Anda di halaman 1dari 13

DIFUSI INOVASI PENDIDIKAN

“AGEN PERUBAHAN (AGENT OF CHANGE)”


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Difusi Inovasi Pendidikan dengan Dosen
Pengampu Retno Widyaningrum, S.Kom, MM.

Disusun Oleh Kelompok 8 :

Abi Abdul Malik ( 1101619070 )


Adi Supriyadi ( 1101619077 )
Muhammad Ardhani ( 11016190 )

TEKNOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya berupa kesehatan, kesempatan serta pengetahuan kepada saya sehingga saya
mampu menyelesaikan makalah guna memenuhi tugas mata kuliah Difusi Inovasi Pendidikan
yang berjudul Analisis Kasus Difusi Inovasi Pembelajaran e-Learning di SMAN 1 Ciawi
Bogor.”

Dalam kesempatan ini, penulis hendak mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Retno Widyaningrum, S.Kom, MM. selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Difusi
inovasi Pendidikan

2. Teman – teman mahasiswa yang telah turut serta memberikan konstribusi kepada saya
baik secara langsung maupun tidak langsung.

3. Serta pihak – pihak lain sebagai sumber yang belum bisa saya tulis satu persatu.

Saya berharap makalah yang telah saya susun ini bisa memberikan sumbangsih untuk
menambah pengetahuan dan wawasan para pembaca mengenai Difusi Inovasi e-Learning.
Meskipun saya sangat berharap agar makalah ini tidak memiliki kekurangan, tetapi saya
menyadari bahwa pengetahuan saya terbatas, sehingga saya mengharapkan masukan serta
kritik dan saran yang membangun dari para pembaca demi penyusunan makaalah yang lebih
baik lagi kedepannya.

Jakarta, 25 Oktober 2020

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………………………...


…………….1

KATA PENGANTAR ……………………………………………….....…………………....2

DAFTAR ISI ………………………………………………………….………………….......3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah …………………………………….………………………..4


1.2 Rumusan Masalah …………………………………………..
…………………...........5
1.3 Tujuan Pembahasan …………………………………………………………………..5

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian E-Learning...…………………....……..…………………………………..6


2.2 Pengertian Inovasi...…..............………………...……………………………….........5
2.3 Pengertian Difusi Inovasi....................……………..……………….……….............11
2.4 Contoh Rancangan Difusi Inovasi.....……….......……………………………...........12

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan …………………………………………………………………………..11

DAFTAR PUSTAKA
………………………………………………………………….........12
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH


Perubahan dari fokus terhadap pengajaran (teaching) menjadi lebih fokus terhadap
pembelajaran (learning) merupakan manifestasi atas kemajuan teknologi informasi dan
komunikasi dalam dunia pendidikan. Trend pengajaran (teaching) yang dulunya
menempatkan guru sebagai satu-satunya komunikator aktif menggunakan teknologi
informasi dan komunikasi dalam proses belajar mengajar, kini telah mengalami
perubahan besar; guru (pendidik/ pengajar) dan siswa (pembelajar) telah ditempatkan
dalam posisi yang sama-sama aktif menggunakan teknologi dan media dalam proses
pembelajaran (learning). TIK sebagai media informasi yang luar biasa telah menjadi
sebuah kemajuan positif bagi dunia pendidikan. Sadiman dan kawan-kawan (2009:7)
menyimpulkan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsiang pikiran,
perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses
belajar terjadi. Penggunaan TIK dalam hal ini tentunya dapat diarahkan untuk mendukung
proses pembelajaran siswa. Berbagai kelebihan dalam penerapan teknologi instruksional
seperti; penggunaan E-Learning dapat diasumsikan sebagai salah satu faktor pendorong
berkembangnya proses pembelajaran pada institusi-institusi pendidikan formal. Salah satu
contohnya adalah SMAN 1 Ciawi Bogor.
Penggunaan E-Learning telah dijadikan sebagai salah satu metodologi belajar yang
menarik bagi para peserta didiknya. Dengan metode pembelajaran seperti itu, para siswa
ditempatkan pada rangkaian belajar dimana mereka secara aktif mencari dan memperoleh
informasi dan bahan belajar yang sangat luas dalam berbagai format media baik teks,
gambar, video, ataupun film dengan menggunakan Web (E-Learning) sebagai media.
Dengan kemajuan TIK yang semakin luar biasa sampai hari ini, menjadi sesuatu yang
penting untuk mengetahui secara mendalam seberapa jauh nilai tambah yang dapat
diperoleh dari pengunaan Web (ELearning) sebagai salah satu bentuk kemajuan TIK yang
dapat diterapkan dalam proses pembelajaran. Penggunaan e-Learning di SMAN 1 Ciawi
Bogor dapat dijadikan contoh konkritnya.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana elemen karakteristik inovasi e-Learning di SMAN 1 Ciawi Bogor?


2. Bagaimana elemen saluran komunikasi e-Learning di SMAN 1 Ciawi Bogor?
3. Bagaimana elemen sistem sosial e-Learning di SMAN 1 Ciawi Bogor?
4. Bagaimana elemen waktu e-Learning di SMAN 1 Ciawi Bogor?

1.3 TUJUAN PEMBAHASAN

Tujuan penulisan makalah ini untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan elemen
difusi dan perannya dalam media pembelajaran. Di samping itu, makalah ini ditulis
sebagai tugas makalah pada mata kuliah Difunsi Inovasi Pendidikan yang diberikan oleh
dosen pengampu Retno Widyaningrum, S.Kom, MM.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian E-Learning

E-learning merupakan singkatan dari elektronic learning, yaitu proses pembelajaran


yang menggunakan media elektronik khususnya internet sebagai sistem
pembelajarannya. E-learning merupakan dasar dan konsekuensi dari perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi. Bullen & Janes (2007:176) mendefinisikan e-
learning sebagai pembelajaran yang terjadi ketika teknologi internet digunakan untuk
memfasilitasi, menyampaikan, dan memungkinkan proses pembelajaran dengan jarak
yang jauh. Definisi yang lebih umum dikemukakan oleh Freire & Pereira (2008) yaitu e-
learning merupakan pembelajaran pada program pendidikan atau pelatihan melalui
sarana elektronik. Naidu (2006:1) mengatakan “E-learning is commonly referred to the
intentional use of networked information and communications technology in teaching
and learning”.

E-learning adalah sebuah proses pembelajaran berbasis elektronik. Salah satu media
yang digunakan adalah jaringan komputer. Dengan demikian memungkinkan untuk
dikembangkan dalam bentuk web. Penyajian e-learning berbasis web bisa menjadi lebih
interaktif. Informasi-informasi mengenai perkuliahan juga bisa real-time. Begitu juga
dengan komunikasi, meskipun tidak secara langsung tatap muka, tapi forum diskusi
perkuliahan bisa dilakukan secara online dan real time. Dimana sistem e-learning tidak
memiliki batasan akses, inilah yang memungkinkan perkuliahan bisa dilakukan lebih
banyak waktu. Kapanpun dan dimanapun asalkan tersedia jaringan internet mahasiswa
bisa mengakses sistem ini.

Aktivitas e-learning dapat diklasifikasikan menurut waktu pelaksanaan pembelajaran


(Clark & Mayer dalam Klinger, 2008:179) yaitu:
1. Synchronous e-learning  dimana pendidik dan peserta didik terlibat dalam aktivitas
pembelajaran pada waktu yang sama, sebagai contoh : Video konferensi, chatting, dan
video real-time.
2. Asynchronous e-learning dimana pendidik dan tenaga pendidik terlibat dalam
aktivitas pembelajaran pada waktu yang berbeda, sebagai contoh: dengan
mengirim/menyediakan materi ajar, aktivitas dalam forum, blog, atau wiki, melalui
email dan file sharing.

2.2. Pengertian Inovasi

Reka baru atau inovasi (bahasa Inggris: innovation) dapat diartikan sebagai proses


dan/atau hasil pengembangan pemanfaatan/mobilisasi pengetahuan, keterampilan
(termasuk keterampilan teknologis) dan pengalaman untuk menciptakan atau
memperbaiki produk (barang dan/atau jasa), proses, dan/atau sistem yang baru, yang
memberikan nilai yang berarti atau secara signifikan (terutama ekonomi dan sosial).

Reka baru sebagai suatu “objek” juga memiliki arti sebagai suatu produk atau
praktik baru yang tersedia bagi aplikasi, umumnya dalam suatu konteks komersial.
Biasanya, beragam tingkat kebaruannya dapat dibedakan, bergantung pada konteksnya:
suatu inovasi dapat bersifat baru bagi suatu perusahaan (atau agen/aktor), baru bagi
pasar, atau negara atau daerah, atau baru secara sejagat. Sementara itu, reka baru sebagai
suatu “kegiatan” merupakan proses penciptaan reka baru, sering kali diidentifikasi
dengan komersialisasi suatu reka cipta.

2.3 Pengertian Difusi Inovasi

Teori Difusi Inovasi pada dasarnya menjelaskan proses bagaimana suatu inovasi
disampaikan (dikomunikasikan) melalui saluran-saluran tertentu sepanjang waktu kepada
sekelompok anggota dari sistem sosial. Hal tersebut sejalan dengan pengertian difusi dari
Rogers (1961), yaitu “as the process by which an innovation is communicated through
certain channels over time among the members of a social system.” Lebih jauh dijelaskan
bahwa difusi adalah suatu bentuk komunikasi yang bersifat khusus berkaitan dengan
penyebaranan pesan-pesan yang berupa gagasan baru, atau dalam istilah Rogers (1961)
difusi menyangkut “which is the spread of a new idea from its source of invention or
creation to its ultimate users or adopters.”

Sesuai dengan pemikiran Rogers, dalam proses difusi inovasi terdapat 4 (empat)
elemen pokok, yaitu :

1. Inovasi

Inovasi menurut Rogers ( 1996 ) mendefinisikan inovasi adalah suatu ide, gagasan, atau
praktik baru yang digarapkan mampu membawa perubahan bagi khalayak yang menjadi
target adopter. Inovasi terdiri dari lima atribut inovasi diantaranya adalah :

1.1 Relative advantage

Relative advantage atau keuntungan relatif adalah ukuran dari seberapa jauh lebih baik
suatu inovasi dari ide atau produk yang digantikannya. Ini adalah salah satu pendelatan
yang paling umum dan paling efektif untuk menjual ide. Tingkat keuntungan atau
kemanfaatan suatu inovasi dapat diukur berdasarkan nilai ekonominya, atau mungkin
dari faktor status sosial (gengsi), kesenangan, kepuasan, atau karena mempunyai
komponen yang sangat penting. Makin menguntungkan bagi penerima, makin cepat
tersebarnya inovasi.

1.2 Compatibility

Compatibility atau kesesuaian dari mengadopsi inovasi yang sesuai dengan nilai nilai
dan kebutuhan indivdu atau kelompok yang berpotensi akan mengadopsinya. Inovasi
yang tidak sesuai dengan nilai atau norma yang diyakini oleh penerima tidak akan
diterima secepat inovasi yang sesuai dengan norma yang ada.

1.3 Complexity

Complexity atau kerumitan adalah bagaimana sulitnya untuk memahami atau


menggunakan ide baru. Semakin kompleks ide, maka semakin kecil kemungkinan akan
diterima.

1.4 Trialibilty

Triability adalah kualitas sebuah inovasi yang memungkinkan pengadopsi potensial


atau pelanggan untuk bereksperimen dengan ide secara terbatas sebelum diterapkan.
Suatu inovasi yang dapat dicoba akan cepat diterima oleh masyarakat dari pada inovasi
yang tidak dapat dicoba terlebih dahulu.

1.5 Observabilty

Observability adalah mudah tidaknya diamati suatu hasil inovasi. Suatu inovasi yang
hasinya mudah diamati akan makin cepat diterima oleh masyarakat, dan sebaliknya
inovasi yang sukar diamati hasilnya, akan lama diterima oleh masyarakat.

2. Saluran Komunikasi

Sebuah saluran komunikasi adalah sarana yang mendapatkan pesan dari satu orang ke
orang lain. Media massa saluran yang lebih efektif dalam penciptaan pengetahuan inovasi,
sedangkan saluran interpersonal yang lebih efektif dalam membentuk dan mengubah sikap
terhadap ide baru, dan dengan demikian dalam mempengaruhi keputusan untuk
mengadopsi atau menolak ide baru. Dapat disimpulkan bahwa komunikasi dalam proses
difusi adalah upaya mempertukarkan ide baru (inovasi) oleh seseorang atau unit tertentu
yang telah mempunyai pengetahuan dan pengalaman dalam menggunakan inovasi tersebut
(innovator) kepada seseorang atau unit lain yang belum memiliki pengetahuan dan
pengalaman mengenai inovasi itu (potential adopter) melalui saluran komunikasi tertentu.

3. Waktu

Waktu dalam proses keputusan inovasi dari mulai seseorang mengetahui sampai
memutuskan untuk menerima atau menolaknya dan pengukuhan terhadap keputusan itu
sangat berkaitan dengan dimensi waktu. Peranan dimensi waktu dalam proses difusi yaitu :

a. Proses keputusan inovasi


Ialah proses sejak seseorang mengetahui inovasi pertama kali sampai ia
memutuskan untuk menerima atau menolak inovasi. Terdapat 5 langkah dalam
proses keputusan inovasi, yaitu : i) pengetahuan tentang inovasi; ii) bujukan
atau himbauan; iii) penetapan atau keputusan; iv) penerapan (implementasi);
v) konfirmasi (confirmation).
b. Kepekaan seseorang terhadap inovasi
Tidak semua orang dalam suatu sistem sosial (masyarakat) menerima inovasi
dalam waktu yang sama. Mereka menerima inovasi dalam urutan waktu,
artinya ada yang dahulu ada yang kemudian. Yang menerima inovasi lebih
dahulu secara relative lebih peka terhadap inovasi daripada yang menerima
inovasi lebih akhir.
c. Kecepatan penerimaan inovasi
Kecepatan penerimaan inovasi ialah kecepatan relative diterimanya inovasi
oleh warga masyarakat (anggota sistem sosial). Kecepatan inovasi biasanya
diukur berdasarkan lamanya waktu yang diperlukan untuk mencapai
prosentase tertentu dari jumlah warga masyarakat yang telah menerima
inovasi.
4. Sistem Sosial

Sistem sosial didefinisikan sebagai satu set unit yang saling terkait yang terlibat dalam
pemecahan masalah secara bersama untuk mencapai tujuan bersama. Para anggota atau
unit dari suatu sistem sosial dapat berupa individu, kelompok informal, organisasi, dan /
atau subsistem. Sistem sosial ini kiranya menjadi sasaran bagi sebuah inovasi dan
merekalah yang menjadi pihak yang menerima maupun menolak suatu inovasi.

2.4 Contoh Rancangan Difusi Inovasi

Analisis Kasus Difusi Inovasi Pembelajaran e-Learning di SMAN 1 Ciawi Bogor

 Inovasi
1. Relative Advantage : Keuntungan relative dari Inovasi E-Learning yaitu dapat
mempermudah siswa dan guru dalam pembelajaran, dimana guru dapat menggunakan
media elektronik dan komputer untuk menjelaskan sesuatu dan siswa pun dapat
mengakses fitur yang beragam dan menawarkan kemudahan dalam pengerjaannya.
Relative advantage yang dirasakan di SMAN 1 Ciawi Bogor setelah mengadopsi
inovasi E-Learning yaitu siswa masih bisa melaksanakan kegiatan belajar mengajar
walau masih dalam keadaan Pandemi Covid-19 dengan menggunakan aplikasi
moodle dan siswa merasa mudah dalam mempelajarinya karena aplikasi tersebut
menawarkan kemudahan dalam hal akses fitur yang ada / beragam, efisien dalam
pengerjaannya.
2. Compatibility : Kesesuaian dari mengadopsi E-Learning yaitu sesuai dengan
kebutuhan saat ini ( Kondisi pandemi ) serta tidak melanggar nilai ataupun norma
yang ada dan berlaku. Kesesuaian yang dirasakan oleh SMAN 1 Ciawi Bogor setelah
mengadopsi Inovasi E-Learning yaitu sesuai dengan kebutuhan saat ini, dimana KBM
harus tetap terlaksana walaupun sedang dalam keadaan pandemic, dan juga E-
Learning tersebut tidak berbenturan dengan nilai dan juga norma yang berlaku di
masyarakat.
3. Complexity : Kerumitan adalah derajat dimana inovasi E-Learning dianggap sebagai
sesuatu yang sulit untuk dipahai dan digunakan. Complexity yang dirasakan oleh
SMAN 1 Ciawi Bogor setelah mengadopsi E-Learning yaitu ada beberapa guru yang
masih tetap menggunakan metode konvensional dengan alasan tingkatan kesukaran
suatu mata pelajaran seperti matematika, fisika, dll.
4. Trialibility : Kemampuan E-Learning dapat diuji coba oleh individu terutama oleh
calon adapter. Trialibility yang dilakukan oleh SMAN 1 Ciawi Bogor dalam
pengadopsian Inovasi E-Learning yaitu dicoba terlebih dahulu oleh tim pengembang (
guru ) yang ada.
5. Observability : Kemampuan hasil inovasi E-Learning dapat dilihat dari orang lain
terutama oleh calon adopter. Observability yang dirasakan MAN 1 Ciawi Bogor
setelah mengadops inovasi E-Learning yaitu kemampuan hasil inovasi dapat dilihat
oranglain sangat tinggi karena seiring banyaknya yang menggunakan E-Learning
tersebut.

 Saluran Komunikasi
Saluran komunikasi berfungsi untuk menginforasikan kepada masyarakat bahwa ada
suatu inovasi yang perlu diketahui dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Saluran
komunikasi yang digunakan oleh SMAN 1 Ciawi Bogot dalam menginformasikan
penggunaan E-Learning yaitu dengan komunikasi antarpribadi kepada semua
siswanya.

 Waktu
1. Proses Pengambilan Keputusan Inovasi oleh Individu : Jenis pengambilan
keputusan ini termasuk jenis pengambilan keputusan Otoriter karena berdasarkan
keputusan Kepala Sekolah SMAN 1 Ciawi bogor. Inovasi ini mulai diketahui
sejak munculnya Pandemi dan sekolah harus dilaksanakan secara jarak jauh.
2. Tingkat Kecepatan Individu dalam Mengadopsi Suatu Inovasi : Dalam hal ini
SMAN 1 Ciawi Bogor termasuk cepat dla mengadopsi inovasi E-Learning
dikarenakan para adopternya pun berada pada tingkatan Early Adopter.
3. Jumlah Anggota Sistem yang Mengadopsi Inovasi dalam Kurun Waktu Tertentu :
Dimulai waktu berlakunya PJJ hingga akhirnya penerimaan murid baru tahun
ajaran 2020/2021, karena sistem sosial SMAN 1 Ciawi Bogor yang banyak dan
beragam

 Sistem Sosial
Sistem sosial diartikan oleh Rogers ( 1996 ) sebagai seperangkat unit yang saling
berhubungan dan terkait satu sama lain. Dalam proses pendifusian ini sangat
memperhatikan sistem sosial yang ada yaitu struktur sosial formal SMAN 1 Ciawi
Bogor dan juga proses difusi inovasi ini sangat berlaku di dalam sistem sosial SMAN
1 Ciawi Bogor.
DAFTAR PUSTAKA

edel.staff.unja.ac.id/. ( 2016, 16 Juli ). Sejarah Elearning. Diakses pada 26 Oktober 2020,


dari http://edel.staff.unja.ac.id/blog/artikel/Pengertian-Elearning.html

Agustina, M. (2013). Pemanfaatan E-Learning sebagai Media Pembelajaran. In Seminar


Nasional Aplikasi Teknologi Informasi (SNATI) 

Yazdi, M. (2012). E-learning Sebagai Media Pembelajaran InteraktifBerbasis Teknologi


Informasi. In FORISTEK: Forum Teknik Elektro dan Teknologi Informasi 

Rogers, E. M. 2003. Diffusion of Innovations 5th Edition. New York: Free Press.

https://wsmulyana.wordpress.com/2009/01/25/teori-difusi-inovasi/

Anda mungkin juga menyukai