Sejarah Hukum Perbankan
Sejarah Hukum Perbankan
Pokok permasalahan
Pembahasan
(b) masa penjajahan Jepang di Indonesia, Jepang menghentikan kegiatan De Javasche Bank
sementara waktu. Kemudian pada masa revolusi tiba, Hindia Belanda mengalami
dualisme kekuasaan yaitu antara Republik Indonesia (RI) dan Nederlandsche Indische
Civil Administrative (NICA). Sejak itu pula, perbankan pun terbagi menjadi dua yaitu De
Javasche Bank di wilayah NICA dan Bank Negara Indonesia di wilayah RI. Bank Negara
Indonesia didirikan berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 tanggal 5 Juli 1946 sebagai
bank sentral pemerintah RI dengan tugas utama sebagai berikut :
Pada tahun 1949 diadakan Konferensi Meja Bundar (KMB) untuk mengakhiri konflik
Indonesia dan Belanda. Kemudian ditetapkan De Javasche Bank sebagai Bank Sentral
Republik Indonesia Serikat (RIS). Pada masa kembalinya RI dalam negara kesatuan, RI
menasionalisasikan Bank Indonesia sebagai Bank Sentral Republik Indonesia. Maka,
pada tanggal 1 Juli 1953, ditetapkan sebagai hari berdirinya Bank Indonesia secara resmi
oleh pemerintah Indonesia.
B. Orde Lama
Periode perkembangan perbankan pada zaman Orde Lama bertitik tolak dari
mulainya penetapan bank sentral pada tahun 1953. Dengan demikian, tidak bertitik tolak
secara ketat mengikuti periode perkembangan pemerintahan yang sebenarnya erdasarkan
politik dan ketatanegaraan
Perkembangan perbankan pada zaman orde lama begitu kalut, sesuai dengan
kekalutan perekonomian saat itu. Ekspansi kredit perbankaan yang didukung pencetakan
uang kertas baru oleh Bank indonesia telah menciptakan inflasi yang sangat tinggi
dengan segala akibat buruknya perekonomian nasional. Di lembaga moneter sendiri
terjadi banyak manipulasi seperti kredit-kredit dengan katabelece.
Semua kekalutan perbankan ini terjadi juga karena sifat dualisme bank sentral
pada saat itu, yaitu sebagai bank sentral juga merangkap sebagai bank komersial atau
bank umum. bank Indonesia giat pula memberikan perkreditan komersial berupa
pemberian kredit langsung.
Pada zaman ini sudah terlihat adanya kebiasaan melalaikan Undang-Undang.
Contohnya kasus pada Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1953 tentang Pokok-Pokok
Bank Indonesia. Dalam pasal 36 ayat (2) disebutkan bahwa :“Segala ketentuan dalam
pasal 13 yang mengenai pekerjaan-pekerjaan bank di lapangan lain daripada fungsi
sebagai bank sentral dan bank sirkulasi, dalam waktu yang sesingkat-singkatnya
diserahkan kepada bank-bank lain yang akan ditunjuk dengan undang-undang selambat-
lambatnya pada tanggal 31 Desember 1953.”
Pada periode orde lama ini pula lahir bentuk Bank Pembangunan Daerah (BPD). BPD
pada hakikatnya adalah suatu lembaga keuangan milik pemerintah daerah (Pemda) yang
melakukan usaha perbankan. Semula BPD didirikan berdasarkan Undang-Undang Nomor
13 Tahun 1962, yaitu ketentuan pokok pemerintahan daerah.
Bank swasta pada periode ini jumlahnya cukup banyak yang umumnya
merupakan bank-bank kecil. Peranan mereka sangat kecil dan mereka mengalami
kesulitan bidang permodalan, keterampilan, manajement, dan organisasinya. Kecilnya
skala usaha bank swasta pada periode ini ikut menyebabkan operasi mereka tidak efisien.
Dibalik itu ada juga beberapa bank swasta yang cukup mapan, di antaranya, Bank Central
Asia (BCA).
C. Orde baru
Dengan tenggelamnya orde lama, kehidupan perbankan kita memasuki babak
baru bersama naiknya kebijakan pemerintah orde baru. Pemerintah orde baru ingin
konsisten menerapkan sistem anggaran berimbang dan lalu lintas devisa bebas. Langkah
selanjutnya untuk perbaiki perbankan pada pemerintah orde baru ini dimulai dengan
memperkuat perundang-undangan yang mengatur perbankan, baik berupa penggantian
maupun membuat undang-undang yang baru, misalnya, membuat peraturan yang baru
berupa Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Perbankan.
Sedangkan yang berupa penggantian peraturan yang lama, yaitu berupa Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 1968 tentang Bank Sentral guna mengganti Undang-Undang Nomor 11
Tahun 1953 tetang Pokok-Pokok Bank Indonesia.
Perbaikan kelembagaan perrbankan dengan memperkuat landasan hukumnya
adalah uatu pilar agi terselenggaranya pembina dan pengawasan yang mendukung
peningkatan kemmpuan perbankan dlam menjalankan fungsinya secara sehat, wajar,
efisien, skekaligus memungkinkan perbankan Indonesia melakukan penyesuaian yang
diperlukan sejalan dengan berkemangnya norma-norma perbankan
internasional.Perkembangan dalam masa orde baru ini secara gari besarnya dapat dibagi
dalam 3 tahap utama, yaitu :
1) Tahap Stabilisasi dan Rehabilitasi (1966-1969)
2) Tahap Pembangunan (1970-1982)
3) Periode Deregulasi (1983-1991)
4) Periode awal reformasi (1992-1998).