Anda di halaman 1dari 19

TUGAS AGAMA ISLAM

“TUHAN DALAM PERSPEKTIF AL-QURAN”

DOSEN PEMBIMBING: Dr.H. Bahar Akkase, L.C, M.Hum, M.Pd

DISUSUN OLEH:

NUR FAUZI ZAAHIRAH

E011201029

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI PUBLIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah S.W.T yang telah memberikan kesempatan kepada
saya untuk melaksanakan penelitian dan menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta
salam tidak lupa pula kami haturkan kepada kekasih Allah S.W.T yaitu baginda
Rasulullah SAW yang telah membebaskan kita dari kebodohan serta kemungkaran di
zaman jahiliyah.

Terimakasih pula kepada Dosen kami Dr.H.Bahar Akkase,LC.M.Hum, M.Pd


atas ilmu yang telah diajarkan kepada sehingga sekarang dapat mengetahui tentang
“.Tuhan dalam perspektif Al-Quran”. Semoga laporan makalah ini dapat diterima
dengan baik dan kelak bermanfaat buat orang banyak sebagai referensi saat membuat
laporan.

Saya menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan
yang lebih luas kepada pembaca.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan laporan ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah
Swt. senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin

Makassar, 27, Oktober 2020

Nur Fauzi Zaahirah

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. 2


BAB I ........................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 4
1.1 LATAR BELAKANG ................................................................................................... 4
1.2 RUMUSAN MASALAH ............................................................................................... 4
1.3 TUJUAN......................................................................................................................... 4
BAB II ...................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ...................................................................................................................... 5
2.1 KONSEP KETUHANAN ............................................................................................. 5
2.2 KONSEP KETUHANAN MENURUT AGAMA ISLAM ......................................... 8
2.3 BENTUK EKSISTENSI TUHAN SEBAGAI PENCIPTA ALAM SEMESTA ..... 9
2.4 HAKIKAT ALAM SEMESTA ................................................................................. 12
2.5 BUKTI EKSISTENSI TUHAN DALAM AL-QUR’AN .......................................... 13
BAB III ................................................................................................................................... 18
PENUTUP .............................................................................................................................. 18
3.1 KESIMPULAN ............................................................................................................ 18
3.2 SARAN ......................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 19

3
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Eksistensi Tuhan merupakan salah satu masalah paling fundamental manusia, karena
penerimaan maupun penolakan terhadapnya memberikan konsekuensi yang
fundamental. Pembahasan kajian filsafat dan teologi biasanya dimulai denganmasalah
pembuktian tbntang eksistensi Tuhan.

Pada era modern yang serba modern dan serba multitekhnologi sekarang pengayaan
ketuhanan menjadi lebih ekstrim di sebabkan oleh kemajuan tingkat pemikiran
manusia di iringi dengan kemajuan di bidang teknologi. Sehingga persoalan
ketuhanan dalam ranah mikrokosmos bukan lagi sekedar ketauhidan semata akan
tetapi merambah kepada tata cara pelaksanaan/ praktek dalam mentauhidan Allah
Yang Maha Esa tersebut. Semua orang Islam sepakat tentang Ketauhidan Allah, juga
orang kristen mengatakan tentang ketauhidan Allah bahkan Orientalispun demikian.
Yang membedakan yakni pelaksanaan praktek ke-agama-an menuju KE-TAUHID-
AN yang berbeda, disinilah timbul muara Theologi (Ketuhanan) kritik atas teologi.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana konsep Ketuhanan menurut pandangan islam ?

2. Apa bentuk Eksistensi Tuhan sebagai sang Pencipta Alam ?

3. Apa bukti eksistensi Tuhan dalam Al-Qur’an ?

1.3 TUJUAN
1. Agar dapat mengetahui lebih lanjut perihal konsep dan Teori Ketuhanan menurut
kacamata islam

2. untuk mengetahui sejarah pemikiran manusia tentang Tuhan

3. Untuk mengetahui bukti-bukti eksistensi Tuhan

4
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 KONSEP KETUHANAN

Perkataan ilah, yang selalu diterjemahkan “Tuhan”, dalam al-Qur’an dipakai


untuk menyatakan berbagai objek yang dibesarkan atau dipentingkan manusia
Perkataan dipentingkan hendaklah diartikan secara luas. Tercakup di dalamnya yang
dipuja, dicintai, diagungkan, diharap-harapkan dapat memberikan kemaslahatan atau
kegembiraan, dan termasuk pula sesuatu yang ditakuti akan mendatangkan bahaya
atau kerugian.

Ibnu Taimiyah memberikan definisi al-ilah sebagai berikut:

Al-ilah ialah: yang dipuja dengan penuh kecintaan hati, tunduk kepadanya,
merendahkan diri di hadapannya, takut, dan mengharapkannya, kepadanya tempat
berpasrah ketika berada dalam kesulitan, berdo’a, dan bertawakkal kepadanya untuk
kemaslahatan diri, meminta perlindungan dari padanya, dan menimbulkan
ketenangan di saat mengingatnya dan terpaut cinta kepadanya. (M. Imaduddin,
1989: 56).

Berdasarkan definisi tersebut di atas dapat dipahami, bahwa Tuhan itu bisa
berbentuk apa saja, yang dipentingkan oleh manusia. Yang pasti ialah manusia tidak
mungkin atheis, tidak mungkin tidak ber-Tuhan. Berdasarkan logika al-Qur’an setiap
manusia pasti mempunyai sesuatu yang dipertuhankannya. Dengan demikian, orang-
orang komunis pada hakikatnya ber-Tuhan juga. Adapun Tuhan mereka ialah
ideologi atau angan-angan (utopia) mereka.

Dalam ajaran Islam diajarkan kalimat “Laa illaha illaa Allah”. Susunan kalimat
tersebut dimulai dengan peniadaan, yaitu “tidak ada Tuhan”, kemudian baru diikuti
dengan suatu penegasan “melainkan Allah”. Hal itu berarti bahwa seorang muslim
harus membersihkan dari segala macam Tuhan terlebih dahulu, yang ada dalam
hatinya hanya satu Tuhan yang bernama Allah.

Yang dimaksud konsep Ketuhanan menurut pemikiran manusia adalah konsep


yang didasarkan atas hasil pemikiran baik melalui pengalaman lahiriah maupun
batiniah, baik yang bersifat penelitian rasional maupun pengalaman batin. Dalam
literatur sejarah agama, dikenal teori evolusionisme, yaitu teori yang menyatakan

5
adanya proses dari kepercayaan yang amat sederhana, lama kelamaan meningkat
menjadi sempurna. Teori tersebut mula-mula dikemukakan oleh Max Muller,
kemudian dikemukakan oleh EB Taylor, Robertson Smith, Lubbock, dan Jevens.
Proses perkembangan pemikiran tentang Tuhan menurut teori evolusionisme adalah
sebagai berikut:

a. Dinamisme

Menurut paham ini, manusia sejak zaman primitif telah mengakui adanya
kekuatan yang berpengaruh dalam kehidupan. Mula-mula sesuatu yang berpengaruh
tersebut ditujukan pada benda. Setiap benda mempunyai pengaruh pada manusia, ada
yang berpengaruh positif dan ada pula yang berpengaruh negatif. Kekuatan yang ada
pada benda disebut dengan nama yang berbeda-beda, seperti mana (Melanesia), tuah
(Melayu), dan syakti (India). Mana adalah kekuatan gaib yang tidak dapat dilihat atau
diindera dengan pancaindera. Oleh karena itu dianggap sebagai sesuatu yang
misterius. Meskipun mana tidak dapat diindera, tetapi ia dapat dirasakan
pengaruhnya.

b. Animisme

Di samping kepercayaan dinamisme, masyarakat primitif juga mempercayai


adanya peran roh dalam hidupnya. Setiap benda yang dianggap benda baik,
mempunyai roh. Oleh masyarakat primitif, roh dipercayai sebagai sesuatu yang aktif
sekalipun bendanya telah mati. Oleh karena itu, roh dianggap sebagai sesuatu yang
selalu hidup, mempunyai rasa senang, rasa tidak senang, serta mempunyai kebutuhan-
kebutuhan. Roh akan senang apabila kebutuhannya dipenuhi. Menurut kepercayaan
ini, agar manusia tidak terkena efek negatif dari roh-roh tersebut, manusia harus
menyediakan kebutuhan roh. Saji-sajian yang sesuai dengan advis dukun adalah salah
satu usaha untuk memenuhi kebutuhan roh.

c. Politeisme

Kepercayaan dinamisme dan animisme lama-lama tidak memberikan


kepuasan, karena terlalu banyak yang menjadi sanjungan dan pujaan. Roh yang lebih
dari yang lain kemudian disebut dewa. Dewa mempunyai tugas dan kekuasaan
tertentu sesuai dengan bidangnya. Ada Dewa yang bertanggung jawab terhadap
cahaya, ada yang membidangi masalah air, ada yang membidangi angin dan lain
sebagainya.

6
d. Henoteisme

Politeisme tidak memberikan kepuasan terutama terhadap kaum cendekiawan.


Oleh karena itu dari dewa-dewa yang diakui diadakan seleksi, karena tidak mungkin
mempunyai kekuatan yang sama. Lama-kelamaan kepercayaan manusia meningkat
menjadi lebih definitif (tertentu). Satu bangsa hanya mengakui satu dewa yang
disebut dengan Tuhan, namun manusia masih mengakui Tuhan (Ilah) bangsa lain.
kepercayaan satu Tuhan untuk satu bangsa disebut dengan henoteisme (Tuhan tingkat
Nasional).

e. Monoteisme

Kepercayaan dalam bentuk henoteisme melangkah menjadi monoteisme. Dalam


monoteisme hanya mengakui satu Tuhan untuk seluruh bangsa dan bersifat
internasional. Bentuk monoteisme ditinjau dari filsafat Ketuhanan terbagi dalam tiga
paham yaitu: deisme, panteisme, dan teisme.

Evolusionisme dalam kepercayaan terhadap Tuhan sebagaimana dinyatakan


oleh Max Muller dan EB. Taylor (1877), ditentang oleh Andrew Lang (1898) yang
menekankan adanya monoteisme dalam masyarakat primitif. Dia mengemukakan
bahwa orang-orang yang berbudaya rendah juga sama monoteismenya dengan orang-
orang Kristen. Mereka mempunyai kepercayaan pada wujud yang Agung dan sifat-
sifat yang khas terhadap Tuhan mereka, yang tidak mereka berikan kepada wujud
yang lain.

Dengan lahirnya pendapat Andrew Lang, maka berangsur-angsur golongan


evolusionisme menjadi reda dan sebaliknya sarjana-sarjana agama terutama di Eropa
Barat mulai menantang evolusionisme dan memperkenalkan teori baru untuk
memahami sejarah agama. Mereka menyatakan bahwa ide tentang Tuhan tidak
datang secara evolusi, tetapi dengan relevansi atau wahyu. Kesimpulan tersebut
diambil berdasarkan pada penyelidikan bermacam-macam kepercayaan yang dimiliki
oleh kebanyakan masyarakat primitif. Dalam penyelidikan didapatkan bukti-bukti
bahwa asal-usul kepercayaan masyarakat primitif adalah monoteisme dan
monoteisme adalah berasal dari ajaran wahyu Tuhan. (Zaglul Yusuf, 1993: 26-37).

7
2.2 KONSEP KETUHANAN MENURUT AGAMA ISLAM

Dikalangan umat Islam terdapat polemik dalam masalah ketuhanan. Satu


kelompok berpegang teguh dengan Jabariah, yaitu faham yang mengatakan bahwa
Tuhan mempunyai kekuatan mutlah yang menjadi penentu segalanya. Pemikiran
terhadap Tuhan yang melahirkan Ilmu Tauhid, Ilmu Kalam, atau Ilmu Ushuluddin di
kalangan umat Islam, timbul sejak wafatnya Nabi Muhammad SAW. Secara garis
besar, ada aliran yang bersifat liberal, tradisional, dan ada pula yang bersifat di antara
keduanya. Sebab timbulnya aliran tersebut adalah karena adanya perbedaan
metodologi dalam memahami Al-Quran dan Hadist dengan pendekatan kontekstual
sehingga lahir aliran yang bersifat tradisional. Sedang sebagian umat Islam yang lain
memahami dengan pendekatan antara kontektual dengan tektual sehingga lahir aliran
yang bersifat antara liberal dengan tradisional. Ketiga corak pemikiran ini telah
mewarnai sejarah pemikiran ilmu ketuhanan dalam Islam. Aliran tersebut yaitu:

a. Mu’tazilah yang merupakan kaum rasionalis di kalangan muslim, serta


menekankan pemakaian akal pikiran dalam memahami semua ajaran dan keimanan
dalam Islam. Orang islam yang berbuat dosa besar, tidak kafir dan tidak mukmin. Ia
berada di antara posisi mukmin dan kafir (manzilah bainal manzilatain).

Dalam menganalisis ketuhanan, mereka memakai bantuan ilmu logika Yunani, satu
sistem teologi untuk mempertahankan kedudukan keimanan. Hasil dari paham
Mu’tazilah yang bercorak rasional ialah muncul abad kemajuan ilmu pengetahuan
dalam Islam. Namun kemajuan ilmu pengetahuan akhirnya menurun dengan
kalahnya mereka dalam perselisihan dengan kaum Islam ortodoks. Mu’tazilah lahir
sebagai pecahan dari kelompok Qadariah, sedang Qadariah adalah pecahan dari
Khawarij.

b. Qodariah yang berpendapat bahwa manusia mempunyai kebebasan dalam


berkehendak dan berbuat. Manusia sendiri yang menghendaki apakah ia akan kafir
atau mukmin dan hal itu yang menyebabkan manusia harus bertanggung jawab atas
perbuatannya.

c. Jabariah yang merupakan pecahan dari Murji’ah berteori bahwa manusia tidak
mempunyai kemerdekaan dalam berkehendak dan berbuat. Semua tingkah laku
manusia ditentukan dan dipaksa oleh Tuhan.

8
d. Asy’ariyah dan Maturidiyah yang pendapatnya berada di antara Qadariah dan
Jabariah

Semua aliran itu mewarnai kehidupan pemikiran ketuhanan dalam kalangan umat
islam periode masa lalu. Pada prinsipnya aliran-aliran tersebut di atas tidak
bertentangan dengan ajaran dasar Islam. Oleh karena itu umat Islam yang memilih
aliran mana saja diantara aliran-aliran tersebut sebagai teologi mana yang dianutnya,
tidak menyebabkan ia keluar dari islam. Menghadapi situasi dan perkembangan ilmu
pengetahuan sekarang ini, umat Islam perlu mengadakan koreksi ilmu berlandaskan
al-Quran dan Sunnah Rasul, tanpa dipengaruhi oleh kepentingan politik tertentu. Di
antara aliran tersebut yang nampaknya lebih dapat menunjang perkembangan ilmu
pengetahuan dan meningkatkan etos kerja adalah aliran Mu’tazilah dan Qadariah.

2.3 BENTUK EKSISTENSI TUHAN SEBAGAI PENCIPTA ALAM


SEMESTA

Terciptanya alam semesta beserta segala isinya tentu tidak semata-mata hadir
tanpa alasan yang jelas,adanya alam semesta ini beserta segala isinya merupakan
salah satu bentuk Eksistensi Tuhan sebagai Sang Pencipta Alam telah dijelaskan di
mushaf nya yaitu pada surah-surah yang terdapat dalam Al-Quran, terdapat banyak
penjelasan yang mana juga dapat di buktikan melalui ilmu sains.

Banyak terdapat penjelasan tentang proses terbentuknya langit dan bumi di dalam Al
Qur’an, salah satunya: “Dan sumgguh, kami telah menciptakan langit dan bumi dan
apa yang ada antara keduanya dalam enam masa, dan kami tidak merasa letih
sedikitpun.” (Qs. Qaf: 38).

Dari ayat di atas sudah dapat dipahami bahwa pencipta langit dan bumi beserta
seluruh isinya ialah Allah proses penciptaan tersebut terjadi selama enam masa,
namun sebenarnya banyak yang berbeda pendapat dalam menafsirkannya mulai dari
enam hari, enam masa, enam periode, dan enam tahapan. Satu hari bukan berarti 24
jam, dalam Al Qur’an pun diumpamakan secara berbeda-beda, ada yang 1.000 tahun
(Qs. Al Hajj: 47) dan 50.000 tahun (Qs. Al-Ma’arij: 4), belum ada penafsiran pasti
tentang itu.

ّ ٍ ‫ﻋ َﻠﻰ ْٱﻟ َﻌ ْﺮ ِﺵ ۖ َﻣﺎ َﻟ ُﻜﻢ ِ ّﻣﻦ ﺩُﻭ ِﻧِۦﻪ ﻣِ ﻦ َﻭ ِﻟ‬


‫ﻰ َﻭ َﻻ‬ َ ‫ﺽ َﻭ َﻣﺎ َﺑ ْﻴ َﻨ ُﻬ َﻤﺎ ﻓِﻰ ِﺳﺘﱠ ِﺔ ﺃَﻳ ٍﱠﺎﻡ ﺛ ُ ﱠﻢ ٱ ْﺳﺘ ََﻮ ٰﻯ‬
َ ‫ﺕ َﻭ ْٱﻷ َ ْﺭ‬ ‫ُ ﱠٱﻟﺬِﻯ َﺧ َﻠﻖَ ٱﻟ ﱠ‬r‫ٱ‬
ِ ‫ﺴ ٰ َﻤ ٰ َﻮ‬ ‫ﱠ‬
‫ﱠ‬ َ َ َ َ َ َ
َ‫ﺷﻔِﻴﻊٍ ۚ ﺃﻓﻼ ﺗﺘﺬﻛ ُﺮﻭﻥ‬ َ

9
Terjemah Arti: Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di
antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy. Tidak
ada bagi kamu selain dari pada-Nya seorang penolongpun dan tidak (pula) seorang
pemberi syafa'at. Maka apakah kamu tidak memperhatikan? (As-sajadah ayat 4)

Kemudian di pertegas lagi pada surah Al-Furqan ayat 59 yang berbunyi:

‫ﻋ َﻠﻰ ْٱﻟ َﻌ ْﺮ ِﺵ ۚ ﱠ‬
ً ‫ ْﻞ ِﺑِۦﻪ َﺧ ِﺒ‬Š‫ٱﻟﺮﺣْ ٰ َﻤﻦُ َﻓﺴْـ‬
‫ﻴﺮﺍ‬ َ ‫ﺽ َﻭ َﻣﺎ َﺑ ْﻴ َﻨ ُﻬ َﻤﺎ ﻓِﻰ ِﺳﺘﱠ ِﺔ ﺃَﻳ ٍﱠﺎﻡ ﺛ ُ ﱠﻢ ٱ ْﺳﺘ ََﻮ ٰﻯ‬
َ ‫ﺕ َﻭ ْٱﻷ َ ْﺭ‬ ‫ﱠٱﻟﺬِﻯ َﺧ َﻠﻖَ ٱﻟ ﱠ‬
ِ ‫ﺴ ٰ َﻤ ٰ َﻮ‬

Terjemah Arti: Yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya
dalam enam masa, kemudian dia bersemayam di atas 'Arsy, (Dialah) Yang Maha
Pemurah, maka tanyakanlah (tentang Allah) kepada yang lebih mengetahui
(Muhammad) tentang Dia.

Berdasarkan surah diatas merupakan bukti eksistensi keberadaan Tuhan sebagai dzat
yang maha Agung, sebagai Sang Maha Kuasa yang menciptakan Bumi beserta segala
isinya. Dalam Al-Qur’an di jelaskan juga bahwa terdapat 6 masa proses pembentukan
alam semesta yang mana di tegaskan pada surah as sajadah ayat 4 dan Al-Furqan ayat
59. Proses penciptaan alam semesta selama 6 masa tersebut di jelaskan lebih lanjut
pada Surah An-Naziat ayat 27-33 yang berbunyi

“Apakah penciptaanmu yang lebih hebat ataukah langit yang telah dibangun-Nya?
[27], Dia telah meninggikan bangunannya lalu menyemperunakannya [28], dan Dia
menjadikan malamnya (gelap gulita) dan menjadikan siangnya (terang benderang)
[29], dan setelah itu bumi Dia hamparkan [30], darinya Dia pancarkan mata air dan
(ditumbuhkan) tumbuhan-tumbuhannya [31], dan gunung-gunung Dia pancangkan
dengan teguh [32], (semua itu) untuk kesenanganmu dan hewan-hewan ternakmu.
[33]”. (Qs. An-Nazi’at: 27-33).

Teori sains pun semakin hingar bingar terdengar dan menjadikan surah tersebut
sebagai salah satu landasan teori terbentuknya alam semesta, berdasarkan theory big
bang di jelaskan sebagai berikut.

Masa Pertama (Qs. An-Nazi’at: 27)

Pada masa atau periode ini, alam semesta pertama kali terbentuk dari ledakan besar
yang disebut Big Bang, ledakan besar tersebut sebagai awal lahirnya ruang dan
waktu, termasuk materi.

10
Dari ledakan besar tersebut terbentuklah awan debu atau dukhan, ketika dunkhan
berkondensasi sambil berputar dan memadat disitu terbentuk unsur hidrogen, saat
temperature dunkhan mencapai 20 juta derajat selsius, terbentuklah helium dari reaksi
inti sebagian atom hidrogen, lalu sebagian hidrogen yang lain berubah menjadi energi
berupa pancaran sinar infra-red.

Masa Kedua (Qs. An-Nazi’at:28)

Ayat ini menerangkan tentang proses pengembangan dan penyempurnaan, dalam ayat
ini terdapat kata “meninggikan bangunan” yang memberi pengertian bahwa alam
semester mengembang, galaksi-galaksi saling menjauh dan langit makin tinggi,
sedangkan kata “menyempurnakan” memiliki arti bahwa alam ini tidak semata mata
terbentuk, melainkan sebuah proses evolutif atau bertahap.

Masa ketiga (Qs. An-Nazi’at: 29)

Di ayat tersebut terdapat kalimat “Dia menjadikan malamnya (gelap gulita) dan
menjadikan siangnya (terang benderang)” Masa ini adalah dimana terbentuknya
matahari sebagai sumber cahaya dan bumi berotasi sehingga terjadi siang dan malam.

Masa keempat (Qs. An-Nazi’at: 30)

Pada masa ini daratan bumi muncul, dahulu kala terjadi tumbukan antara matahari
dengan sebuah komet yang menyebabkan sebagian massa matahari terpental ke luar.
Massa yang terpental ini menjadi planet diantaranya adalah Bumu. Penghamparan
yang dimaksudkan adalah pembentukan superkontinen pangaea di permukaan Bumi.
Ketika bumi baru terbentuk belum ada daratan yang ada hanyalah batuan-batuan yang
berpijar dengan suhu ratusan derajat selsius. hidrogen yang terdapat pada komet
bereaksi dengan unsur-unsur yang ada dibumi kemudian menjadi uap dan turun
sebagai hujan (space)

Masa kelima (QS.An-Nazi’at:31)

Dalam ayat 31 ini menunjukan bahwa dimana terjadi evolusi bumi dari tidak ada air
menjadi ada air, air tersebut berasal dari komet yang menghantam bumi, hydrogen
yang terdapat pada komet berekasi dengan unsur-unsur yang terdapat di bumi dan
terbentuk uap air, uang air ini kemudian turun sebagai hujan. Bukti air berasal dari
komet ialah rasio deuterium dan hidrogen pada air laut sama dengan rasio pada

11
komet, semua kehidupan berasal dari air, setelah air muncul kehidupan seperti
tumbuhan-tumbuhan pun bermunculan.

Masa keenam (Qs. An-Nazi’at: 32-33)

Gunung-gunung dipancangkan artinya, gunung terbentuk setelah penciptaan daratan,


pembentukan air dan munculnya tumbuhan. Gunung memiliki akar di dalam tanah
atau bisa disebut juga pasak, fungsi gunung ialah menyetabilkan kerak bumi
mencegah goyangnya tanah. Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat 33, setelah
terbentuknya gunung, terciptalah hewan dan manusia

Dengan demikian jelas bahwa berdasar penelitian yang dilakukan oleh para ahli,
kejadian alam semesta ini dapat dikategorikan dalam enam masa, dimana dua masa
yang pertama adalah masa penciptaan bumi sedangkan 4 masa berikutnya merupakan
tahapan kejadian makhluk-makhluk bumi hingga terciptanya manusia dimuka bumi
hal ini sesuai dengan firman Allah di dalam Al Quran yaitu:”Katakanlah:
Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada Yang menciptakan bumi dalam dua masa
dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya? (Yang bersifat) demikian itulah Tuhan
semesta alam. Dan Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh
diatasnya. Dan memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-
makanan (penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi
orang-orang yang bertaqwa.” (QS. Fushshilat ayat 9-10).

2.4 HAKIKAT ALAM SEMESTA


Tentang apa hakikat alam semesta menurut Al-Qur’an, dalam beberapa
tempat pada surat-surat Al-Qur’an disingung tentang apa itu alam semesta. Suatu kali
Al- Qur’an menjelaskan bahwa, alam semesta adalah langit dan bumi.
Al-Qur’an terkadang menunjuk apa itu alam semesta secara lebih abstrak. Misalnya
ayat al-Qur’an 21:30 menyebutkan, jagad raya ini adalah sebuah massa atau susunan
unsur-unsur itu berada dalam perbentangan. Sehingga alam semesta dalam persfektif
Al-Qur’an dapat dipahami sebagai perbentangan unsur-unsur yang saling mempunyai
keterkaitan. Sedang jagad raya; dimana alam semesta yang terbentang ini mempunyai
atau mencakup pula hukum-hukum atau sebab sebab alamiahnya. Jadi pada
hakikatnya, alam semesta haruslah dipahami sebagai wujud dari keberadaan Allah
SWT, keesaan-Nya, kebesaran-Nya, kemahakuasan-Nya, dan belas kasih-Nya, sebab
alam semesta dan seluruh isinya serta hukum-hukumnya tidak ada tanpa keberadaan
Allah Yang Maha Esa.

12
Segala sesuatu termasuk langit dan bumi merupakan ciptaan Allah Yang
Maha Kuasa (14:11). Allah adalah pemilik mutlak dari alam semesta dan penguasa
alam semesta serta pemeliharanya Yang Maha Pengasih (1: 1-3) sebagai ciptaannya,
alam semesta ini menyerah kepada kehendak Allah (3: 83) dan memuji Allah
(57: 1), (59:1), (61:1), lihat pula ayat (17:44), (24: 41). Antara alam semesta
(makhluk) dan Allah (khaliq) mempunyai keterikatan erat, dan bahkan meskipun
mempunyai hukumnya sendiri, ciptaan amat bergantung pada pencipta yang tak
terhingga dan mutlak.
Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar; Dia
menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam dan menundukkan
matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan.
ingatlah Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.(QS. Az-Zumar[39]: 5)
Keterangan yang disebut dalam ayat tersebut tentang siang dan malam yang saling
menutup satu sama lain berisi keterangan yang tepat mengenai bentuk bumi.
Pernyataan ini hanya benar jika bumi berbentuk bulat. Ini berarti bahwa dalam
Al-Qur’an, yang telah diturunkan di abad ke-7, telah diisyaratkan tentang bentuk
planet bumi yang bulaT, Namun perlu diingat bahwa ilmu astronomi kala itu
memahami bumi secara berbeda. Di masa itu, bumi diyakini berbentuk bidang datar,
dan semua perhitungan serta penjelasan ilmiah didasarkan pada keyakinan ini.
Sebaliknya, ayat-ayat Al-Qur’an berisi informasi yang hanya mampu kita pahami
dalam satu abad terakhir.
Atas dasar itu, alam semesta secara riil adalah jagad raya
beserta keseluruhan yang ada di dalamnya yang tampak dalam kasat mata ini, dan
juga stabilitas dan regularitas alamiyahnya sejauh dapat diidentifikasi dalam batas-
batas pikiran manusia. Sedangkan alam semesta secara hakiki tidak lain adalah wujud
“keesaan Allah” yang menunjuk pada ciptaan-ciptaan-Nya dan hukum-hukum
Allah yang terpikirkan oleh manusia (sunnatullah) serta hukum-hukum Allahyang
mutlak atau absolute sifatnya (takdir). Dengan kata lain, hakikat alam semesta ini
ada yang tampak dalam pandangan mata, dan ada pula yang tidak tampak atau hanya
terdapat dalam kerangka pikiran logis semata, atau bahkan tak terpikirkan sama
sekali.

2.5 BUKTI EKSISTENSI TUHAN DALAM AL-QUR’AN

Allah SWT memberikan berbagai sarana dan jalan hingga kita dapat memiliki
kepercayaan kepada-Nya sampai kadar keyakinan yang ilmiah, sebagaimana
keyakinan kita melihat benda yang dapat ditangkap dengan indra.

13
Secara umum, ilmu ada dua katagori, yaitu ilmu dharuri (aksiomatis) dan
ilmu nazhari(teoritis). Ilmu dharuri adalah pengetahuan akan sesuatu yang tidak
membutuhkan dalil, karena keberadaannya dapat disentuh dengan indra. Ketika kita
berada di depan suatu masjid, kita tidak memerlukan dalil untuk mengatakan bahwa
masjid itu ada. Sedangkan ilmu yang hanya dapat diperoleh dengan dalil disebut
ilmu nazhari. Misalnya luas segitiga adalah setengah kali alas kali tinggi (1/2 X a X
t).

Dan sesungguhnya, fenomena alam dan perangkat kehidupan yang


dianugerahkan Allah SWT dapat menuntun kita pada ma’rifat kepada-Nya dengan
ma’rifat yang sangat dekat, sebagaimana ilmu dharuri yang dapat dilihat dengan mata
kepala.

Berikut ini kita bahas dalil-dalil yang dapat menguatkan keyakinan kita akan
keberadaan Allah SWT.

1. Ad dalil al fithri (dalil fitrah)


Ketika kita menghadapi musibah berat yang tak mampu kita hadapi, spontan
kita akan meminta perlindungan dan pertolongan kepada “kekuatan ghaib” di balik
alam ini. Inilah ‘fitrah imaniah’ (karakter dasar keimanan) yang pasti muncul pada
saat-saat seseorang tidak sanggup menghadapi ujian duniawi. (lihat QS. Az Zumar
ayat 8, Ar Rum ayat 33, An Naml ayat 62, Al Ankabut ayat 65, Lukman ayat 32, An
Nahl ayat 53).

Dikatakan kepada Rabi’ah al Adawiyah, seorang tokoh muslimah ahli ibadah,


bahwa seseorang dapat menunjukkan seribu dalil akan adanya tuhan. Ia tertawa dan
berkata, “Satu dalil sudahlah cukup.” “Apa itu ?” tanya orang itu. “Kalau kamu
berjalan di tengah padang pasir, lalu kakimu tergelincir dan jatuh ke lubang sebuah
sumur hingga tidak bisa keluar darinya, apa yang akan kamu perbuat ?” tanya
Rabi’ah. “Kami akan berkata, ya Allah,” jawabnya. “Nah, itulah dalil…,” tegas
Rabi’ah.

Demikianlah fitrah manusia. Dia memang diciptakan Allah SWT di atas fitrah
agama Allah, sehingga keimanan kepada Allah sesungguhnya telah bersemayam
dalam hati setiap insan, siapapun orangnya dan yang lahir dari siapapun.

14
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah). (tetaplah
atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada
perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia
tidak mengetahui. (QS. Ar Rum, 30: 30).

2. Ad dalil al hassiy (dalil panca indera)

Panca indra manusia diciptakan sebagai alat untuk mengenal alam benda di
sekitar kita. Namun apa yang ada pada diri kita itu memiliki banyak sekali
keterbatasan. Mata kita misalnya. Ada hal-hal yang sebenarnya ada di dunia ini, tetapi
mata tidak mampu melihatnya. Misalnya arus listrik, udara, aroma dan sebagainya.
Apa yang kita lihat juga kadang tidak menunjukkan fakta yang sebenarnya. Misalnya
pensil yang dimasukkan dalam segelas air terlihat patah padahal sebenarnya tidak.
Rel kereta api bila kita lihat semakin jauh terlihat bertemu pada satu ujung, padahal
tidak demikian faktanya. Lautan terjauh yang kita lihat seolah-olah bertemu dengan
ujung dunia, padahal realitanya tidaklah demikian.
Keterbatasan indra inilah yang justru menjadi dalil bahwa sesungguhnya di
balik dunia yang kita tangkap dengan indra masih terdapat dunia lain. Termasuk di
dalamnya adalah dunia ghaib, di mana Allah SWT termasuk bagian darinya. Dengan
demikian, barangsiapa mengingkari wujud Allah SWT hanya karena indra tidak
menangkapnya, maka ia harus juga mengingkari banyak sekali realita yang ada di
dunia ini, yang tidak bisa ditangkap oleh indra manusia.
Benarlah apa yang Allah firmankan,
Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala
penglihatan itu dan Dialah yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui. (QS. Al
An’am, 6: 103).

3. Ad dalil al ‘aqli (dalil akal)


Akal memiliki keistimewaan berupa kemampuan membuat kesimpulan dari
data-data yang tertangkap panca indra kita. Kesimpulan inilah yang akan
menghadirkan berbagai hakikat penting yang sangat dibutuhkan manusia dalam
beragama.

15
Seorang Arab badui suatu ketika ditanya tentang keberadaan Allah, lalu dia
menunjuk seonggok kotoran onta sambil balik bertanya, ‘Tahukah Anda, kotoran
apakah itu ?’ ‘Kotoran onta jawabnya,’ jawabnya.
Sang badui kemudian bertanya lagi, ‘Apakah Anda melihat ontanya ?” “Tidak”,
jawabnya. Sang badui bertanya lagi, ‘Lalu, bagaimana Anda bisa mengetahui bahwa
kotoran itu adalah kotoran onta, tanpa Anda tahu ontanya ?” ‘Dengan melihat ciri-
cirinya,” jawabnya lagi.
Sang badui kemudian berkata, “Lihatlah ke atas dan lihatlah alam semesta.
Jika kotoran onta menunjukkan adanya onta tanpa harus terlihat ontanya, apakah
tidak cukup bahwa alam semesta ini menunjukkan adanya pencipta tanpa harus
terlihat sang pencipta ? Dialah Allah.”
Allah SWT berfirman,
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya
malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang mengingat Allah sambil
berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Rabb kami, tiadalah Engkau
menciptakan semua ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami
dari siksa api neraka.” (QS. Ali Imron, 3: 190-191).

4. Ad dalil al wahyu (dalil wahyu)


Pendekatan dalili akal hanya sampai pada kesimpulan aan adanya dzat ghaib
yang berada di balik alam semesta ini. Namun siapakah dia ? Nash (teks) wahyu Al
Quran memperkenalkannya dengan sangat jelas. Ayat-ayat Al Quran telah
menunjukkan kepada kita akan keberadaan Sang Maha Pencipta. Ayat-ayat yang
terangkai dalam Al Quran merupakan untaian mukjizat untuk menunjukkan
keberadaan-Nya.

Allah SWT berfirman dalam beberapa ayat-Nya berikut ini ;

Sesungguhnya tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan
bumi dalam enam masa, lalu Dia sengaja menciptakan Arsy. Dia tutup malam
dengan siang yang mengikutinya dengan cepat. Matahari, bulan dan bintang-bintang
tunduk kepada perintah-Nya. Ketahuilah, mencipta dan memerintah hanyalah hak
Allah. Maha Berkat Allah, tuhan semesta alam. (QS. Al Araf, 7: 54).

Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada tuhan melainkan Aku, maka
sembahlah aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku. (QS. Thaha, 20: 14)

16
Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, yang Mengetahui yang ghaib dan
yang nyata. Dialah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Dialah Allah yang
tiada tuhan selain Dia. Raja yang Mahas Suci, yang Maha Sejahtera, yang
mengkaruniakan keamanan, yang Maha Memelihara, yang Maha Perkasa, yang
Maha Esa, yang memiliki segala keagungan, Maha Suci Allah dari apa yang mereka
persekutukan. Dialah Allah yang Menciptakan, yang Mengadakan, yang Membentuk
rupa, yang Mempunyai nama-nama yang paling baik. Bertasbih kepada-Nya apa
yang di langit dan apa yang di bumi. Dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana. (QS. Al Hasyr: 22-24).

5. Ad dalil at tarikhi (dalil sejarah)

Peninggalan situs-situs sejarah yang masih dapat kita saksikan hingga kini,
menunjukkan adanya kepercayaan umat manusia akan keberadaan Tuhannya. Ritual
haji di depan Ka’bah oleh musyrikin Arab, candi Borobudur di Indonesia, Pagoda
Songkla dan lainnya menunjukkan pengakuan manusia akan adanya Sang Pencipta.

Maka apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi, sehingga


mereka dapat memperhatikan bagaimana kesudahan orang-orang yang sebelum
mereka. Allah telah menimpakan kebinasaan atas mereka dan orang-orang kafir
akan menerima (akibat-akibat) seperti itu. (QS. Muhammad,47: 10)

17
BAB III

PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Perkataan ilah, yang selalu diterjemahkan “Tuhan”, dalam al-Qur’an
dipakai untuk menyatakan berbagai objek yang dibesarkan atau dipentingkan
manusia, Tuhan dalam keyakinan kita sebagai seorang muslim disebut Allah,
merupakan suatu Dzat yang Maha Agung atas segala Karunia-Nya, yang juga
merupakan suatu Dzat yang Maha kuasa yang menciptakan Alam semesta dan
segala isinya.

Kini, Eksistensi Tuhan dapat dibuktikan berdasarkan apa yang telah ada
dan yang telah Ia ciptakan, sebagai Dzat yang Maha Agung yang dapat
menciptakan dan memusnahkan dengan mudah apa yang telah Ia kehendekinya.
Tak dapat dipungkiri terdapat banyak bentuk eksistensi Tuhan di muka bumi ini
salah satunya ialah adanya alam semesta di muka bumi ini, disertai Al-Quran
sebagai landasan dan pedoman seorang muslim

3.2 SARAN
Sebagai seorang pemula di bangku perkuliahan, saya menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu saya mengharapkan
saran dan kritik yang bersifat membangun untuk dapat memperbaiki dan
memperdalam kajian ini.

18
DAFTAR PUSTAKA

https://sites.google.com/site/ujppai/materi-kuliah/materi-03

https://agungsukses.wordpress.com/2008/07/24/konsep-ketuhanan-dalam-islam/

Buku: Penciptaan Bumi dalam perspektif al-quran dan sains

http://al-habib.info/review/al-quran-gunung-sebagai-pasak.htm

https://misykatulanwar.wordpress.com/2008/06/10/proses-penciptaan-alam-semesta-
dalam-enam-masa/

http://basukiahmaddanuri.blogspot.com/2010/12/tafsir-surat-naziat-disarikan-dari-
fii.html

JURNAL USHULUDDIN Vol. XVI No. 2, Juli 2010 Ade Jamarudin : Konsep Alam
Semesta Menurut Al-Quran

https://www.islamme.net/2015/05/bukti-keberadaan-allah-swt.html

19

Anda mungkin juga menyukai