Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN PASIEN HIPERTENSI DI RUMAH

SAKIT S.K LERIK

OLEH :

NAMA : ALFIAN TALU POPO

NIM : 171111003

KELAS : KEPERAWATAN A

PROGRAM STUDI NERS

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS CITRA BANGSA

KUPANG

i
BAB 1

PENDAHULUHAN

1. Pengertian
Hipertensi atau sering disebut tekanan darah tinggi merupakan suatu
peningkatan darah dalam arteri. Secara umun hipertensi merupakan
keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi didalam arteri
menyebabkan meningkatnya resiko terkena stroke, aneurisma, gagal
jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal. Menurut Ahmad J.
Ramadhan (2009) hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang
mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal, dapat menyebabkan
angka kematian. Berdasarkan tinggi rendahnya diastolic maka dapat
beberapa gradasi tekanan darah tinggi sebagai berikut :
a. Hipertensi berat apabila diastole lebih besar dari 130 mmHg
b. Hipertensi agak berat apabila diastole 115 – 129
c. Hipertensi sedang apaila tekanan diastole 105-114
d. Hipertensi ringan apabila tekanan diastole 90-1-4 mmHg
e. Hipertensi borderline bila tekanan darah yang normal dan takterdapat
kelainan organ organ
f. Hipertensi maigna adalah tekanan diastole lebih dari 120 mmHg
disertai dengan kelainan organ organ (popol eodema, gaga jantung,
enchotalopasi)
g. Hipertensi sistolik adalah apabila tekanan dasar sistole meleihi 10
mmHg
h. Harga normal tekanan darah (WHO) 120/80 – 140/90.

Hipertensi dibagi menjadi 2 yaitu

1. Hipertensi esensial (hipertensi primer) yaitu hipertensi yang tidak


diketahui penyebabnya
2. Hipertensi sekunder, yaitu hipertensi yang disebabkan oleh
penyakit lain.

1
2. Etiologi
a. Usia
Hipertensi meningkat dengan meingkatnya usia. hipertensi pada yang
berusia kurang dari 35 tahun dengan jelas menaikan insiden penyakit
arteri koroner dan kematian prematur
b. Kelamin
Umumnya insiden pada pria lebih tinggi dari pada wanita, namun pada
usia pertengahan dan lebih muda, insiden pada wanita mulai
meningkat, sehingga pada usia diatas 65 tahun, insiden pada wanita
lebih tinggi.
c. Ras
Hipertnsi pada yang kulit hitam paling sedikit dua kalinya ditemukan
dari pada pada kulit putih.
d. Pola Hidup
Faktor seperti pendidikan, penghasilan, dan faktor pada pola hidup lain
mempengaruhi resiko terserangnya hipertensi. Penghasilan rendah,
pendidikan rendah, dan pekerjaan yang penuh stres berhubungan
dengan insiden hipertensi yang lebih tinggi. Obesitas dan riwayat
merokok pun meningkatkan resiko hipertensi.
3. Faktor resiko
Adapun faktor-faktor resiko mempertinggi hipertensi antara lain sebagai
berikut:
a. Keturunan
b. Usia
c. Berat badan
d. Konsumsi garam
e. Ras
f. Pola makan dan gaya hidup tidak sehat
g. Aktifitas olahraga

2
4. Patofisiologi
a. Tekanan akan sangat mempengaruhi terhadap tingginya desakan
darah. Tahanan ini terjadi pada pembulih darah perifer. Tahanan
terbesar dialami oleh arteriole sehingga perbedaan desakan besar bila
arteriole menyempit akan menaikan desakan darah
b. Stadium pertama dari hipertensi sensiil adalah kenaikan tonus dari
arteriolae.
c. Sebagian besar (95%) hipertensi adalah hipertensi esensial, suatu
kombinasi dari berbagai faktor genetik dan lingkungan yang
menyebabkan fenotipe hipertensif. Hipertensi sekunder, yang
penyebabnya diketahui (mineralokortikoid tinggi, glukokortikoid
tinggi, dan renin tinggi) dan ditunjukan dengan adanya
1. Disfungsi ginjal
2. Usia muda (terutama 30 tahun atau kurang)
3. Hipertensi yang resisten terhadap terapi
4. Hipokalemia ( tanpa penggunaan diuretik)

3
Pathway hipertensi

4
5. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis secara umum dibadakan menjadi (Rokhaeni, 2001)
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter
yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah
terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepada dan kelelahan. Dalam kenyataan ini terlazim
yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
c. Manifestasi klinis pada lansia secara umum adalah sakit kepada,
pendarahan hidung, vertigo, mual muntah, perubahan penglihatan,
kesemutan pada kaki dan tangan, sesak napas, kejang atau koma, nyeri
dada (Smeltzer, 2001)
Manisfestasi klinis timbul setelah penderita mengalami hipertensi
selama bertahun-tahun. Gejalanya berupa:
1. Nyeri kepala, terkadang disertai dengan mual dan muntah
akibat peningkatan tekanan darah
2. Penglihatan kabur karena terjadi kerusakan pada retina
sebagai dampak dari hipertensi
3. Ayunan langkah yang tidak mantap karena terjadi kerusakan
susunan saraf pusat
4. Nokturia (sering berkemih pada malam hari) karena adanya
peningkaan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus
5. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan
tekanan kapiler

5
Peninggian tekanan darah kadang kala merupakan satu-satunya
gejala pada hipertensi kadang-kadang berjalan tanpa gejala dan baru
timbul setelah terjadi komplikasi pada ginjal, mata, otak, dan
jantung. Gejala yang sering ditemukan adalah sakit kepala,
epistaksis, pusing atau migrain, marah, telinga berdengung, rasa
berat di bagian tengkuk, kesulitan untuk tidur, dan mata berkunang-
kunang.

kasus hipertensi berat, gejala yang dialami pasien antara lain; Sakit
kepala (rasa berat di tengkuk), kelelahan, muntah-muntah,
kegugupan, keringat berlebihan, tremor otot, nyeri dada, pandangan
kabur atau ganda, telinga mendenging, kesulitan untuk tidur.

6. Penatalaksanaan
1. Farmakologi

Terapi obat pada penderita hipertensi sebagai berikut:

a. Hidroklorotiazid (HCT) 12,5-25 mg per hari dengan dosis


tunggal pada pagi hari
b. Reserpin 0,1-0,25 mg sehari dosis tunggal
c. Propanolol mulai dari 10 mg dua kali sehari yang dapat
dinaikkan 20 mg dua kali sehari (kontraindikasi untuk
penderita asma)
d. Kaptopril 12,5-25 mg sebanyak sampai tiga kali sehari
(kontraindikasi pada kehamilan selama janin hidup dan
penderita asma)
e. Nifedipin mulai dari 5 mg dua kali sehari, bisa dinaikkan 10
mg dua kali sehari

6
2. Non farmakologi
Brashers (2008) menjelaskan bahwa inti penatalaksanaan hipertensi
antara lain
a. Modifikasi gaya hidup meliputi penurunan berat badan (satu-
satunya metode pencegahan yang paling efektif, program harus
dibuat per individu),
b. Olahraga (latihan aerobik teratur untuk mencapai kebugaran
fisik sedang)
c. Diet rendah garam (sasaran <6 gram per hari)
d. Tingkatkan asupan kalium, kalsium, dan magnesium kurangi
asupan alkohol
e. Berhenti merokok
f. Terapi farmakologis ditujukan untuk pasien yang telah gagal
terapi modifikasi gaya hidup saja
g. Kosumsi obat yang dikombinasika oleh dokter (diazoxide,
nitroprusside, nitroglycerin, labeltslol)
h. Untuk hipertensi sekunder tergantung pada penyebabnya.
Mengatasi penyakit ginjal kadang dapat mengembalikan
tekanan darah. Penyempitan arteri bisa diatasi dengan
memasukan selang yang pada ujungnya terpasang balon dan
mengembangkan tesebut atau bisa dilakukan pembedahan
untuk membuat jalan pintas (obrasi bypass).

7. Komplikasi
1. Stroke
Stroke dapat timbul akibat pendarahan karena tekanan tinggi di
otak atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak. Stroke
dapat terjadi pada hipertensi kronis apabila arteri-arteri yang
memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan menebal, sehingga alirah
darah kedaerah-daerah yang diperdarahinya menjadi berkurang. Arteri-

7
arteri otak yang mengalami arterosklerosis dapat melemah, sehingga
meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma
2. Infark miokardium

Dapat terjadi apabila arteri koroner yang mengalami aterosklerotik


tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila
terbentuk thombus yang dapat mengambat aliran darah melalui
pembuluh tersebut. Karena terjadi hipertensi kronik dan hipertrofi
ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium tidak dapat dipenuhi
dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian
juga, hipertrofi ventrikel dapat menimbulkan perubahan-perubahan
waktu hantaran listrik saat melintasi ventrikel, sehingga terjadi
disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan risiko pembentukan
bekuan darah.

3. Gagal ginjal

Dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada


kapiler-kapiler glomerulus. Dengan rusaknya glomerulus, darah akan
mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, neuron akan terganggu, dan
dapat berlanjut menjadi hipoksik dan kematian. Dengan rusaknya
membran glomerulus protein akan keluar melalui urine, sehingga
tekanan osmotic koloid plasma berkurang. Hal ini yang menyebabkan
edema yang sering dijumpai pada hipertensi kronik.

4. Ensefalopati

Ensofalopati (kerusakan otot) dapat terjadi terutama pada


hipertensi maligna (hipertensi yang meningkat cepat). Tekanan yang
sangat tinggi akibat kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan
kapiler dan mendorong cairan ke dalam ruang intertisium di seluruh
susunan safat pusat. Akibatnya, neuron-neuron di sekitarnya
mengalami kolaps dan terjadi koma serta kematian.

8
8. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pada pemeriksaan riwayat kesehatan pasien, biasanya didapat adanya
riwayat peningkatan tekanan darah,

A. Data subjektif
Pada pasien hipertensi biasanya di dapatkan data:
1) adanya faktor-faktor risiko riwayat keluarga dengan penyakit
jantung, hipertensi, stroke, diabetes, hiperlipidema.
2) Adanya riwayat hipertensi dan konsumsi obat-obatan
antihipertensi.
3) Adanya riwayat penyakit kardiovaskuler, serebrovaskuler, ginjal,
diabetes, hiperlipidemia.
4) Merokok dan mengkonsumsi alkohol.
5) Kebiasaan makan: riwayat penurunan maupun peningkatan berat
badan.
6) Kebiasaan gerak badan.
7) Pekerjaan, stres, manajemen stres.
8) Pengetahuan tentang hipertensi dan pengobatannya.

B. Data objektif
1) Hasil dari pemeriksaan fisik (head to toe dan vital sign)
2) Berat badan dan tinggi badan.
3) Funduskopi mata untuk mengetahui adanya penyempitan
perdarahan arteriole.
4) Leher : bruit karotis, distensi vena juguralis, pembesaran kelenjar
tiroid.
5) Auskultasi jantung : adanya murmur, peningkatan kecepatan
denyut jantung, tanda-tanda hipertrofi ventrikel kiri.
6) Abdomen: tumor, pembesaran organ-organ abdominal.

9
7) Eksremitas warna kulit, edema, hangat, nadi perifer, auskultasi
arteri femoralis untuk adanya bruit
8) Pengkajian neurologis.
9) Uji laboratorium: darah lengkap, kimia darah, lipid, kreatin.

2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul.


1) Nyeri akut (Sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan
tekanan vaskuler serebral.
2) Intoleren aktifitas berhungan dengan kelemahan fisik.
3) Gangguan perubahan pola nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan masukan berlebih kebutuhan metabolik.
4) Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan
dengan peningkatan afterload vasokontriksi.
5) Ketidakefektifan manajemen pengobatan yang berhubungan
dengan nilai-nilai hidup pasien/harga obat/efek samping obat.
6) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan/tidak ada informasi/kurang respons terhadap
informasi/tafsiran yang salah tentang informasi.

10
3. Intervensi

No.d Tujuan Intervensi Rasional


x
1. Setelah 1) Observasi 1) Untuk
dilakukan tanda-tanda mengetahui
tindakan selama vital. perkembangan
2 x 24 jam di 2) Mempertahank tanda – tanda
harapkan pasien an tirah baring vital
dapat : selama fase 2) Meminimalkan
1) Pasien akut. stimulasi atau
dapat 3) Memberikan meningkatkan
melapor tindakan non relaksasi
kan farmakologis 3) Untuk
nyeri untuk menurunkan
hilang menghilangkan tekanan
atau sakit kepala vaskuler
terkontr (kompres sehingga sakit
ol. dingin, teknik kepala
2) Pasien relaksasi) berkurang
dapat 4) Kolaborai 4) Menurunkan
mengun dengan sokter nyeri,
gkapkan pemberian menurunkan
metode analgesik respon saraf
untuk simpatis.
mengura
ngi
nyeri.
2. Setelah 1) Kaji respon 1) Untk
dilakukan pasien terhadap mengetahui
tindakan selama aktifitas. bagaimana
2 x 24 jam 2) Instruksikan aktivitas.

11
diharapakan pasien tentang 2) Membantu
pasien dapat : teknik antara suplai
1) Pasien menghemat dan kebutuhan
dapat energi( duduk o2.
berparisi saat gosok gigi 3) Untuk
asi dan melakukan kemajuan
dalam aktifias aktifitas
aktifitas perlahan mencegah
yang di 3) Dorong untuk peningkatan
inginkan beraktivitas kerja jantung
. stsu melakukan tiba-tiba
2) Pasien aktivitas diri
dapat bertahab.
melapor
kan
toleransi
aktifitas
yang
dapat di
ukur
3. Setelah 1) Pasien dapat 1) Kesalahan
dilakukan bicara tentang kebiasaan
tindakan selama pentingnya makan
2 x 24 jam menurunkan menunjang
diharapkan masukan kalori terjadinya
pasien dapat: dan batasi aterosklerosis
1) Pasien lemak, garam, dan
dapat gula sesuai kegemukan
menunju indikasi. merupakan
kan 2) Kaji predisposisi
perubah pemahaman untuk

12
an pola tentang hipertensi dan
makan hubungan komplikasinya
2) Pasien antara 2) Kegemukan
dapat hipertensi adalah risiko
berolahr dengan tekanan darah
aga kegemukan. tinggi karena
dengan 3) Kaji ulang disproporsi
tepat memasukan antara
kalori harian kapasitas norta
dan pilihan dan
diet. peningkatan
4) Kolaborasi curah jantung.
dengan ahli gizi 3) Mengidentifika
si kekuatan dan
kelemahan
dalam program
diet terakhir
4) Memberikan
konseling
4. Setelah 1) Pantau tekanan 1) Untuk
dilakukan darah untuk mengetahui
tindakan selama evaluasi. perkembangan
2 x 24 jam 2) Auskultasi tekanan darah.
diharapkan tonus jantung 2) S4 terdengar
pasien dapat : dan bunyi pada pasien
1) Pasien nafas. hibertensi berat
berpartis 3) Catat edema karena ad
ipasi umum. ahipertropi
dalam 4) Berikan atrium.
aktifitas lingkungan 3) Mengindikasi
yang yang tenan, gagal jantung.

13
menurun nyaman, 4) Membantu
kan kurangi menurunkan
beban aktifitas. rangsang
yang simatis dan
dapat meningkatkan
diterima. relaksasi.
2) Pasien
memperl
ihatkan
irama
dan
frekuens
i jantung
stabil
dalam
rentang
normal.

DAFTAR PUSTAKA

14
Tamboyong,J.2000.Patofisiologi Untuk Keperawatan.Jakarta:EGC

Oktaviarus,S.Sartika,F.2014.Asuhan Keperawatan Pada Sistem Kardiovaskuler


Dewasa.Yogyakarta:Graha Ilmu.

Manungtung,Alfeus.2018.Terapi Perilaku Kognitif Pada Pasien


Hipertensi:Wineka Media.

Murwani.Arita.2011.Perawatan Pasien Penyakit Dalam.Yogyakarta:Gosyen


Publising.

Sunaryati,SS.2011.14 Penyakit Paling Seram Dan


Mematikan.Yogyakarta:FlashBooks

15

Anda mungkin juga menyukai