SLE
SLE
SLE
KASUS
Seorang perempuan usia 35 tahun datang ke UGD dengan keluhan merasa tidak nyaman dengan kulit
memerah pada daerah pipi dan leher, awalnya kecil setelah 1 minggu bertambah besar, demam, nyeri dan
terasa kaku seluruh persendian terutama pada pagi hari dan kurang nafsu makan. Pada pemeriksaan fisik
diperoleh ruam pada pipi dengan terbatas tegas, peradangan pada siku, lesi berskuama pada daerah leher,
malaise. Tekanan darah 110/80 mmHg, pernapasan 20x/menit, nadi 90x/menit, suhu 38,50 C, HB 11
gr/dl, WBC 15.000/mm3.
SLE (Sistemisc lupus erythematosus) adalah penyakti radang multisistem yang sebabnya belum
diketahui, dengan perjalanan penyakit yang mungkin akut dan fulminan atau kronik remisi dan
eksaserbasi disertai oleh terdapatnya berbagai macam autoantibodi dalam tubuh.
Penyakit lupus merupakan penyakit sistem daya tahan, atau penyakit auto imun, dimana tubuh pasien
lupus membentuk antibodi yang salah arah, merusak organ tubuh sendiri, seperti ginjal, hati, sendi, sel
darah merah, leukosit, atau trombosit. Antibodi seharusnya ditujukan untuk melawan bakteri ataupun
virus yang masuk ke dalam tubuh.
Penyakit lupus termasuk penyakit autoimun, artinya tubuh menghasilkan antibodi yang sebenarnya untuk
melenyapkan kuman atau sel kanker yang ada di tubuh, tetapi dalam keadaan autoimun, antibodi tersebut
ternyata merusak organ tubuh sendiri. Organ tubuh yang sering dirusak adalah ginjal, sendi, kulit,
jantung, paru, otak, dan sistem pembuluh darah. Semakin lama proses perusakan terjadi, semakin berat
kerusakan tubuh. Jika penyakit lupus melibatkan ginjal, dalam waktu lama fungsi ginjal akan menurun
dan pada keadaan tertentu memang diperlukan cuci darah. (Dr. Samsuridjal Djauzi, 2009)
Penyebab penyakit lupus belum diketahui secara pasti, agaknya disebabkan kombinasi berbagai faktor
seperti genetik, hormon, infeksi, dan lingkungan. Terjadi penyimpangan pada sistem kekebalan yang pada
mulanya sistem kekebalan tidak bisa membedakan teman dan musuh, kemudian “teman-teman” sendiri
(sel-sel tubuh/organ sendiri) dianggap sebagai musuh, sehingga dibuat zat anti terhadap sel-sel tersebut,
kemudian zat anti ini menyerang sel-sel tubuh.organ sendiri tersebut. Akibatnya serangan ini
menimbulkan kerusakan-kerusakan pada organ tersebut.
2. Etiologi
Sehingga kini faktor yang merangsangkan sistem pertahanan diri untuk menjadi tidak normal belum
diketahui. Ada kemungkinan faktor genetik, kuman, virus, sinar ultraviolet, dan obat-obatan tertentu
memainkan peranan.
Penyakit Sistemik Lupus Erythematosus (SLE) ini lebih kerap ditemui di kalangan kaum wanita. Ini
menunjukkan bahwa hormon yang terdapat pada wanita mempunyai peranan besar, walau bagaimanapun
perkaitan antara Sistemik Lupus Erythematosus (SLE) dan hormon wanita saat ini masih dalam kajian.
Belum diketahui dengan jelas , namun terdapat banyak bukti bahwa Sistemik lupus erythematosus
(SLE) bersifat multifaktor, mencakup :
2.1 Genetik
2.2 Infeksi
2.3 Lingkungan
2.4 Stress
2.5 Cahaya matahari
2.6 Faktor Resiko : hormon; imunitas; obat
1. Identitas
1.1 Nama : Nn. A
1.2 Umur : 35 Tahun
1.3 Jenis Kelamin : Perempuan
No.
Data
Etiologi
Masalah
1.
DS :
Klien merasa tidak nyaman dengan kulit memerah pada daerah pipi dan leher, demam dan nyeri.
DO :
- Suhu 38,50 C
- WBC 15.000/mm3
- Hb11 gr/dl
Produksi autoimun yg berlebihan
Resiko Infeksi
2.
DS :
Klien mengatakan, nyeri dan persendian terasa kaku, utamanya dipagi hari.
DO :
- Peradangan pada siku.
Peradangan / inflamasi
Sendi
Artitis
Intoleran Aktivitas
3.
DS :
Klien mengaku kurang nafsu makan.
DO :
Malaise
Kerusakan jaringan
Mual/Muntah
No.
Diagnosa Keperawatan
Intervensi
1.
Resiko Infeksi
- Meminimalkan penyebaran dan penularan agens infeksius.
- Mencegah dan mendeteksi dini infeksi pada pasien yang beresiko.
2.
Intoleran Aktivitas
- Menggunakan gerakan tubuh aktif atau pasif untuk mempertahankan atau memperbaiki fleksibilitas
sendi.
- Membantu Klien untuk tetap melakukan AKS.
3.
Resiko nutrisi kurang kebutuhan
- Membantu klien untuk makan
- Membantu atau menyediakan asupan makanan dan cairan diet seimbang.
- pemberian makanan dan cairan untuk mendukung proses metabolik pasien yang malnutrisi atau beresiko
tinggi terhadap malnutrisi.
4.
Gangguan Integrasi Kulit
- Mencegah dan mengobati daerah gatal
- Mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk mempertahankan integritas kulit dan membran
mukosa.
5.
Cemas.
- Bantu klien mengekpresikan perasaan kehilangan dan takut.
- Kaji tanda verbal dan non verbal kecemasan, damping klien dan lakukan tindakan bila menunjukkan
perilaku merusak.
- Hindari Konfrontasi.
- Mulai melakukan tindakan untuk mengurangi kecemasan.
- Beri lingkungan yang tenang dan suasana penuh istirahat.
- Tingkatkan control sensasi pasien.
DAFTAR PUSTAKA
1. Doengoes, Marilyn C, Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien, Edisi 3 Jakarta: EGC, 1999
2. Buku Diagnosa Keperawatan Nanda, NIC, NOC.
3. Smeltzer, Bare, Buku Ajar keperawatan Medical Bedah, Bruner & Suddart, Edisi 8, Jakarta,
EGC, 2001