Anda di halaman 1dari 16

FARMASI RUMAH SAKIT

RANGKUMAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DAN


PENGGUNAAN OBAT

OLEH :
NAMA : NELISA
NIM : O1A1 17 036
KELAS :A
DOSEN : Apt. LA ODE MUHAMMAD FITRAWAN, S.Farm, M.Sc

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020
PELAYANAN KEFARMASIAN DAN PENGGUNAAN OBAT

Pelayanan kefarmasian adalah pelayanan langsung dan bertanggung jawab


kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dan alat kesehatan dengan
maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
Pelayanan kefarmasian di rumah sakit bertujuan untuk menjamin mutu, manfaat,
keamanan, serta khasiat sediaan farmasi dan alat kesehatan serta menjamin kepastian
hukum bagi tenaga kefarmasian, melindungi pasien, masyarakat, dan staf dari
penggunaan obat yang tidak rasional dalam rangka keselamatan pasien, menjamin
sistem pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat yang lebih aman serta
menurunkan angka kesalahan penggunaan obat. Rumah sakit menerapkan prinsip
rancang proses yang efektif, implementasi dan peningkatan mutu terhadap seleksi,
pengadaan, penyimpanan, peresepan atau permintaan obat atau instruksi pengobatan,
penyalinan (transcribe), pendistribusian, penyiapan (dispensing), pemberian,
pendokumentasian, dan pemantauan terapi obat.
PENGORGANISASIAN
1. Standar PKPO 1
a) Maksud dan Tujuan PKPO 1
Pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat itu organisasinya harus
efektif dan efisien, serta bukan hanya tanggung jawab apoteker, tetapi juga
profesional pemberi asuhan dan staf klinis pemberi asuhan lainnya. Pengaturan
pembagian tanggung jawab bergantung pada struktur organisasi dan staffing.
Struktur organisasi dan operasional sistem pelayanan kefarmasian serta
penggunaan obat di rumah sakit mengacu pada peraturan perundang-undangan.
Pelayanan kefarmasian dilakukan oleh apoteker yang melakukan
pengawasan dan supervisi semua aktivitas pelayanan kefarmasian serta
penggunaan obat di rumah sakit dan untuk memastikan keefektifannya maka
rumah sakit melakukan kajian sekurang kurangnya sekali setahun. Kajian
tahunan mengumpulkan semua informasi dan pengalaman yang berhubungan
dengan pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat, termasuk angka kesalahan
penggunaan obat serta upaya untuk menurunkannya yang bertujuan membuat
rumah sakit memahami kebutuhan dan prioritas perbaikan sistem berkelanjutan
dalam hal mutu, keamanan, manfaat, serta khasiat obat dan alat kesehatan.
Semua data, informasi, dan pengalaman yang berhubungan dengan
pelayanan kefarmasian serta penggunaan obat, termasuk antara lain seberapa
baik sistem telah bekerja terkait dengan seleksi dan pengadaan obat,
penyimpanan, peresepan/permintaan obat dan instruksi pengobatan penyiapan
dan penyerahan dan pemberian obat, pendokumentasian dan pemantauan efek
obat monitor seluruh angka kesalahan penggunaan obat (medication error)
meliputi kejadian tidak diharapkan, kejadian sentinel, kejadian nyaris cedera,
kejadian tidak cedera dan upaya mencegah dan menurunkannya, kebutuhan
pendidikan dan pelatihan, pertimbangan melakukan kegiatan baru berbasis
bukti (evidence based) dikumpulkan dalam kajian tahunan.
b) Elemen Penilaian PKPO 1
1) Ada regulasi organisasi yang mengelola pelayanan kefarmasian dan
penggunaan obat yang menyeluruh atau mengarahkan semua tahapan
pelayanan kefarmasian serta penggunaan obat yang aman sesuai dengan
peraturan perundang-undangan (R).
2) Ada bukti seluruh apoteker memiliki izin dan melakukan supervisi sesuai
dengan penugasannya (D,W).
3) Ada bukti pelaksanaan sekurang-kurangnya satu kajian pelayanan
kefarmasian dan penggunaan obat yang didokumentasikan selama 12 bulan
terakhir (D,W).
4) Ada bukti sumber informasi obat yang tepat, terkini, dan selalu tersedia bagi
semua yang terlibat dalam penggunaan obat (D,O,W).
5) Terlaksana pelaporan kesalahan penggunaan obat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. (D,W).
6) Terlaksana tindak lanjut terhadap kesalahan penggunaan obat untuk
memperbaiki sistem manajemen dan penggunaan obat sesuai dengan
peraturan perundangundangan (D,W).
SELEKSI DAN PENGADAAN
2. Standar PKPO 2
a) Maksud dan Tujuan PKPO 2
Rumah sakit harus menetapkan formularium obat yang mengacu pada
peraturan perundang-undangan. Formularium tersebut didasarkan pada misi
rumah sakit, kebutuhan pasien, dan jenis pelayanan yang diberikan. Seleksi obat
adalah suatu proses kerja sama yang mempertimbangkan baik kebutuhan dan
keselamatan pasien maupun kondisi ekonominya. Jika terjadi kehabisan obat
karena keterlambatan pengiriman, stok nasional kurang, atau sebab lain yang
tidak diantisipasi sebelumnya maka tenaga kefarmasian harus
menginformasikan kepada profesional pemberi asuhan dan staf klinis pemberi
asuhan lainnya tentang kekosongan obat tersebut serta saran substitusinya atau
mengadakan perjanjian kerjasama dengan pihak luar.
b) Elemen Penilaian PKPO 2
1) Ada regulasi organisasi yang menyusun formularium rumah sakit berdasar
atas kriteria yang disusun secara kolaboratif sesuai dengan peraturan
perundangundangan (R)
2) Ada bukti pelaksanaan apabila ada obat yang baru ditambahkan dalam
formularium maka ada proses untuk memantau bagaimana penggunaan obat
tersebut dan bila terjadi efek obat yang tidak diharapkan, efek samping serta
medication error (D,W)
3) Ada bukti implementasi untuk memantau kepatuhan terhadap formularium
baik dari persediaan maupun penggunaanya (D,W)
c) Maksud dan Tujuan PKPO 2.1 sampai dengan PKPO 2.1.1
Rumah sakit menetapkan regulasi dan proses pengadaan sediaan farmasi,
alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai sesuai dengan peraturan
perundangundangan. Ada kalanya sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai tidak ada dalam stok atau tidak tersedia saat dibutuhkan.
Rumah sakit harus menetapkan regulasi dan proses untuk pengadaan sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang aman, bermutu,
bermanfaat, serta berkhasiat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
d) Elemen Penilaian PKPO 2.1
1) Ada regulasi pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai yang aman, bermutu, bermanfaat, serta berkhasiat sesuai dengan
peraturan perundang-undanga (R).
2) Ada bukti bahwa manajemen rantai pengadaan (supply chain management)
dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
3) Ada bukti pengadaan obat berdasar atas kontrak.
e) Elemen Penilaian PKPO 2.1.1
1) Ada regulasi pengadaan bila sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai tidak ada dalam stok atau tidak tersedia saat dibutuhkan
(R).
2) Ada bukti pemberitahuan kepada staf medis serta saran substitusinya (D,W).
3) Ada bukti bahwa staf memahami dan mematuhi regulasi tersebut (D, W).
PENYIMPANAN
3. Standar PKPO 3
a) Maksud dan Tujuan PKPO 3
Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai disimpan di
tempat yang sesuai, dapat di gudang logistik, di instalasi farmasi, atau di satelit
atau depo farmasi serta diharuskan memiliki pengawasan di semua lokasi
penyimpanan.
b) Elemen Penilaian PKPO 3
1) Ada regulasi tentang pengaturan penyimpanan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang baik, benar, dan aman (R).
2) Ada bukti obat dan zat kimia yang digunakan untuk mempersiapkan obat
diberi label yang terdiri atas isi/nama obat, tanggal kadaluarsa, dan
peringatan khusus (O,W).
3) Ada bukti implementasi proses penyimpanan obat yang tepat agar kondisi
obat tetap stabil, termasuk obat yang disimpan di luar instalasi farmasi
(D,W).
4) Ada bukti pelaksanaan dilakukan supervisi secara teratur oleh apoteker untuk
memastikan penyimpanan obat dilakukan dengan baik (D,W).
5) Ada bukti pelaksanaan obat dilindungi dari kehilangan serta pencurian di
semua tempat penyimpanan dan pelayanan (D,W).
c) Maksud dan Tujuan PKPO 3.1
Beberapa macam obat seperti obat radioaktif dan obat yang dibawa
pasien sebelum rawat inap mungkin memiliki risiko keamanan. Obat program
pemerintah atau obat darurat dimungkinkan ada kesempatan penyalahgunaan
atau karena ada kandungan khusus (misalnya nutrisi), memerlukan ketentuan
khusus untuk menyimpan dan mengawasi penggunaannya. Rumah sakit
menetapkan prosedur yang mengatur tentang penerimaan, identifikasi, tempat
penyimpanan, dan distribusi macam obatobat ini.
d) Elemen Penilaian PKPO 3.1
1) Ada regulasi pengaturan tata kelola bahan berbahaya, serta obat narkotika
dan psikotropika yang baik, benar, dan aman sesuai dengan peraturan
perundangundangan (R).
2) Ada bukti penyimpanan bahan berbahaya yang baik, benar, dan aman
sesuai dengan egulasi (O,W).
3) Ada bukti penyimpanan obat narkotika serta psikotropika yang baik, benar,
dan aman sesuai dengan regulasi (O,W).
4) Ada bukti pelaporan obat narkotika serta psikotropika secara akurat sesuai
dengan peraturan dan perundang-undangan (D,W).
e) Maksud dan Tujuan PKPO 3.2
Jika ada pasien darurat maka akses cepat ke tempat obat yang diperlukan
menjadi sangat penting dan obat harus siap pakai bila sewaktu-waktu
diperlukan. Setiap rumah sakit harus membuat rencana lokasi penyimpanan
obat darurat.
f) Elemen Penilaian PKPO 3.2
1) Ada regulasi rumah sakit tentang proses larangan menyimpan elektrolit
konsentrat di tempat rawat inap kecuali bila dibutuhkan secara klinik dan
apabila terpaksa disimpan di area rawat inap harus diatur keamanannya
untuk menghindari kesalahan (R)
2) Ada bukti penyimpanan elektrolit konsentrat yang baik, benar, dan aman
sesuai dengan egulasi (O,W)
3) Elektrolit konsentrat diberi label obat yang harus diwaspadai (high alert)
sesuai dengan regulasi. (O,W)
g) Maksud dan Tujuan PKPO 3.3
Beberapa macam obat memerlukan ketentuan khusus untuk menyimpan
dan mengawasi penggunaannya seperti produk nutrisi, obat dan bahan
radioaktif, obat yang dibawa pasien sebelum rawat inap mungkin memiliki
risiko terhadap keamanan, obat program atau bantuan pemerintah/pihak lain,
obat yang digunakan untuk penelitian. Rumah sakit menetapkan prosedur yang
mengatur penerimaan, identifikasi, tempat penyimpanan, dan distribusi macam
obat-obat ini.
h) Elemen Penilaian PKPO 3.3
1) Ada regulasi pengaturan penyimpanan obat dengan ketentuan khusus
meliputi butir 1 sampai dengan 5 pada maksud dan tujuan (R).
2) Ada bukti penyimpanan produk nutrisi yang baik, benar, dan aman sesuai
dengan regulasi (O,W).
3) Ada bukti penyimpanan obat dan bahan radioaktif yang baik, benar, dan
aman sesuai dengan regulasi (O,W).
4) Ada bukti penyimpanan obat yang dibawa pasien sebelum rawat inap yang
baik, benar, dan aman sesuai dengan regulasi (O,W).
5) Ada bukti penyimpanan obat program atau bantuan pemerintah/pihak lain
yang baik, benar, dan aman sesuai dengan regulasi (O,W).
6) Ada bukti penyimpanan obat yang digunakan untuk penelitian yang baik,
benar, dan aman sesuai dengan regulasi (O,W).
i) Maksud dan Tujuan PKPO 3.4
Jika ada pasien darurat maka akses cepat ke tempat obat yang diperlukan
menjadi sangat penting dan obat harus siap pakai bila sewaktu-waktu
diperlukan. Setiap rumah sakit harus membuat rencana lokasi penyimpanan
obat darurat.
j) Elemen Penilaian PKPO 3.4
1) Ada regulasi pengelolaan obat emergensi yang tersedia di unit-unit layanan
agar dapat segera dipakai untuk memenuhi kebutuhan darurat serta upaya
pemeliharaan dan pengamanan dari kemungkinan pencurian dan kehilanga
(R)
2) Ada bukti persediaan obat emergensi lengkap dan siap pakai (D,O,W).
3) Ada bukti pelaksanaan supervisi terhadap penyimpanan obat emergensi dan
segera diganti apabila dipakai, kadaluwarsa, atau rusak (D,O,W).
k) Standar PKPO 3.5
Rumah sakit memiliki sistem penarikan kembali (recall), pemusnahan
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai tidak layak
digunakan karena rusak, mutu substandar, atau kadaluwarsa. Rumah sakit
menetapkan dan melaksanakan identifikasi dalam proses penarikan kembali
(recall) oleh Pemerintah, pabrik, atau pemasok. Rumah sakit juga harus
menjamin bahwa sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis yang
tidak layak pakai karena rusak, mutu substandard, atau kadaluwarsa tidak
digunakan serta dimusnahkan.
l) Elemen Penilaian PKPO 3.5
1) Ada regulasi penarikan kembali (recall) dan pemusnahan sediaan farmasi,
alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang tidak layak pakai karena
rusak, mutu substandard, atau kadaluwarsa (R)
2) Ada bukti pelaksanaan penarikan kembali (recall) sesuai dengan regulasi
yang ditetapkan (D,W)
3) Ada bukti pelaksanaan pemusnahan sesuai dengan regulasi yang ditetapkan.
(D,W)
PERESEPAN DAN PENYALINAN
4. Standar PKPO 4
a) Maksud dan Tujuan PKPO 4
Rumah sakit menetapkan staf medis yang kompeten dan berwenang
untuk melakukan peresepan/permintaan obat serta instruksi pengobatan. Staf
medis dilatih untuk peresepan/permintaan obat dan instruksi pengobatan
dengan benar. Peresepan/permintaan obat dan instruksi pengobatan yang tidak
benar, tidak terbaca, dan tidak lengkap dapat membahayakan pasien serta
menunda kegiatan asuhan pasien. Rumah sakit memiliki regulasi
peresepan/permintaan obat serta instruksi pengobatan dengan benar, lengkap,
dan terbaca tulisannya. Rumah sakit menetapkan proses rekonsiliasi obat, yaitu
proses membandingkan daftar obat yang dipergunakan oleh pasien sebelum
dirawat inap dengan peresepan/permintaan obat dan instruksi pengobatan yang
dibuat pertama kali sejak pasien masuk, saat pemindahan pasien antarunit
pelayanan (transfer), dan sebelum pasien pulang.
b) Elemen Penilaian PKPO 4
1) Ada regulasi peresepan/permintaan obat dan instruksi pengobatan secara
benar, lengkap, dan terbaca, serta menetapkan staf medis yang kompeten
dan berwenang untuk melakukan peresepan/permintaan obat dan instruksi
pengobatan (R)
2) Ada bukti peresepan/permintaan obat dan instruksi pengobatan
dilaksanakan oleh staf medis yang kompeten serta berwenang (D,O,W).
3) Ada bukti pelaksanaan apoteker melakukan rekonsiliasi obat pada saat
pasien masuk, pindah unit pelayanan, dan sebelum pulang (D,W).
4) Rekam medis memuat riwayat penggunaan obat pasien (D,O).
c) Maksud dan Tujuan PKPO 4.1
Persyaratan atau elemen kelengkapan paling sedikit meliputi data
identitas pasien secara akurat (dengan stiker), elemen pokok di semua resep
atau permintaan obat atau instruksi pengobatan, kapan diharuskan
menggunakan nama dagang atau generik, kapan diperlukan penggunaan
indikasi seperti pada PRN (pro re nata atau “jika perlu”) atau instruksi
pengobatan lain, jenis instruksi pengobatan yang berdasar atas berat badan
seperti untuk anak anak, lansia yang rapuh, dan populasi khusus sejenis
lainnya, kecepatan pemberian (jika berupa infus), instruksi khusus. Ditetapkan
proses untuk menangani atau mengelola hal-hal seperti resep atau permintaan
obat dan instruksi pengobatan yang tidak benar, tidak lengkap, dan tidak
terbaca, resep atau permintaan obat dan instruksi pengobatan yang NORUM
(Nama Obat Rupa Ucapan Mirip) atau LASA (Look Alike Sound Alike), jenis
resep khusus, seperti emergensi, cito, berhenti automatis (automatic stop order),
tapering, dan lainnya, instruksi pengobatan secara lisan atau melalui telepon
wajib dilakukan tulis lengkap, baca ulang, dan meminta konfirmasi.
d) Elemen Penilaian PKPO 4.1
1) Ada regulasi syarat elemen resep lengkap yang meliputi butir 1 sampai
dengan 7 pada maksud dan tujuan serta penetapan dan penerapan langkah
langkah untuk pengelolaan peresepan/permintaan obat, instruksi
pengobatan yang tidak benar, tidak lengkap, dan tidak terbaca agar hal
tersebut tidak terulang kembali (R)
2) Ada bukti pelaksanaan evaluasi syarat elemen resep lengkap yang meliputi
butir 1 sampai dengan 7 pada maksud dan tujuan (D,W)
3) Ada bukti pelaksanaan proses pengelolaan resep yang tidak benar, tidak
lengkap, dan tidak terbaca (D,W)
4) Ada bukti pelaksanaan proses untuk mengelola resep khusus, seperti
darurat, standing order, berhenti automatis (automatic stop order), tapering,
dan lainnya (D,W).
e) Maksud dan Tujuan PKPO 4.2
Rumah sakit bertanggungjawab menentukan staf medis dengan
pengalaman cukup dan pengetahuan spesifik sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang diberi izin membuat/menulis resep atau membuat
permintaan obat. Rumah sakit membatasi penulisan resep meliputi jenis dan
jumlah obat oleh staf medis, misalnya resep obat berbahaya, obat kemoterapi,
obat radioaktif, dan obat untuk keperluan investigasi. Staf medis yang
kompeten dan diberi kewenangan membuat atau menulis resep harus dikenal
dan diketahui oleh unit layanan farmasi atau lainnya yang memberikan atau
menyalurkan obat. Dalam situasi darurat maka rumah sakit menentukan
tambahan PPA yang diberi izin untuk membuat atau menulis resep atau
permintaan obat dan instruksi pengobatan.
f) Elemen Penilaian PKPO 4.2
1) Ada daftar staf medis yang kompeten dan berwenang membuat atau
menulis resep yang tersedia di semua unit pelayanan (D).
2) Ada bukti pelaksanaan rumah sakit menetapkan dan melaksanakan proses
untuk membatasi jika diperlukan jumlah resep atau jumlah pemesanan obat
yang dapat dilakukan oleh staf medis yang diberi kewenangan (R).
3) Ada bukti staf medis yang kompeten dan berwenang membuat atau menulis
resep atau memesan obat dikenal dan diketahui oleh unit layanan farmasi
atau oleh lainnya yang menyalurkan obat (D).
g) Maksud dan Tujuan PKPO 4.3
Rekam medis pasien memuat daftar obat yang diinstruksikan yang
memuat identitas pasien, nama obat, dosis, rute pemberian, waktu pemberian,
nama dan tanda tangan dokter serta keterangan bila perlu tapering off, titrasi,
dan rentang dosis. Pencatatan juga termasuk obat yang diberikan “jika
perlu”/prorenata. Pencatatan dibuat di formulir obat yang tersendiri dan
dimasukkan ke dalam berkas rekam medis serta disertakan pada waktu pasien
pulang dari rumah sakit atau dipindahkan.
h) Elemen Penilaian PKPO 4.3
1) Ada bukti pelaksanaan obat yang diberikan dicatat dalam satu daftar di
rekam medis untuk setiap pasien berisi: identitas pasien, nama obat, dosis,
rute pemberian, waktu pemberian, nama dokter dan keterangan bila perlu
tapering off, titrasi, dan rentang dosis (D).
2) Ada bukti pelaksanaan daftar tersebut di atas disimpan dalam rekam medis
pasien dan menyertai pasien ketika pasien dipindahkan. Salinan daftar
tersebut diserahkan kepada pasien saat pulang (D).

PERSIAPAN DAN PENYERAHAN


5. Standar PKPO 5
a) Maksud dan Tujuan PKPO 5
Rumah sakit diminta menyiapkan dan menyerahkan obat dalam
lingkungan yang aman bagi pasien, petugas, dan lingkungan serta untuk
mencegah kontaminasi tempat penyiapan obat harus sesuai dengan peraturan
perundang-undangan dan praktik profesi seperti pencampuran obat kemoterapi
harus dilakukan di dalam ruang yang bersih (clean room) yang dilengkapi
dengan cytotoxic handling drug safety cabinet dengan petugas sudah terlatih
dengan teknik aseptik serta menggunakan alat perlindung diri yang sesuai,
pencampuran obat intravena, epidural, dan nutrisi parenteral serta pengemasan
kembali obat suntik harus dilakukan dalam ruang yang bersih (clean room)
yang dilengkapi dengan laminary airflow cabinet dan petugas sudah terlatih
dengan teknik aseptik serta menggunakan alat perlindung diri yang sesuai, staf
yang menyiapkan produk steril terlatih dengan prinsip penyiapan obat dan
teknik aseptik.
b) Elemen Penilaian PKPO 5
1) Ada regulasi penyiapan dan penyerahan obat yang sesuai dengan peraturan
perundang-undangan dan praktik profesi (R)
2) Ada bukti pelaksanaan staf yang menyiapkan produk steril dilatih,
memahami, serta mempraktikkan prinsip penyiapan obat dan teknik aseptik
(D,W)
3) Ada bukti pelaksanaan pencampuran obat kemoterapi dilakukan sesuai
dengan praktik profesi (O,W)
4) Ada bukti pencampuran obat intravena, epidural, dan nutrisi parenteral serta
pengemasan kembali obat suntik dilakukan sesuai dengan raktik profesi.
(O,W).
c) Maksud dan Tujuan PKPO 5.1
Pengkajian resep untuk menilai ketepatan baik administratif, klinis
maupun farmasetik obat untuk pasien dan kebutuhan kliniknya pada saat resep
dibuat atau obat dipesan. Pengkajian resep dilakukan oleh apoteker meliputi
ketepatan identitas pasien, obat, dosis, frekuensi, aturan minum/makan obat,
dan waktu pemberian, duplikasi pengobatan, potensi alergi atau sensitivitas,
interaksi antara obat dan obat lain atau dengan makanan, variasi kriteria
penggunaan dari rumah sakit, berat badan pasien dan atau informasi fisiologik
lainnya, dan kontra indikasi.
d) Elemen Penilaian PKPO 5.1
1) Ada regulasi penetapan sistem yang seragam untuk penyiapan dan
penyerahan obat (R)
2) Ada bukti pelaksanaan proses pengkajian resep yang meliputi butir 1
sampai dengan 7 pada maksud dan tujuan (D,W)
3) Setelah persiapan, obat diberi label meliputi identitas pasien, nama obat,
dosis atau konsentrasi, cara pemakaian, waktu pemberian, tanggal
disiapkan, dan tanggal kadaluarsa (D,O,W)
4) Ada bukti pelaksanaan telaah obat meliputi butir 1 sampai dengan 5 pada
maksud dan tujuan (D,W)
5) Ada bukti pelaksanaan penyerahan obat dalam bentuk yang siap diberikan
(D,W)
6) Ada bukti penyerahan obat tepat waktu (D,O,W)
PEMBERIAN (ADMINISTRATION) OBAT
6. Standar PKPO 6
a) Maksud dan Tujuan PKPO 6
Rumah sakit bertanggung jawab menetapkan staf klinis dengan
pengetahuan dan pengalaman yang diperlukan, memiliki izin, dan sertifikat
berdasar atas peraturan perundang-undangan untuk memberikan obat. Rumah
sakit dapat membatasi kewenangan individu dalam melakukan pemberian
obat, seperti pemberian obat narkotika dan psikotropika, radioaktif, atau obat
penelitian. Dalam keadaan darurat maka rumah sakit dapat menetapkan
tambahan staf klinis yang diberi izin memberikan obat.
b) Elemen Penilaian PKPO 6
1) Ada penetapan staf klinis yang kompeten dan berwenang untuk
memberikan obat termasuk pembatasannya (R)
2) Ada bukti pelaksanaan pemberian obat oleh staf klinis yang kompeten dan
berwenang sesuai dengan surat izin terkait profesinya dan peraturan
perundang-undangan (D,W)
3) Ada bukti pelaksanaan pemberian obat dilaksanakan sesuai dengan
pembatasan yang ditetapkan, misalnya obat kemoterapi, obat radioaktif,
atau obat untuk penelitian. (D,W)
c) Maksud dan Tujuan PKPO 6.1
Agar obat diserahkan pada orang yang tepat, dosis yang tepat dan
waktu yang tepat maka sebelum pemberian obat kepada pasien dilakukan
verifikasi kesesuaian obat dengan instruksi pengobatan yang meliputi identitas
pasien, nama obat, dosis, rute pemberian dan waktu pemberian.
d) Elemen Penilaian PKPO 6.1
1) Ada regulasi verifikasi sebelum penyerahan obat kepada pasien yang
meliputi butir 1 sampai dengan 5 pada maksud dan tujuan (R)
2) Ada bukti pelaksanaan verifikasi sebelum obat diserahkan kepada pasien.
(D,W,S)
3) Ada bukti pelaksanaan double check untuk obat yang harus diwaspadai
(high alert) (D,O,W,S)
e) Maksud dan Tujuan PKPO 6.2
Rumah sakit harus mengetahui sumber dan penggunaan obat yang
tidak diadakan dari instalasi farmasi rumah sakit seperti obat yang dibawa
oleh pasien dan keluarganya. Pemberian obat oleh pasien sendiri, baik yang
dibawa sendiri atau yang diresepkan dari rumah sakit harus diketahui oleh
dokter yang merawat dan dicatat di rekam medis pasien.
f) Elemen Penilaian PKPO 6.2
1) Ada regulasi pengobatan oleh pasien sendiri (R)
2) Ada bukti pelaksanaan pengobatan obat oleh pasien sendiri sesuai dengan
regulasi (D,W)
3) Ada proses monitoring terhadap pengobatan oleh pasien sendiri (D,W)
PEMANTAUAN (MONITOR)
7. Standar PKPO 7
a) Maksud dan Tujuan PKPO 7
Standar ini bertujuan agar apabila timbul efek samping obat dapat
dilaporkan oleh profesional pemberi asuhan (PPA) kepada tim farmasi dan
terapi yang selanjutnya dilaporkan pada Pusat Meso Nasional. Apoteker
mengevaluasi efek obat untuk memantau secara ketat respons pasien dengan
melakukan pemantauan terapi obat (PTO). Apoteker bekerjasama dengan
pasien, dokter, perawat, dan tenaga kesehatan lainnya untuk memantau pasien
yang diberi obat.
b) Elemen Penilaian PKPO 7
1) Ada regulasi pemantauan efek obat dan efek samping obat serta dicatat
dalam status pasien (R)
2) Ada bukti pelaksanaan pemantauan terapi obat (D,W)
3) Ada bukti pemantauan efek samping obat dan pelaporannya sesuai dengan
peraturan perundang-undangan (D,W)
c) Maksud dan Tujuan PKPO 7.1
Rumah sakit menetapkan proses identifikasi dan pelaporan bila terjadi
kesalahan penggunaan obat (medication error), kejadian yang tidak
diharapkan (KTD) termasuk kejadian sentinel, serta kejadian tidak cedera
(KTC) maupun kejadian nyaris cedera (KNC). Proses pelaporan kesalahan
penggunaan obat (medication error) menjadi bagian dari program kendali
mutu dan keselamatan pasien rumah sakit. Laporan ditujukan kepada tim
keselamatan pasien rumah sakit dan laporan ini digunakan untuk mencegah
kesalahan di kemudian hari.
d) Elemen Penilaian PKPO 7.1
1) Ada regulasi medication safety yang bertujuan mengarahkan penggunaan
obat yang aman dan meminimalisasi kemungkinan terjadi kesalahan
penggunaan obat sesuai dengan peraturan perundang-undangan (R)
2) Ada bukti pelaksanaan rumah sakit mengumpulkan dan memonitor
seluruh angka kesalahan penggunaan obat termasuk kejadian tidak
diharapkan, kejadian sentinel, kejadian nyaris cedera, dan kejadian tidak
cedera (D,W)
3) Ada bukti instalasi farmasi mengirimkan laporan kesalahan penggunaan
obat (medication error) kepada tim keselamatan pasien rumah sakit (D,W)
4) Ada bukti tim keselamatan pasien rumah sakit menerima laporan
kesalahan penggunaan obat (medication error) dan mencari akar masalah
atau investigasi sederhana, solusi dan tindak lanjutnya, serta melaporkan
kepada Komite Nasional Keselamatan Pasien (D,W)
5) Ada bukti pelaksanaan rumah sakit melakukan upaya mencegah dan
menurunkan kesalahan penggunaan obat (medication error) (D,W)

Anda mungkin juga menyukai