Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah gizi kurang pada ibu hamil masih merupakan fokus perhatian,

masalah tersebut antara lain anemia dan ibu hamil dengan Kekurangan Energi

Kronik (KEK). Status kesehatan di Indonesia belum menggembirakan ditandai

dengan Angka Kematian Ibu, kematian neonatal, bayi dan balita masih sulit

ditekan (Kemenkes RI, 20115). Menurut data profil Kesehatan Provinsi Jawa

Tengah Tahun 2015 sebanyak 619 kasus, Kabupaten dengan kasus kematian ibu

tertinggi adalah Brebes yaitu 52 kasus.

Ibu hamil membutuhkan zat gizi yang lebih banyak dibandingkan dengan

keadaan tidak hamil. Hal ini disebabkan oleh selain untuk ibu zat gizi dibutuhkan

bagi janin. Di Indonesia masih banyak yang saat hamil mempunyai status gizi

kurang. Hal ini disebabkan oleh asupan makanan selama kehamilan tidak

mencukupi untuk kebutuhan dirinya sendiri dan bayinya, (Kemenkes RI, 2015).

Salah satu kekurangan zat gizi pada ibu hamil adalah Kurang Energi Kronik

(KEK). Ibu hamil dengan masalah gizi berdampak terhadap kesehatan dan

keselamatan ibu dan bayi serta kualitas bayi yang dilahirkan. Kondisi ibu hamil

KEK, beresiko menurunkan kekuatan otot yang membantu proses persalinan

sehingga mengakibatkan terjadinya partus lama dan perdarahan psca salin,

bahkan kematian ibu (Kemenkes, RI 2015).

1
Kurang Energi Kronis (KEK) merupakan kurangnya asupan energi yang

berlangsung lama/kronik. Ibu hamil dengan ukuran Lingkar Lengan Atas (LILA)

< 23,5 cm dinyatakan menderita penyakit KEK (Dinkes Provinsi Jateng, 2015).

Di Indonesia banyak terjadi kasus KEK (Kekurangan Energi Kronis)

terutama yang kemungkinan disebabkan karena adanya ketidakseimbangan

asupan gizi, sehingga zat gizi yang dibutuhkan tubuh tidak tercukupi. Hal

tersebut mengakibatkan pertumbuhan tubuh baik fisik ataupun mental tidak

sempurna seperti yang seharusnya. Banyak anak yang bertubuh sangat kurus

akibat kekurangan gizi atau sering disebut gizi buruk. Jika sudah terlalu lama

maka akan terjadi Kekurangan Energi Kronik (KEK). Hal tersebut sangat

memprihatinkan, mengingat Indonesia adalah negara yang kaya akan SDA

(Sumber Daya Alam).

Ibu hamil diketahui menderita KEK dilihat dari pengukuran LILA, adapun

ambang batas LILA WUS (ibu hamil) dengan resiko KEK di Indonesia adalah

23,5 cm. Apabila ukuran LILA kurang dari 23,5 cm atau di bagian merah pita

LILA, artinya wanita tersebut mempunyai resiko KEK dan diperkirakan akan

melahirkan berat bayi lebih rendah (BBLR).

Pemerintah memberikan bantuan kepada ibu hamil KEK berupa Pemberian

Makanan Tambahan (PMT) di Puskesmas. Bentuk makanan tambahan berupa

biscuit lapis sandwich yang diberikan per hari 100 gram selama 90 hari dan

dilakukan observasi sampai ibu hamil dengan status gizi KEK tersebut

mengalami pemulihan.

2
Hasil penelitian Prihananto (2007) menunjukkan rata-rata tingkat kepatuhan

konsumsi ibu hamil kurang energy kronis yang diberikan kemudian diikuti susu

(93,5%) dan terakhir bihun (92,5%). Namun dari hasil penelitian perlu upaya

pengembangan produk biscuit untuk meningkatkan kadungan proteinnya yang

baru mengandung 7 gr dari 100 gram biscuit.

Kandungan gizi makanan tambahan ibu hamil biscuit lapis sandwich dalam

100 gram adalah Energi total 500 kkal dan protein 15 gr. Dibanding biscuit tanpa

lapis sandwich kandungan protein pada biscuit sandwich lebih tinggi sehingga

dapat memenuhi tingkat kecukupan protein ibu hamil. Berdasarkan program

target kegiatan ppembinaan gizi tahun 2015-2019 maka presentase ibu hamil

Kurang Energi Kronis (KEK) minimal 50% mendapat makanan tambahan

(Kemenkes RI, 2015).

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan manajemen kebidanan

komunitas pada ibu hamil dengan KEK di BLUD UPT Puskesmas

Kaliwungu.

2.  Tujuan Khusus

Langkah yang digunakan penulis untuk mencapai tujuan khusus, yaitu :

a. Melakukan pengkajian data dasar secara lengkap

b. Menganalisis data pada ibu hamil dengan KEK

c. Menentukan perumusan masalah

d. Memprioritaskan masalah

3
C. Ruang Lingkup

1. Tempat

Tempat pengambilan kasus ini adalah di BLUD UPT Puskesmas Kaliwungu

2. Waktu

Pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan KEK dalam kurun

waktu 1 hari saat praktik di BLUD UPT Puskesmas Kaliwungu

3. Sasaran

Keluarga Ny. A

4. Lingkup Materi

Landasan teori yang mengacu adalah asuhan kebidanan ibu hamil dengan

KEK

D. Sistematika Penulisan

Laporan ini disususun secara sistematis yang terdiri dari V BAB, yaitu :

BAB I : PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang masalah, tujuan, ruang lingkup, dan

sistematika penulisan

BAB II : TINJAUAN TEORI

Berisi tentang pengertian kehamilan KEK, Etiologi kehamilan KEK,

patofiologi, tanda-tanda klinis, diagnose, penanganan dan,

manajemen kebidanan komunitas

4
BAB III : TINJAUAN KASUS

Berisi tentang asuhan kebidanan komunitas ibu hamil resti dengan

kekurangan energy kronik (KEK ) di BLUD UPT Puskesmas

Kaliwungu Kudus

BAB IV : PEMBAHASAN

Berisi tentang kesenjangan antara teori yang ada dengan apa yang

dilakukan dilapangan

BAB V : PENUTUP

Berisi tentang kesimpulan dan saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

5
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Teori kehamilan KEK

1. Pengertian

Kurang Energi Kronis merupakan keadaan dimana ibu penderita

kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronis) yang

mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada ibu. KEK dapat terjadi

pada wanita usia subur (WUS) dan pada ibu hamil (bumil). (Depkes RI,

2002).

KEK adalah penyebabnya dari ketidakseimbangan antara asupan untuk

pemenuhan kebutuhan dan pengeluaran energi (Departemen Gizi dan Kesmas

FKMUI, 2007).

KEK atau kurang energi kronik merupakan istilah lain dari Kurang

Energi Protein (KEP) yang diperuntukkan untuk wanita yang kurus dan lemak

akibat kurang energi yang kronis. Definisi ini diperkenalkan oleh World

Health Organization (WHO).

Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan dimana remaja

putri/wanita mengalami kekurangan gizi (kalori dan protein) yang

berlangsung lama atau menahun. Risiko Kekurangan Energi Kronis (KEK)

adalah keadaan dimana remaja putri/wanita mempunyai kecenderungan

menderita KEK. Seseorang dikatakan menderita risiko KEK bilamana LILA

<23,5 cm.

6
2. Etiologi Kehamilan KEK

Berat badan bayi baru lahir ditentukan oleh status gizi janin. Status gizi

janin ditentukan antara lain oleh status gizi ibu waktu melahirkan dan

keadaan ini dipengaruhi pula oleh status gizi ibu pada waktu konsepsi. Status

gizi ibu sewaktu konsepsi dipengaruhi oleh :

a. Penyakit

Wanita berpenyakit kronis memerlukan bukan hanya zat gizi untuk

mengatasi penyakitnya, tetapi juga untuk kehamilan yang sedang dijalani

(Arisman, 2007). Hal-hal yang dapat menyebabkan malnutrisi seringkali

merupakan komplikasi dari penyakit malaria, cacingan, dan penyakit

infeksi misalnya, TBC, parasit usus, sepsis kulit, HIV/AIDS. Status gizi

kurang akan meningkatkan kepekaan ibu terhadap resiko terjadinya

infeksi, dan sebaliknya infeksi dapat meningkatkan resiko kurang gizi

(Departemen Gizi dan Kesmas FKMUI, 2007).

b. Usia

Usia diperlukan untuk menentukan besaran kalori serta zat gizi yang

akan diberikan (Arisman, 2007). Hal penting yang berkaitan dengan status

gizi seorang ibu adalah kehamilan pada usia muda (< 20 tahun). Lebih

muda umur seorang wanita yang hamil, lebih banyak energi yang

diperlukan, serta pada usia terlalu tua (> 35 tahun) (Departemen Gizi dan

FKMUI, 2007).

7
c. Berat badan selama hamil

Berat badan yang lebih ataupun kurang daripada berat badan rata-rata

untuk umur tertentu merupakan faktor untuk menetukan jumlah zat

makanan yang harus diberikan agar kehamilannya berjalan dengan lancar.

Di Negara maju pertambahan berat badan selama hamil sekitar 12-14 kg.

Jika ibu kekurangan gizi pertambahannya hanya 7-8 kg dengan akibat akan

melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (Erna, dkk, 2004).

d. Kebiasaan makan

Pola makan masyarakat Indonesia pada umumnya mengandung

sumber besi heme (hewani) yang rendah dan tinggi sumber besi non heme

(nabati), menu makanan juga banyak mengandung serat dan fitat yang

merupakan faktor penghambat penyerapan besi (Departemen Gizi dan

FKMUI, 2007).

Kebiasaan dan pandangan wanita terhadap makanan, pada umumnya

wanita lebih memberikan perhatian khusus pada keluarga dan anak-

anaknya. Ibu hamil harus mengkonsumsi kalori paling sedikit 3000

kalori/hari. Jika ibu tidak punya kebiasaan seperti merokok, pecandu, dsb,

maka status gizi bayi yang kelak dilahirkannya juga baik dan sebaliknya

(Arisman, 2007).

e. Jarak kelahiran

Ibu dikatakan terlalu sering melahirkan bila jaraknya kurang dari 2

tahun. Penelitian menunjukkan bahwa apabila keluarga dapat mengatur

jarak antara kelahiran anaknya lebih dari 2 tahun maka anak akan memiliki

8
probabilitas hidup lebih tinggi dan kondisi anaknya lebih sehat dibanding

anak dengan jarak kelahiran dibawah 2 tahun. Jarak melahirkan yang

terlalu dekat akan menyebabkan kualitas janin/anak yang rendah dan juga

akan merugikan kesehatan ibu. Ibu tidak memperoleh kesempatan untuk

memperbaiki tubuhnya sendiri (ibu memerlukan energi yang cukup untuk

memulihkan keadaan setelah melahirkan anaknya). Dengan mengandung

kembali maka akan menimbulkan masalah gizi ibu dan janin/bayi berikut

yang dikandung (Baliwati, 2006).

Berbagai penelitian membuktikan bahwa status gizi ibu hamil belum

pulih sebelum 2 tahun pasca persalinan sebelumnya, oleh karena itu belum

siap untuk kehamilan berikutnya (FKMUI, 2007). Selain itu kesehatan

fisik dan rahim ibu yang masih menyusui sehingga dapat mempengaruhi

KEK pada ibu hamil. Ibu hamil dengan persalinan terakhir > 10 tahun

yang lalu seolah-olah mengahadapi kehamilan atau persalinan yang

pertama lagi. Umur ibu biasanya lebih bertambah tua. Apabila asupan gizi

ibu tidak terpenuhi maka dapat mempengaruhi KEK pada ibu hamil.

f. Paritas

Paritas (jumlah anak) merupakan keadaan wanita yang berkaitan

dengan jumlah anak yang dilahirkan. Paritas juga merupakan salah satu

faktor yang mempengaruhi status gizi ibu hamil. Paritas merupakan faktor

yang sangat berpengaruh terhadap hasil konsepsi.

9
g. Psikologis

Konsumsi makanan, Hidayat (2005) menyebutkan bahwa pada

dasarnya intake makanan dipengaruhi oleh hal internal yaitu berasal dari

dalam jiwa manusia itu sendiri dapat berupa emosi/kejiwaan yang

memiliki sifat kebiasaan (Departemen Gizi dan FKMUI, 2007).

h. Pekerjaan fisik

Disebut juga aktifitas eksternal adalah sesuatu yang menggunakan

tenaga/energi untuk melakukan berbagai kegiatan fisik, setiap kegiatan

fisik membutuhkan energi yang berbeda menurut lamanya intensitas dan

sifat kerja otot (Departemen Gizi dan FKMUI, 2007). Setiap aktifitas

memerlukan energi, makin banyak aktifitas yang dilakukan makin banyak

energi yang diperlukan tubuh (Erna, dkk, 2004).

i. Pendikan dan pengetahuan

Latar belakang pendidikan seseorang merupakan salah satu unsur

penting yang dapat mempengaruhi keadaan gizinya karena dengan tingkat

pendidikan tinggi diharapkan pengetahuan/informasi tentang gizi yang

dimiliki menjadi lebih baik.

j. Keadaan sosial ekonomi

Faktor yang berperan dalam menentukan status kesehatan seseorang

adalah tingkat sosial ekonomi, dalam hal ini adalah daya beli keluarga.

Kemampuan keluarga untuk membeli bahan makanan antara lain

tergantung pada besar kecilnya pendapatan keluarga, harga bahan makanan

itu sendiri, serta tingkat pengelolaan sumber daya lahan dan pekarangan.

10
Keluarga dengan pendapatan terbatas kemungkinan besar akan kurang

dapat memenuhi kebutuhan makanannya terutama untuk memenuhi

kebutuhan zat gizi dalam tubuhnya, serta kondisi sosial ekonomi yang

mempengaruhi tingkat daya beli manusia terhadap bahan pangannya.

Status ekonomi dan sosial sangat mempengaruhi seorang wanita dalam

memilih makanannya, ketersediaan bahan pangan yang ada di alam

sekitarnya. Status ekonomi keluarga adalah kedudukan seseorang atau

keluarga secara ekonomis ditinjau dari pendapatan yang diperoleh setiap

anggota keluarga setiap bulan (Departemen Gizi dan FKMUI, 2007).

Status ekonomi terlebih jika yang bersangkutan hidup dibawah garis

kemiskinan (keluarga prasejahtera) berguna untuk pemastian apakah ibu

berkemampuan membeli dan memilih makanan yang bernilai gizi tinggi.

(Arisman, 2007)

3. Patofisiologi

Bila ibu mengalami kekurangan gizi selama hamil akan menimbulkan

masalah, sebagai berikut :

a) Terhadap ibu

Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan resiko dan komplikasi

pada ibu antara lain : anemia, perdarahan, berat badan ibu tidak bertambah

secara normal dan terkena penyakit infeksi. Sehingga akan meningkatkan

kematian ibu. (Zulhaida, 2003)

11
4. Gizi pada Ibu Hamil

Kebutuhan zat gizi pada ibu hamil secara garis besar adalah sebagai

berikut :

1) Asam folat

Menurut konsep evidence bahwa pemakaian asam folat pada masa pre

dan perikonsepsi menurunkan resiko kerusakan otak, kelainan neural,

spina bifida dan anensepalus, baik pada ibu hamil yang normal maupun

beresiko. Pemberian suplemen asam folat dimulai dari 2 bulan sebelum

konsepsi dan berlanjut hingga 3 bulan pertama kehamilan.

2) Energi

Diet pada ibu hamil tidak hanya difokuskan pada tinggi protein saja

tetapi pada susunan gizi seimbang energy juga protein. Hal ini juga efektif

untuk menurunkan kejadian BBLR dan kematian perinatal. Kebutuhan

energy ibu hamil adalah 285 kalori untuk proses tumbuh kembang janin

dan perubahan pada tubuh ibu.

3) Protein

Pembentukan jaringan baru dari janin dan untuk tubuh ibu dibutukan

protein sebesa 910 gram dalam 6 bullan terakhir kehamilan. Dibutuhkan

tambahan 12 gram protein sehari untuk ibu hamil.

4) Zat besi (FE)

Pemberian suplemen tablet tambah darah atau zat besi secara rutin

adalah untuk membangun cadangan besi, sintesa sel darah merah, dan

sinesa darah otot. Kenaikan volume darah selama kehamilan akan

12
meningkatkan kebutuhan zat besi. Jumlah zat besi yang diperlukan ibu

untuk mencegah anemia akibat meningkatnya volume darah adalah 500

mg.

5) Kalsium

Untuk pembentukan tulang dan gigi bayi. Kebutuhan kalsium ibu

hamil adalah sebesar 500 mg sehari.

6) Pemberian suplemen vitamin

Vitamin D terutama pada kelompok beresiko penyakit seksual dan di

negara dengan musim dingin yang panjang

7) Pemberian yodium pada daerah dengan endemic kretinisme

a) Terhadap persalinan

Pengaruh gizi kurang terhadap proses persalinan dapat

mengakibatkan persalinan sulit dan lama, persalinan

prematur/sebelum waktunya, perdarahan postpartum, serta persalinan

dengan tindakan operasi cesar cenderung meningkat. (Zulhaida,

2003)

b) Terhadap janin

Kurang gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses

pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayi

lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, asfiksia intra partum,

lahir dengan berat badan rendah (BBLR). (Zulhaida, 2003)

13
5. Tanda-tanda Klinis

Ibu KEK adalah ibu yang ukuran LILAnya < 23,5 cm dan dengan salah satu

atau beberapa kriteria sebagai berikut :

a) Berat badan ibu sebelum hamil < 42 kg

b) Tinggi badan ibu < 145 cm

c) Berat badan ibu pada kehamilan trimester III < 45 kg

d) Indeks masa tubuh (IMT) sebelum hamil < 17,00

e) Ibu menderita anemia (Hb < 11 gr%). (Weni, 2010)

6. Diagnosis

Untuk mengetahui status gizi seseorang dapat dilakukan pemeriksaan secara

langsung yang meliputi antara lain :

a) Anthropometri

Pemeriksaan anthropometri dilakukan dengan cara mengukur : tinggi

badan, berat badan, lingkar lengan atas, tebal lemak tubuh (triceps, biceps,

subscapula, dan suprailiaca). Pengukuran anthropometri bertujuan

mengetahui status gizi berdasarkan satu ukuran menurut ukuran lainnya,

misalnya berat badan dan tinggi badan menurut umur (BB&TB/U), berat

badan menurut tinggi badan (BB/TB), lingkar lengan atas menurut umur

(LILA/U), lingkar lengan atas menurut tinggi badan (LILA/TB).

b) Biokimia

Pemeriksaan laboratorium (biokimia), dilakukan melalui pemeriksaan

spesimen jaringan tubuh (darah, urine, tinja, hati dan otot) yang diuji

secara laboratoris terutama untuk mengetahui kadar hemoglobin, feritin,

14
glukosa, dan kolesterol. Pemeriksaan biokimia bertujuan untuk mengetahui

kekurangan gizi spesifik.

c) Klinis

Pemeriksaan dilakukan pada jaringan epitel (supervisial epithel

tissue) seperti kulit, mata, rambut, dan mukosa oral. Pemeriksaan klinis

bertujuan untuk mengetahui status kekurangan gizi dengan melihat tanda-

tanda khusus.

d) Biofisik

Pemeriksaan dilakukan dengan melihat kemampuan fungsi serta

perubahan struktur jaringan. Pemeriksaan biofisik bertujuan untuk

mengetahui situasi tertentu, misalnya pada orang yang buta senja.

Selain pemeriksaan status gizi secara langsung, dapat juga dilakukan

pemeriksaan secara tidak langsung yang meliputi :

1) Survei konsumsi

Penilaian konsumsi makanan dilakukan dengan wawancara

kebiasaan makan dan penghitungan konsumsi makanan sehari-hari.

Tujuan penilaian ini adalah kelebihan gizi.

2) Statistik vital

Pemeriksaan dilakukan dengan menganalisis data kesehatan seperti

angka kematian, kesakitan dan kematian akibat hal-hal yang

berhubungan dengan gizi. Pemeriksaan ini bertujuan menemukan

indikator tidak langsung status gizi masyarakat.

15
3) Faktor ekologi

Pengukuran status gizi didasarkan atas ketersediaan makanan yang

dipengaruhi oleh faktor ekologi (iklim, tanah, irigasi, dll). Faktor-faktor

ekologi tersebut perlu diketahui untuk mengetahui penyebab malnutrisi

masyarakat.

Pengukuran anthropometri untuk mengetahui status gizi ibu hamil yang

mengalami kekurangan energi kronis (KEK) dilakukan dengan berbagai cara,

antara lain :

a) Penimbangan Berat Badan

Berat badan merupakan ukuran anthropometris yang paling banyak

digunakan karena parameter ini mudah dimengerti sekalipun oleh mereka

yang buta huruf (Arisman, 2009).

Berat badan ideal ibu hamil sebenarnya tidak ada rumusnya, tetapi

rumusannya bisa dibuat yaitu dengan dasar penambahan berat ibu hamil

tiap minggunya yang dikemukakan para ahli berkisar antara 350-400

gram, kemudian berat badan yang ideal untuk seseorang agar dapat

menopang beraktifitas normal yaitu dengan melihat berat badan yang

sesuai dengan tinggi badan sebelum hamil, serta umut kehamilan

sehingga rumusnya dapat dibuat.

b) Pengukuran Tinggi Badan

Tinggi badan kurang dari 145 cm atau kurang merupakan salah satu

risti pada ibu hamil. Luas panggul ibu dan besar kepala janin mungkin

tidak proporsional.

16
c) Pengukuran LILA

Lingkar Lengan Atas (LILA) mencerminkan tumbuh kembang

jaringan lemak dan otot yang tidak berpengaruh banyak oleh cairan

tubuh. Pengukuran ini berguna untuk skrining malnutrisi protein yang

biasanya digunakan oleh DepKes untuk mendeteksi ibu hamil dengan

resiko melahirkan BBLR bila LILA < 23,5 cm (Wiriatmadja B, 2007).

Pengukuran LILA dimaksudkan untuk mengetahui apakah seseorang

menderita Kurang Energi Kronis (KEK). Ambang batas LILA WUS

dengan resiko KEK di Indonesia adalah 23,5 cm. Apabila ukuran kurang

dari 23,5 cm atau dibagian merah pita LILA, artinya wanita tersebut

mempunyai resiko KEK dan diperkirakan akan melahirkan berat bayi

lahir rendah (Arisman, 2007).

7. Penanganan

Pencegahan dan penanganan KEK melalui berbagai langkah antara lain :

a) Peningkatan variasi dan jumlah makanan oleh karena itu kandungan zat

gizi pada setiap jenis makanan berbeda-beda, dan tidak ada satupun jenis

makanan yang mengandung zat gizi secara lengkap, maka untuk

memenuhi kebutuhan sebagian besar zat gizi diperlukan konsumsi

makanan yang beragam. Selain itu karena kebutuhan energi dan zat gizi

lainnya pada ibu hamil meningkat maka jumlah konsumsi makanan

mereka harus ditambah.

17
b) Pantau kenaikan berat badan.

c) Mengurangi beban kerja pada wanita hamil, berbagai penelitian

menunjukkan bahwa beban kerja yang berat pada wanita hamil akan

memberikan dampak kurang baik terhadap out come kehamilan

(Departemen Gizi dan Kesmas FKMUI, 2007).

d) Jangan pernah melupakan makan, terutama sarapan.

e) Harus makan cukup agar tercapai pertambahan berat badan optimal.

f) Jangan pernah mencoba menurunkan berat badan, atatu menghindari

pertambahan berat badan normal.

g) Gunakanlah garam beryodium dalam jumlah sedang.

h) Memperbanyak minum.

i) Tidak merokok.

B. TEORI MANAJEMEN KEBIDANAN KOMUNITAS

1. PENGERTIAN DAN TUJUAN KEBIDANAN KOMUNITAS

Kebidanan komunitas adalah pelayanan kebidanan yang menekankan

pada aspekaspek psikososial budaya yang ada di komunitas (masyakart

sekitar). Maka seorang bidan dituntut mampu memberikan pelayanan yang

bersifat individual maupun kelompok. Untuk itu bidan perlu dibekali dengan

strategi-strategi untuk mengatasi tantangan/kendala seperti berikut ini.

a. Sosial budaya seperti ketidakadilan gender, pendidikan, tradisi yang

merugikan Ekonomi, seperti kemiskinan.

b. Politik dan hukum, seperti ketidakadilan sosial.

18
c. Fasilitas, seperti tidak ada peralatan yang cukup, pelayanan rujukan.

d. Lingkungan, seperti air bersih, daerah konflik, daerah kantong (daerah

yang terisolir), kumuh, padat, dll. Ukuran keberhasilan bidan dalam

menghadapi tantangan/kendala di atas adalah bangkitnya/ lahirnya gerakan

masyarakat untuk mengatasi masalah dan memenuhi kebutuhan kesehatan

serta kualitas hidup perempuan di lokasi tersebut.

Tujuan kebidanan komunitas mencakup tujuan umum dan tujuan khusus

berikut ini.

1. Tujuan umum Seorang bidan komunitas mampu meningkatkan

kesejahteraan mas

2. yarakat, khusunya kesehatan perempuan diwilayah kerjanya, sehingga

masyarakat mampu mengenali masalah dan kebutuhan serta mampu

memecahkan masalahnya secara mandiri.

3. Tujuan Khusus

a. Meningkatkan cakupan pelayanan kebidanan komunitas sesuai

dengan tanggung jawab bidan.

b. Meningkatkan mutu pelayanan ibu hamil, pertolongan persalinan,

perawatan nifas dan perinatal secara terpadu.

c. Menurunkan jumlah kasus-kasus yang berkaitan dengan risiko

kehamilan, persalinan, nifas, dan perinatal.

d. Medukung program-program pemerintah lainnya untuk menurunkan

angka kesakitan dan kematian pada ibu dan anak.

19
e. Membangun jaringan kerja dengan fasilitas rujukan dan tokoh

masyarakat setempat atau terkait.

2. PRINSIP PELAYANAN ASUHAN DAN TANGGUNG JAWAB BIDAN

PADA PELAYANAN KEBIDANAN KOMUNITAS

Prinsip pelayanan asuhan kebidanan komunitas adalah sebagai berikut.

a. Kebidanan komunitas sifatnya multi disiplin meliputi ilmu kesehatan

masyarakat, sosial, psikologi, ilmu kebidanan, dan lain-lain yang

mendukung peran bidan di komunitas.

b. Berpedoman pada etika profesi kebidanan yang menjunjung harkat dan

martabat kemanusiaan klien.

c. Ciri Kebidanan komunitas adalah menggunakan populasi sebagai unit

analisis. Populasi bisa berupa kelompok sasaran (jumlah perempuan,

jumlah Kepala Keluarga (KK), jumlah laki-laki, jumlah neonatus, jumlah

balita, jumlah lansia) dalam area yang bisa ditentukan sendiri oleh bidan.

Contohnya adalah jumlah perempuan usia subur dalam 1 RT atau 1

kelurahan atau kawasan perumahan atau perkantoran.

d. Ukuran keberhasilan bukan hanya mencakup hasil upaya bidan, tetapi

hasil kerjasama dengan mitra-mitra seperti PKK, kelompok ibu-ibu

pengajian, kader kesehatan, perawat, PLKB, dokter, pekerja sosial, dll.

e. Sitem pelaporan bidan di komunitas, berbeda dengan kebidanan klinik.

Sistem pelaporan kebidanan komunitas berhubungan dengan wilayah

kerja yang menjadi tanggung jawabnya.

20
Sedangkan tanggung jawab bidan pada pelayanan kebidanan komunitas

meliputi kemampuan memberikan penyuluhan dan pelayanan individu,

keluarga, dan masyarakat. Untuk itu diperlukan kemampuan untuk menilai

mana tradisi yang baik dan membahayakan, budaya yang sensitif gender dan

tidak, nilai-nilai masyarakat yang adil gender dan tidak, dan hukum serta

norma yang ternyata masih melanggar hak asasi manusia. Disamping itu,

bidan harus mampu bertindak profesional dalam bentuk:

a. Mampu memisahkan antara nilai-niai dan keyakinan pribadi dengan tugas

kemanusiaan sebagai bidan

b. Mampu bersikap non judgemental (tidak menghakimi), non discriminative

(tidak membeda-bedakan), dan memenuhi standar prosedur kepada semua

klien (perempuan, laki-laki, transgender).

3. RUANG LINGKUP PELAYANAN KEBIDANAN DI KOMUNITAS

Pelayanan atau asuhan kebidanan komunitas merupakan salah satu area

praktik bidan, yang pelayanannya diberikan baik pada individu, keluarga,

maupun masyarakat luas dengan memperhatikan dan menghargai budaya dan

nilai-nilai masyarakat setempat untuk meningkatkan kualitas hidup

perempuan dan keluarganya. Dalam praktiknya menggunakan pendekatan

pemecahan masalah yang dikenal dengan proses/manajemen kebidanan.

Langkah atau proses manajemen kebidanan meliputi hal berikut ini.

a. Mengumpulkan secara sistematis dan mengupdate secara lengkap data

yang relevan untuk pengkajian yang komprehensif keadaan kesehatan

21
setiap klien termasuk riwayat kesehatan dan pemeriksaaan fisik yang

teliti.

b. Mengidentifikasi dan menetapkan diagnosa berdasarkan interpretasi data

dasar. Setelah ditetapkan diagnosa maka bidan harus menentukan rencana

untuk mengatasi permasalahan kesehatan yang ditemuka. Contoh: hasil

pemeriksaan Ibu hamil didapatkan konjungtiva pucat dan pemeriksaan

laboratorium penunjang hasil haemoglobin rendah di bawah normal.

Maka ibu dinyatakan diagnosa hamil dengan anemia.

c. Mengidentifikasi kebutuhan asuhan/masalah klien. Contoh: Ibu hamil

dengan anemia, maka rencana yang paling tepat adalah memberikan

tablet zat besi untuk meningkatkan kadar haemoglobin.

d. Memberikan informasi dan dukungan pada klien agar mampu mengambil

keputusan untuk kesehatannya. Bidan melakukan pendidikan kesehatan

terkait dengan kondisi kesehatan yang ditemukan dengan harapan klien

dapat mengikuti anjuran dari bidan untuk mengatasi masalah

kesehatannya.

e. Mengembangkan rencana asuhan bersama klien. Setiap rencana yang

akan dilakukan sebaiknya melibatkan klien agar klien merasa apa yang

diberikan merupakan kebutuhanya. Contoh: ibu hamil yang anemia perlu

penambah zat besi untuk kesehatan ibu dan janin.

Adapun ruang lingkup pelayanan kebidanan di komunitas adalah sebagai

berikut.

22
1) Peningkatan kesehatan (promotif) Bidan lebih mengutamakan

langkah promotif dalam setiap asuhannya, seperti ibu hamil

disarankan untuk melakukan pemeriksaan kehamilan di tenaga

kesehatan. Bayi dan balita dilakukan pemantauan tumbuh kembang

di posyandu.

2) Pencegahan (preventif) Salah satu contoh tindakan preventif bidan

yang dapat dilakukan adalah pemberian imunisasi pada bayi dan

balita serta ibu hamil.

3) Deteksi dini komplikasi dan pertolongan kegawatdaruratan. Bidan

diharapkan mempunyai kemampuan dalam deteksi dini komplikasi

melalui keterampilan tambahan yang dimiliki untuk menangani

kasus kegawatdaruratan maternal dan neonatal sehingga dalam

proses rujukan tidak mengalami keterlambatan.

4) Meminimalkan kesakitan dan kecacatan. Dalam memberikan asuhan

bidan melakukan pendekatan secara fisiologis, dengan

meminimalisir intervensi yang berlebihan sesuai dengan kondisi

klien.

5) Pemulihan kesehatan (rehabilitasi). Pada masa pemulihan bidan

bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain (dokter kandungan) untuk

mengobservasi kemajuan kesehatan klien. Sebagai contoh adalah

bidan melakukan perawatan pasca operasi pada klien dengan

tindakan persalinan caesar.

23
6) Kemitraan dengan LSM setempat, organisasi masyarakat, organisasi

sosial, kelompok masyarakat yang melakukan upaya untuk

mengembalikan individu ke lingkungan keluarga dan masyarakat.

Terutama pada kondisi bahwa stigma masyarakat perlu dikurangi

seperti Tuberculosis (TB), kusta, Acquired Immune Deficiency

Syndrome (AIDS), kehamilan tidak diinginkan (KTD), kekerasan

dalam rumah tangga (KDRT), prostitusi, korban perkosaan, dan

injecting drug user (IDU).

4. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitasi yang bersifat

persuasif dan tidak memerintah yang bertujuan untuk meningkatkan

pengetahuan, sikap, perilaku, dan kemampuan masayarakat dalam

menemukan, merencanakan dan memecahkan masalah menggunakan

sumber daya/potensi yang mereka miliki, termasuk partisipasi dan

dukungan tokoh-tokoh masyarakat serta LSM yang ada dan hidup di

masyarakat. Pemberdayaan keluarga di bidang kesehatan akan

menghasilakn kemandirian keluarga dalam menemukan masalah kesehatan

yang ada dalam keluarganya, kemudian mampu merencanakan dan

mengambil keputusan untuk memecahkan masalah kesehatannya sendiri

tanpa bantuan pihak lain (Parker, 2003). Salah satu strategi yang dapat

ditempuh untuk menghasilkan kemandirian di bidang kesehatan baik pada

masyarakat maupun pada keluarga adalah pendekatan komunikasi,

informasi, dan edukasi (KIE). Artinya bahwa harus ada komunikasi antara

24
bidan dengan masyarakat, kemudian melalui komunikasi pula bidan

memberikan informasi dan melakukan pendidikan kesehatan. Strategi

pemberdayaan masyarakat dan pemberdayaan perempuan diantaranya

dapat ditempuh dengan langkah sebagai berikut.

a. Meningkatkan kesadaran perempuan dan masyarakat tentang

pentingnya kesehatan.

b. Meningkatkan kesadaran perempuan dan masyarakat untuk

memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang telah disediakan

oleh pemerintah.

c. Mengembangkan berbagai cara untuk menggali dan memanfaatkan

sumber daya yang dimiliki oleh masyarakat untuk pembangunan

kesehatan.

d. Mengembangkan berbagai bentuk kegiatan pembangunan kesehatan

yang sesuai dengan kultur budaya masyarakat setempat.

e. Mengembangkan manajemen sumber daya yang dimiliki masyarakat

secara terbuka (transparan).

25
BAB III

TINJAUAN KASUS

MANAJEMEN KEBIDANAN KOMUNITAS IBU HAMIL RESTI PADA NY A

UMUR 20 TAHUN G1P0A0 HAMIL 34-35 MINGGU DENGAN

KEKURANGAN ENERGI KRONIK (KEK) DI BLUD UPT PUSKESMAS

KALIWUNGU KUDUS

I. IDENTIFIKASI MASALAH

A. Data Umum

1. Nama KK : Tn F

2. Umur KK : 25 tahun

3. Alamat : Setrokalangan 6/3

4. Pekerjaan : Wiraswasta

5. Pendidikan : SMA

6. Susunan Anggota Keluarga :

Pendidi
No Nama Umur L/P TTL Pekerjaan Hubungan
kan
1. F 25 th L 17-09-1995 SMA Wiraswasta suami
2. A 20 th P 05-05-2000 SMA IRT Istri
Genogram

Keterangan :

: laki-laki

: perempuan

: garis pernikahan

26
7. Tipe Keluarga

Keluarga Tn F termasuk tipe keluarga kecil yang terdiri atas suami dan

istri

8. Suku Bangsa

Tn F mengatakan seluruh anggota keluarganya menganut suku Jawa

dan berkebangsaan Indonesia dan tidak ada kebudayaan yang

bertentangan dengan kesehatan.

9. Agama

Tn F mengatakan seluruh anggota keluarganya beragama islam.

Keluarga biasa mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan seperti sholat 5

waktu dan perayaan hari besar islam.

10. Status social ekonomi keluarga

a. Tn F mengatakan sumber penghasilan keluarga berasal dari

pekerjaannnya yaitu wiraswasta

b. Tn F mengatakan penghasilannya sebagai wiraswasta berkisar antara

Rp. 100.000,00 sehari Penghasilan tersebut digunakan untuk

memenuhi kebutuhan sehari-hari.

c. Kebutuhan keluarga tiap bulan antara lain :

a. Makan 3x sehari

b. Membayar listrik

c. Peralatan mandi

d. Sabun cuci, dll

d. Barang yang dimiliki :

27
a. Magic Jar :1

b. TV 20 inc :1

c. Peralatan memasak

d. Tempat tidur : 1,dll

11. Aktivitas rekreasi keluarga

Tn F mengatakan keluarganya tidak pernah pergi rekreasi ke tempat

hiburan. Untuk mengisi waktu luang biasanya dilakukan dengan

menonton TV bersama.

B. Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga

1. Tahap perkembangan keluarga saat ini

Keluarga Tn F berada pada tahap perkembangan lanjut dimana istri

sedang hamil 34-35 minggu

2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Keluarga Tn. F saat ini sudah memenuhi tugas perkembangan sesuai

dengan tahap perkembangan keluarga saat ini.

3. Karakteristik tetangga dan komunitas RW

a. Kebiasaan dalam melakukan sesuatu kegiatan dilakukan secara gotong

royong

b. Hubungan seluruh anggota keluarga dengan masyarakat sekitar cukup

harmonis

c. Keadaan lingkungan sekitar tetangga cukup baik

4. Mobilitas geografi keluarga

28
Tn. F mengatakan bahwa keluarga tidak mempunyai kebiasaan berpindah

tempat karena keluarga memiliki rumah tetap.

5. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

Tn. F mengatakan sering berkumpul dengan keluarga saat malam hari

sambil menonton TV dan biasa berkumpul dengan tetangga di depan

rumah setiap sore hari jika tidak ada kesibukan.

6. System pendukung keluarga

Tn. F mengatakan seluruh anggota keluarga dalam keadaan sehat, dan

fasilitas kesehatan yang ada didekat tempat tinggal adalah posyandu,

bidan, dan puskesmas.

C. Struktur Keluarga

1. Pola komunikasi keluarga

Tn. F mengatakan bahwa anggota keluarga berkomunikasi dengan

menggunakan bahasa Jawa. Komunikasi berlangsung dengan baik dan

keluarga menyelesaikan masalah dengan membicarakan terlebih dahulu

dengan anggota keluarga dan pengambilan keputusan oleh kepala

keluarga yang sudah dimusyawarahkan sebelumnya.

2. Struktur kekuatan keluarga

Tn. F mengatakan apabila ada masalah maka akan dirundingkan dengan

sang istri.

3. Struktur peran

29
Tn. F mempunyai peran dalam rumah tangga sebagai pencari nafkah,

Ny. A sebagai ibu rumah tangga dan juga sebagai anggota masyarakat.

4. Nilai dan norma keluarga

Keluarga mengatakan tidak ada adat istiadat/tradisi tertentu yang

memiliki serta dipercayai, keluarga mengikuti adat secara umum di

desanya dalam kegiatan beragama yang berlaku serta tidak ada

kepercayaan yang bertentangan dengan kesehatan.

D. Fungsi keluarga

1. Fungsi afektif

Setiap anggota keluarga menghargai dirinya sendiri dan mereka saling

membutuhkan satu sama lain, serta saling memberikan dukungan satu

sama lain. Setiap anggota keluarga selalu membina kehangatan dalam

rumah tangganya dan setiap malam selalu menyempatkan waktu untuk

berkumpul dengan anggota keluarga

2. Fungsi social

Tn. F mengatakan bahwa hubungan semua anggota keluarga baik, norma

budaya dan perilaku sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di

keluarga dan yang berlaku di masyarakat.

3. Fungsi perawatan keluarga

30
a. Kemampuan keluarga mengenali masalah

Keluarga mengatakan mengerti tentang masalah yang sedang dihadapi

tetapi Ny. A sedang hamil dengan LILA 21,5 cm yang termasuk

dalam kategori KEK

b. Kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan yang

tepat keluarga mengatakan setiap masalah kesehatan yang ada mampu

ditangani dengan segera, jika ada salah satu anggota keluarga yang

sakit keluarga memutuskan untuk memeriksakannya kepuskesmas

c. Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

Keluarga mengatakan sudah mampu merawat jika ada salah satu

anggota keluarga yang sakit dengan merawat dan memeriksakannya

ke puskesmas.

d. Kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang sehat

Keluarga mengatakan tahu akan kepentingan kesehatan lingkungan

yang dapat memenuhi kesehatan seperti menyediakan wc (jamban).

Kondisi rumah keluarga cukup bersih, membuang limbah rumah

tangga di kebun belakang rumahnya.

e. Kemampuan keluarga menggunakan fasiltas/pelayanan kesehatan

yang ada di masyarakat. Keluarga mengatakan jika ada salah satu

anggota keluarga yang sakit dibawa ke fasilitas kesehatan yang dapat

di jangkau oleh kelurga yaitu di puskesmas.

4. Fungsi reproduksi

31
Tn. F mengatakan mempunyai seorang istri dan sekarang sedang hamil.

5. Fungsi ekonomi

Tn F mengatakan dari penghasilan setiap bulan cukup tidak cukup untuk

memenuhi kebutuhan sehari-hari.

6. Fungsi psikologi keluarga

a. Tn. F mengatakan bahwa keluarganya tidak pernah menghadapi

masalah berkepanjangan yang membuat keluarganya menjadi

khawatir, bingung dan cemas

b. Tn. F mengatakan bila ada masalah dalam keluarganya maka segera

dibicarakan dengan seluruh anggota keluarga untuk mencari

penyelesaian.

c. Tn. F mengatakan keluarganya tidak pernah melakukan hal-hal yang

menyimpang dalam menghadapi masalah yang ada seperti

penyelesaian masalah dengan kekerasan.

E. Status Kesehatan

1. Riwayat kesehatan keluarga

Anggota Riwayat Kesehatan

Keluarga
Tn. F Tn. F mengatakan tidak pernah menderita penyakit

keturunan, menular maupun penyakit kronis


Ny. A Ny. A mengatakan tidak pernah menderita penyakit

keturunan, menular maupun penyakit kronis


2. Status kesehatan keluarga

Anggota Riwayat kesehatan

Keluarga

32
Tn. F Tn. F mengatakan sekarang dalam keadaan sehat dan

tidak ada keluhan yang dirasakan

Ny. A Ny. A mengatakan sedang hamil 34-35 minggu dan

mengeluh sering kencing dan nyeri pada daerah

punggung. Hasil pemeriksaan bidan LILA ibu 21,5 cm

dan termasuk dalam kategori KEK

3. Informasi kesehatan

Keluarga kurang memahami tentang kebutuhan gizi pada ibu hamil

F. Pemeriksaan Fisik

No Variabel Nama Anggota Keluarga


Tn. F Ny. A
1. TTV TD: 120/70 mmHg, TTV :

N : 80x/menit, TD: 100/80 mmHg,

R: 22x/menit, N : 80x/menit,

R: 21x/menit

LILA: 21,5 cm

TB : 153 cm.

BB : 38 kg (sebelum

hamil)

45 kg (sesudah

hamil)
2. Sistem Suara jantung normal, Suara jantung

Kardiovaskular tidak ada bunyi normal, tidak ada

tambahan bunyi tambahan

33
3. Sis.Respirasi Normal Normal
4. Sis.Persyarafan Ada respon terhadap Ada respon terhadap

rangsangan rangsangan
5. Sis.muskuloskleta Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

l
6. Sis.Genitalia Tidak dikaji Tidak dikaji

II. ANALISA DATA

No Data Masalah
1. DS : Kurangnya tingkat pengetahuan ibu dan

Ny. A mengatakan sedang hamil keluarga tentang manfaat nutrisi pada

dan sering merasa pegal pada ibu hamil dan dampak bagi

daerah punggung dan sering kesehatannya

kencing

DO :

Ny. A hamil 34-35 minggu

2 DS : Ny.A termasuk ibu hamil dengan resiko

Ny.A mengatakan sedang hamil tinggi karena termasuk dalam kategori

DO : KEK

LILA 21,5 cm

3 DS : Ny. A tidak memperdulikan

Ny. A mengatakan ekonominya kesehatannya karena keadaan ekonomi

kurang karena sebagai ibu yang terbatas

rumah tangga dan suaminya

bekerja sebagai wiraswasta.

34
Sehingga tidak memperdulikan

kesehatannya

DO :

Penghasilan : 100.000

III. PERUMUSAN MASALAH

1. Ketidaktahuan ibu tentang pentingnya nutrisi pada ibu hamil dan dampak

dari kesehatannya

2. Ibu hamil dengan KEK

3. Ibu tidak memperdulikan kesehatannya karena keadaan ekonomi yang

terbatas

IV. PRIORITAS MASALAH

1. Ketidaktahuan ibu tentang pentingnya nutrisi pada ibu hamil dan dampak

dari kesehatannya

  Kriteria  Perhitungan Skor


1. Sifat masalah      3/3 X 1 1

2. Kemungkinan masalah      1/2 X 2 1 

untuk diubah

3. Potensi pencegahan       3/3 X 1 1

4. Penonjolan masalah       ½ X 1 ½


Total skor 3½

2. Ibu hamil
  Kriteria  Perhitungan Skor
1. Sifat masalah      ½ X 1 ½ dengan KEK
2. Kemungkinan      1/2 X 2 1

masalah untuk diubah

3. Potensi pencegahan       3/3 X 1 1 35

4. Penonjolan masalah       1/2 X 1 ½


Total skor 3
3. Ibu tidak memperduliakn kesehatannya karena keadaan ekonomi yang

terbatas

Kriteria Perhitungan Skor


1. Sifat Masalah 1/2 x 2 1
2. Kemungkinan masalah 1/2x 1 ½

dapat diubah
3. Potensi masalah untuk 1/2x1 ½

dapat diubah
4. Menonjolnya masalah 1/2x 1 ½
Total Skor 2½

Berdasarkan hasil pembobotan masalah diatas, maka urutan prioritas masalah

yaitu:

1. Ketidaktahuan ibu tentang pentingnya nutrisi pada ibu hamil dan dampak

dari kesehatannya

2. Ibu hamil dengan KEK

3. Ibu tidak memperdulikan kesehatannya karena keadaan ekonomi yang

terbatas

V. INTERVENSI PRIORITAS MASALAH

36
Hari/tanggal : Rabu, 29 Januari 2020

Pukul : 09.45 WIB

Tempat : Ruang KIA Puskesms Kaliwungu

1. Beikan Penkes tentang pentingnya nutrisi pada ibu hamil dan dampak dari

kesehatannya

2. Berikan penkes tentang resiko tinggi ibu hamil dengan kekurangan energi

kronik

3. Anjurkan ibu untuk sesering mungkin memeriksakan kehamilannya ke

tenaga kesehatan terdekat

VI. IMPLEMENTASI PRIORITAS MASALAH

Hari/tanggal : Rabu, 29 Januari 2020

Pukul : 09.55 WIB

1. Memberikan KIE tentang pentingnya nutrisi pada ibu hamil dan dampak dari

kesehatannya yaitu Asam folat sebanyak 400-600 mcg (microgram) perhari.

Mencegah bayi mengalami cacat tabung saraf. Protein memiliki manfaat

untuk menunjang tumbuh kembang janin dalam kandungan, dapat didapatkan

dari kacang kedelai, daging sapi, daging ayam, ikan, telur, atau susu.

Makanan berserat mencegah konstipasi dan wasir saat hamil, dapat

didapatkan buah dan sayur seperti kentang, tomat, brokoli, wortel, apel, dan

jeruk, dll

2. Memberikan KIE tentang resiko tinggi kehamilan dengan KEK yaitu anemia,

perdarahan, persalinan lama, keguguran, premature, BBLR, dll

37
3. Memberikan pemahaman pada ibu untuk rutin memeriksakan kehamilannya

walaupun ekonomi terbatas

VII. EVALUASI PRIORITAS MASALAH

Hari/tanggal : Rabu, 29 Januari 2020

Pukul : 10.05 WIB

1. Ibu dan keluarga sudah mengetahui tentang pentingnya nutrisi pada ibu

hamil dan dampak dari kesehatannya

2. Ibu dan keluarga tahu tentang resiko tinggi kehamilan dengan KEK ditandai

dengan ibu dan keluarga mampu menjelaskan kembali penjelasan petugas

3. Ibu dan keluarga sudah bersedia melaksanakan setiap anjuran yang diberikan

BAB IV

PEMBAHASAN

Setelah melakukan pengkajian pada keluarga Ny. A dengan keluarga resti

dimana dalam keluarga tersebut terdapat ibu hamil dengan KEK. Kekurangan Energi

Kronis (KEK) adalah keadaan dimana remaja putri/wanita mengalami kekurangan

gizi (kalori dan protein) yang berlangsung lama atau menahun. Risiko Kekurangan

Energi Kronis (KEK) adalah keadaan dimana remaja putri/wanita mempunyai

kecenderungan menderita KEK. Seseorang dikatakan menderita risiko KEK

bilamana LILA <23,5 cm. Asuhan yang dilakukan pada Ny. A G1 PO AO, umur 20

tahun hamil 34-35 minggu dengan KEK yaitu Asam folat sebanyak 400-600 mcg

(microgram) perhari. Mencegah bayi mengalami cacat tabung saraf. Protein memiliki

manfaat untuk menunjang tumbuh kembang janin dalam kandungan, dapat

38
didapatkan dari kacang kedelai, daging sapi, daging ayam, ikan, telur, atau susu.

Makanan berserat mencegah konstipasi dan wasir saat hamil, dapat didapatkan buah

dan sayur seperti kentang, tomat, brokoli, wortel, apel, dan jeruk, dll. Memberikan

KIE tentang resiko tinggi kehamilan dengan KEK yaitu anemia, perdarahan,

persalinan lama, keguguran, premature, BBLR, sehingga diharapkan ibu dan

keluarga mampu mengenali masalahnya, memberi pengertian kepada ibu tentang gizi

ibu hamil berupa diperlukan selama hamil,dan menganjurkan ibu untuk

mengkonsumsi makanan yang gizi.

Dari teori dan asuhan kebidanan yang telah dilakukan di lahan praktek

terdapat kesesuaian dalam penanganan ibu hamil dengan KEK diantaranya dengan

memberikan penkes pada ibu tentang ketidaknyamanan trimester III, KIE tentang

resti KEK, dan menganjurkan makan makanan yang bergizi.

39
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah melakukan praktik kebidanan komunitas, mahasiswa mampu

melaksanakan asuhan kebidanan komunitas meliputi :

1. Pengkajian terhadap keluarga Tn. khususnya masalah

Kekurangan Energi Kronis (KEK).

2. Menganalisis data pada keluarga Tn. F

3. Menentukan perumusan masalah

4. Memperioritaskan masalah

5. Melakukan perencanaan terhadap masalah yang terjadi

40
6. Melaksanakan perencanaan yang telah dibuat

7. Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilaksanakan

B. Saran

1. Untuk Keluarga

Agar keluarga dapat lebih memperhatikan masalah kesehatan terutama

kesehatan ibu dan anak.

2. Untuk Bidan Desa

a. Agar lebih memberikan perhatian khusus kepada Ny. A karena merupakan

ibu hamil resiko tinggi.

b. Agar lebih dapat memotivasi Ny. A untuk memeriksakan kehamilannya di

tenaga kesehatan.

3. Untuk Lahan Praktik (PUSKESMAS)

a. Pertahankan mutu pelayanan yang telah dilakukan kepada masyarakat

demi tercapainya kesehatan yang optimal.

b. Bagi Tim Resti Puskesmas untuk bisa lebih meningkatkan lagi

pengetahuannya dan pelayanannya.

41
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. Direktorat Pembinaan Kesehatan Masyarakat. 1996.  Pedoman

Penanggulangan Ibu Hamil Kekurangan Enargi Kronis.  Jakarta.

Depkes RI. 1997.  Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995.  Badan Penelitian

dan Pengembangan Kesehatan.  Jakarta.

Saraswati, E. 1998.  Resiko Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK) dan Anemia

untuk  melahirkan Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). 

Penelitian Gizi dan Makanan jilid 21.

Proverawati. 2009. Buku Ajar Gizi Untuk Kebidanan. Jogyakarta : Muha Medika

42

Anda mungkin juga menyukai