TINJAUAN PUSTAKA
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dycotyledonae
Ordo : Rhoeadales
Famili : Cruciferae
Genus : Brassica L.
berbulu, dan tidak berkrop. Tumbuh baik di tempat yang berhawa panas
sampai dataran tinggi, tapi lebih baik di dataran tinggi. Daerah penanaman
yang cocok adalah mulai dari ketinggian 500-1.200 meter diatas permukaan
drainasenya baik (Edi dan Bobihoe, 2010). Curah hujan yang sesuai dengan
pembudidayaan sawi adalah 1000-15000 mm/ tahun, tetapi sawi tidak tahan
terhadap air tergenang (Cahyono, 2003). Kondisi iklim untuk tanaman sawi
adalah daerah yang mempunyai suhu malam hari 15,60C dan siang harinya
21,10C serta penyinaran matahari antara 10-13 jam per hari. Meskipun
suhu panas, dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di daerah yang
licin dan mengkilap, agak keras, dan berwarna coklat kehitaman. Umumnya
lebar 120 cm dan panjang sesuai dengan ukuran petak tanah. Tinggi bedeng
20-30 cm dengan jarak antar bedeng 30 cm. Untuk jarak tanam sawi dalam
bedengan ini biasa menggunakan jarak tanam antara 40x40 cm, 30x30 cm,
menyebar ke semua arah dengan kedalaman antara 30-50 cm. Akar-akar ini
berfungsi sebagai menyerap air dan zat makanan di dalam tanah, serta
alat pembentuk dan penopang daun. Sawi berdaun lonjong, halus, tidak
berbunga dan berbiji secara alami. Struktur bunga sawi tersusun dalam
kelopak, empat helai daun mahkota bunga berwarna kuning cerah, empat
helai benang sari dan satu buah putik yang berongga (Rukmana, 2002).
dan tidak terpisahkan. Pertanian organik juga harus didasarkan pada siklus
jenis bahan organik ke dalam tanah, baik dalam bentuk residu dan limbah
(Sutanto, 2002).
dengan adanya penjelasan ini makan akan timbul kesadaran pada diri kita
lingkungan akan di dapat sumber air yang aman untuk kita konsumsi
(Fariadi, 2013).
makanan organik, hal ini mengingat bahaya yang diakibatkan oleh bahaya
pestisida kimia selama ini 25 juta kasus dan meningkat pada tiap tahunnya.
Data lain dari ILO pada tahun 1996 menunjukkan 14% pekerja di pertanian
terkena bahaya pestisida dan 10% terkena bahaya yang fatal. Fenomena
seperti ini juga terjadi di sentra pertanian Indonesia seperti Brebes dan
Tegal. Penelitian FAO pada tahun 1992 menunjukkan ada 19 gejala
pupuk yang sebagian atau seluruhnya berasal dari tanaman atau hewan yang
telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang
hewan dan manusia. Pupuk organik dapat berbentuk padat atau cair yang
wujudnya. Bahan baku ada yang terbuat dari kotoran hewan, hijauan atau
kompos aerob, bokashi, dan lain sebagainya. Sedangkan dari sisi wujud ada
yang berwujud serbuk, cair maupun granul atau tablet (Risnandar, 2012).
yakni mengandung unsur hara yang lengkap, baik unsur hara makro maupun
unsur hara mikro. Kondisi ini tidak dimiliki oleh pupuk anorganik. Pupuk
organik juga mampu mengaktifkan mikroorganisme tanah yang mempunyai
pengaruh sangat baik terhadap perbaikan sifat fisik tanah dan terutama sifat
biologis tanah. Selain itu dapat memperbaiki, menjaga struktur tanah dan
dipakai dalam jumlah besar dan berlebih sekalipun serta tidak dapat
merusak lingkungan.
buah dan sayur. Menghadapi tuntutan persyaratan tersebut dan dalam rangka
Mutu dan Gizi Pangan, maka perlu disusun ketentuan cara berproduksi buah
dan sayur yang baik, mengacu kepada ketentuan Good Agriculture Practices
(traceability).
Era globalisasi, perdagangan komoditas pertanian akan menghadapi
dirunut kembali (traceability) asal usul dan proses yang dilalui sebelum
pertanian yang ada dan adopsi gagasan dan inovasi teknologi untuk
disusun untuk dijadikan acuan praktis prinsip dan tata cara pencapaiannya
mulai dari: (1) Bahan tanaman (varietas, identitas botani). (2) Budidaya,
dan keamanan diri dan lingkungan, meningkatkan daya saing dan peluang
2.5 Bio-slurry
pengolahan biogas berbahan campuran kotoran ternak dan air melalui proses
tanpa oksigen (anaerobik) di dalam ruang tertutup. Biogas dari kotoran sapi
(tertutup dari udara bebas) untuk menghasilkan gas yang sebagian besar
adalah berupa gas metan (yang memiliki sifat mudah terbakar) dan
lainnya, menjadi biogas. Konsumsi biogas untuk skala rumah tangga antara
lain digunakan sebagai bahan bakar memasak dan lampu untuk penerangan
dari reaktor yaitu: Inlet (tangki pencampur) tempat bahan baku kotoran
(kubah penampung), outlet (ruang pemisah), sistem pipa penyalur gas dan
lubang penampung ampas biogas atau lubang pupuk kotoran yang telah
biogas adalah sebagai berikut; kotoran sapi dicampur dengan air hingga
5 karung untuk kapasitas digester 3,5-5,0 m2. Setelah digester penuh, kran
gas ditutup supaya terjadi proses fermentasi. Gas metan sudah mulai
dihasilkan pada hari 10 sedangkan pada hari ke-1 sampai ke-8 gas terbentuk
adalah CO2. Komposisi CH4 54% dan CO2 27% biogas akan menyala. Hari
ke-14, sudah bisa dihasilkan energi biogas yang selalu terbarukan. Digester
terus diisi lumpur kotoran sapi secara kontinu sehingga dihasilkan biogas
yang optimal.
nitrogen (N) dalam Bio-slurry lebih banyak dan mudah diserap oleh
pupuk bagi tanaman dapat mengusir rayap perusak tanaman (Biru, 2012).
hewan dan air menjadi biogas melalui proses anaerobik atau fermentasi.
Kotoran hewan yang biasa digunakan yaitu kotoran sapid an kotoran babi.
tercampur dengan air menjadi Bio-slurry basah atau cair dan keluaran yang
sudah dipisahkan dari air atau dikeringkan yaitu Bio-slurry kering atau
padat.
karena seluruh bahan penyusunnya berasal dari bahan organik yaitu kotoran
menjadi 2 analisis yaitu analisis berbasis basah dan analisis berbasis kering.
organik: 52,28%, N-total: 2,72%, C/N: 21,43%, P2O5: 0,55% dan K2O:
N-total: 2,91%, C/N: 15,77%, P2O5: 0,21% dan K2O: 0,26%. Analisis
1,92% dan K2O: 0,41%; jenis bio-slurry (sapi) memiliki kandungan bahan
0,52% dan K2O: 0,38%; dan jenis kompos (bio-slurry sapi) memiliki
C/N: 10,20%, P2O5: 1,19% dan K2O: 0,27%. Analisis berbasis basah
organik memiliki kandungan karbon (C) di dalam bahan organik. C/N rasio
merupakan perbandingan antara kandungan karbon (C) organik dengan
2.6.1 Tekstur
50µ), debu (2 µ-50 µ) dan liat (<2 µ) di dalam fraksi tanah halus. Ukuran
relatif partikel tanah dinyatakan dalam istilah tekstur yang mengacu pada
tanah bertekstur halus atau kasar berliat (mengandung minimal 37,5% liat)
atau berstektur liat, liat berdebu, liat berpasir; tanah bersteksur sedang atau
tanah berlempung, terdiri dari: tanah berstekstur sedang tetapi agak kasar
loam) atau debu (silt) dan tanah berstekstur sedang tetapi agak halus
mencakup lempung liat (clay loam), lempung liat berpasir (sandy clay
tanah, akibat melekatnya butir-butir primer tanah satu sama lain. Satu unit
(Hardjowigeno, 2003).
butir-butir tanah disebabkan terikatnya butir-butir pasir, liat dan debu oleh
bahan organik, oksida besi dan lain-lain. Struktur tanah yang penting dalam
keluar dengan cepat sehingga tanah beraerasi baik, pori-pori tersebut juga
partikel-partikel tanah primer (pasir, debu dan liat) sampai pada partikel-
partikel sekunder atau (ped) disebut juga agregat. Unit ini dipisahkan dari
unit gabungan atau karena kelemahan permukaan. Struktur suatu horizon
yang berbeda satu profil tanah merupakan satu cirri penting tanah, seperti
Ada dua jenis tanah tanpa struktur, yakni butir tunggal (single grain)
keadaan lepas (tidak terikat) satu sama lainnya. Keadaan ini sering dijumpai
mempunyai struktur: agregasi tidak dapat dilihat atau tidak tertentu batasnya
berbutir tunggal jika tidak menggumpal; lemah: Ped yang sulit dibentuk,
dapat dilihat dengan mata telanjang; sedang : Ped yang dapat dibentuk
dengan baik, tahan lama dan jelas, tetapi tidak jelas pada tanah yang tidak
terganggu; kuat : Ped yang kuat, jelas pada tanah yang tidak terganggu satu
dengan yang lain terikat secara lemah, tahan terhadap perpindahan dan
2.7.1 pH Tanah
Reaksi tanah yang penting adalah masam, netral atau alkalin. Hal
tersebut didasarkan pada jumlah ion H+ dan OH- dalam larutan tanah.
Reaksi tanah yang menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah
dalam tanah ditemukan ion OH-, maka disebut masam (pH < 7) (Hakim et
(Hardjowigeno, 2003).
daerah yang sangat kering kadang-kadang pH tanah sangat tinggi (pH lebih
dari 9,0) karena banyak mengandung garam Na. Menurut Hakim et al.
2.7.2 C-Organik
dari tanaman, hewan dan manusia yang terdapat di permukaan atau di dalam
(1968) menyatakan bahwa fungsi bahan organik adalah sebagai berikut: (i)
kandungan bahan organik dalam tanah tidak menurun dengan waktu akibat
bahan organik antara lain sangat erat berkaitan dengan KTK (Kapasitas
Tukar Kation) dan dapat meningkatkan KTK tanah. Tanpa pemberian bahan
organik dapat mengakibatkan degradasi kimia, fisik, dan biologi tanah yang
Secara umum karbon dari bahan organik tanah terdiri dari 10-20%
mengandung nitrogen seperti asam amino dan gula aminom 10-20% asam
yang sangat penting, maka tidak mengherankan jika dikatakan bahwa faktor
2.7.3 N-Total
dalam bentuk NO3- dan NH4+ walaupun urea (H2NCONH2) dapat juga
dimanfaatkan oleh tanaman karena urea secara cepat dapat diserap melalui
nitrogen di dalam tanah terdapat dalam berbagai bentuk yaitu protein (bahan
organik), senyawa-senyawa amino, ammonium (NH4+) dan nitrat (NO3-).
lebih baik tumbuh diberi NH4+ ada pula tanaman yang lebih baik diberi
NO3- dan ada pula tanaman yang tidak terpengaruh oleh bentuk-bentuk N ini
(Leiwakabessy, 2003).
lemah, mudah roboh dan dapat mengurangi daya tahan tanaman terhadap