FARMAKOEKONOMI
(PERTEMUAN KE-3)
Dosen : apt. Elvina Triana Putri, M.Farm
Disusun Oleh:
Nama : Anisa Shinta Budiarti
NIM : 20344053
Kelas : E-P2K
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2020
1.Jelaskan Perbedaan Outcome economic, humanistic dan clinical terkait farmakoekonomi ?
2.Uraikan
a. Patient perspective
b. Payer Perspective
c. Provider perspective
d. Societal perspective
3.Jelaskan batasan dari farmakoekonomi research ?
Jawaban
1. Outcome Economic
Luaran ekonomi adalah biaya langsung, tidak langsung dan tidak berwujud yang
dibandingkan dengan konsekuensi dan intervensi medis. Luaran ekonomi adalag pengaruh akibat
intervensi dari biaya pelayanan kesehatan, pengukuran dan analisis luaran ekonomi
menggunakan prinsip ekonomi atau farmakoekonomi
Outcome Clinical
Pengukuran perubahan status kesehatan karena intervensi pelayanan kesehatan.
Evaluasi luaran klinik dilakukan dengan uji klinik atau post-marketing reports
Contoh :
Yang dihasilkan akibat penyakit atau pengobatan yang mempengaruhi kelangsungan hidup
dan morbiditas pasien.yang termasuk outcome clinical dapat dilihat dari hasil Tekanan darah
(HT), HbA1C (diabetes) yang membaik, Jumlah pasien yang bisa teratasi (sembuh),Jumlah
pasien yang bebas dari penyakit dan menurunnya mortalitas
Outcome Humanistic
Hasil humanistik adalah hasil pasien yang dilaporkan seperti kepuasan pasien dan
kualitas kesehatan yang berhubungan dengan kehidupan. Informasi tentang dampak produk
farmasi dan jasa terhadap kualitas hidup dapat memberikan data tambahan untuk pembuatan
kebijakan kesehatan dan keputusan klinis.
Kualitas hidup sebagai masukan untuk pengambilan keputusan klinis di tingkat pasien
juga sangat penting. Misalnya, pengobatan alternatif mungkin memiliki khasiat yang sama
berdasarkan parameter klinis tradisional (misalnya penurunan tekanan darah) tetapi
menghasilkan efek yang sangat berbeda pada kualitas hidup pasien. Luaran humanistic
dievaluasi menggunakan survey atau kuesioner pada pasien.Metode yang digunakan, antara lain :
Refrensi :
PPT Bahan Ajar Farmakoekonomi (Luaran Pengobatan)
Andayani, Tri Murti., 2013., Farmakoekonomi Prinsip dan Metodologi., Yogyakarta : Bursa
Ilmu.
Anonim., 2013., Pedoman Penerapan Kajian Farmakoekonomi., Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia.
2. a. Patient Perspective
Perspektif pasien dimana ketika pasien melihat layanan kesehatan yang bermutu
sebagai suatu layanan kesehatan yang dapat memenuhi kebutuhan yang dirasakannya dan
diselenggarakan dengan cara yang sopan dan santun, tepat waktu, tanggap dan mampu
menyembuhkan keluhannya serta mencegah berkembangnya atau meluasnya penyakit.
Pandangan pasien ini sangat penting karena pasien yang merasa puas akan mematuhi
pengobatan dan mau datang berobat kembali. Dimensi mutu layanan kesehatan yang
berhubungan dengan kepuasan pasien dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat dan
kesejahteraan masyarakat. Pasien sering menganggap bahwa dimensi efektifitas, akses,
hubungan antar manusia, kesinambungan, dan kenyamanan sebagai suatu dimensi mutu
layanan kesehatan yang sangat penting (Pohan, 2007).
b. Payer Perspective
Perspektif pembayar (perusahaan asuransi) yaitu membayarkan biaya terkait dengan
pelayanan kesehatan yang digunakan peserta asuransi selama pelayanan kesehatan yang
digunakan peserta termasuk dalam tanggungan perusahaan bersangkutan. Termasuk
membiayai biaya langsung dan beberapa biaya tidak langsung yang berhubungan dengan
pekerjaan misalnya seperti kehilangan produktivitas saat bekerja, kehilangan waktu (hari)
kerja, sehingga pendapatan menurun.
c. Provider Perspective
Pemberi layanan kesehatan (provider) mengaitkan layanan kesehatan yang
bermutu dengan ketersediaan peralatan, prosedur kerja atau protokol, kebebasan profesi
dalam setiap melakukan layanan kesehatan sesuai dengan teknologi kesehatan mutakhir,
dan bagaimana keluaran (outcome) atau hasil layanan kesehatan itu (Pohan, 2007).
Komitmen dan motivasi pemberi layanan kesehatan bergantung pada
kemampuannya dalam melaksanakan tugas dengan cara yang optimal. Sebagai profesi
layanan kesehatan, perhatiannya berfokus pada dimensi kompetensi teknis, efektifitas, dan
keamanan. Pertanyaan yang mereka ajukan antara lain, berapa pasien yang akan diperiksa
dalam satu jam, apakah tersedia pemeriksaan laboratorium, apakah akurat, efisien, dapat
dipercaya, apakah tersedia system rujukan jika diperlukan, apakah lingkungan kerja
memadai dan bersih, privasi pasien terjamin, apakah lingkungan akan mendukung
pengembangan profesi, apakah apotek dapat menyediakan obat yang diperlukan, apakah
tersedia kesempatan pendidikan berkelanjutan (Pohan, 2007)
d. Societal Perspective
Refrensi
Pohan, IS.2007. Jaminan Mutu Layanan Kesehatan.EGC.Jakarta