Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS PASIEN DENGAN SYOK SEPSIS


DI RSUDH ULIN BANJARMASIN

Tanggal 21 September – 26 September 2020

Oleh :
Shovi Nurfitriani, S.Kep
NIM. 1930913320028

PROGRAM PROFESI NERS


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2020
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS PASIEN DENGAN SYOK SEPSIS

Tanggal 21 September – 26 September 2020

Oleh :
Shovi Nurfitriani, S.Kep
NIM. 1930913320028

Banjarbaru, September 2020

Mengetahui,

Pembimbing Akademik

Indah Dwi Astuti, S.Kep., Ns., M.Kep


LAPORAN PENDAHULUAN SYOK SEPSIS

Etiologi Definisi Manifestasi Klinis


Epidemiologi
Sepsis dapat dipicu oleh infeksi di Sepsis adalah respon inflamasi Insidensi sepsis Variable Umum
bagian manapun dari tubuh. sistemik yang disebabkan oleh berdasarkan International Temperature >38.3 c atau < 36 c
Daerah infeksi yang paling sering berbagai macam organisme yang Classification of Disease bervariasi HR > 90x/mnt
antara 132 sampai 300 per 100.000 Takipnea
menyebabkan sepsis adalah paru- infeksius; bakteri gram negatif,
penduduk di dunia per tahun. Di Penurunan status mental
paru, saluran kemih, perut, dan bakteri gram positif, fungi, parasit,
Amerika Serikat diperkirakan kasus Signifikan edema > 20 ml/kg dalam
panggul. dan virus. 24 jam
sepsis terjadi sebanyak 750.000 dengan
Hiperglikemia (>120 mg/dl) pada
kematian sebanyak 200.000 setiap pasien non diabetes
Jenis infeksi yang sering Faktor Resiko tahunnya. Di Inggris didapatkan adanya
dihubungkan dengan sepsis yaitu: 1. Umur: Pasien yang berusia insidensi sepsis berkisar antara 88 - 102 Variabel inflamasi
1. Infeksi paru-paru kurang dari 1 tahun dan lebih dari per 100.000 penduduk setiap tahunnya WBC >12000,<4000 mm
(pneumonia) 65 tahun C reaktif protein meningkat
2. Flu (influenza) 2. Pemasangan alat invasive: Procalcitonin plasma meningkat
Pemeriksaan Variabel heodinamik
3. Appendisitis misal., Venous catheter,
Sistolik BP <90 mmHg/
4. Infeksi lapisan saluran Pulmonary artery catheters, MAP < 70 mmHg
pencernaan (peritonitis) Endotracheal tube, dsb. - Pemeriksaan fisik
SVO2 > 70 %
5. Infeksi kandung kemih, 3. Prosedur invasive - EKG
uretra, atau ginjal (infeksi - Cystoscopic - Pemeriksaan lab darah Variabel perfusi jaringan
traktus urinarius) - Pembedahan - Pemeriksaan urin Laktat serum >1mmol/L
6. Infeksi kulit, seperti selulitis, 4. Medikasi/Therapeutic Regimens - Foto roentgen CRT> 2 detik
sering disebabkan ketika - Terapi radiasi
infus atau kateter telah - Corticosteroids
- Oncologic chemotherapy, etc Variable gangguan organ
dimasukkan ke dalam tubuh Penatalaksanaan
melalui kulit 5. Underlying Conditions Pa O2/FiO2 <300
1. Oksigenasi adekuat, hindari Urine output < 0,5 ml/kgbb/jam
7. Infeksi pasca operasi - Poor state of health hyroksemia Kreatinin > 0,5 mg/dl
8. Infeksi sistem saraf, seperti - Malnutrition
2. Suport cadiovaskuler sistem. INR> 1.5 atau aPTT>60 detik
meningitis atau encephalitis. - Chronic Alcoholism
- Pregnancy Therapi cairan untuk meningkatkan Platelet <100000mm
- Diabetes Melitus, etc preload Hiperbilirubin > 4 mg/dl
Obat-obatan inetropik untuk mengobati
disretmia, perbaikan kontraklitas
jantung tanpa menambah konsumsi
oksigen miocard.
Patofisiologi
Patofisiologi syok septik tidak sepenuhnya dipahami, tetapi diketahui bahwa
peran kunci dalam perkembangan sepsis berat dimainkan oleh respons imun
dan koagulasi terhadap infeksi. Respons pro-inflamasi dan anti-inflamasi berperan
dalam syok septik. Syok septik melibatkan respons peradangan luas yang
menghasilkan efek hipermetabolik. Hal ini dimanifestasikan oleh peningkatan
respirasi seluler, katabolisme protein, dan asidosis metabolik dengan alkalosis
pernapasan kompensasi.
Sebagian besar kasus syok septik disebabkan oleh bakteri gram positif, diikuti
oleh bakteri gram negatif penghasil endotoksin, meskipun infeksi jamur
merupakan penyebab syok septik yang semakin lazim. Toksin yang diproduksi
oleh patogen misal pada bakteri gram negatif yaitu endotoksin, yang merupakan
bakteri membran lipopolisakarida (LPS).
Gram-positif
Pada bakteri gram positif, toksin yang bertanggung jawab yaitu
eksotoksin atau enterotoksin, yang dapat bervariasi tergantung pada spesies
bakteri. Toksin dibagi menjadi tiga jenis. Tipe I, toksin aktif permukaan sel,
mengganggu sel tanpa masuk, dan termasuk superantigen dan enterotoksin yang
stabil terhadap panas. Tipe II, toksin yang merusak membran, menghancurkan
membran sel untuk masuk dan memasukkan hemolisin dan fosfolipase. Tipe III,
toksin intraseluler atau toksin A/B yang mengganggu fungsi sel internal,
misal toksin shiga, toksin kolera, dan toksin mematikan antraks.
Gram-negatif
Pada sepsis gram negatif, LPS bebas menempel pada protein pengikat LPS yang
bersirkulasi, dan kompleks kemudian berikatan dengan reseptor CD14 pada
monosit, makrofag, dan neutrofil. Keterlibatan CD14 (bahkan pada dosis 10
menit/10 ml) menghasilkan pensinyalan intraseluler melalui protein 4 (TLR-4).
Pensinyalan ini menghasilkan aktivasi faktor nuklir kappaB (NF-κB), yang
mengarah pada transkripsi sejumlah gen yang memicu respons proinflamasi.
Inflamasi ini adalah hasil dari aktivasi signifikan sel mononuklear dan sintesis
sitokin efektor. Inflamasi juga dari aktivasi mencolok sel mononuklear dan
produksi sitokin efektor yang kuat seperti IL-1, IL-6, dan TNF-α. Aktivasi yang
diperantarai TLR membantu untuk memicu sistem imun bawaan untuk secara
efisien membasmi mikroba yang menyerang, tetapi sitokin yang dihasilkan juga
bekerja pada sel endotel. Efek yang dihsilkan termasuk pengurangan sintesis
faktor antikoagulasi seperti penghambat jalur faktor jaringan dan trombomodulin.
Efek dari sitokin dapat diamplifikasi dengan keterlibatan TLR-4 pada sel endotel.
Pathway

Infasi mikroba

Pelepasan endotoksin atau eksotoksin

Respon sistemik tubuh terhadap infeksi

SEPSIS
   
Stimulasi Efek berbagai neutrofil Respon
sel imun mediator teraktivasi inflamasi
tubuh inflamasi  
 (protaglandin, infiltrasi di Peningkatan
produksi kinin, histamin) jar. pulmonal suhu tubuh
sitokin  dan vaskuler 
proinflam respon  HIPERTER
asi inflamasi masif akumulasi MIA
berlebih di jaringan cairan
 vaskuler ekstravaskule
RISIKO  r di paru
INFEKS agregasi 
I leukosit dan edema
penimbunan pulmonal
fibrin 
 kompliance
penyumbatan paru
kapiler 
 GG.
KETIDAKEF PERTUKAR
EKTIFAN AN GAS
PERFUSI
JARINGAN
PERIFER
Asuhan Keperawatan

Pengkajian Fisik
a. Mental Status
b. Vital sign
c. Kulit. Eteki, luka terinfeksi, cellulitis.
d. Heent. Sinusitis, otitis media
e. Leher. Lympha denopathy, nuchal rigidity
f. Suara paru. Wheezing, rhonchi, rales, takipnea, ards, batuk,
g. Suara jantung. Takikardi, murmur.
h. Abdomen. Abdominal tenderness
i. Genitourinary. Suprapubik atau panggul tenderness, pendarahan/
discharge vagina.
j. Muskuloskeletal. Vocal redness, swelling, tenderness, krepitasi.
k. Neurologic. Perubahan status mental ; kebingungan, delirium, koma.

Hipertermi Ketidakefektifan perfusi jaringan Gangguan Pertukaran Gas Risiko Infeksi


NOC: Thermoregulation perifer NOC: Respiratory Status: Gas NOC: Risk Control: Infectious
Setelah dilakukan tindakan NOC: Circulation Status Exchange Setelah dilakukan tindakan Process Setelah dilakukan
keperawatan selama 1x24 Setelah dilakukan tindakan keperawatan keperawatan selama 3x24 jam tindakan keperawatan selama
jam diharapkan suhu tubuh selama 3x24 jam diharapkan perfusi diharapkan kondisi klinis klien terkait 1x24 jam diharapkan klien dapat
normal jaringan perifer klien meningkat pertukaran gas membaik terhindar dari risiko infeksi
Kriteria Hasil: Kriteria Hasil: Kriteria Hasil: Kriteria Hasil:
 Suhu tubuh dalam batas  TD DBN  Pernafasan normal (kecepatan,  Suhu DBN (36,5-37,50C)
normal (36.5-37.5)  RR DBN irama, kedalaman)  Jumlah leukosit DBN
 Nadi dalam batas normal  CRT < 3 detik  Warna kulit normal (tidak  Tidak terdapat tanda-tanda
(110-120 x/menit)  akral ekstremitas hangat pucat/kehitaman) infeksi yang semakin
 Frekuensi napas dalam  warna kulit tidak pucat  RR DBN memburuk
batas normal (40-60  ekstremitas tidak edema  Hb DBN NIC: Infection Control
x/menit)  kekuatan nadi normal  Nadi DBN 1. Instruksikan pengunjung
NIC: Thermoregulation NIC: Circulation Care  BGA normal untuk mencuci tangan saat
1. Monitoring tanda- 1. Lakukan pengkajian komprehensif NIC: Acid Base management, memasuki dan keluar dari
tanda vital setiap dua terhadap sirkulasi perifer Respiratory Monitoring ruangan pasien
jam dan pantau warna 2. Pantau tingkat ketidaknyamanan atau 1. Kaji pola pernapasan pasien 2. Gunakan sarung tangan
kulit nyeri saat melakukan latihan fisik Monitor TTV dalam setiap tindakan pada
3. Pantau status cairan termasuk asupan 2. Kaji terhadap tanda dan gejala pasien
2. Observasi adanya
dan haluaran hipoksia dan hiperkapnia 3. Kolaborasi dengan tenaga
kejang dan dehidrasi 4. Pantau perbedaan ketajaman atau medis pemberian terapi
3. Kaji TD, nadi apikal dan tingkat
3. Berikan kompres denga ketumpulan, panas atau dingin antibiotic
kesadaran setiap jam, laporkan
air hangat pada aksila, 5. Pantau parestesia, kebas, kesemutan, perubahan tingkat kesadaran. Monitor kerentanan terhadap
leher dan lipatan hiperestesia dan hipoestesia 4. Pantau dan catat pemeriksaan gas infeksi
paha, hindari 6. Pantau tromboflebitis dan darah, kaji adanya kecenderungan
penggunaan alcohol thrombosis vena profunda kenaikan dalam PaCO2 atau
untuk kompres 7. Anjurkan pasien atau keluarga untuk penurunan dalam PaO2
Berikan antipiretik sesuai memantau posisi bagian tubuh saat 5. Bantu dengan pemberian ventilasi
kebutuhan pasien mandi, duduk, berbaring atau mekanik sesuai indikasi, kaji
mengubah posisi perlunya CPAP atau PEEP.
8. Ajarkan pasien atau keluarga 6. Auskultasi dada untuk
untuk memeriksa kulit setiap hari mendengarkan bunyi nafas setiap
untuk mengetahui perubahan jam
integritas kulit 7. Tinjau kembali pemeriksaan sinar
X dada harian, perhatikan
peningkatan atau penyimpangan
8. Pantau irama jantung
9. Berikan cairan parenteral sesuai
hasil kolaborasi
10. Berikan obat-obatan sesuai
pesanan: bronkodilator, antibiotik,
steroid.
11. Evaluasi AKS dalam
hubungannya dengan
penurunan kebutuhan oksigen
DAFTAR PUSTAKA

Emergency Nurses association, 2005, Manual of emergency care, Mosby, st Louis.

Guntur HA. 2010. SIRS, SEPSIS dan SYOK SEPTIK (Imunologi, Diagnosis dan
Penatalaksanaan). Surakarta: Sebelas Maret University Press. x

Linda D, Kathleen, M Stacy, Mary E,L, 2006, Critical care nursing diagnosis and
management, Mosby, USA.

NANDA. 2018-2020. Diagnosis Keperawatan: definisi dan klasifikasi. EGC

Wardhana A, Djan R, Halim Z. Bacterial and antimicrobial susceptibility profile and


the prevalence of sepsis among burn patients at the burn unit of cipto
mangunkusumo hospital. Ann Burns Fire Disaster. 2017;30(2):107-115.

Anda mungkin juga menyukai