Anda di halaman 1dari 16

Konsep Dasar

A. Definisi

Acne Vulgaris (jerawat) merupakan penyakit kulit yang sudah dikenal

secara luas dna sering timbul pada wajah. Penyakit ini peradangan menahun

folikel polisabasae yang umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat

sembuh sendiri. Jerawat cenderung timbul pada kulit yang berminyak, karena

remaja umumnya memiliki kulit yang berminyak, maka jerawatpun cenderung

lebih banyak muncul pada remaja mulai usia pubertas (kira-kira 13 tahun

sampai 19 tahun). Jerawat umumnya akan timbul dibagian kulit yang banyak

mengandung kelenjar minyak.

B. Etiologi

Timbulnya jerawat dapat disebabkan oleh berbagai faktor :

a. Kurangya kebersihan kulit

Kulit yang berminyak dan kotor oleh debu, polusi udara, maupun cel-cel

kulit yang sudah mati yang tidak dilepaskan dari kulit dapat menyebabkan

penyumbatan pada saluran kelenjar minyak kulit dan menimbulkan

jerawat.

b. Cuaca yang panas dan lembab

Kelenjar-kelanjar keringat dan minyak kulit menjadi lebih aktif

berproduksi di daerah yang beriklim panas dan lembab seperti di indonesia

sehingga kulit mudah kotor.


c. Keturunan

Anak-anak dari orang tua yang berjerawat cenderung berjerawat juga.

d. Gangguan Keseimbangan hormon

Pada remaja yang sedang puber terjadi perubahan susunan hormon-

hormon seksual di dalam tubuhnya.

e. Makanan

Makanan berlemak antara lain kacang-kacangan, gorengan, coklat, susu

dan pedas-pedasan serta alkohol sering dikatakan orang dapat merangsang

timbulnya jerawat atau mempengaruhinya, tetapi sebagian besar dokter

ahli mengatakan bahwa peranan makanan itu dalam pembentukan jerawat

adalah real.

C. Patogenesis

Asam lemak bebas yang terbentuk dari triglisekida dalam sebelum

menyebebkan kekentalan sebum bertambah dan menimbulkan sumbatan

saluran polisebasae serta reaksi radang di sekitarnya (disebut konedogerik)

perubahan pola kerahinisasasi folikel, produksi sebum yang berkaitan dan

peningkatan floro folikel juga berkaitan dengan patogenesis penyakit.

D. Manifestasi Klinis

Erupsi kulit berupa komedo, pupil, pustul, modus atau kista dapat disertai rasa

gatal, isi komedo adalah sebum yang kental atau podot, isi kisto biasa pus dan
darah, tempat prediksi adalah muka, bahu leher, dada, punggung bagian atas

dan lengan bagian atas.

E. Pencegahan Agne Vulgaris

Setelah mengetahui penyabab-penyebab yang menimbulkan jerawat, maka

segeralah lakukan pencegahannya :

1. Jagalah selalu kebersihan kulit dan rambut, pakailah sabun mandi dan

sampo yang baik, terutama yang pH atau keasamannya telah disesuaikan

dengan PH kulit agar tidak merusak kulit dan rambut.

2. Melakukan perawatan kulit untuk membersihkan kulit dari kotoran dan

jasa renik yang mempunyai peran dan etiopatogenis acne vulgaris.

3. Menghindari polusi debu, pemencetan lesi yang dapat memperberat erupsi

yang telah terjadi.

4. Usahakan selalu berjiwa dan berpikir terang, hindari selalu pikiran yang

gelisah, seperti bila akan menghadapi ulangan atau ujian.

5. Hindari pemakaian kosmetika yang lengket dan berminyak, kulit remaja

umumnya sudah berminyak karena kelenjar-kelanjar minyak kulitnya

sedang aktif-aktifnya sehingga pemakaian kosmetika yang lengket dan

berminyak akan memicu timbulnya jerawat.

6. Kurangi sedapat mungkin makanan yang berlemak dan pedas serta hindari

alkohol.

7. Berolahragalah yang cukup teratur, olahraga yang teratur sangat

bermanfaat untuk kesehatan tubuh secara menyeluruh.


8. Minumlah air putih banyak-banyak terutama pada waktu bangun tidur

pagi.

9. Makanlah sayuran hijau dan buah-buahan segar, sayuran hijau dan buah-

buahan segar terutama yang banyak mengandung vitamin C seperti jeruk,

tomat, apel dan pepaya sangat baik untuk kulit.

Pengobatan jerawat meliputi penggunaan obat yang tersedia, baik yang

diminum maupun yang dipakai dikulit [tropikal] berfungsi untuk mencegah

pembentukan komedo. Menekan peradangan dan mempercepat penyembuhan

lesi. Pengobatan jerawat untuk kasus yang berat dokter mungkin memberikan

antibiotik tetrasiklin yang digunakan secara oral untuk waktu yang cukup

lama. Antibiotik ini dapat menghambat bakteri yang akan memperparah

jerawat dan mengubah susunan asam lemak sebum, selain antibiotik,

tetrasiklin juga banyak digunakan asam tetinoat yaitu turunan vit A yang

sering dipromosikan secara khusus sebagai obat anti jerawat serta vit E.
DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNCUL

1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma kerusakan kulit

karena destruksi lapisan kulit dinyatakan dengan tidak ada jaringan hidup.

2. Perubahan gangguan citra tubuh penampilan berhubungan dengan krisis

situasi kecacatan dinyatakan dengan perasaaan negatif diri sendiri

ketekutan pada orang lain.

3. Nyeri berhubungan dengan kerusakan kulit dinyatakan dengn fokus

penyempitan penempilan wajah nyeri.


DIAGNOSA KEPERAWATAN SECARA TEORITIS

1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma kerusakan kulit karena

detruksi lapisan kulit dinyatakan dengan tidak ada jaringan hidup.

- Tujuan : Integritas kulit kembali normal

- K/H : Menunjukkan regenerasi jaringan

Interversi

- Catat ukuran warna, kedalaman luka

- Berikan perawatan

- Cuci dengan sabun ringan, cuci dan minyaki dengan krim

- Evaluasi warna

Rasionalisasi

- Memberikan informasi dasar tentang kebutuhan penanaman kulit

- Menyiapkan jaringan untuk penanaman dan menurunkan resiko infeksi

- Kulit graft baru dan sisi donor yang sembuh memerlukan perawatan

khusus untuk mempertahankan kelenturan

- Mengeraluasikan keefektifan sirkulasi dan mengidentifikasi terjadinya

kumplikasi

2. Perubahan gangguan citra tubuh penampilan berhubungan dengan krisis

situasi ke catatan dinyatakan dengan perasaan negatif tentang diri sendiri,

ketakutan pada orang lain.


- Tujuan : Mengembalikan rasa percaya diri pada pasien

- K/H : Menyatakan penerimaan situasi diri

Interversi

- Kaji makna kehilangan atau perubahan pada pasien orang terdekat

- Bersikap realistis dan positif selama pengobatan

- Berikan penguatan positif terhadap kemajuan dan dorongan usaha untuk

tujuan rehabilitas

- Berikan kelompok pendukung untuk orang terdekat

Rasionalisasi

- Episode traumatik mengakibatkan perubahan tiba-tiba tidak diantisipasi,

membuat perasaan kehilangan pada kehilangan yang dirasakan

- Meningkatkan kepercayaan dan mengadakan hubungan

- Meningkatkan ventilasi perasaan dan memungkinkan respon yang lebih

membantu

3. Nyeri berhubungan dengan kerusakan dinyatakan dengan fokus penyempitan,

penampilan wajah nyeri.

- Tujuan : Mengurangi rasa nyeri

- K/H : Melaporkan nyeri berkurang

Intervensi

- Berikan tindakan kenyamanan dasar

- Dorong penggunaan teknik manajemen stres

- Berikan aktivitas terapeutik tepat untuk usia atau kondisi


Rasionalisasi

- Meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot dan kelemahan umum

- Memfokuskan kembali konsentrasi nyeri-nyeri yang dialami dan

memfokuskan kembali perhatian.


KONSEP DASAR

HERPES SIMPLEKS

I. Defenesi

 Virus DNA yang paling sering berhubungan dengan herpes oral [cold

sore] atau herpes genital, juga dapat menyebabkan penyakit yang

menyebar, pruritus, pneuomnia, esofagitis dan ensefalitis.

II. Patologi Dan Penyebab

 Penyebaran melalui kontak intrim dengan adanya lesi aktif pada mulut

atau alat kelamin.

 Virus tetap bersifat laten diganglia, tempat ia dapat menjadi reaktif

pada interval tertentu.

III. Gejala Dan Tanda

HERPES ORAL

 Lesi terdiri dari ‘cold sore’ atau syanker [‘chancre’] yang khas ; suatu

lesi vesikuler yang menimbulkan, merah dan nyeri pada bibir, gusi

atau mukosa mulut.

 Sering timbul pada saat stress, rasa letih atau sama-sama dengan

adanya penykit lain.

 40% populasi terkena pada beberapa tempat.


IV. Herpes Genetal

 Penyakit kelamin menular, merupakan epidemi kecil-kecilan yang

ditandai oleh erupsi-erupsi yang hilang timbul berupa kelompok

vesikel pada atau sekitar genetal.

 Lesi terasa nyeri, menyembuh dengan menyebbkan terjadinya kursta

dan menyebarkan virus selama dalam bentuk vesikel atau selama

masih basah.

 Sering terdapat demam, malaise.

V. Ensefalitis

 Ditandai oleh ensefasilitas dengan predileksi pada lobus temporal-

parietal.

 Mortalitas tinggi [kira-kira 75%] tidak dapat diobati ; banyak yang

dapat bertahan tetapi dengan gejala sisa yang serius.

 Terdapat stupor, kejang, hemiparesis, perubahan tingkah laku, atau

pada hakekatnya semua gejala susunan saraf pusat.

VI. Infeksi Lain

 Protitis biasanya penyakit kelamin yang didapat pada pria atau wanita

homoseksual, ditandai oleh nyeri hebat, demam, teresmus, dan sekret

mukoid berdarah.

 Esofagitis terjadi pada beberapa penderita yang rentan, ditandai oleh

elserasi difus, nyeri, perdarahan dan disfagia.


VII. Diagnosis Banding

 Lesi pada mukosa biasanya tidak sukar untuk dibedakan

 Ensefasilitas menunjukkan profil cairan sesebrospinal yang knas

[mukosa mungkin sangat rendah], ‘CT scan’ khas stadium lanjut dan

EEG dapat menyokong, tetapi mungkin memerlukan bioptik otak.

 Isolasi virus dan pemeriksaan serologi dapat dilakukan pada semua

kasus.

VIII. Pengobatan

 Acyclovir merupakan indikasi untuk pengobatan permulaan herpes

genital yang berat atau pada penderita yang menderita imunosupresi,

ada yang peroral maupun topikal.

 ARA-A (Vidarabine) terapi terbaik untuk ensefalitis karena herpes.

 Tidak ada pengobatan yang efektif untuk lesi pada mulut

IX. Prognosis

 Herpes oral cenderung untuk kambuh

 Ensefalitis herpektika biasanya fatal walaupun hasil sangat baik

terlibat bila diberikan pengobatan dini.

 Herpes genitalis juga dapat kambuh kembali sampai 40% dari seluruh

penderita, walaupun biasanya bila kambuh tidak begitu hebat.


Diagnosa Yang Mungkin Muncul

1. Nyeri berhubungan dengan kerusakan kulit / jaringan ditandai dengan keluhan

nyeri perubahan tonus otot.

2. Resti terhadap infeksi berhubungan dengan pertahananan primer tak ade kuat.

3. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri ketidaknyamanan

ditandai dengan keterbatasan rentang gerak sendiri.


Diagnosa Keperawatan Secara Teoritis

1. Nyeri berhubungan dengan kerusakan kulit atau jaringan ditandai dengan

keluhan nyeri perubahan tonus otot.

Tujuan : Nyeri hilang dengan bertahap

K/H : - Melaporkan nyeri berkurang

- Menunjukkan ekpresi wajah / pestus tubuh rileks

Intervensi : - Tutup luka segera mungkin kecuali perawatan luka bakar

metode pemajanan pada udara terbuka.

- Tinggikan ekstermitas luka bakar secara periodik.

- Berikan tempat tidur ayunan sesuai dengan indikasi.

- Ubah posisi dengan rentang gerak pasif dan aktif sesuai

dengan indikasi.

Rasionalisasi : - Suhu berubah dan gerakan udara dapat menyebabkan

nyeri hebat pada pemajanan ujung saraf.

- Peninggian mungkin diperlukan pada awal untuk

menurunkan pembentukan edema, setelah perubahan

posisi dari peninggian menurunkan, ketidaknyamanan,

serta resiko kontruktur sendi.

- Peninggian linen dari luka membantu menurunkan nyeri.

- Gerakan dan latihan menurunkan kekakuan sendi dan

kelelahan otot terapi tipe latihan tergantung pada lokasi

dan luas cedera.


2. Resti terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tak adekuat.

Tujuan : Menurunkan resiko infeksi

K/H : Meningkatkan penyembuhan luka bekas dari infeksi lokal

atau sistemik.

Intervensi : - Tekankan teknik mencuci tangan dengan tepat

- Pertahankan tehnik aseptik

- Dorong perubahan posisi sering

- Dorong pasien minum

Rasionalisasi : - Mencegah penyebaran bakteri, kontaminasi silang.

- Menurunkan resiko infeksi nosokomial.

- Meningkatkan mobilisasi sekret, menurunkan resiko

pneumonia.

- Mempertahankan keasaman urine.

3. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, tidak kenyamanan

ditandai dengan keterbatasan rentang gerak sendiri.

Tujuan : Dapat melakukan aktivitas

K/H : Melakukan aktivitas sehari-hari.

Intervensi : - Catat respon emosional

- Rencanakan aktivitas dengan periode istirahat adekuat.

- Bantu dengan memindahkan dan ambulasi bila

dibutuhkan.
- Berikan lingkungan yang terang bagi pasien yang

mengalami, penurunan penglihatan.

Rasionalisasi - Perubahan fisik dan kehilangan kemandirian

menciptakan perasaan marah.

- Mencegah kepenatan, menghemat energi untuk

melanjutkan partisipasi.

- Mencegah terjadinya kecelakaan seperti cedera

- Mencegah terjadinya kecelakaan dan menurunkan

sensori penglihatan.
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arif. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 2, 1982, Media Aesculapius


FKUI : Jakarta.

E. Doengoes, Marilynn, Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3, 1999, EGC :


Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai