Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


(Tahap Keluarga Usia Pertengahan/ Middle Age Families)

DISUSUN OLEH

SRI MULIA

(095 STYC 16)

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI JENJANG S1 KEPERAWATAN
T.A 2019
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Keluarga” tepat pada waktunya. Makalah ini penulis susun untuk
melengkapi tugas.
Penulis mengucapkan terima kasih pada pihak-pihak yang telah membantu
menyelesaikan makalah ini. Baik kepada dosen maupun pihak sekitarnya Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu setiap pihak
diharapkan dapat memberikan masukan berupa kritik dan saran yang bersifat
membangun.

Mataram, 01 Juni 2019

Penulis,

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................................1
1.1 Latar belakang.............................................................................................1
1.2 Rumusan masalah.......................................................................................1
1.3 Tujuan.........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................2
2.1 Konsep Dasar Keluarga............................................................................2
a. Definisi Keluarga.................................................................................2
b. Struktur Keluarga.................................................................................3
c. Ciri-Ciri Struktur Keluarga..................................................................4
d. Fungsi Keluarga....................................................................................7
e. Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan.........................................10
f. Proses Dan Strategi Koping Keluarga................................................12
g. Tipologi Masalah Kesehatan Keluarga...............................................14
2.2 Konsep Dasar Penyakit...........................................................................17
a. Pengertian Hipertensi..........................................................................17
b. Etiologi Hipertensi................................................................................17
c. Klasifikasi Tekanan Darah.................................................................18
d. Tanda Dan Gejala ..............................................................................18
e. Faktor- Faktor Risiko..........................................................................19
f. Penatalaksanaan Hipertensi................................................................20
2.3 Asuhan Keperawatan Keluarga.............................................................22
BAB III PENUTUP.....................................................................................................30
3.1 Kesimpulan...................................................................................................30
3.2 Saran.............................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................31

3
4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keluarga adalah unit terkecil dari suatu masyarakat yang terdiri atas
kepalakeluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal disuatu tempat
dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Bentuk keluarga merupakan pola manusia yang disadari oleh anggota keluarga
untuk dimasukkan ke dalam anggota keluarga (Potter dan Perry, 2005). Sekilas
keluarga memiliki hal-hal yang umum, tetapi setiap bentuk keluarga memiliki
kekuatan dan permasalahan yang unik. Keluarga banyak menghadapi tantangan
seperti pengaruh kesehatan dan penyakit, perubahan struktur keluarga dan lain lain.
Dalam teori sistem keluarga di pandang sebagai suatu sistem terbuka dengan
batas-batasnya. Sebuah sitem didefinisikan sebagai suatu unit kesatuan yang
diarahkan pada tujuan, dibentuk dari bagian-bagian yang berinteraksi dan
bergantungan satu dengan yang lainnya dan yang dapat bertahan dalam jangka
waktu tertentu. Teori sistem merupakan suatu cara untuk menjelaskan sebuah unit
keluarga sebagai sebuah unit yang berkaitan dan berinteraksi dengan sistem yang
lain (Harmoko, 2012).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi keluarga ?
2. Bagaimana struktur dan fungsi keluarga
3. Bagaimana proses dan strategi koping keluarga?
4. Bagaimana konsep dasar penyakit hipertensi?
5. Bagaimana asuhan keperawatan keluarga?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu keluarga
2. Untuk mengetahui struktur dan fungsi keluarga
3. Untuk mengetahui proses dan strategi koping keluarga
4. Untuk mengetahui konsep dasar penyakit hipertensi
5. Untuk mengetahui Bagaimana asuhan keperawatan keluarga

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 KONSEP DASAR KELUARGA


2.2.1 Definisi Keluarga
Keluarga sebagai perkumpulan dua atau lebih dari dua individu yang
tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan
dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan
di dalam peranannya masing- masing dan menciptakan serta
mempertahankan suatu kebudayaan. (Effendy, 1998).
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah
tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Mereka
saling berinteraksi satu dengan lainnya, mempunyai peran masing-masing
dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya (Bailon dan Maglaya,
1978) , dikutip dari Setyowati, 2008).
Pengertian keluarga akan berbeda satu dengan yang lainnya, bergantung
pada orientasi dan cara pandang yang digunakan sesorang dalam
mendefinisikannya. Ada beberapa pengertian penting tentang keluarga, antara
lain :
a. Menurut Bussard dan Ball (1966)
Keluarga merupakan lingkungan sosial yang sangat dekat
hubungannya dengan seseorang. Di kelurga itu, sesorang dibesarkan,
bertempat tinggal, berintraksi satu dengan yang lain, dibentuknya nilai-
nilai, pola pemikiran, dan kebiasaannya, dan berfungsi sebagai saksi
segenap budaya luar, dan mediasi hubungan anak dengan lingkungannya.
b. Menurur WHO (1969)
Keluaraga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan
melalui pertalian darah, adopsi, atau perkawinan.
c. Menurut Depkes RI (1988)
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas
kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu
tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
d. Menurut UU No. 10 tahun 1992

2
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari
suami, istri, atau suami istri dan anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu
dan anaknya.
e. Menurut Friedman (1998)
Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh
perkawinan, adopsi dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan
mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan
fisik, mental, emosional dan sosial dari individu-individu yang ada
didalamnya terlihat dari pola intraksi yang saling ketergantungan untuk
mencapai tujuan bersama.

2.2.2 Struktur Keluarga


a. Macam-macam struktur keluarga
Struktur keluarga terdiri atas bermacam-macan, diantaranya adalah.
1. Patrilineal
Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak
saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu
disusun melalui jalur ayah.
2. Matrilineal
Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak
saudara sedarah dala beberapa generasi, dimana hubungan itu
disusun melalui jalur garis ibu.
3. Matrilokal
Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama
keluarga sedarah istri.
4. Patrilokal
Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama
keluarga saudara suami.
5. Keluarga kawinan
Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan
keluaarga dan beberapa sanak.
Saudara yang menajdi bagian keluarga karena adanya hubungan
dengan suami istri.

3
2.2.3 Ciri-ciri Struktur Keluarga
1. Terorganisasi, yaitu saling berhubungan, saling ketergantungan antara
anggpta keluarga.
2. Ada keterbatasan, dimana setiap anggota memiliki kebebasan tetapi
mereka juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan
tugasnya masing-masing.
3. Ada perbedaan dan kekhususan yaitu setiap anggota keluarga
mempunyai peranan dan fungsinya masing-masing.

Menurut Friedman (1998) struktur keluarga terdiri atas :


1. Pola dan proses komunikasi;
2. Struktur peran;
3. Struktur kekuatan dan struktur nilai;
4. Norma
Struktur keluarga oleh Friedman digambarkan sebagai berikut.

Pola dan proses komunikasi


peran

Nilai dan Norma


kekuatan

Gambar, Struktur Keluarga

1. Struktur komunikasi
Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfngsi apabila dilakukan
secara jujur, terbuka, melibatkan emosi, konflik selesai, ada hierarki
kekuatan. Komunikasi keluarga bagi pengirim yakni mengemukaan
pesan secara jelas dan berkualitas, serta meminta dan menerima umpan
balik. Penerima pesan mendengarkan pesan, memberikan umpan balik,
dan valid.
Komunikasu dalam keluara dikatakan tidaka berfungsi apabila
tertutup, adanya isi atau berita negatif, tidak berfokus pada satu hal, dan

4
selalu mengulang isu dan pendapat sendiri. Komuniaksi keluarga bagi
pengirin bersifat asumsi. Ekspresi perasaan tidak jelas, judhemantal
ekspresi, dan komunikasi tidak sesuai. Penerima pesan gagal
mendengar, diskualifikasi, ofensuf (bersifat negatif), terjadi
miskomunikasi. Dan kurang atau tidak valid.
a) Karakter pemberi pesan :
1) Yakin dalam melakukan suatu pendapat
2) Apa yang disampaikan jelas dan berkualitas
3) Selalu menerima dan meminta timbal balik
b) Karakteristik pendengar
1) Siap mendengarkan
2) Memberi umpan balik
3) Melakukan validasi

2. Struktur peran
Struktur peran adalah serangkaian perilaki yang diharapkan sesuai
posisi sosial yang diberikam. Jadi, pada struktur peran bisa bersifat
formal atau informal. Posisi/ status adalah posisi individu dalam
masyarakat misal status sebagai istri/ suami.

Harapan Perilaku
masyarakat keterampilan

Contoh Perilaku
peran keterampilan

Perilaku individu

Gambar. Struktur peran

3. Struktur kekuatan
Friedman, Bowden, & Jones (2003) kekuatan keluarga merupakan
kemampuan (potensial atau actual) dari individu untuk mengendalikan

5
atau mempengaruhi untuk merubah perilaku orang lain kea rah positif.
Tipe struktur kekuatan kekuatan dalam keluarga antara lain: legitimate
power/ authority (hak untuk mengontrol) seperti orang tua terhadap
anak, referent power (seseorang yang ditiru), resource or expert power
(pendapat, ahli dan lain-lain), reward power (pengaruh kekuatan karena
adanya harapan yang akan diterima), coercive power pengaruh yang
dipaksakan sesuai keinginan), affective power (pengaruh yang
diberikan melalui manipulasi dengan cinta kasih misalnya hubungan
sexual). Hasil dari keturunan tersebut yang akan mendasari suatu proses
dalam pengendalian kepitusan dalam keluarga seperti konsesus, tawar
menawar atau akomodasi, kompromi atau de facto dan paksaan.

4. Struktur nilai dan Norma


Nilai merupakan persepsi seseorang tentang sesuatu hal apakah
baik atau bermanfaat bagi dirinya.Norma adalah peran-peran yang
dilakukan manusia, berasal dari nilai budaya terkait.Norma mengarah
sesuai dengan nilai yang dianut oleh masyarakat, dimana norma-norma
dipelajari sejak dari kecil (DeLaune, 2002). Persepsi seorang tentang
nilai dipengaruhi nilai. Nilai mengarahkan respon seseorang terhadap
nilai orang lain. Nilai merefleksikan identitas seseorang sebagai bentuk
dasar evalusi diri. Nilai memberikan dasar untuk posisi seseorang pada
berbagai issue personal, professional, sosial, politik. Nilai yang
merupakan perilku motivasi diekspresikan melalui perasaan, tindakaan
dan pengetahuan. Nilai memberikan makna kehidupan dan
meningkatkan harga diri (DeLaune, 2002).
Nilai merupakan suatu system, sikap dan kepercayaan yang secara
sadar atau tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya.
Nilai keluarga juga merupakan suatu pedoman perilaku dan pedoma
bagi perkembangan norma dan peraturan. Norma adalah pola perilaku
yang baik, menurut masyarakat berdasarkan system nilai dalam
keluarga.

6
2.2.4 Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga yang berhubungan dengan struktur
Friedman, Bowden, & jones (2003) fungsi keluarga yang berhubungan
dengan struktur keluarga adalah sebagai berikut:
1. Struktur egalisasi: masing-masing keluarga mempunyai hak yang sama
dalam menyampaikan pendapat (demokrasi)
2. Struktur yang hangat, menerima dan toleransi.
3. Struktur yang terbuka, dan anggota yang terbuka: mendorong kejujuran
dan kebenaran (honesty dan authenticity)
4. Struktur yang kaku: suka melawan dan tergantung pada peraturan.
5. Struktur yang bebas: tidak adanya peraturan yang memaksakan
(permissiveness)
6. Struktur yang kasar: abuse (menyiksa, kejam, dan kasar)
7. Suasana emosi yang dingin (isolasi, sukar berteman)
8. Disorganisasi keluarga (disfungsi individu, stress emosional).

Fungsi keluarga menurut Friedman (1998) :


a. Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubugngan erat dengan fungsi internal keluarga,
yang merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk
pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan melaksanakan fungsi
afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota
keluarga. Keluarga yang berhasil melaksanakan fungsi afektif, seluruh
anggota keluarga dapat mengembangkan konsep diri positif. Menurut
( Murwani, 2007 ) komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam
melaksanakan fungsi afektif adalah :
1) Saling mengasuh; cinta kasih, kehangatan, saling menerima,
saling mendukung antar anggota keluarga, mendapatkan kasih
sayang dan dukungan dari anggota yang lain. Maka,
kemampuannya untuk memberikan kasih sayang akan meningkat,
yang pada akhirnya tercipta hubungan yang hangat dan saling
mendukung. Hubungan intim didalam keluarga merupakan modal
dasar dalam memberi hubungan dengan orang lain diluar
keluarga/masyarakat.

7
2) Saling menghargai. Bila anggota keluarga saling menghargai dan
mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta
selalu mempertahankan iklim yang positif, maka fungsi afektif
akan tercapai.
3) Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga dimulai sejak pasangan
sepakat memulai hidup baru. Ikatan antar anggota keluarga
dikembangkan melalui proses identifikasi dan penyesuaian pada
berbagai aspek kehidupan anggota keluarga. Orang tua harus
mengembangkan proses identifikasi yang positif sehingga anak
anak dapat meniru tingkah laku yang positif dari kedua orang
tuanya. Fungsi afektif merupakan “sumber energi” yang
menentukan kebahagiaan keluarga. Keretakan keluarga,
kenakalan anak atau masalah keluarga, timbul karena fungsi
afektif didalam keluarga tidak dapat terpenuhi.
b. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang
dilalui individu, yang menghasilkan interaksi sosial. Sosialisasi dimulai
sejak manusia lahir. Keluarga merupakan tempat individu untuk belajar
bersosialisasi. Keberhasilan perembangan individu dan keluarga
dicapai melalui interaksi atau hubungan antar anggota keluarga yang
diwujudkan dalam sosialisasi. Anggota keluarga belajar disiplin, belajar
norma-norma, budaya, dan perilaku melalui hubungan dan interaksi
keluarga.
c. Fungsi Reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah
sumber daya manusia.Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah,
selain untuk memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk
membentuk keluarga adalah untuk meneruskan keturunan.
d. Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi
kebutuhan seluruh anggota keluarga seperti memenuhi kebutuhan akan
makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Banyak pasangan sekarang kita
lihat dengan penghasilan tidak seimbang antara suami dan istri hal ini
menjadikan permasalahan yang berujung pada perceraian.
e. Fungsi Perawatan atau Pemeliharan Kesehatan
8
Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan
praktek asuhan kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan
kesehatan dan atau merawat anggota keluarga yang sakit. Kemampuan
keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi status
kesehatan keluarga. Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan
kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang
dilaksanakan.Keluarga yang dapat melaksanakan tugas kesehatan
berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan.

Fungsi keluarga menurut Allender & Spardley (2001):


1. Affection
a. Menciptakan suasana persaudaraan/menjaga perasaan
b. Mengembangkan kehidupan sexual dan kebutuhan sexual
c. Menambah anggota baru
2. Security and acceptance
a. Mempertahankan kebutuhan fisik
b. Menerima individu sebagai anggota
3. Identity and satisfaction
a. Mempertahankan motivasi
b. Mengembangkan peran dan self image
c. Mengidentifikasi tingkat sosial dan kepuasan aktivitas
4. Affiliation and companionship
a. Mengembangkan pola komunikas
b. Mempertahankan hubungan dan harmonis
5. Socialization
a. Mengenal kultur (nilai dan perilaku)
b. Aturan/pedoman hubungan internal dan eksternal
c. Melepas anggota
6. Controls
a. Mempertahankan control sosial
b. Adanya pembagian kerja
c. Penempatan dan menggunakan sumber daya yang ada

9
2.2.5 Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan
Ada 5 pokok tugas keluarga yang dijabarkan oleh Friedman (1998)
yang sampai saat ini masih dipakai dalam asuhan keperawatan
keluarga.Tugas kesehatan keluarga menurut Friedman (1998) dalam
Efendi dan Makhfudi (2009) tersebut adalah:
1. Mengenal Masalah Kesehatan Keluarga.
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh
diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti
dank arena kesehatnlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan
dana akan habis. Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan
perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarga.Perubahan
sekecil apapun yang dialami keluarga secara tidak langsung menjadi
perhatian keluarga dan orang tua. Apabila menyadari adanya
perubahan keluarga, perlu dicatat kapan terjadinya, perubahan apa
yang terjadi, dan berapa besar perubahannya. Sejauh man keluarga
mengetahui dan dan mengenal fakta-fakta dari masalah kesehatan
yang meliputi pengertian, tanda dan gejala, factor penyebab dan yang
memengaruhinya serta persepsi keluarga terhadap masalah.
2. Membuat keputusan tindakan yang tepat.
Sebelum keluarga dapat membuat keputusan yang tepat mengenai
masalah kesehatan yang dialaminya, perawat harus dapat mengkaji
keadaan keluarga tersebut agar dapat memfasilitasi keluarga dalam
membuat keputusan. Berikut ini adalah hal-hal yang perlu dikaji oleh
perawat:
a. Sejauh mana kemampuan keluarga mengerti mengenai sifat dan
luasnya masalah.
b. Apakah keluarga merasakan adanya masalah kesehatan.
c. Apakah keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang
dialaminya.
d. Apakah keluarga merasa takut akan akibat penyakit.
e. Apakah keluarga mempunyai sifat negative terhadap masalah
kesehatan.
f. Apakah keluarga kurang percaya terhadap petugas kesehatan.
g. Apakah keluarga mendapat informasi yang salah terhadap
tindakan dalam mengatasi masalah.
10
3. Member perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
Ketika memberikan perawatan kepada anggota keluarganya yang
sakit, keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut:
a. Keadaan penyakitnya (sifat, penyebaran, komplikasi, prognosis
dan perawatannya).
b. Sifat dan perkembangan perawat yang dibutuhkan.
c. Keberadaan fasilitas yang dibutuhkan untuk perawatan,
d. Sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga yang
bertanggung jawab atau financial, fasilitas fisik, psikososial).
e. Sikap keluarga terhadap yang sakit.
4. Mempertahankan atau mengusahakan suasana rumah yang sehat.
Ketika memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana
rumah yang sehat, keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut:
a. Sumber-sumber yang dimiliki oleh keluarga.
b. Keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan.
c. Pentingnya hygiene sanitasi
d. Upaya pencegahan penyakit.
e. Sikap atau pandangan keluarga terhadap hygiene sanitasi.
f. Kekompakan antar anggota keluarga.
5. Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat.
Ketika merujuk anggita keluarga ke fasilitas kesehatan, keluarga
harus mengetahui hal-hal berikut ini:
a. Keberadaan fasilitas keluarga.
b. Keuntungan-keuntungan, yang diperoleh dari fasilitas kesehatan.
c. Tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas dan fasilitas
kesehatan.
d. Pengalaman yang kurang baik terhadap petugas kesehatan.
e. Fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga.

Perlu digaris bawahi bahwa 5 tugas keluarga dalam bidang


kesehatan diatas, mesti selalu dijalankan. Tentu apabila salah satu ata
beberapa diantara tugas tersebut tidak dijalankan justru akan
menimbulkan masalah kesehatan dalam keluarga.

11
2.2.6 Tugas Perkembangan Keluarga Usia Lanjut
Tugas perkembangan keluarga usia lanjut merupakan bagian
penting dalam konsep keluarga usia lanjut. Perawat keluarga perlu
memahami setiap tahap perkembannganya yaitu menerima penurunan
kemampuan dan keterbatasan, menyesuaikan dengan masa pensiun,
mengatur pola hidup yang terorganisir, menerima kehilangan dan
kematian dengan tentram (Mubarak, 2006)
a. Tugas-tugas perkembangan keluarga usia lanjut
1) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan
2) Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun
3) Mempertahankan hubungan perkawinan
4) Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan
5) Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi
6) Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka (diadaptasi
dari caeter dan McGoldrik (1988 ), Duval dan Miller (1985)
b. Permasalahan yang terjadi pada usia lanjut
1) Menurunya fungsi dan kekuatan fisik
2) Sumber-sumber finansial yang tidak memadai
3) Isolasi social
4) Kesepian
(kelley et al, 1977 dalam friedman)

2.2.7 Proses Dan Strategi Koping Keluarga


a. Menurut Hill dalam Friedman, Bowden, dan Jones (2003
Stressor merupakan agen pencetus stress atau penyebab yang
mengaktifkan stress seperti kejadian-kejadian dalam hidup yang cukup
serius (lingkungan, ekonomi, social budaya) yang menimbulkan
perubahan-perubahan dalam sistem keluarga. Stress adalah respon atau
keadaan yang dihasilkan oleh stressor atau oleh tuntutan_tuntutan nyata
yang belum tertangani. Stress merupakan tekanan dalam diri seseorang
atau sistem social (individu, keluarga) (Burgess dalam Friedman,
Bowden, dan jones (2003).
Adaptasi merupakan suatu proses penyesuaian terhadap perubahan
yang dapat positif atau negative yang dapat mempengaruhi meningkat

12
atau menurunya kesehatan keluarga (Bugess dalam Friedman,Bowden,
dan jones (2003).
Ada tiga strategis untuk adaptasi menurut White (dalam Friedman,
Bowden, dan jones (2003), yaitu ;
1. Mekanisme pertahanan
Merupakan cara-cara yang dipelajari,kebiasaan,otomatis untuk
berespon yang bertujuan untuk menghindari masalah-masalah yang
dimiliki stressor dan biasanya digunakan apabila tidak ada
penyelesaian yang jelas dalam keluarga.
2. Strategi koping
Merupakan perilaku koping atau upaya-upaya koping dan
merupakan strategi yang positif, aktif, serta khusus untuk masalah,
yang disesuaikan untuk pemecahan suatu masalah yang dihadapi
keluarga.
3. Penguasaan
Merupakan strategi adaptasi yang paling positif karena
keadaan koping bebar-benar diatasi sebagai hasil dari upaya –
upaya koping yang efektif dan dipraktikkan dengan baik yang
didasarkan pada kompetensi keluarga.

b. Model Stress Keluarga Berdasarkan Konteks Dari Boss (1988)


Teori ini dikembangkan dari teori stress Hill untuk menerangkan
pengaruh dari konteks internal dan eksternal keluarga. Konteks
eksternal adalah konteks yang tidak dikontrol oleh keluarga dan dapat
termasuk lingkungan,tempat dan waktu. Konteks internal keluarga
terdiri dari tiga elemen yang di control oleh keluarga dan dapat diubah,
yaitu psikologis, structural dan filosofis.

c. Sumber dasar Stress keluarga


1. Kontak penuh stress anggota keluarga dengan kekuatan diluar
keluarga, Sumber stress antara lain: Kehilangan pekerjaan, kena
tindak pidana, masalah sekolah, masalah perkawinan dll.
2. Kontak penuh stress seluruh anggota keluarga dengan kekuatan
diluar keluarga. Sumber stress antara lain: kemiskinan, krisis
ekonomi, krisis keamanan dll.
3. Stressor situasional
13
Biasanya stressor ini terantisipasi dan memaksa kapasitas
koping seperti: Anggota keluarga ada yang di rumah sakit sehingga
perlu redistribusi peran dan fungsi keluarga.
4. Stressor tradisional
Merupakan masalah-masalah transisi yang sering terjadi
dalam perkembangan keluarga seperti: keluarga dengan bayi;
keluarga dengan anak remaja : blended family; keluarga dengan
orang tua (kakek dan nenek), keluarga dengan anak dewasa; dan
keluarga dengan ditinggal pasangannya

d. Tahap waktu stress dan tugas koping


1. Periode Ante stress
Masa sebelum melakukan konfrontasi yang sebernarnya
dengan stressor. Contoh masuknya anak ke tingkat pendidikan
yang lebih tinggi. Antisipasi juga dimungkinkan, sudah menyadari
adanya kejadian atau ancaman yang akan datang.
2. Periode stress actual
Strategi adaptif selama masa stress biasanya memiliki
intensitas dan jenis taktik yang digunakan sebelum terjadinya
stressor dan stress yang berbeda-beda. Respon koping yang paling
dapat membantu dalam masa-masa penuh stress biasanya respon-
respon yang datangnya dari keluarga.
3. Periode paska stress
Strategi yang digunakan untuk mengembalikan keluarga perlu
bersatu, mengungkapkan perasaan satu sama yang lain untuk
memecahkan masalah bersama.

e. Faktor stressor (Friedman, 1992)


Dampak stressor tergantung pada kualitas dan kuantitasnya
sehingga Holmes dan Rahe membuat skala-skala dari kejadian hidup
yang dapat menimbulkan stress, sesuai urutan yang paling membuat
stress adalah
1. kematian pasangan
2. perceraian
3. perpisahan perkawinan
4. lamanya dipenjara
14
5. kematian anggota keluarga dekat
6. sakit pribadi dll

f. Strategi koping keluarga


1. Strategi koping keluarga internal (intrafamilial)
a. Mengandalkan kelompok keluarga
b. Penggunaan humor
c. Memelihara ikatan keluarga
d. Mengontrol arti dari masalah dan penyusunan kembali dan
kognitif
e. Pemecahan masalah secara bersama
f. Fleksibilitas peran
g. Normalisasi keadaan
2. Strategi koping keluarga eksternal (ekstrafamilial)
1. Mencari informasi
2. Memelihara hubungan aktif dengan berkomunikasi
3. Mencari dukungan social
4. Mencari dukungan spiritual

2.2.8 Tipologi masalah kesehatan keluarga


Terdapat 3 kelompok masalah besar, yaitu :
1. Ancaman kesehatan
Merupakan keadaan-keadaan yang dapat memungkinkan
terjadinya penyakit, kecelakaan dan kegagalan dalam mencapai potensi
kesehatan. Yang termasuk di dalamnya adalah :
a. Penyakit keturunan (asthma bronchiale, DM, dll)
b. Keluarga atau anggota keluarga yang menderita penyakit menular
(TBC, GO, Hepatitis, dll), berikut bahaya penularannya
c. Jumlah anggota keluarga terlalu besar dan tidak sesuai dengan
kemampuan dan sumber daya keluarga (penghasilan yang kecil
untuk mencukupi anggota keluarga yang besar/banyak)
d. Resiko terjadinya kecelakaan dalam keluarga (rumah berdekatan
dengan jalan, kolam atau tebing, kebiasaan meletakkan senjata
tajam sembarangan, lantai licin, obat-obatan atau racun yang
tidak tersimpan dengan baik, bahaya kebakaran, dll)

15
e. Kekurangan atau kelebihan gizi pada masing-masing anggota
keluarga :
1) Makanan kurang dalam hal kualitas maupun kuantitas
2) Mengkonsumsi bahan makanan/gizi secara berlebihan
3) Kebiasaan makan yang buruk/jelek
f. Keadaan-keadaan yang dapat menimbulkan stress atau tekanan,
antara lain :
1) Hubungan keluarga yang kurang harmonis
2) Hubungan orang tua dan anak tegang
3) Hubungan suami – istri yang tegang
4) Orangtua yang tidak dewasa
g. Sanitasi lingkungan buruk :
1) Ventilasi dan penerangan rumah kurang baik
2) Tempat pembuangan sampah yang tidak memenuhi syarat
3) Tempat pembuangan tinja yang berdekatan dengan sumber
air minum sehingga mencemari sumber air minum
4) Selokan atau tempat pembuangan air limbah yang tidak
memenuhi syarat
5) Tempat-tempat yang memungkinkan berkembang-biaknya
serangga dan binatang-binatang pengerat.
6) Sumber air minum yang tidak memenuhi syarat
7) Kebisingan
8) Polusi udara/sungai, air, tanah
9) Luas rumah tidak mencukupi syarat kesehatan
h. Barang-barang pribadi dan peralatan rumah kurang mencukupi
1) Hygiene personal kurang
2) Cara-cara menyiapkan makanan yang tidak memenuhi syarat
kesehatan
i. Sifat kepribadian yang melekat, misalnya pemarah
j. Riwayat persalinan sulit
k. Memainkan peranan yang tidak sesuai, misalnya karena salah
satu anggota keluarga meninggal
l. Imunisasi anak tidak lengkap
m. Kebiasaan-kebiasaan buruk :
1) Terlalu banyak minum-minuman keras
16
2) Terlalu banyak merokok
3) Tidak memakai alas kaki
4) Makan ikan/daging mentah
5) Minum obat tanpa resep
n. Suasana dalam keluarga yang tidak harmonis :
1) Suka mementingkan diri sendiri
2) Percekcokan antar anggota keluarga yang belum
terselesaikan
3) Ketidakcocokan yang cukup berat

2. Kurang/tidak sehat
Adalah kegagalan dalam memantapkan kesehatan. Yang termasuk
di dalamnya adalah :
a. Keadaan sakit, apakah sesudah atau sebelum didiagnosis
b. Kegagalan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak yang
tidak sesuai dengan pertumbuhan normal

3. Situasi krisis
Adalah saat-saat yang banyak menuntut individu atau keluarga
dalam menyesuaikan diri, termasuk juga dalam hal sumber daya
keluarga. Yang termasuk di dalamnya adalah :
a. Perkawinan
b. Kehamilan
c. Persalinan
d. Masa nifas
e. Menjadi orang tua
f. Penambahan anggota keluarga
g. Abortus
h. Anak masuk sekolah
i. Anak remaja
j. Kehilangan pekerjaan
k. Kematian anggota keluarga
l. Pindah rumah
m. Kelahiran di luar perkawinan yang sah

17
2.2 KONSEP LANSIA
2.2.1 Pengertian Lansia
Lansia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan
biologis, fisik, kejiwaan dan sosial, perubahan ini akan memberikan
pengaruh pada seluruh aspek kehidupan, termasuk kesehatanya, oleh karena
itu kesehatan lansia perlu mendapat perhatian khusus dengan tetap
dipelihara dan ditingkatkan agar selama mungkin dapat hidup secara
produktif sesuai dengan kemampuanya sehingga dapat ikut serta berperan
aktif dalam pembangunan (Mubarak, 2006)
Aging process atau proses menua merupakan suatu proses biologis
yang tidak dapat dihindarkan, yang akan dialami oleh setiap orang. Menua
adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan (graduil)
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan struktur dan fungsi secara normal, ketahanan terhadap
injuri termasuk adanya infeksi (Paris Contantinides, 1994)
Proses menua sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai
dewasa, misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan
saraf dan jaringan lain sehingga tubuh “mati” sedikit demi sedikit.
Sebenarnya tidak ada batas yang tegas, pada usia berapa penampilan
seorang mulai menurun. Pada setiap orang, fungsi fisiologis alat tubuhnya
sanga t berbeda, baik dalam hal pencapaian puncak maupun aat menurunya.
Namun umumnya fungsi fisiologis tubuh mencapai puncaknya pada umur
20-30 tahun. Setelah mencapai puncak, fungsi alat tubuh akan berada dalam
kondisi tetap utuh beberapa saat, kemudian menurun sedikit demi sedikit
sesuai bertambahnya umur.

a. Batasan-batasan lansia
Departemen Kesehatan RI membagi lansia sebagiai berikut:
1) Kelompok menjelang usia lanjut (45-54 th) sebagai masa vibrilitas
2) Kelompok usia lanjut (55-64 th) sebagai presenium
3) Kelompok usia lanjut (65 th >) sebagai senium

18
Menurut organisasi kesehatan Dunia lanjut usia dikelompokkan
menjadi :
1) Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 sampai 59
tahun.
2) Lanjut usia (elderly) : antara 60 dan 74 tahun.
3) Lanjut usia tua (old) : antara 75 dan 90 tahun.
4) Usia sangat tua (very old) : diatas 90 tahun.

2.3 KONSEP DASAR PENYAKIT


2.3.1 Pengertian Hipertensi
Hipertensi lebih dikenal dengan istilah penyakit tekanan darah tinggi.
Batas tekanan darah yang dapat digunakan sebagai acuan untuk
menentukan normal atau tidaknya tekanan darah adalah tekanan sistolik
dan diastolik. Bedasarkan JNC (Joint National Comitee) VII, seseorang
dikatakan mengalami hipertensi jika tekanan sistolik 140 mmHg atau lebih
dan diastolik 90 mmHg atau lebih (Chobaniam, 2003).

2.3.2 Etiologi Hipertensi


1. Hipertensi essensial
Hipertensi essensial atau idiopatik adalah hipertensi tanpa
kelainan dasar patologis yang jelas. Lebih dari 90% kasus merupakan
hipertensi essensial. Penyebab hipertensi meliputi faktor genetik dan
lingkungan. Faktor genetik mempengaruhi kepekaan terhadap natrium,
kepekaan terhadap stress, reaktivitas pembuluh darah terhadap
vasokontriktor, resistensi insulin dan lain-lain. Sedangkan yang
termasuk faktor lingkungan antara lain diet, kebiasaan merokok, stress
emosi, obesitas dan lain-lain (Nafrialdi, 2009).
2. Hipertensi sekunder
Meliputi 5-10% kasus hipertensi merupakan hipertensi sekunder
dari penyakit komorbid atau obat-obat tertentu yang dapat
meningkatkan tekanan darah. Pada kebanyakan kasus, disfungsi renal
akibat penyakit ginjal kronis atau penyakit renovaskular adalah
penyebab sekunder yang paling sering. Obat-obat tertentu, baik secara
langsung ataupun tidak, dapat menyebabkan hipertensi atau

19
memperberat hipertensi dengan menaikkan tekanan darah (Oparil,
2003).

2.3.3 Klasifikasi Tekanan Darah


Klasifikasi tekanan darah oleh JNC VII untuk pasien dewasa
berdasarkan rata-rata pengukuran dua tekanan darah atau lebih pada
dua atau lebih kunjungan klinis (Tabel 1). Klasifikasi tekanan darah
mencakup 4 kategori, dengan nilai normal tekanan darah sistolik (TDS)
<120 mmHg dan tekanan darah diastolik (TDD) <80 mmHg.
Prehipertensi tidak dianggap sebagai kategori penyakit tetapi
mengidentifikasikan pasien-pasien yang tekanan darahnya cenderung
meningkat ke klasifikasi hipertensi dimasa yang akan datang. Ada dua
tingkat (stage) hipertensi, dan semua pasien pada kategori ini harus
diterapi obat (JNC VII, 2003).

Tabel 1. Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC-VII 2003


Kategori Tekanan Darah Tekanan Sistolik Tekanan Diastolik

(mmHg) (mmHg)
Normal ≤120 ≤ 80

Prehipertensi 120-139 80-89

Hipertensi stadium 1 140-159 90-99

Hipertensi stadium 2 ≥160 ≥100

2.3.4 Tanda dan Gejala Hipertensi


Menurut Price, gejala hipertensi antara lain sakit kepala bagian
belakang, kaku kuduk, sulit tidur, gelisah, kepala pusing, dada berdebar-
debar, lemas, sesak nafas, berkeringat dan pusing (Price, 2005).
Gejala-gejala penyakit yang biasa terjadi baik pada penderita
hipertensi maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal
hipertensi yaitu sakit kepala, gelisah, jantung berdebar, perdarahan hidung,

20
sulit tidur, sesak nafas, cepat marah, telinga berdenging, tekuk terasa berat,
berdebar dan sering kencing di malam hari. Gejala akibat komplikasi
hipertensi yang pernah dijumpai meliputi gangguan penglihatan, saraf,
jantung, fungsi ginjal dan gangguan serebral (otak) yang mengakibatkan
kejang dan pendarahan pembuluh darah otak yang mengakibatkan
kelumpuhan dan gangguan kesadaran hingga koma (Cahyono, 2008).

2.3.5 Faktor- Faktor Risiko


1. Faktor risiko yang tidak dapat diubah
Faktor risiko yang tidak dapat dirubah yang antara lain usia, jenis
kelamin dan genetik.
a. Usia
Usia mempengaruhi terjadinya hipertensi. Dengan
bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi menjadi lebih besar
sehingga prevalensi hipertensi di kalangan usia lanjut cukup tinggi,
yaitu sekitar 40%, dengan kematian sekitar di atas usia 65 tahun
(Depkes, 2006).
b. Jenis kelamin
Faktor gender berpengaruh pada terjadinya hipertensi, dimana
pria lebih banyak yang menderita hipertensi dibandingkan wanita,
dengan rasio sekitar 2,29 untuk peningkatan tekanan darah sistolik.
Pria diduga memiliki gaya hidup yang cenderung dapat
meningkatkan tekanan darah dibandingkan dengan wanita
(Depkes, 2006)
c. Keturunan (genetik)
Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor
keturunan) juga mempertinggi risiko terkena hipertensi, terutama
pada hipertensi primer (essensial). Tentunya faktor genetik ini juga
dipenggaruhi faktor-faktor lingkungan, yang kemudian
menyebabkan seorang menderita hipertensi. Faktor genetik juga
berkaitan dengan metabolisme pengaturan garam dan renin
membran sel. Menurut Davidson bila kedua orang tuanya
menderita hipertensi, maka sekitar 45% akan turun ke anak-
anaknya dan bila salah satu orang tuanya yang menderita
21
hipertensi maka sekitar 30% akan turun ke anak-anaknya
(Depkes, 2006).

2. Faktor risiko yang dapat diubah


Faktor risiko penyakit jantung koroner yang diakibatkan perilaku
tidak sehat dari penderita hipertensi antara lain merokok, diet rendah
serat, kurang aktifitas gerak, berat badan berlebihan/kegemukan,
komsumsi alkohol, hiperlipidemia atau hiperkolestrolemia, stress dan
komsumsi garam berlebih sangat berhubungan erat dengan hipertensi
(Depkes, 2006).

2.3.6 Penatalaksanaan Hipertensi


1. Pengendalian faktor risiko
Pengendalian faktor risiko penyakit jantung koroner yang dapat
saling berpengaruh terhadap terjadinya hipertensi, hanya terbatas pada
faktor risiko yang dapat diubah, dengan usaha-usaha sebagai berikut :
a. Mengatasi obesitas/ menurunkan kelebihan berat badan
b. Mengurangi asupan garam didalam tubuh
c. Ciptakan keadaan rileks
d. Melakukan olahraga teratur
e. Berhenti merokok
f. Mengurangi komsumsi alkohol
(Depkes, 2006)
2. Terapi Farmakologis
Pengobatan hipertensi dimulai dengan obat tunggal, masa kerja
yang panjang sekali sehari dan dosis dititrasi.
Beberapa prinsip pemberian obat antihipertensi sebagai berikut :

1. Pengobatan hipertensi sekunder adalah menghilangkan penyebab


hipertensi.
2. Pengobatan hipertensi essensial ditunjukkan untuk menurunkan
tekanan darah dengan harapan memperpanjang umur dan
mengurang timbulnya komplikasi.
3. Upaya menurunkan tekanan darah dicapai dengan menggunakan
obat antihipertensi.

22
4. Pengobatan hipertensi adalah pengobatan jangka panjang, bahkan
pengobatan seumur hidup.

Dikenal 5 kelompok obat lini pertama (first line drug) yang lazim
digunakan untuk pengobatan awal hipertensi, yaitu diuretik,
penyekat reseptor beta adrenergik (β-blocker), penghambat
angiotensin-converting enzyme (ACE-inhibitor), penghambat reseptor
angiotensin (Angiotensin Receptor Blocker, ARB) dan antagonis
kalsium.

23
Lampiran 1 Format Pengkajian Asuhan Keperawatan Pada Lansia

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

DI LINGKUNGAN LINGSAR KABUPATEN LOMBOK BARAT

A. PENGKAJIAN (Hari/tanggal : Rabu, 20 November 2019)


I. Data Umum
1. Kepala Keluarga KK : Tn. B
2. Alamat dan Telepon : Lingsar
3. Pekerjaan KK : tidak bekerja
4. Pendidikan KK : SD
5. Komposisi Keluarga :

Status Imunisasi Ket.


Pendidikan
Jenis Kel.

Campak
Hub Kel. KK

Umur

No Nama Polio DPT Hepatitis


BCG

1 2 3 4 1 2 3 1 2 3

Tn. B L Suami 75 SD

Ny. A P Istri 70 SD

6. Tipe Keluarga : keluarga Tn.B merupakan tipe keluarga Aging


Family/ keluarga usia lanjut, yaitu keluarga usia lanjut
dimana keluarga hanya tinggal bersama pasangan/
salah satu pasangan meninggal.
7. Suku Bangsa : didalam keluarga Tn. B menganut suku sasak
8. Agama : semua keluarga Tn. B menganut agama Islam
9. Status sosial ekonomi keluarga : keluarga Tn.B Tidak bekerja setiap harinya untuk
kebutuhan makan dari tetangga sekitar
10. Aktivitas rekreasi keluarga
Aktivitas keluarga Tn. B tidak pernah keluar untuk rekreasi karena istrinya tidak dapat
berjalan. Mereka hanya sering menghabiskan waktu mengobrol berdua.

24
II. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga saat ini adalah tahap keluaga lanjut usia.

2. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi


Tugas perkembangan yang belum terpenuhi adalah

- Mempertahankan kesehatan
3. Riwayat kesehatan keluarga inti
Tn. B mengatakan hanya sering sakit pada tangannya saja .

Ny. A mengatakan sering sakit pada daerah dada dan lemah tidak dapat berjalan,

4. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya


Ny. A mengatakan tidak ada riwayat penyakit keturunan. Ny. A menderita kelemahan otot
kaki dan tidak dapat berjalan hanya terus berbaring. Dan jika mencoba berjalan Ny. A
merangkak.

III. Data lingkungan


1. Karakteristik rumah
Tipe tempat tinggal adalah rumah sendiri, perkiraan luas rumah ± 4x6 m2. Atap genteng
berlantai keramik, kamar tidur 2 dengan 1 kasur, 1 kamar mandi, tidak ada dapur. 2 pintu
kamartidak ada jendela, pencahayaan kurang baik. Sumber air dari air sumur tetangga yang
digunakan untuk mandi, masak, minum, dll. dan beberapa perabot masak yang sudah lama.

Denah rumah
1 2 3
Ket :
1 & 2 : kamar tidur
3 : kamar mandi
4 : pintu 4

2. Karakteristik tetangga dan komunitasnya


Sebagian besar dari tetangga di lingkungan tempat tinggal Tn.A adalah penduduk asli yang
merupakan pedagang, dan petani. Interaksi antar warga dengan keluarga kurang. Tetangga
terkadang mengunjungi keluarga Tn. B untuk memberi sedikit bantuan berupa makan, dll.

- Jarak dengan jalan raya : ± 50 m


- Jarak dengan Puskesmas : ± 5 km
- Jarak dengan pasar : ± 5 km
- Jarak dengan tempat ibadah : ± 100m

25
3. Mobilitas geografis keluarga (lama keluarga tinggal di dusun atau pindahan)
Keluarga Tn.B adalah asli warga desa lingsar. Sejak menikah Tn.B dan istri tinggal di rumah
tersebut ± sudah sejak menikah. Rumah yang sekarang keluarga tinggali adalah rumah hasil
perbaikan bantuan dari dana desa, karena rumah yang dahulu telah rusak diakibatkan
bencana gempa tahun 2018 lalu.

4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat


Interaksi dengan tetangga baik, keluarga Tn. B tidak mengikuti sebuah perkumpulan atau
kegiatan apapun.

5. Sistem pendukung keluarga


Karena Tn. A tidak memilik keluarga maka jika ada salah satu keluarga sakit tetangga
terkadang membantu keluarga Tn.B ke sarana kesehatan. Hanya saja karena hanya tinggal
berdua, Tn. B terkadang merawat sendiri istrinya di rumah atau memanggil dukun untuk
mengobati istrinya.

IV. Struktur keluarga


1. Struktur peran
Tn. B sebagai suami dan kepala rumah tangga. Tn. B sudah tidak mampu lagi untuk mencari
nafkah untuk keluarganya, Tn. B hanya mengandalkan bantuan dari tetangganya. Sedangkan
Ny. A sebagai istri dan sudah tidak mampu lagi melakukan kegiatan sehari-hari karena Ny. A
sudah mengalami kelemahan fisik.

2. Nilai dan norma keluarga


Nilai yang dianut keluarga Tn.B sesuai dengan nilai dan norma dalam masyarakat. Dimana
saling membantu satu sama lain dan saling menghargai antar manusia.

3. Pola komunikasi keluarga


Antar anggota keluarga terbina hubungan yang harmonis. Jika ada permasalahan maka akan
diselesaikan secara bersama, mengingat Tn.B dan istri hanya tinggal berdua, maka semua
masalah yang ditemui dihadapi bersama.

4. Struktur kekuasaan keluarga (siapa pengambil keputusan)


Tn. B sebagai pengambil keputusan dalam setiap permasalahan, karena Tn.B adalah kepala
keluarga.

V. Fungsi keluarga
1. Fungsi afektif
Keluarga Tn.B adalah keluarga yang harmonis, yang menghargai sesama dan saling
mendukung.

2. Fungsi sosialisasi
26
Keluarga Tn.B adalah keluarga yang senang berinteraksi dengan orang yang berkunjung ke
rumahnya, tidak tertutup dan ramah kepada siapapun..

3. Fungsi pemenuhan (perawatan/pemeliharaan) kesehatan


a. Mengenal masalah kesehatan
Keluarga mengetahui bila merasa tidak sehat tetapi tidak memeriksakan kesehatan ke
pelayanan kesehatan, dikarenakan pelayanan kesehatan cukup jauh dari tempat tinggal
dan kondisi keluarga tidak memungkinkan untuk menempuh perjalanan .

b. Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan


Keluarga dapat mengambil keputusan terhadap kesehatan. Biasanya keputusan tindakan
kesehatan yang dilkukan yaitu dengan bantuan tetangga untuk membawa dukun pada
keluarga untuk berobat.

c. Kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit


Keluarga kurang mampu merawat anggota keluarga yang sakit.

d. Kemampuan keluarga memelihara/memodifikasi lingkungan rumah yang kuat


Karena faktor usia dan ekonomi, keluarga kurang mampu memelihara lingkungan rumah.
Tetapi terkadang tetangga membantu membersihkan sekitar rumah.

e. Kemampuan menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan


Keluarga tidak mampu menggunakan fasilitas kesehatan, ini dibuktikan dengan jika telah
rasa sakit yang diderita berat maka keluarga hanya mengandalkan dukun karena jarak
pelayanan kesehatan yang jauh.

VI. Stres dan koping keluarga


1. Stresor jangka pendek dan panjang
a. Stressor jangka pendek : jika salah satu anggota atau keduanya tiba-tiba sakit.
b. Stressor jangka panjang : Kelemahan fisik tidak dapat berjalan yang di derita Ny.A
karena telah diderita sejak lama.
2. Kemampuan keluarga berespons terhadap stresor
Ny.A hanya dapat pasrah atas penyakit yang dideritanya

3. Strategi koping yang digunakan


Jika ada masalah maka diselesaikan bersama keluarga.

VII. Pemeriksaan kesehatan tiap individu anggota keluarga (menggunakan table)

Pemeriksaan Tn.B Ny.A


TTV TD : 130/90 mmHg, RR : 24x/ menit TD : 100/70 mmHg, RR :
20x/ menit
Kepala Rambut beruban, kering, rambut lurus, Rambut beruban, rambut
27
kulit kepala bersih. kering dan sedikit kotor
Mata, Hidung, Mulut Tidak anemis, mata simetris, Tidak anemis, mata simetris,
pandangan masih jelas, pandangan mulai kabur.
Hidung bersih, tidak ada polip. Hidung bersih, tidak ada
Bibir kering, mukosa mulut lembab. polip.
Bibir kering, mukosa mulut
lembab.
Leher Tidak ada pembelasaran kelenjar tyroid Tidak ada pembesaran
kelenjar tyroid
Dada Simetris, suara jantung normal Simetris, suara jantung
normal
Abdomen Tidak kembung,tidak teraba distensi Tidak kembung,tidak teraba
abdomen distensi abdomen
Ekstremitas atas, bawah Tdk ada lesi, tidak lumpuh, simetris Tdk ada lesi,
lumpuh/kelemahan
fisik(tidak dapat berjalan)

VIII. Harapan keluarga


Keluarga berharap kegiatan ini dapat memberinya sedikit motivasi dan hiburan karena
keluarga kurang mendapat perhatian.

B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN KELUARGA


I. Analisis dan sintesis data

No Data Masalah Penyebab

1 Subjektif : Kelemahan fisik Ketidakmampuan keluarga


merawat anggota keluarga
- Ny. A mengatakan yang sakit
tidak mampu
melakukan aktifitas
seperti berjalan dan
berdiri.
- Ny. A mengatakan
terkadang melakukan
aktivitas dengan
merangkak ketika ke
kamar mandi
.
Objektif :

- TD : 100/70 mmHg
- N: 85x/menit
- RR : 20x/ menit

2 Subjek :
- Ny.A mengatakan Ketidakmampuan keluarga
jarang mandi karena Defisit Perawatan Diri merawat anggota keluarga
keterbatasan fisik yang sakit

Objek :
28
- Tercium bau badan
- Klien terlihat
kurang bersih
- Gigi kuning dan
kotor

II. Perumusan diagnosis keperawatan


No Diagnosa Keperawatan (PES)

1 Kelemahan Fisik b/d ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit d/d
klien mengatakan tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari
2 Defisit perawatan diri b/d ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
d/d klien mengatakan jarang mandi, klien terlihat kotor dan bau.
.

III. Penilaian (Skoring) diagnosis keperawatan


Kelemahan Fisik b/d ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
No Kriteria Skor bobot Hasil

1 Sifat masalah
Skala
a. Skala: Tidak/kurang sehat 3 1 3/3x1 = 1
b. Ancaman kesehatan
c. Keadaan sejahtra

Kemungkinan masalah dapat diubah


2
Skala 2 0/2x1=0
0
a. Mudah
b. Sebagian
c. Rendah

Potensial masalah untuk dicegah


Skala
3
a. Tinggi
b. Cukup 1 1 1/3x1=1/3
c. Rendah

Menonjolnya masalah
Skala
4 a. Masalah berat harus segera 1 1/2x1=1/2
1
ditangani
b. Ada masalah, tapi tidak perlu harus
Segera ditangani
c. Masalah tidak dirasakan

Total 1
1
3

29
Defisit perawatan diri b/d ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

No Kriteria Skor bobot Hasil

1 Sifat masalah
Skala
d. Skala: Tidak/kurang sehat 2 1 2/3x1 = 2/3
e. Ancaman kesehatan
f. Keadaan sejahtra

Kemungkinan masalah dapat diubah


2
Skala 2 1/2x1=1/2
1
d. Mudah
e. Sebagian
f. Rendah

Potensial masalah untuk dicegah


Skala
3
d. Tinggi
e. Cukup 2 1 2/3x1=2/3
f. Rendah

Menonjolnya masalah
Skala
4 d. Masalah berat harus segera 1 2/2x1=1
2
ditangani
e. Ada masalah, tapi tidak perlu harus
Segera ditangani
f. Masalah tidak dirasakan

Total 5
2
6

IV. Prioritas diagnosis keperawatan


Prioritas Prioritas Diagnosis Keperawatan Skor

1 Defisit perawatan diri b/d ketidakmampuan keluarga merawat 5


anggota keluarga yang sakit d/d klien mengatakan jarang mandi,
2
6
klien terlihat kotor dan bau.

2 Kelemahan Fisik b/d ketidakmampuan keluarga merawat anggota 1


1
keluarga yang sakit d/d klien mengatakan tidak dapat melakukan 3
aktivitas sehari-hari

C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


Diagnosa Keperawatan : Defisit perawatan diri b/d ketidakmampuan keluarga merawat anggota
keluarga yang sakit
Tujuan Umum/Khusus Kriteria Evaluasi Rencana Intervensi
Kriteria/Standar
30
Umum : Setelah dilakukan Kriteria : Verbal, psikomotor Menjelaskan kepada keluarga
tindakan keperawatan tentang tujuan perawatan diri
selama 2x24 jam, -      
diharapkan keluarga Menjelaskan kpd keluarga untuk
Standar :
mampu mengetahui tentang penatalaksanaan perawatan diri
perawatan diri dan keluarga - Mengetahui tujuan
mampu melakukan perawatan diri -       bantu klien untuk melakukan perawatn
perawatan diri pada diri (mandi)
anggota yang sakit (merasa segar, dan lebih
bersih)
Khusus :

Dapat melakukan
perawatan diri pada
Keluarga khususnya Ny.B
untuk membantu istrinya

Diagnosa Keperawatan : Kelemahan Fisik b/d ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga
yang sakit

Tujuan Umum/Khusus Kriteria Evaluasi Rencana Intervensi


Kriteria/Standar

Umum : Setelah dilakukan Kriteria : Verbal, psikomotor Menjelaskan kepada keluarga


tindakan keperawatan tentang tujuan mobilisasi
selama 2x24 jam, -      
diharapkan keluarga Menjelaskan kpd keluarga untuk
Standar :
mampu mengetahui penatalaksanaan mobilisasi
tentang manfaat - Mengetahui tujuan
beraktivitas Mobilisasi -       bantu klien untuk melakukan
mobilisasi
Khusus : (merasa segar, dan lebih
Dapat melakukan aktivitas bersih)
fisik secara bertahap pada
Keluarga khususnya Ny.B
untuk membantu istrinya

D. IMPLEMENTASI

Tanggal & waktu Diagnosa Keperawatan Implementasi

31
Defisit perawatan diri b/d - Menjelaskan mengenai perawatan/
ketidakmampuan keluarga kebersihan diri
Kamis, 21/11/2019 merawat anggota keluarga yang
- Jelaskan mengenai manfaat perawatan
sakit
Pukul : 11.00 wita
diri
- Membantuuntuk melakukan perawatan
diri (mandi dan berpakaian)
Tanggal & waktu Diagnosa Keperawatan Implementasi

Kelemahan Fisik b/d - Menjelaskan mengenai manfaat


ketidakmampuan keluarga mobilisasi fisik
Kamis, 21/11/2019 merawat anggota keluarga yang
- Membantu untuk melakukan mobilisasi
sakit
Pukul : 12.00 wita
fisik (melakukan ROM)

E. EVALUASI

Tanggal & Diagnosa


Evaluasi
waktu Keperawatan

21/11/2019 1 S:
- Pasien dan keluarga mengatakan merasa segar dan
13.00 wita bersih, lebih baik dari sebelumnya

O:
- pasien terlihat lebih bersih dan segar
- pasien terlihat lebih ceria

A : Masalah teratasi
P : Intevensi dihentikan

2 S:
- klien mengatakan dapat mengangkat tangan, miring
kanan dan kiri, tetapi tidak dapat berdiri.
O:
- klien dapat mengangkat kakinya dengan dibantu
A:
- masalah teratasi sebagian
P:
- Intervensi dihentikan

32
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Keluarga adalah seperangkat bagian yang saling tergantung satu sama lain
serta memiliki perasaan beridentitas dan berbeda dari anggota dan tugas utama
keluarga adalah memelihara kebutuhan psikososial anggota-anggotanya dan
kesejahteraan hidupnya secara umum.
Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai
macam pola kehidupan. Terdapat dua tipe keluarga yaitu keluarga tradisional dan
non tradisional. Fungsi afektif berhubugngan erat dengan fungsi internal keluarga,
yang merupakan basis kekuatan keluarga. Keluarga memili beberapa fungsi
diantaranya : Fungsi Sosialisasi, yaitu proses perkembangan dan perubahan yang
dilalui individu, yang menghasilkan interaksi sosial. Fungsi Reproduksi, keluarga
berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya manusia.
Fungsi Ekonomi, merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh
anggoat keluarga seperti memenuhi kebutuhan akan makanan, pakaian, dan tempat
tinggal dan yang terakhir Fungsi Perawatan atau Pemeliharan Kesehatan .

3.2 Saran
Bagi penyusun, agar lebih giat lagi dalam mencari referensi-referensi dari
sumber rujukan, karena dengan semakin banyak sumber yang di dapat semakin
baik makalah yang dapat disusun. Bagi Institusi, agar dapat menyediakan sumber-
sumber bacaan baru, sehingga dapat mendukung proses belajar mengajar. Bagi
pembaca, agar dapat memberikan masukan yang bersifat membangun demi
kesempurnaan penyusunan makalah ini.

31
DAFTAR PUSTAKA

Arista, Eka. 2011. Ilmu Kesehatan Masyarakat Holistik Untuk Kebidanan. Yogyakarta:
Nuha Medika

Dion & Yasinta.2013. Asuhan Keperawatan Keluarga Konsep dan Praktik. Yogyakarta:
Nuha Medika

Effendy.N .1998.Dasar- dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat, Edisi 2. Jakarta;


EGC

Fredman, alih bahasa, Achir Yani. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga : Riset, Teori
& Praktik. Jakarta: EGC

Padila. 2012. Buku Ajar Keperawatan Keluarga Dilengkapi Aplikasi Kasus Askep
Keluarga Terapi Herbal dan Terapi Modalitas. Yogyakarta: Nuha Medika

Susanto, Tantut. 2012. Buku Ajar Keperawatan: Aplikasi Teori Pada Praktik Asuhan
Keperawatan Keluarga. Jakarta: TIM

32

Anda mungkin juga menyukai