NAMA MAHASISWA
REFFANY DYAH SEPTATIWI
(2043700157)
DOSEN:
Apt YELFI ANWAR, M. Farm.
C. Diagnosa
Untuk penderita penyakit ginjal stage 1 dan 2, penurunan eGFR belum pasti
menunjukkan adanya kelainan ginjal karena penurunan eGFR memang dapat
disebabkan oleh beberapa faktor. Oleh karena itu, jika menghadapi kasus dengan
penurunan eGFR ringan-sedang, sebelum menegakkan diagnosis kelainan ginjal,
pastikan juga terdapat temuan-temuan berikut:
Albuminuria
Peningkatan ratio albumin/creatinine > 30 mg/g (3 mg/mmol)
Adanya sedimen abnormal pada pemeriksaan urine
Adanya abnormalitas pada pemeriksaan elektrolit
Adanya abnormalitas pada pemeriksaan ginjal (imaging atau biopsy)
Adanya riwayat transplantasi ginjal
Untuk dapat menegakkan diagnosis penyakit ginjal, berikut adalah pemeriksaan
yang dapat dilakukan:
Pemeriksaan darah, seperti fungsi ginjal yang melihat kadar creatinine dan
urea
Pemeriksaan urine
Pemeriksaan pencitraan/imaging, untuk melihat struktur dan ukuran ginjal,
dapat dengan USG, CT-scan (dengan atau tanpa kontras), MRI, dan MRA
ginjal
Pemeriksaan biopsy untuk mengkonfirmasi temuan dari pemeriksaan
sebelumnya
Pemeriksaan yang dilakukan bertujuan untuk memastikan adanya diagnosis
penyakit ginjal dan menentukan sudah sampai tahap berapakah penyakit ginjal yang
ada. Untuk menentukan tahapannya, kita memerlukan informasi eGFR
(estimated GFR).
D. Etiologi
Penyebab dari gagal ginjal kronik antara lain:
Infeksi
Penyakit peradangan
Penyakit vaskuler hipersensitif
Gangguan jaringan penyambung
Gangguan congenital dan herediter
Gangguan metabolisme
Nefropatik toksik
Nefropatik obstruksi
E. Patofisiologi
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan
tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron
yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai
reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini
memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron rusak. Beban
bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi
berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron
yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana
timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas
kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini
fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau
lebih rendah itu. ( Barbara C Long, 1996, 368)
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya
diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan
mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka
gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia membaik setelah dialisis. (Brunner
& Suddarth, 2001 : 1448).
Klasifikasi gagal ginjal kronik dibagi menjadi 5 stadium :
a. Stadium 1, bila kadar gula tidak terkontrol, maka glukosa akan dikeluarkan
lewat ginjal secara berlebihan. Keadaan ini membuat ginjal hipertrofi dan
hiperfiltrasi. Pasien akan mengalami poliuria. Perubahan ini diyakini dapat
menyebabkan glomerulusklerosis fokal, terdiri dari penebalan difus matriks
mesangeal dengan bahan eosinofilik disertai penebalan membran basalin
kapiler.
b. Stadium 2, insufisiensi ginjal, dimana lebihb dari 75 % jaringan telah rusak,
Blood Urea Nitrogen ( BUN ) meningkat, dan kreatinin serum meningkat.
c. Stadium 3, glomerulus dan tubulus sudah mengalami beberapa kerusakan.
Tanda khas stadium ini adalah mikroalbuminuria yang menetap, dan terjadi
hipertensi.
d. Stadium 4, ditandai dengan proteinuria dan penurunan GFR. Retinopati dan
hipertensi hampir selalu ditemui.
e. Stadium 5, adalah stadium akhir, ditandai dengan peningkatan BUN dan
kreatinin plasma disebabkan oleh penurunan GFR yang cepat.
F. Terapi Farmakologi
Sebelum terjadi kondisi lebih lanjut dan sebelum menjalani hemodialisa pasien
CKD diberikan terapi melalui obat-obatan oral antara lain:
pemberian anti hipertensi
eritropoetin
suplemen besi
agens pengikat pospat dan suplemen kalsium dan Hemodialisa ( Brunner &
Suddart, 2013)
Pemberian antihipertensi diindikasikan agar tekanan darah pasien tetap dalam batas
normal agar tidak memperberat kerja ginjal.
G. Terapi Nonfarmakologi
Prinsip penatalaksanaan konservativ sangat sederhana dan didasarkan pemahaman
mengenai ekresi yang dicapai oleh ginjal yang terganggu, jika ini sudah diketahui
maka cairan orang tersebut diatur dan diseussaikan dengan batas standar, selain itu
diarahkan juga kepada pencegahan dan komplikasi lanjut.
1. Pengaturan diet protein Pembatasan protein akan mengurangi hasil toksik
metabolisme yang belum diketahui dan pembatasan asupan protein yang
sangat rendah juga dapat menguraangi beban ekresi.
2. Pengaturan diet kalium Hiperkalemia dapat terjadi karena adanya masalah
diginjal, jumlah yang diperbolehkan dikonsumsi pada pasien CKD 40 hingga
80 meq/hari.
3. Pengaturan diet natrium dan cairan Pada pasien Chronic Kidney Disease atau
CKD keseimbangan cairan dimonitor secara ketat dengan pengukuran berat
badan. Anjuran asupan cairan 500 ml untuk kehilangan yang tidak disadari
(pernapasan, keringat, kehilangan lewat usus) dan menambahkan jumlah yang
diekresikan (urine, muntah) selama 24 jam.
Beberapa tatalaksana non farmakologis pada pasien Chronic Kidney Diases atau
CKD diantarntya pembatasan cairan, diet rendah garam. (LeMone, Pricilla 2015)
H. Algoritma penyakit
ANEMIA
A. Definisi
Anemia merupakan keadaan saat jumlah sel darah merah atau
jumlah hemoglobin dalam sel darah merah berada di bawah normal. Hal ini
mengakibatkan pada penurunan kapasitas pengangkutan oksigen oleh darah.
Hemoglobin terdapat dalam sel- sel darah merah dan merupakan pigmen pemberi
warna merah sekaligus pembawa oksigen dari paru-paru ke seluruh sel-sel tubuh.
Oksigen ini akan digunakan untuk membakar gula dan lemak menjadi energy. Hal ini
dapat menjelaskan mengapa kurang darah dapat menyebabkan gejala lemah dan lesu
yang tidak biasa. Paru-paru dan jantung juga terpaksa kerja keras untuk mendapatkan
oksigen dari darah yang menyebabkan nafas terasa pendek. Walaupun gejalanya tidak
terlihat atau samar-samar dalam jangka waktu lama. Kondisi ini tetap dapat
membahayakan jiwa jika dibiarkan dan tidak diobati.
Anemia biasanya terdeteksi atau sedikitnya dapat dipastikan setelah pemeriksaan
darah untuk mengetahui kadar sel darah merah, hemotokrit dan hemoglobin.
Pengobatan bisa bervariasi tergantung pada diagnosisnya Sel-sel darah baru dibuat
setiap hari dalam sumsum tulang belakang. Zat gizi yang diperlukan untuk pembuatan
sel-sel ini adalah besi, protein dan vitamin terutama asam folat dan B 12. Dari semua
ini, besi dan protein yang paling penting dalam pembentukan hemoglobin. Setiap
orang harus memiliki sekitar 15 gram hemoglobin per 100 ml darah dan jumlah darah
sekitar lima juta sel darah merah per millimeter darah.
B. Gejala dan Tanda
Manifestasi klinis dari anemia tergantung dari jenis dan tingkat keparahan anemia
tersebut. Namun pada umumnya gejala anemia terdiri dari:
Pusing (dizziness dan fatigue): Sel darah merah yang berkurang menyebabkan
oksihemoglobin yang terdistribusi ke bagian tubuh seperti otak berkurang. Hal
ini dapat menyebabkan pusing dan sakit kepala.
Tekanan darah rendah
Mata menguning: warna kuning dapat disebabkan oleh adanya bilirubin (hasil
destruksi sel darah merah) pada aliran darah
Kulit pucat, dingin, dan berwarna kuning: kulit yang dingin berwarna pucat
terjadi akibat kurangnya sel darah merah pada pembuluh darah. Kulit yang
menguning bisa disebabkan oleh adanya bilirubin (hasil destruksi sel darah
merah) pada darah.
Napas pendek
Otot melemah
Warna feces berubah: terutama pada anemia hemolitik, dimana terjadi
peningkatan destruksi sel darah merah. Hal ini dapat menyebabkan
peningkatan kadar bilirubin yang merupakan hasil destruksi sel darah merah.
Bilirubin akan membuat warna feces menguning.
Pembesaran hati
Palpitasi
Peningkatan detak jantung
Pada anemia akut dapat terjadi gejala kardiorespiratori seperti takikardi, kepala
terasa ringan dan sesak napas.Sementara pada anemia kronis gejala yang
nampak adalah lelah, letih, pusing, vertigo, sensitif dingin, pucat.
Khusus pada anemia akibat defisiensi zat besi dapat terjadi penurunan saliva,
rasa tidak enak pada lidah, dan pica. Pada anemia defisiensi vitamin B12 dan
asam folat, terjadi ikterus, pucat, atropi mukosa gastrik, abnormalitas
neuropsikiatrik (abnormalitas neuropsikiatrik khusus pada defisiensi vitamin
B12).
C. Diagnosa
Pemeriksaan Diagnostic :
1. Jumlah darah lengkap Hb dan Ht menurun.
a. Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (Aplastik), MCV dan MCH
menurun dan mikrositik dengan eritrosit hipokromik (DB), peningkatan (AP),
pansitopenia (aplastik).
b. Jumlah retikulosit bervariasi : menurun (AP), meningkat (hemolisis).
c. Penurunan SDM : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat
mengidentifikasikan tipe khusus anemia).
d. LED:peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi.
e. Massa hidup SDM : untuk membedakan diagnose anemia.
f. Teskerapuhaneritrosit:menurun(DB).
g. SDP : jumlah sel total sama dengan SDM (diferensial) mungkin meningkat
(hemolitik) atau menurun (aplastik).
2. Jumlah trombosit : menurun (aplastik), meningkat (DB), normal / tinggi
(hemolitik).
3. Hb elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur Hb.
4. Bilirubin serum (tidak terkonjugasi) : meningkat (AP, hemolitik)
5. Folat serum dan vit. B12 : membantu mendiagnosa anemia.
6. Besi serum : tidak ada (DB), tinggi (hemolitik).
7. TIBC serum : menurun (DB).
8. Masa perdarahan : memejang (aplastik).
9. LDH serum : mungkin meningkat (AP).
10. Tes Schilling : penurunan eksresi vit B12 urin (AP)
11. Guaiac : mungkin positif untuk darah pada urin, feses, dan isi gaster, menunjukan
perdarahan akut / kronis (DB)
12. Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya asam
hidroklorotik bebas (AP).
13. Aspirasi sumsum tulang / pemeriksaan biopsy : sel mungkin tampak berubah
dalam jumlah, ukuran, bentuk, membedakan tipe anemia.
14. Pemeriksaan endoskopi dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan, perdarahan
GI.
D. Etiologi
Anemia disebabkan oleh berbagai jenis penyakit, namun semua kerusakan
tersebut secara signifikan akan mengurangi banyaknya oksigen yang tersedia untuk
jaringan. Menurut Brunner dan Suddart (2001), beberapa penyebab anemia secara
umum antara lain :
1. Secara fisiologis anemia terjadi bila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk
mengangkut oksigen ke jaringan.
2. Akibat dari sel darah merah yang prematur atau penghancuran sel darah merah
yang berlebihan.
3. Produksi sel darah merah yang tidak mencukupi.
4. Faktor lain meliputi kehilangan darah, kekurangan nutrisi, faktor keturunan,
penyakit kronis dan kekurangan zat besi.
E. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan
sel darah merah secara berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum dapat terjadi
akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat
penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau
hemplisis (destruksi), hal ini dapat akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai
dengan ketahanan sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam
system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini
adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel
darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma
(konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada
sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada
kelainan hemolitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia).
Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein
pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan
berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria). Kesimpulan
mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh penghancuran sel darah
merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi biasanya dapat diperoleh
dengan dasar:
1. hitung retikulosit dalam sirkulasi darah
2. derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara
pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsy
3. ada tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.
anemia
↓
viskositas darah menurun
↓
resistensi aliran darah perifer
↓
penurunan transport O2 ke jaringan
↓
hipoksia, pucat, lemah
↓
beban jantung meningkat
↓
kerja jantung meningkat
↓
payah jantung
F. Terapi Farmakologi
a. Besi
Terapi besi secara oral
Fe2+ sulfat, fumarat, dan glutamat diabsorpsi tubuh dalam jumlah yang kurang
lebih sama. Besi karbonat lebih menguntungkan karena resiko kematian yang lebih
rendah jika terjadi overdosis. Adanya substansi chelator mukopolisakarida mencegah
besi terpresipitasi dan menjaga besi dalam bentuk yang larut. Bentuk besi yang paling
baik diabsorpsi adalah bentuk Fe2+ dengan absorpsi paling baik terjadi di duodenum
dan jejunum.
Dosis yang diberikan tergantung pada toleransi setiap individu. Umumnya,
dosis yang direkomendasikan sebesar 200 mg besi setiap hari dalam 2 atau 3 dosis
terbagi. Besi disarankan untuk dikonsumsi 1 jam sebelum makan karena makanan
akan mengganggu absorpsi besi. Namun pada beberapa pasien, besi harus diberikan
bersama makanan karena dapat menyebabkan mual dan diare ketika mengkonsumsi
besi dalam keadaan perut kosong. Besi ditransportasikan melalui darah. Sebanyak
0,5-1 mg besi dieksresi melalui urin, keringat, dan sel mukosa intestinal pada pria
sehat, sedangkan pada wanita yang sedang mengalami menstruasi kehilangan besi
sekitar 1-2 mg.
Indikasi :
Kontraindikasi :
Efek samping :
Interaksi obat :
Obat Interaksi
Asam asetohidroksamat (AHA) Mengkelat logam berat termasuk besi, absorpsi
besi menurun
Antacid Absorpsi besi menurun
Asam askorbat Pada dosis ≥200 mg meningkatkan absorpsi besi
≥30%
Garam kalsium Aborpsi besi pada saluran cerna menurun
Kloramfenikol Kadar serum besi meningkat
Antagonis H2 Absorpsi besi menurun
Inhibitor pompa proton Absorpsi besi menurun
Trientin Keduanya saling menghambat absorpsi
Kaptopril Penggunaan bersamaan dalam 2 jam
menyebabkan pembentukan dimer disulfide
kaptopril yang inaktif
Sefalosporin Besi menurunkan absorpsi 80%, makanan
menurunkan absorpsi 30%
Fluorokuinolon Absorpsi pada saluran cerna menurun karena
terjadi pembentukan kompleks
Levodopa Membentuk kelat dengan garam besi,
menurunkan absorpsi kadar serum
Levotiroksin Efikasi levotiroksin menurun menyebabkan
hiportiroidsm
Metildopa Terjadi penurunan efikasi
Penisilamin Absorpsi menurun karena, kemungkinan karena
terbentuk kelat
Tetrasiklin Penggunaan dalam 2 jam dapat saling
menurunkan absorpsi
Sediaan :
Kontraindikasi
Hipersensitifitas
Peringatan
Efek samping
Dosis
Sediaan
Interaksi obat
Obat Interaksi
Asam aminosalisilat Menurunkan kerja vitamin B12
Kloramfenikol Menurunkan efek vitamin B12 pada
pasien anemia pernisiosa
Kolkisin, alcohol Asupan berlebih (>2 minggu)
menyebabkan malabsorpsi vitamin
B12
c. Asam folat
Indikasi
Peringatan
Efek samping
Relatif tidak toksik, efek samping yang umum terjadi adalah perubahan
pola tidur, sulit berkonsentrasi, iritabilita, aktivitas berlebih, depresi mental, mual,
anoreksia, flatulensi.
Dosis
Sediaan
Interaksi obat
Obat Interaksi
Asam aminosalisilat Penurunan kadar serum asam
folat selama penggunaan
konkuren
Kontrasepsi oral Mempengaruhi metabolism folat
dan menyebabkan defisiensi
asam folat, tapi efeknya ringan
Dihydrofolate reductase Mempengaruhi penggunaan asam
inhibitor folat
Sulfasalazine Terjadi tanda-tanda defisiensi
folat
Fenitoin Menurunkan kadar serum folat
a. Besi
Besi memiliki absorpsi yang rendah pada sayuran, produk padi-padian, produk
susu, dan telur. Absorpsi besi yang paling baik berasal dari daging, ikan, dan unggas.
Pemberian terapi besi bersamaan dengan makanan dapat mengurangi absorpsi besi
lebih dari 50%, namun hal ini diperlukan untuk memperbaiki toleransi tubuh.
b. Vitamin B12
c. Asam folat
Di bawah ini adalah daftar makanan beserta jumlah asam folat yang
terkandung di dalamnya :
Selain itu, dapat juga diberikan transfusi darah. Transfusi darah diindikasikan
untuk situasi yang akut di mana pasien kekurangan darah yang berlebih. Transfusi
darah dapat meningkatkan konsentrasi Hb dalam waktu singkat tetapi tidak ditujukan
untuk menghilangkan penyebabnya.
H. Algoritma Penyakit
Profil pasien
Apoteker : Mohon maaf ibu, sebelumnya saya pastikan terlebih dahulu data ibu apakah
sudah sesuai dengan yang tertera pada resep. Bisa tolong disebutkan nama
lengkap ibu?
Pasien : 45 tahun
Apoteker : Baik ibu disini saya akan melakukan sesi konseling kepada ibu tentang obat
yang akan ibu gunakan tujuannya agar pengobatan yang ibu jalani bisa
optimal dan ibu mengetahui bagaimana penggunaan obat yang ibu terima.
Bisakah saya meminta waktu ibu 5 – 10 menit untuk pemberian informasi
tentang obat yang akan ibu gunakan?
Pasien : dokter mengatakan bahwa jika pusing dan lemas masih dirasakan dalam 3
hari dan sudah melakukan pengobatan mandiri disarankan berobat control
Apoteker : Baik. Untuk memastikan bahwa pengobatan yang akan ibu jalani sudah tepat,
saya memerlukan beberpa informasi lainnya terkait Riwayat alergi ibu,
Riwayat penyakit yang pernah/sedang ibu alami, serta gaya hidup yang sedang
ibu jalani saat ini? Apakah ibu tidak keberatan jika saya menanyakan beberapa
hal terlebih dahulu?
3. 3 prime question
Apoteker : setelah saya baca resep yang ibu terima, dokter meresepkan ibu paracetamol
3 X 1 tab , Folavit 2 X 1 tab, Omeprazole 2 X 1 tab. Apakah ibu sudah pernah
mendapatkan obat ini sebelumnya?
Pasien : Saya hanya pernah membeli dan meminum paracetamol jika saya merasakan
demam, yang lainnya belum pernah mbak
Apoteker : apakah sebelumnya dokter sudah menjelaskan tentang obat yang akan ibu
minum?
Pasien : dokter mengatakan agar saya meminum obat sesuai aturan saja mbak dan
menjalani cuci darah teratur
Apoteker : baik kalua begitu saya akan memulai menjelaskan obat-obat yang akan ibu
minum. Saya mohon agar ibu menyimak informasi yang akan saya sampaikan
agar pengobatan berjalan optimal dan mendapatkan hasil maksimal. Obat yang
diresepkan dokter untuk ibu adalah
Jika setelah menggunakan obat obatan ini ibu merasakan pusing tidak
perlu khawatir karena itu efek samping yang biasanya tergolong ringan
dan kemunculannya pada seseorang berbeda-beda tergantung respon
tubuh. Namun jika efek yang timbul menganggu kenyamanan ibu hingga
menghambat aktivitas ringan sehari-hari, sebaiknya ibu hentikan dan
segera konsultasi ke dokter.
Bagaimana ibu, apakah sudah jelas informasi yang saya sampaikan atau ada
yang mau ibu tanyakan?
Apoteker : kalua ibu sudah paham, mungkin ibu bisa menjelaskan ulang terkait
pengobatan yang sudah saya jelaskan?
Apoteker : selama ibu minum obat ini, usahakan ibu makan makanan yang tinggi zat
besi seperti bayam, pokoknya sayuran yang hijau ya bu. Lalu banyak minum
air putih ya bu, jangan lupa minggu depan control untuk cuci darah yang
teratur ya bu karena prosedur cuci darah itu bertujuan umtuk membuang
limbah sisa cairan berlebih dari darah Ketika ginjalnya kurang baik fungsinya
bu…
Apoteker : Jika ibu sudah cukup jelas dengan informasi yang sudah saya sampaikan dan
sudah tidak ada pertanyaan lagi maka saya akhri sesi konseling saya. Saya
akan memberikan leaflet buat ibu bisa dibaca dirumah terkait informasi
tentang penyakit ibu harapannya ini bisa memudahkan ibu dalam menjalani
pengobatan dirumah. Semoga informasi yang saya berikan bermanfaat dan
mengoptimalkan pengobatan yang akan ibu jalani. Perlu saya ingatkan
kembali kepada ibu agar menggunakan obat yang diberikan sesuai dengan
informasi yang sudah saya jelaskan dan saya sarankan juga agar ibu
melakukan control. Sekian dari saya, terima kasih ya bu. Semoga sehat selalu.