Anda di halaman 1dari 2

Bismillahirrahmanirrahim

Ibnu Katsir Surat Al-Baqarah

Surat Madaniyyah; Surat Ke-2 : 286 ayat:

َ‫َك ْيفَ تَ ْكفُرُونَ بِاهَّلل ِ َو ُك ْنتُ ْم أَ ْم ٰوتًا فَأَحْ ٰي ُك ْم  ۖ ثُ َّم يُ ِميتُ ُك ْم ثُ َّم يُحْ يِي ُك ْم ثُ َّم إِلَ ْي ِه تُرْ َجعُون‬

“Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu,
kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu
dikembalikan.” (QS. 2:28)

Allah berfirman untuk menunjukkan keberadaan dan kekuasaan-Nya serta menegaskan bahwa Dialah
Rabb Pencipta dan Pengatur hamba-hamba-Nya. Kaifa takfuruuna billaaHi (“Mengapa kamu kafir kepada
Allah.”) Artinya, mengapa kamu merigingkari keberadaan-Nya atau menyekutukan-Nya dengan sesuatu.
Wa kuntum amwaatan fa ahyaakum (“Padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidup kan kamu.”)
Maksudnya, dahulu kamu tidak ada, lalu Dia mengeluarkan kamu ke alam wujud.

Ayat tersebut sama dengan firman Nya: “Ya Rabb kami, Engkau telah mematikan kami dua kali dan telah
menghidupkan kami dua kali (pula).” (QS. Al-Mu’min: 11).

Mengenai firman Allah yang terakhir ini, dengan bersumber dari Ibnu Abbas, ad-Dhahhak mengatakan,
“Dulu, sebelum Dia menciptakan kamu, kamu adalah tanah, dan inilah kematian. Kemudian Dia
menghidupkan kamu sehingga terciptalah kamu, dan inilah kehidupan. Setelah itu Dia mematikan kamu
kembali, sehingga kamu kembali ke alam kubur, dan itulah kematian yang kedua. Selanjutnya Dia akan
membangkitkan kamu pada hari kiamat kelak, dan inilah kehidupan yang kedua.”

Demikian itulah dua kematian dan dua kehidupan. Dan itu merupakan pengertian firman-Nya tersebut:
“Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal dahulu kamu mati, lalu Allah menghidupkan kamu,
kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali.”

Hal yang patut kita renungi adalah kita seringkali lupa bahwa kita hanya lah makhluk tapi tindakan dan
perbuatan kita seringkali melampaui batas. Sebagai makhluk kita tidak kekal dan akan mati. Kita akan
mempertanggung jawabkan kehidupan kita utamanya di fase kedua ini. Seharusnya kita bersyukur akan
nikmat Allah bukan mengingkarinya baik itu dengan cara melakukan perbuatan yang dilarang Allah atau
bahkan menyekutukan.

Seringkali kita menganggap urusan akhirat itu sepele dan mengabaikannya tanpa terasa. Meninggalkan
sholat, menzolimi orang lain, merasa diri suci bahkan sering pula kita bergantung bukan kepada Sang
Pencipta. Manusia seringkali menaruh cinta, takut dan harapnya kepada makhluk. Kita lupa bahwa
tempat bergantung itu hanya kepada sang Khaliq Allah Subhanahuwata'ala.
Di fase pertama/kematian disebutkan kita tercipta dari tanah. Jadi apa yang membuat manusia
sombong padahal dia berasal dari tanah. Namun atas karunia Allah kita manusia patut bersyukur
menjadi makhluk yang mulia dan terpilih menjadi Khalifah di bumi.

Di fase kedua inilah kita hidup di dunia. Kita diamanahi sebagai Khalifah artinya kita akan
mempertanggungjawabkan segala amal perbuatan kita selama di dunia. Dunia ini hanya sementara
namun kelalaian membuat kita lupa. Harta, tahta, dan wanita/pria seringkali dijadikan tempat
bergantung. Sebagai seorang Khalifah kita harus berpegang teguh pada standar yang telah ditetapkan
oleh Allah yaitu Al Qur'an dan As sunah. Agar hidup kita sesuai dengan yang Allah inginkan dan ridhoi.

Di fase ketiga di alam barzakh atau alam qubur kelak adalah salah satu penentu bagaimana nasib kita di
kehidupan fase keempat nanti. Jika siksaan kubur yang didapat maka kita serasa ingin cepat menuju fase
keempat padahal justru fase keempat siksaannya jauh lebih berat. Sedangkan bagi mereka yang banyak
amalan kebaikannya dilapangkan kuburnya dan hanya serasa seperti orang yang tidur siang saja di alam
kubur.

Di fase keempat, disini kita dihidupkan kembali untuk mempertanggungjawabkan semua amal
perbuatan kita. Dari lahir hingga liang lahat semua akan dihisab dengan adil. Disini menentukan pintu
mana yang akan menyambut kita. Pintu surga atau kah neraka? Sudah layakah diri kita menjadi
penghuninya? Maka seharusnya kita memperhatikan segala amal perbuatan kita di fase kedua ini.
Berlomba-lomba dalam kebaikan dan membenci akan kemaksiatan.

Wallahu'alam

Anda mungkin juga menyukai