat di ambil dengan pembedahan laser.
Namun, masih dilakukan penelitian mengenai kemajuan prosedur laser baru yang dapat
digunakan untuk mencairkan lensa sebelum dilakukan pengisapan keluar melalui kanula
( Pokalo 1992 ).
Ada dua macam teknik pembedahan untuk pengangkatan katarak :
Ekstraksi Katarak Intrakapsuler
Ekstraksi katarak intra kapsuler ( ICCE, intra capsuler catarak ekstraksion ) dalah
pengangkatan seluruh lensa sebagai satu kesatuan. Setelah zona dipisahkan, lensa
diangkat dengan cryoprobe, yang diletakkan secara langsung pada kapsula lentis. Bedah
beku berdasar pada suhu pembekuan untuk mengangkat suatu lesi atau abnormalitas.
Insrumen bedah beku bekerja dengan prinsip bahwa logam dingin akan melekat pada
benda yang lembab. Ketika cryoprobe diletakkan secara langsung pada kapsula lentis,
kapsula akan melekat pada probe.lensa kemudian diangkat secara lembut. Yang dahulu
merupakan cara pangangkatan katarak utama, ICCE sekarang jarang dilakukan karena
tersedianya teknik bedah yang lebih canggih.
Ekstraksi Katarak Ekstrakapsuler
Ekstraksi katarak ekstracapsuler ( ECCE, extracapsuler catarak ekstraksion )
sekarang merupakan teknik yang lebih disukai dan mencapai sampai 98 % pembedahan
katarak. Mikroskop digunakan untuk melihat struktur mata selama pembedahan. Prosedur
ini meliputi pengambilan kapsula anterior, menekan keluar nucleus,dan mengisap sisa
fragmen kortikal lunak menggunakan irigasi dan alat hisap. Dengan meninggalkan
kapsula posterior dan zonula lentis tetap utuh, dapat mempertahankan arsitektur bagi
posterior mata, jadi mengurangi insidensi yang serius.

          Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai
ketitik dimana pasien melakukan aktivitas hidup sehari - hari, maka penanganan biasanya
konservatif.Penting dikaji efek katarak terhadap kehidupan sehari - hari pasien. Mengkaji
derajat gangguan fungsi sehari - hari, aktivitas, kemampuan bekerja, ambulasi, dan lain -
lain, sangat penting untuk menentukan terapi mana yang paling cocok bagi masing -
masing penderita.

          Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut untuk
bekerja ataupun keamanan.Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam penglihatan yang
terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi.Pembedahan katarak adalah
pembedahan yang paling sering dilakukan pada orang berusia lebih dari 65 tahun
keatas.Kebanyakan operasi dilakukan dengan anastesia local (retrobulbar atau peribulbar,
yang dapat mengimobilisasi mata).Obat penghilang cemas dapat diberikan untuk
mengatasi perasaan klaustrofobia sehubungan dengan draping bedah.
          Ada dua macam teknik pembedahan tersedia untuk pengangkatan katarak : ekstraksi
intrakapsuler dan ekstrakapsuler. Indikasi intervensi bedah adalah hilangnya penglihatan
yang mempengaruhi aktivitas normal pasien atau katarak yang menyebabkan glaukoma
atau mempengaruhi diagnosis dan terapi gangguan okuler lain, seperti retinopati diabetika
(Suddarth, 2001).
II. Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
            Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien(Nursalam, 2001)
` Adapun data-data dari pengkajian Katarak adalah:
a. Aktivitas /Istirahat: Gejalanya yaitu Perubahan aktivitas biasanya/ hobi
sehubungan dengan gangguan penglihatan.
b.Makanan/cairan: Gejalanya yaitu Mual/muntah (glaukoma akut)
c. Neurosensori : Gejalanya yaitu Gangguan penglihatan (kabur/tak jelas),sinar
terang menyebabkan silau  dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer,
kesulitan memfokus kerja dengan dekat/merasa di ruang gelap (katarak).
Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi sekitar sinar,
kehilangan penglihatan perifer, fotofobia(glaukoma akut). Dan tandanya ytaitu
Tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak), Pupil menyepit ddan
merah/mata keras dengan kornea berawan (glaukoma darurat),danPeningkatan air
mata.
d. Nyeri/Kenyamanan :Gejala yaitu Ketidak nyamanan ringan/mata berair
(glaukoma kronis), Nyeri tiba –tiba/berat menetap atau tekanan pada dan sekitar
mata, sakit kepala  (glaukoma akut).
e. Penyuluhan / Pembelajaran :Gejala yaitu Riwayat keluarga glaukoma, diabetes,
gangguan sistem vaskuler, Riwayat stres, alergi, gangguan vasomotor (contoh
peningkatan tekanan vena), dan ketidakseimbangan endokrin, diabetes
(glaukoma).
B. Diagnosa Keperawatan
            Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia
( status kesehatan dan resiko perubahan sosial) dari individu atau kelompok. Dimana
perawat secara kontabilitas dapat mengidentifikasi dan memberi intervensi secara pasti
untuk menjaga status kesehatan , menurunkan,membatasi,  mencegah dan merubah
(Nursalam, 2001)
         a. Pre Operasi
1.      Gangguan persepsi sensori visual / penglihatan berhubungan dengan penurunan ketajaman
penglihatan, penglihatan ganda.
2.      Cemas berhubungan dengan pembedahan yang akan dijalani dan kemungkinan kegagalan untuk
memperoleh penglihatan kembali.
         b. Post Operasi
1.      Gangguan rasa nyaman (nyeri akut) berhubungan dengan prosedur invasif.
2.      Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (bedah pengangkatan).

3.      Intervensi
                        a.       Pre operasi
No Diagnosa Noc Nic
1 Gangguan persepsi NOC: NIC: Fall prevention
sensori visual / Fall prevention behaviour 1.      Identifikasi kebiasaan dan
penglihatan Indikator: faktor-faktor yang
berhubungan dengan
a.    Penggunaan alat bantu mengakibatkan risiko jatuh
penurunan ketajaman dengan benar 2.      Kaji riwayat jatuh pada klien
penglihatan, b.    Tidak ada penggunaan dan keluarga
penglihatan ganda. karpet
c.    Hindari barang-barang
3.      Identifikasi karakteristik
berserakan di lantai lingkungan yang dapat
meningkatkan terjadinya
risiko jatuh (lantai licin)
4.      Sediakan alat bantu
(tongkat, walker)

5.      Ajarkan cara penggunaan


alat bantu (tongkat atau
walker)
6.      Instruksikan pada klien
untuk meminta bantuan ketika
melakukan perpindahan, joka
diperlukan
7.      Ajarkan pada keluarga untuk
menyediakan lantai rumah
yang tidak licin
8.      Ajarkan pada keluarga untuk
meminimalkan risiko
terjadinya jatuh pada pasien
2 Cemas berhubungan NOC : NIC :
dengan pembedahan a.          Anxiety control Anxiety Reduction
yang akan dijalani dan b.          Coping (penurunan kecemasan)
kemungkinan Kriteria Hasil : a.  Gunakan pendekatan yang
kegagalan untuk a.          Klien mampu menenangkan
memperoleh mengidentifikasi danb.  Nyatakan dengan jelas
penglihatan kembali. mengungkapkan gejala harapan terhadap pelaku
cemas pasien
b.          Mengidentifikasi,c.   Jelaskan semua prosedur dan
mengungkapkan dan apa yang dirasakan selama
menunjukkan tehnik untuk prosedur
mengontol cemas d.  Temani pasien untuk
c.           Vital sign dalam memberikan keamanan dan
batas normal mengurangi takut
d.          Postur tubuh,e.  Berikan informasi faktual
ekspresi wajah, bahasa mengenai diagnosis, tindakan
tubuh dan tingkat aktivitas prognosis
menunjukkan berkurangnyaf.    Dorong keluarga untuk
kecemasan menemani anak
g.  Identifikasi tingkat kecemasan
h.  Bantu pasien mengenal situasi
yang menimbulkan kecemasan
i.    Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi

                            b.      Past Operasi


No Diagnosa Noc Nic
1 Gangguan rasa NOC : NIC :
nyaman (nyeri akut)         Pain Level, Pain Management
berhubungan dengan         Pain control, 1.  Lakukan pengkajian
prosedur invasif.          Comfort level nyeri secara
Kriteria Hasil : komprehensif termasuk
·      Mampu mengontrol nyeri lokasi, karakteristik,
·      Mampu mengenali nyeri (skala, durasi, frekuensi, kualitas
intensitas, frekuensi dan tanda dan faktor presipitasi
nyeri) 2.  Observasi reaksi
·      Menyatakan rasa nyaman nonverbal dari
setelah nyeri berkurang ketidaknyamanan
·      Tanda vital dalam rentang3.  Kurangi faktor
normal presipitasi nyeri
4.  Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan inter
personal)
5.  Ajarkan tentang teknik
non farmakologi
6.  Tingkatkan istirahat
Analgesic
Administration
1.  Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat
2.  Cek instruksi dokter
tentang jenis obat, dosis,
dan frekuensi
3.  Cek riwayat alergi
4.  Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari analgesik
ketika pemberian lebih
dari satu
5.  Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
6.  Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)

2 Resiko tinggi NOC : NIC :


terjadinya infeksi
a.     Immune Status Infection Control
berhubungan dengan
b.    Knowledge : Infection control (Kontrol infeksi)
prosedur invasif
c.    Risk control 1    Bersihkan lingkungan
(bedah Kriteria Hasil : setelah dipakai pasien
pengangkatan). a.    Klien bebas dari tanda dan gejala lain
infeksi 2    Pertahankan teknik
b.     Mendeskripsikan proses isolasi
penularan penyakit, factor yang3    Batasi pengunjung bila
mempengaruhi penularan serta perlu
penatalaksanaannya, 4    Instruksikan pada
c.    Menunjukkan kemampuan untuk pengunjung untuk
mencegah timbulnya infeksi mencuci tangan saat
d.    Jumlah leukosit dalam batas berkunjung dan setelah
normal berkunjung
e.    Menunjukkan perilaku hidup meninggalkan pasien
sehat 5    Gunakan sabun
antimikrobia untuk cuci
tangan
6    Cuci tangan setiap
sebelum dan sesudah
tindakan kperawtan
7    Pertahankan lingkungan
aseptik selama
pemasangan alat
8    Tingktkan intake nutrisi
Infection Protection
(proteksi terhadap
infeksi)
1    Monitor tanda dan
gejala infeksi sistemik
dan lokal
2    Monitor hitung
granulosit, WBC
3    Monitor kerentanan
terhadap infeksi
4    Batasi pengunjung
5    Pertahankan teknik
isolasi k/p
6    Berikan perawatan
kuliat pada area epidema
7    Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
8    Ispeksi kondisi luka /
insisi bedah
9    Dorong masukkan
nutrisi yang cukup
10 Dorong masukan cairan
11 Dorong istirahat
12 Instruksikan pasien
untuk minum antibiotik
sesuai resep
13 Ajarkan cara
menghindari infeksi
14 Laporkan kecurigaan
infeksi
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, 2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.EGC : Jakarta


Doengoes A Marylin, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC ; Jakarta
Ilyas, 2008.Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga. FKUI, Jakarta
Istiqomah, 2003.Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata. EGC : Jakarta
Muttaqin, 2009.Asuhan Keperawatan Perioperatif  Konsep, Proses, dan Aplikasi. Salemba
Medika ; Jakarta
Nursalam, 2001.Proses & Dokumentasi Keperawatan . Salemba Medika : Jakarta
Tamsuri, 2008.Klien Gangguan Mata & Penglihatan Keperawatan Medikal Bedah.EGC :
Jakarta
http://www.suaramedia.com/kesehatan/penyakit-katarak-menyerang-anamuda.html

Anda mungkin juga menyukai