Anda di halaman 1dari 7

132011133175_Dita Sopianti_C-1.

RESUME PAI MEMBUMIKAN ISLAM DI NUSANTARA

Pertanyaan:

1. Sejak lama, ekspresi keberagamaan umat Islam di Indonesia memiliki banyak corak.
Kita mengenal beberapa istilah misalnya tradisional, konservatif, modernis,
moderatis, fundamentalis, liberal, skriptualis, subtantif, dan sebagainya, sebagai
penanda adanya pelbagai variasi corak ekpresi keberagamaan di tengah umat Islam
umumnya, dan umat Islam Indonesia khususnya. Coba Anda telusuri tipologi-tipologi
di atas, kemudian berikan deskripsi yang detil tentang karakteristik masing-masing
tipologi tersebut. Komunikasikan dengan (teman, dosen, ustadz, imam masjid) agar
memperoleh pengayaan!

2. Apakah anda memiliki cara pandang sendiri dengan memberikan tawaran mengenai
cara dan menunjukkan kebenaran Islam dalam konteks historisitas masyarakat yang
plural seperti di Indonesia!

3. Coba Anda telusuri implikasi dari pemahaman pribumisasi Islam!

4. Dalam proses pembumian Islam di Indonesia, faktor-faktor apa saja yang


kemungkinan menjadi pendukung atau penghambat? Diskusikan dengan teman-teman
Anda!

5. Menjadi seorang muslim tidak berarti harus kehilangan identitas sebagai orang
Indonesia. Identitas keislaman dan keindonesiaan hendaknya dapat menyatu menjadi
karakter yang utuh dalam diri kita. Coba tanyakan kepada teman Anda bagaimana
karakter seorang muslim? Dan bagaimana pula karakter orang Indonesia? Tanyakan
lebih lanjut, bagaimana formula perpaduan karakter muslim yang Indonesia dan
Indonesia yang muslim?

Jawaban:

1.
A. Islam Fundamentalis adalah Islam yang anti Barat. Islam Fundamentalis adalah
Islam yang dalam pemahaman dan praktiknya konsisten kepada prinsip-prinsip
ajaran Islam. Dalam sisi politis, mereka yang disebut fundamentalisme terkadang
disebut sebagai tidak rasional, tidak moderat dan cenderung untuk melakukan
tindakan kekerasan jika perlu.Islam fundamentalis mempunyai cempat ciri, yaitu :
Pro Syariat Islam, Pro Khilafah Islamiyah, Anti Demokrasi Barat dan kritis
terhadap pengaruh Barat. Kelompok ini dinilai sebagai kelompok yang radikal,
anti dialog, dan suka memaksakan kehendak. Tipologi ini tidak cukup
meyakinkan secara totalitas karena ia sebenarnya hanyalah bentuk keberagamaan
yang relatif atas fenomena eksternal. Inilah yang mengakibatkan sangat rapuh
dalam rumusan konsepsi dan kontruksi pemikirannya. Fundamentalis adalah
kelompok menengah perkotaan dan umumnya mereka terdidik secara formal.
B. Islam Moderatis adalah Islam yang pro terhadap Barat. Terdapat empat hal yang
menjadi ciri kelompok ini, yaitu : Anti Syariat Islam, Anti Khilafah Islamiyah, Pro
Demokrasi Barat dan Tetap Kritis terhadap pengaruh Barat. Kelompok ini kritis
atas dasar kelompok, pragmatis, dan materalis. Tiga pemikiran pokok yang
diklasifikasikan Islam Moderatis di antaranya yaitu indigenist atau kelompok
pemikiran yang percaya bahwa Islam bersifat universal tetapi dalam praktiknya
Islam tidak dapat dilepaskan dari konteks budaya setempat. Kedua adalah social
reformis, yaitu gerakan pemikiran yang lebih menekankan pada aksi guna
mengatasi berbagai ketimpangan sosial, termasuk ketertindasan masyarakat kelas
bawah. Ketiga adalah universalisme, yaitu kelompok pemikiran yang percaya
bahwa Alquran dan hadits sudah sangat lengkap dan dapat langsung diterapkan
pada masyarakat Islam seperti zaman Rasul. Tipilogi moderatis terbelenggu oleh
rutinitas pengelolaan lembaga-lembaga pembaruannya, berdampak pada
kehilangan kesegaran orientasi.
C. Islam Tradisional bisa dikatakan sebagai tipolog yang memberi sumbangan besar
bagi proses awal Islamisasi yang berjalan evolutif dan damai. Islam tradisional
tumbuh subur sejak awal masuknya Islam di Indonesia, dengan ciri
akomodatifnya terhadap tradisi-tradisi lokal. Topologi tradisionalis terlalu jauh
menyatu dengan budaya lokal dan cenderung bertahan pada produk pemikiran
lampau, serta sangat selektif terhadap gagasan-gagasan pembaharuan,
menyebabkan dinamikanya lambat. Kalangan tradisionalis memiliki beberapa visi
dasar dalam paham keagamaan. Pertama, dalam bidang hukum, mereka menganut
salah satu ajaran keempat mazhab meskipun dalam praktik sangat kuat pada
Mazhab Syafi’i. Kedua, dalam bidang tauhid, mereka menganut paham yang
dikembangakan oleh Abu Hasan al-Asy’ari dan Abu Mansur Al-Maturidi. Ketiga,
dalam bidang tasawuf dan akhlak, kelompok ini menganut dasar-dasar ajaran Abu
Qasim Junaid Al-Baqdadi dan Imam Al-Ghazali. Secara khusus, tradisionalisme
mempunyai ciri yang bersifat ideologis yang kemudian mempengaruhi seluruh
tingkah laku keagamaan, politik dan kemasyarakatan mereka, khususnya ketika
mereka memahami konsep Ahlu al-Sunnah wa-al-Jama’ah secara ketat.
Keterikatan mereka pada paham ini semakin mengental yang kemudian berfungsi
sebagai semacam ideologi tandingan terhadap pemikiran keagamaan lain.
D. Islam Teologi-normatif adalah paham Islam yang berangkat dari teks yang sudah
tertulis dalam kitab suci masing-masing agama sampai batas-batas tertentu dengan
ciri-cirinya antara lain; bercorak literalis, tekstualis atau skriptualis. Islam teologi-
normatif adalah paham bahwa ajaran Islam adalah wahyu yang berasal dari
Tuhan, wajib diyakini, dan diterima sebagai kebenaran mutlak yang tidak boleh
diganggu-gugat. Paham ini mengindikasikan bahwa seluruh ajaran Islam baik
yang terdapat dalam teks wahyu Alquran maupun hadis serta yang dikemukakan
para ulama sebagai hasil interpretasi terhadap Alquran tersebut merupakan
kebenaran yang harus diterima secara mutlak.
E. Islam Enklusifis. Dalam pengertian umum, ekslusif berarti sikap memandang
bahwa keyakinan, pandangan, pikiran dan prinsip diri sendirilah yang paling benar
sementara pandangan yang lain dianggap salah. Sebagian di antara mereka tidak
mau menerima makanan yang berasal dari agama lain.
F. Islam Transformatif Islam adalah Islam yang mengubah keadaan masyarakat yang
terbelakang menjadi masyarakat yang maju, membentuk masyarakat yang biadab
menjadi beradab, dan menuju masyarakat yang memiliki keseimbangan material
dan spiritual. Ciri-ciri masyarakat muslim transformatif kata Nurcholish Madjid
antara lain: Pertama, menuntut adanya keseimbangan antara pelaksanan aturan
formalistis dan simbolistik dengan misi ajaran Islam. Kedua, mewujudkan cita-
cita Islam, khususnya untuk mengangkat kaum dhu’afa serta menegakkan nilai-
nilai Islam yang universal dengan penuh kasih sayang. Ketiga, concerns dan
responsif terhadap berbagai masalah aktual yang terjadi dalam masyarakat.
Keempat, memiliki orientasi dalam upaya mewujudkan cita-cita Islam dan
masyarakat yang berwawasan rahmah bagi seluruh alam
G. Islam Estetoris. Aspek Islam dalam kategori ini adalah bidang tasawuf yang
senantiasa mengatur kebersihan batiniyah.
H. Islam Liberal. Ciri-ciri tipologi ini di antaranya pertama, percaya pada Tuhan
yang tranmsenden. Kedua, Memisahkan antara doktrin Kristen dan etika Kristen.
Inilah yang membawa kelompok liberal untuk berkesimpulan bahwa orang atheist
sekalipun dapat menjadi moralis. Adanya pemisahan yang signifikan antara
religiusitas dengan santific. Ketiga, Tidak percaya pada doktrine Kristen
Orthodok, seperti doktrin-doktrin Trinitas, ketuhanan Yesus, Maria sang perawan
yang melahirkan Tuhan. Keempat, menerima secara mutlak pemisahan agama dan
negara. Kelima, percaya penuh pada kebebasan dan toleransi beragama.
Kebebasan beragama dan toleransi beragama merupakan harga mati bagi kalangan
liberalis. Ciri liberalisme yang lebih khusus lagi yakni liberalisme Islam di
Indonesia, berusaha membumikan dan merasionalkan pemahaman terhadap
doktrin Islam sebagai agama yang rasional dan elastisitas.
I. Islam Skriptualis. Ciri tipologi ini adalah (1)Bersifat normatif, bertumpu semata-
mata padateks yang menjadi pedoman bakunya. (2) Kurang memberi tempat
kepada upaya penafsiran baru atas teks-teks normatif. (3) Sering menutup rapat
pintu dialog untuk mengembangkan wacana pemikiran alternatif. (4) Kurang
toleran terhadap perbedaan pendapat, karena terkungkung nilai-nilai normatif
yang menjadi pegangannya, dan (5) lebih mengutamakan dimensi formalisme-
legalisme dan simbolisme.
2. Dalam Qs Al Hujurat ayat 13 Allah SWT berfirman, “Wahai manusia, sesungguhnya
Aku menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan
menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-
mengenal…” , kemudian dalam Qs : Al Maidah ayat 48 disebutkan tujuan penciptaan
realitas yang plural adalah untuk berlomba-lomba mencapai masyarakat yang utama,
hal ini berarti Islam tidaklah berupaya untuk melenyapkan salah satu kaum, justru
dengan kepluralan itu masyarakat utama atau masyarakat yang terbaik dapat terwujud.
Islam adalah agama yang tidak mempermasalahkan tentang kepluralan atau
kemajemukan insan. Islam adalah agama yang tidak terkaku pada suatu budaya,
bahkan budaya tempat ia pertama kali diajarkan. Untuk Indonesia yang bermasyarakat
plural, Islam adalah agama terbaik yang dapat diterapkan karena memang dapat
beradaptasi bahkan berakultrasi dengan budaya di Indonesia asalkan tidak
menyeleweng dari syariat.
3. Pertama, kita harus paham bahwa pribumisasi Islam berarti pengadaptasian atau
penyelarasan Islam dengan tempat ia diajarkan. Pribumisasi artinya
pentransformasian antarbudaya atau unsur. Di setiap negara, Islam beradaptasi dengan
budaya masing-masing, tidak lagi terlalu mentuankan Arab dalam kulutrnya. Seperti
cara berpakaian dalam beribadah. Tak perlu jubah dan sorban untuk sholat, di Eropa
dan Amerika, jeans cukup untuk menutupi aurat bagian bawah laki-laki. Di Indonesia,
sarung digunakan sebagai bawahan untuk sholat. Tidak berhenti sampai di situ, dalam
berzakat yang merupakan rukun Islam ketiga, kurma tidak menjadi syarat zakat
seperti halnya yang sering dijalankan di Arab. Alat zakat disesuailan atau
dibumisasikan dengan makanan pokok di daerah tersebut. Kemudian dalam
penyebarannya, Islam tidak melulu didakwahkan dengan berbicara di depan umum, di
Indonesia, dakwah Islam dengan pribumisasi sangat terasa pada dakwah yang
dilakukan wali songo, di mana dakwah dilakukan dengan mencampurkan kultur Jawa
pada agama Islam itu sendiri. Tembang, wayang, bahkan tempat ibadah pun ikut serta
mengkulturi agama Islam yang disebarkan. Sampai saat ini implikasi pribumisasi
masih terasa dan mungkin akan terus seperti itu. Hal tersebut tidaklah menjadi
masalah asalkan budaya yang dimasukkan pada agama Islam tidak menyalahi syariat.
Pribumisasi dapat dilakukan dengan batas bahwa budaya tersebut tidak mempluralkan
Allah dan tidak tidak melanggar ketentuan lainnya.
4. Faktor pendukung:
a. Islam yang bersifat tidak memaksa
b. Cara dakwah Islam yang dapat disesuaikan dengan kultur tempat ia didakwahkan
c. Kesetaraan yang ditawarkan Islam melepaskan sistem kasta yang menjerat
masyarakat Indonesia sebelumnya
d. Ajaran Islam yang dapat bercampr dengan budaya (asal tidak melanggar syariat)
e. Kemudahan dalam cara memasukinya
f. Pada awal penyebarannya dimudahkan dengan runtuhnya kerajaan Hindu dan
Budha besar seperti Majapahit dan Sriwijaya.

Faktor penghambat:

a. Ajaran Islam yang mengatur segala aspek kehidupan masih membebani sebagian
masyarakat
b. Lamanya kejayaan agama terdahulu dan sudah mendarah daging dengan
masyarakat Indonesia sehingga agama Islam tidak mudah diterima begitu saja
c. Kerajaan Hindu-Budha sangat kuat pengaruhnya pada saat awal-awal Islam
masuk
d. Agama Islam itu sendiri memiliki banyak aliran yang sebagian tidak sesuai
dengan masyarakat Indonesia
5. Ciri seorang “Indonesia” tentunya tidak terlepas dari sila-sila Pancasila yang menjadi
dasar negara. Ciri orang Indonesia di antaranya :
a. Berketuhanan Yang Maha Esa dan menghargai serta menghormati setiap penganut
Tuhan
b. Berperikemanusiaan dan beradab
c. Menjaga persatuan serta mencegah percerai-beraian
d. Berdemokrasi serta mendengarkan aspirasi, pendapat, berusaha mencapai mifakat
dengan bermusyawarah
e. Berlaku adil tanpa memandang perbedaan dalam berbangsa

Ciri seorang Islam tak terlepas dari tuntunan Al-Quran:

a. Bertakwa dan tak menggangu agama lain, lakuum diinukum waliyadin


b. Menagamalkan Islam rohmatan lil alamin
c. Bersatu dengan saudara seiman karena hubungan antara sesama muslim itu seperti
anggota tubuh
d. Menyelesaikan masalah dengan musyawarah seperti yang dilakukan rasulullah
dalam perjanjian-perjanjian yang dibuat bersama
e. Tidak rasis, tidak mempermasalahkan asal seseorang, seperti persaudaraan anshar
dan muhajirin dan juga mengangkatan derajat Bilal bin Rabbah yang seorang
Afrika berkulit hitam

Maka orang Indonesia yang Islam adalah :


1. Beragama serta menghormati agama lain tanpa meninggalkankan atau
melanggar syariat Islam
2. Menjaga Indonesia secara menyuluruh dalam segala aspek dan unsurnya
3. Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, terlebih Indonesia adalah negara
dengan mayoritas penduduk beragama Islam yang harus dijaga
persaudarannya. Tidak boleh menyebar kebencian.
4. Mengemukakan pendapat tanpa melakukan sesuatu yang bersifat merusak
karena perusak di muka bumi mendapat kursi sendiri sebagai orang yang tak
disukai Allah.
5. Memandang semua suku bangsa Indonesia sama, memerlakukan dan
memenuhi hak mereka secara adil tanpa terkecuali

Anda mungkin juga menyukai