Anda di halaman 1dari 13

Osteosarkoma

1. Definisi
Osteosarkoma adalah tumor ganas tulang primer yang berasal dari sel mesenkimal
primitif yang memproduksi tulang dan matriks osteoid.
2. Tanda dan Gejala
a. Nyeri lokal yang semakin progresif (yang awalnya ringan dan intermiten namun
lama kelamaan menjadi semakin hebat dan menetap)
b. Massa (pada ekstremitas yang membesar dengan cepat, nyeri pada penekanan dan
venektasi)
c. Edema jaringan lunak ( ± )
d. Fraktur patologis dapat terjadi pada 5-10% pasien osteosarcoma
e. Keterbatasan gerak (range of motion )
f. Penurunan berat badan
g. Anemia
3. Patofisiologi dan WOC
Patofisiologi Osteosarkoma menurut Saferi Wijaya dan Mariza Putri (2013), adanya
tumor di tulang menyebabkan reaksi tulang normal dengan respons osteolitik
(destruksi tulang) atau respons osteoblastik (pembentukan tulang). Beberapa tumor
tulang sering terjadi dan lainnya jarang terjadi, beberapa tidak menimbulkan masalah,
sementara lainnya ada yang sangat berbahaya dan mengancam jiwa. Tumor ini
tumbuh di bagian metafisis tulang panjang dan biasa ditemukan pada ujung bawah
femur, ujung atas humerus dan ujung atas tibia. Secara histolgik, tumor terdiri dari
massa sel-sel kumparan atau bulat yang berdiferensiasi jelek dan sering dengan
elemen jaringan lunak seperti jaringan fibrosa atau miksomatosa atau kartilaginosa
yang berselang seling dengan ruangan darah sinusoid. Sementara tumor ini memecah
melalui dinding periosteum dan menyebar ke jaringan lunak sekitarnya; garis epifisis
membentuk terhadap gambarannya di dalam tulang.Adanya tumor pada tulang
menyebabkan jaringan lunak diinvasi oleh sel tumor. Timbul reaksi dari tulang
normal dengan respon osteolitik yaitu proses destruksi atau penghancuran tulang dan
respon osteoblastik atau proses pembentukan tulang. Terjadi destruksi tulang lokal.
Pada proses osteoblastik, karena adanya sel tumor maka terjadi penimbunan
periosteum tulang yang baru dekat lempat lesi terjadi sehingga terjadi pertumbuhan
tulang yang abortif.
4. Pemeriksaan
a. Radiografi konvensional
Merupakan pemeriksaan radiologi pertama pada kasus-kasus osteosarkoma.
1) Osteosarkoma konvensional menunjukkan lesi litik moth eaten atau permeatif,
lesi blastik, destruksi korteks, reaksi periosteal tipe agresif (segi tiga Codman,
sunburst, hair on end), massa jaringan lunak, dan formasi matriks (osteoid
maupun campuran osteoid dan khondroid).
2) Osteosarkoma parosteal menunjukkan massa eksofitik berlobulasi dengan
kalsifikasi sentral berdensitas tinggi, berlokasi di dekat tulang, kadang disertai
gambaran string sign. Osteosarkoma periosteal memperlihatkan massa
jaringan lunak dengan reaksi periosteal perpendikuler, erosi kortikal, dan
penebalan korteks.
3) High grade surface osteosarcoma menunjukkan ossifikasi berdensitas tinggi,
reaksi periosteal, erosi dan penebalan korteks. Dapat juga ditemukan invasi
intramedular.
4) Osteosarkoma telangiektatik memperlihatkan lesi litik geografik ekspansil
asimetrik, tepi sklerotik minimal dan destruksi korteks yang menunjukkan
pola pertumbuhan agresif. Dapat ditemukan fraktur patologik dan matriks
osteoid minimal.
5) Small cell osteosarcoma memperlihatkan lesi litik permeatif, destruksi korteks,
massa jaringan lunak, reaksi periosteal, serta kalsifikasi matriks osteoid.
6) Low grade central osteosarcoma memperlihatkan lesi litik destruktif ekspansil,
disrupsi korteks, massa jaringan lunak dan reaksi periosteal. Pasca kemoterapi,
radiografi konvensional dapat digunakan untuk menilai pengurangan ukuran
massa, penambahan ossifikasi, dan pembentukan peripheral bony shell. Foto
x-ray thorax proyeksi AP/PA, untuk melihat adanya metastasis paru dengan
ukuran yang cukup besar,
b. Computed Tomography (CT) Scan
Ct-scan dapat berguna untuk memperlihatkan detil lesi pada tulang kompleks dan
mendeteksi matriks ossifikasi minimal. Selain itu dapat digunakan untuk
mendeteksi metastasis paru. Kegunaan lain dari CT scan adalah tuntunan biopsi
tulang (CT guided bone biopsy). CT scan thoraks berguna untuk mengidentifikasi
adanya metastasis mikro pada paru dan organ thoraks.
c. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI merupakan modalitas terpilih untuk evaluasi ekstensi lokal tumor dan
membantu menentukan manajemen bedah yang paling sesuai. MRI dapat menilai
perluasan massa ke intramedular (ekstensi longitudinal, keterlibatan epifisis, skip
lesion), perluasan massa ke jaringan lunak sekitarnya dan intraartikular, serta
keterlibatan struktur neurovaskular. Pemberian kontras gadolinium dapat
memperlihatkan vaskularisasi lesi, invasi vaskular, dan area kistik atau nekrotik.
Pasca kemoterapi, MRI digunakan untuk menilai ekstensi massa dan penambahan
komponen nekrotikintramassa. Dynamic MRI juga dapat digunakan untuk menilai
respon pasca kemoterapi.
d. Kedokteran Nuklir Bone scintigraphy digunakan untuk menunjukkan suatu skip
metastasis atau suatu osteosarkoma multisentrik dan penyakit sistemik
e. Biopsi Pemeriksaan histopatologi dilakukan dengan menggunakan biopsi jarum
halus (fine needle aspiration biopsy-FNAB) atau dengan core biopsy bila hasil
FNAB inkonklusif. FNAB mempunyai ketepatan diagnosis antara 70-90%.
Penilaian skor Huvos untuk mengevaluasi secara histologis respons kemoterapi
neoadjuvant. Pemeriksaan ini memerlukan minimal 20 coupe. Penilaian dilakukan
secara semi kuantitatif dengan membanding kan luasnya area nekrosis terhadap
sisa tumor yang riabel :
1) Grade 1 : sedikit atau tidak ada nekrosis (0 - 50%)
2) Grade 2 : nekrosis>50 -<90 %
3) Grade 3 : nekrosis 90 - 99 %
4) Grade 4 : nekrosis 100 %
Penilaian batas sayatan diperoleh dari jaringan intramedulari segmen tulang
proksimal.
f. Pemeriksaan lainnya
Pemeriksaan lainya sebagai penunjang, adalah fungsi organ-organ sebagai
persiapan operasi, radiasi maupun kemoterapi. Khususnya kemoterapi merupakan
pemberian sitostatika, bersifat sistemik baik khasiat maupun efek samping,
sehingga fungsi organ-organ harus baik.
Disamping itu juga diperiksa adanya komorbiditas yang aktif, sehingga harus
diobati, atau dicari jalan keluarnya sehingga penderita tidak mendapat efek
samping yang berat, bahkan dapat menyebabkan morbidatas, bahkan mungkin
mortalitas pada waktu terekspose kemoterapi (treatment related
morbidity/mortality).
g. Pemeriksaan tersebut: fungsi paru, fungsi jantung (echo), fungsi liver , darah
lengkap, termasuk hemostasis, D-Dimer, fungsi ginjal, elektrolit, dan LDH
sebagai cermin adanya kerusakan sel yang dapat digunakan sebagi prognosis.
Pada waktu tindakan, fungsi organ yang relevan harus dapat toleran terhadap
tindakan tersebut.
5. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dan dasar tahap keperawatan pengkajian merupakan tahap yang
paling menentukan bagi tahap berikutnya kemampuan mengidentifikasi masalah keperawatan
yang terjadi pada tahap ini akan menentukan diagnosis keperawatan. Oleh karena itu
pengkajian harus diteliti secara cermat sehingga seluruh kebutuhan perawatan pada klien
dapat di identifikasi (Rohmah, 2008).
a. Pengumpulan data
1) Identitas
Identitas merupakan langkah pertama dari proses keperawatan dengan mengumpulkan data-
data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui berbagai permasalahan yang ada :
a) Identitas klien : nama, umur,jenis kelamin, agama, pendidikan,pekerjaan, tanggal masuk
RS, tanggal operasi, tanggal pengkajian, nomor rekam medik, diagnosa medis, alamat.
b) Identitas penanggung jawab : nama, umur, pendidikan, pekerjaan,hubungan dengan klien,
alamat.

b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan klien sehingga mendorong pasien untuk
mencari pertolongan medis.Keluhan utama pada pasien Osteosarkoma adalah nyeri.
Menurut Baredero, M (2008) rasa nyeri merupakan salah satu akibat dari penyakit kanker
yang paling ditakuti pasien. Sebenarnya, nyeri adalah gejala kanker yang paling akhir.Nyeri
dirasakan pada tahap awal karena kanker masih terlokalisasi.Sekitar 5-10% pasien tumor
padat merasa nyeri yang mengganggu kegiatan sehari-hari.Lebih dari 90% pasien mengalami
nyeri jika pasien mengalami nyeri jika kanker sudah berkembang dan bermetatasis.
2) Riwayat Kesehatan sekarang
Riwayat penyakit apa saja adalah satu-satunya faktor yang terpenting bagi petugas kesehatan
dalam menegakan diagnosis atau menentukan kebutuhan pasien dengan menggunakan
konsep PQRST (Smeltzer & Bere, 2012)
P : (Paliatif / provokatif), apakah yang menyebabkan keluhan dan
memperingan serta memberatkan keluhan.
Q : (Quality / Kwantity), seberapa berat keluhan dan bagaimana rasanya serta
berapa sering keluhan itu muncul.
R : (Region / Radiation), lokasi keluhan dirasakan dan juga arah penyebaran
keluhan sejauh mana.
S : (Scala / Severity), intensitas keluhan dirasakan, apakah sampai
mengganggu atau tidak.
T : (Timming), kapan keluhan dirasakan, seberapa sering, apakah berulang-
ulang, dimana hal ini menentukan waktu dan durasi.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Perlu diketahui apakah ada penyakit dahulu yang pernah dialami klien yang memungkinkan
akan berpengaruh pada kesehatan sekarang, misalnya hipertensi, diabetes melitus, asma.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Perlu diketahui apakah anggota keluarga yang mempunyai penyakit serupa dengan klien atau
penyakit keturunan lain, karena klien Osteosarkoma penyebabnya bisa dari riwayat keturunan
(genetik).
c. Keadaan Umum
1) Penampilan
Meliputi kemampuan fisik klien secara umum biasanya terlihat lemah dan lesu ketika banyak
bergerak dan beraktivitas.
2) Kesadaran
Tingkat kesadaran klien apakah compos mentis (sadar sepenuhnya) dengan GCS 15-14,
apatis (acuh tak acuh) dengan GCS 13-12, samnolen (keadaan keasadaran yang mau tidur
saja) dengan GCS 11-10, delirium (keadaan kacau motorik) dengan GCS 9-7, sopor (keadaan
kesadaran yang menyerupai koma) dengan GCS 9-7, coma (keadaan kesadaran yang hilang
sama sekali)dengan GCS<7).
3) Berat badan dan tinggi badan
Meliputi berat badan dan tinggi badan sebelum sakit dan sesudahsakit.
4) Tanda-tanda vital
Tanda-tanda vital terdiri atas empat pemeriksaan, yaitu :
1. Tekanan darah
2. Pemeriksaan denyut nadi
3. Pemeriksaan respirasi
4. Pemeriksaan suhu
5) Pemeriksaan Fisik
Menurut Nursalam (2008), pemeriksaan fisik dilakukan secarahead to toe dan di
dokumentasikan secara persistem yangmeliputi:
a) Sistem pernafasan
Perlu dikaji mulai dari bentuk hidung, ada tidaknya secret padalubang hidung, pergerakan
cuping hidung waktu bernapas,auskultasi bunyi napas apakah bersih atau ronchi,serta
frekuensi napas
b) Sistem kardiovaskuler
Terjadinya peningkatan denyut nadi dan tekanan darah, tetapikeadaan tersebut tergantung
dari nyeri yang dirasakanindividu.
c) Sistem pencernaan
Kaji keadaan mulut, gigi, bibir, kaji abdomen untuk mengetahui peristaltik usus.
d) Sistem persyarafan
Sistem neurosensori yang dikaji adalah fungsi cerebral, fungsikranial, dan fungsi sensori
mengkaji : Nyeri superfisial,sensasi suhu, sensasi posisi (Fransisca, 2008)
e) Sistem penginderaan
Pada sistem penginderaan kemungkinan tidak ada gangguanpada klien Osteosarkoma.
f) Sistem muskuloskeletal
Rentang sendi yang menunjukan kemampuan luas gerakpersendian tertentu, mulai dari
kepala sampai anggota gerakbawah, ketidaknyamanan atau nyeri yang dikatakan klienwaktu
bergerak, observasi adanya luka, adanya kelemahan danpenurunan toleransi terhadap
aktifitas. Pengkajian system motorik keseimbangan koordinasi gerakan adalah,
cepat,berselang-selang, dan ataksia (Fransisca, 2008)
g) Sistem integumen
Kaji keadaan kulit, tekstur, kelembaban, turgor, warna, danfungsi perabaan.Kaji keadaan
luka.Pada klien Osteosarkomaterdapat luka dengan panjang tergantung dari luas luka,terdapat
kemerahan dan terjadi pembesaran pada daerah luka.
h) Sistem endokrin
Dikaji adanya nyeri tekan atau tidak, adanya oedeme atau tidak pada kelenjar getah bening,
ada riwayat alergi atau tidak.Biasanya tidak ada masalah pada sistem endokrin.
i) Sistem perkemihan
Kaji adanya nyeri pada saat berkemih, adanya nyeri tekan danbenjolan.
6) Pola Aktivitas
Pada klien Osteosarkoma biasanya aktivitas sehari-harinyaterganggu begitu juga pada status
personal hygiene akanmengalami perubahan sehingga personal hygiene klien dibantuoleh
keluarga atau perawat di ruangan.
7) Data Penunjang
Menurut Nursalam (2008), data penunjang adala sebagai berikut :
a) Data psikologi
Emosi klien, konsentrasi klien pada saat diajukan pertanyaanoleh perawat.Menurut Smeltzer
(2012) Koping Efektif.Pasiendan keluarganya didorong untuk mengungkapkan rasa
takut,keprihatian dan perasaan mereka. Mereka membutuhkandukungan dan perasaan
diterima agar mereka mampu dampaktumor maligna. Perasaan terkejut, putus asa, dan sedih
pastiakan terjadi, maka rujukan ke perawat psikiatri, ahli psikologi,konselor atau rohaniawan
perlu diindikasikan untuk bantuanpsikologik khusus.
b) Data sosial
Perlu dikaji tentang tidak tanggapnya aktifitas disekitarnyabaik ketika dirumah atau dirumah
sakit.Biasanya adaperubahan tingkah laku karena menahan nyeri luka operasi yang dirasakan
klien.
c) Data spiritual
Hal yang perlu dikaji yaitu bagaimana pelaksanaan ibadahselama sakit.Perlu pula dikaji
keyakinan klien tentangkesembuhannya dihubungkan dengan agama yang dianut kliendan
bagaimana persepsi klien tentang penyakitnya.Aktivitasibadah klien Osteosarkoma biasanya
terganggu.
d) Data ekonomi
Menurut Smiltzer (2012) kemandirian versus ketergantunga merupakan isu pada klien yang
menderita keganasan. Gayahidup akan berubah secara drastis, keluarga harus didukungdalam
menjalankan penyesuaian yang harus dilakukan.
8) Analisa Data
Analisa data merupakan proses berfikir secara ilmiah berdasarkan
teori-teori yang dihubungkan dengan data-data yang ditemukan
saat pengkajian. Menginterprestasikan data atau membandingkan
dengan standar fisiologi setelah dianalisa, maka akan didapat
penyebab terjadinya masalah pada klien (Nursalam, 2008).
2. Diagnosa Keperawatan Osteosarkoma
Pada klien Osteosarkoma terdapat masalah diagnose keperawatannya sebagaiberikut :
a. Nyeri berhubungan kompresi/dekstrusi jaringan saraf,obstruksi atau saraf atau
inflamasi, serta efek samping berbagai agen terapi saraf
b. Cemas berhubungan dengan krisis situasi (Kanker),ancaman/perubahan pada status
kesehatan/sosial ekonomi, fungsi peran, pola interaksi, ancamankematian perpisahan
dari keluarga.
c. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kontraktur, keletihan ataugangguan
gerak
d. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan penurunan
rentanggerak,kelemahan otot nyeri pada gerakan akibat ekspansi tumor yang cepatdan
penekanan ke jaringan sekitarnya
e. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan proses penyakit kronis
3. Perencanaan
Perencanaan adalah acuan tertulis sebagai intervensi keperawatan yang direncanakan agar
dapat mengatasi diagnosa keperawatan sehingga pasien dapatmemenuhi kebutuhan dasarnya
(Ningsih 2012).
a. Nyeri berhubungan kompresi/dekstrusi jaringan saraf,obstruksi atau saraf atau
inflamasi, serta efek samping berbagai agen terapi saraf
Tujuan :Klien mengatakan nyeri berkurang
Kriteria hasil :
1) Klien mengatakan nyeri berkurang
2) Klien tampak tenang
3) Skala nyeri berkurang
4) Tanda-tanda vital normal
Tabel
Intrvensi Dan Rasional Nyeri
Intervensi Rasional
a. Kajikeluhan nyeri,perhatikan a. Informasi memberikan data dasaruntuk
lokasi,frekuensi,durasi,intensitas mengevaluasi kebutuhan
(skala 1-10) dan faktor pemberat atau keefektifan intervensi
b. Kaji vital sign b. Untuk mengetahui perubahan
padatekanan darah, nadidan pernafasan
yang berhubunga dengan
penghilang rasa nyeri memerlukan
c. Ciptakan lingkungan aman dan c. Atur posisi senyaman mungkin,
nyaman dan posisi semi fowler
d. Ajarkan tehnik distraksi dan d. Memberikan dukungan relaksasi
relaksasi dan juga memfokuskan ulang
kontrol dan kemampuan koping perhatian meningkatkan rasa
kontrol dan kemampuan koping
e. Berikan analgetic sesuai indikasi e. Mengontrol atau mengurangi nyeri
dan kolaborasi untuk meningkatkan istirahat dan
meningkatkan kerjasama dengan
cara teurapeutik
b. Cemas berhubungan dengan krisis situasi (Kanker),ancaman/perubahan padastatus
kesehatan/sosial ekonomi, fungsi peran, pola interaksi, ancamankematian perpisahan
dari keluarga
Tujuan : klien dan keluarga tidak terlihat cemas
Kriteria hasil :
1) Klien tidak mengeluh cemas
2) Eksresi tampak tenang
3) Klien dan keluarga memahami informasi yang di berikan
Tabel
Intervensi Dan Rasional Cemas
Intervensi Rasional
a. Kaji tingkat kecemasan a. Mengetahui tingkat kecemasan
klien dan keluarga
b. Dorong klien untuk b. Memberikan kesempatan untuk
mengungkapkan pikiran dan mengidentifikasirsa takut, realisasi
perasaannya sertakesalahan tentang diagnosis
c. Libatkan orang terdekat sesuai c. Menjamin sistem pendukung
indikasi bila keputusan akan dibuat untuk klien dan memungkinkan
orang terdekat terlibat dengan
tepat
d. Beri penjelasan tentang procedure d. Diharapkan menurunkan tingkat
tentang perawatan kecemasan

c. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kontraktur, keletihan atau


gangguan gerak
Tujuan : klien dapat melakukan perawatan secara mandiri
Kriteria hasil :
1) Klien terbebas dari bau badan
2) Dapat melakukan ADL dengan bantuan
Tabel
Intervensi Dan Rasional Devisite Perawatan diri
Intervensi Rasional
a. Kaji tingkat kelemahan fisik dan a. Membantu menentukan tindakan
kemampuan klien yang akan diberikan sesui kondisi klien

b. Kaji personal hygine klien b. Mengetahui sejauhmana kebutuhan


klien yang dapat dilakukan sendiri
c. Bantu klien dalam pemenuhan c. Membantu klien dalam
defisit perawatan diri pemenuhanpersonal hygiene
d. Ajarkan teknik personal hygine di d. Memudahkan klien untuk pemenuhan
tempat tidur perawatan diri
e. Anjurkan pada klien agar selalu e. Hidup sehat dapat terpenuhi agar
hidup sehat klien memperoleh kenyamanan dan
membuat perasaan menjadi nyaman

d. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan penurunan rentang


gerak,kelemahan otot nyeri pada gerakan akibat ekspansi tumor yang cepat
dan penekanan ke jaringan sekitarnya
Tujuan : Ada peningkatan mobilitas pada klien
Kriteria hasil :
1) Klien meningkat dalam aktivitas fisik
2) Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas
Tabel
Intervensi Dan Rasional Kerusakan Mobilitas Fisik
Intervensi Rasional
a. kaji kemampuan dalammobilisasi a. untuk mengetahui kemampuan
aktivitas

b. latih pasien dalam pemenuhan b. klien dapat melakukan ADL secara


kebutuhan ADL secara mandiri sesuai mandiri sesuai kemampuan
kemampuan
c. dampingi dan bantu pasien saat c. agar tidak terjadi cidera
mobilisasi dan bantu pemenuhi kebutuhan
ADL
d. berikan alat bantu jika klien meminta d. untuk mempermudah klien mobilisasi
bantuan
e. ajarkan pasien bagaimana merubah e. untuk mencegah agar tidak terjadi lesi
posisi dan berikan bantuan jika diperlukan

e. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan proses penyakit kronis


Tujuan : Tidak terjadi resiko infeksi
Kriteria hasil :
1) tidak lagi terjadi kemerahan
2) nyeri berkurang
Tabel
Intervensi Dan Rasional Resiko Tinggi Infeksi
Intervensi Rasional
a. tingkatkan prosdure mencuci a. lindungi klien dari sumber-sumberinfeksi
tangan yang baik dengan staf dan
pengunjung sebelum dan setelah
bersentuhan dengan klien
b. pantau suhu b. peningkatan suhu terjadi karena berbagai
faktor misal .proses penyakit atau infeksi
c. tekankan hygien personal c. mengurangi resiko sumberinfeksi
mengurangi resiko sumber
infeksi
d. ubah posisi dengan sering dan d. menurunkan tekanan dan iritasi
bebas kerutan pada jaringan dan mencegahkerusakan kulit

e. tingkatkan istirahat yang cukup e. membatasi keletihan mendorong


dengan periode latihan gerakan yang cukup mencegahkomplikasi
statis

4. Implementasi
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan keperawatan untuk
mencapai tujuan yang spesifik yang dapat membantu klien dalam mencapai
tujuan yang telah di tetepkan yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, pemulihan kesehatan, dan memfasilitasi koping individu (Nursalam,
2008).
5. Evaluasi
Menurut Rohmah (2008) Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk
melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa
keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya telah berhasil dicapai. Ada
dua jenis mengevaluasi kualifikasi tindakan keperawatan yaitu :
a. Evaluasi Formatif
Yaitu evaluasi yang dilakukan setiap selesai tindakan, berorientasi pada
etiologi dan dilakukan secara terus menerus sampai tujuan yang telah ditentukan
tercapai.
b. Evaluasi Sumatif
Yaitu evaluasi yang telah dilakukan setelah akhir tindakan keperawatansecara
paripurna berorientasi pada masalah keperawatan, menjelaskankeberhasilan atau
ketidakberhasilan dan rekapitulasi dan kesimpulan statuskesehatan klien dengan
kerangka waktu yang ditetapkan (Rohmah, 2009).
Melalui evaluasi memungkinkan perawat atau memonitor kealfaan yangterjadi selama
tahap pengkajian, analisa data, perencanaan dan pelaksanaantindakan. Adapun
evaluasi yang menggunaknan pendekatan dengan format

Komite Nasional Penanggulangan Kanker (KPKN). 2015. Panduan Nasional Penanganan


Osteosarkoma. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai