Miskonsepsi Sainssss
Miskonsepsi Sainssss
OLEH
1. MUHAMMAD RIDWAN
2. NATALIA VERTINA SARTI
3. PAULINA FRANSISKA MEO
4. PETRINA MARSELA OSA
5. PILOMEME LUNA
Puji dan syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan bimbingan-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan
makalah ini dengan baik dan bisa selesai tepat pada waktunya.Makalah ini merupakan
tugas yang di berikan oleh dosen kepada mahasiswa, agar mahasiswa dapat belajar dan
mengetahui tentang miskonsepsi dalam pembelajaran sains.Makalah ini kami sajikan
secara praktis dan sistematis.
Dengan adanya makalah ini, semoga dapat membantu kita dalam menguasai
materi tentang miskensepsi dalam pembelajaran sains.Semoga makalah ini dapat
bermanfaat dan senantiasa menjadi sahabat dalam belajar. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritikan dan saran dari dosen dan teman – teman semua guna
memperbaiki dan penyempurnaan makalah ini di semestar berikutnya.
PENULIS
DAFTAR ISI
Halaman Judul,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
Kata Pengantar,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
Daftar Isi,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
Bab 1 : Pendahuluan,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
Bab 2 : Pembahasan,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
Bab 3 : Penutup,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
3.1 Kesimpulan,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
3.2 Saran,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
Daftar Pustaka,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
Bab 1 : Pendahuluan
A. KONSEP
konsep merupakan abstraksi dari ciri-ciri sesuatu yang mempermudah
komunikasi antara manusia dan yang memungkinkan manusia berfikir (bahasa
adalah alat berfikir).
Setiap konsep yang berada dalam pikiran seseorang dapat terbentuk sedemikian
rupa, berkembang dan mengalami perubahan yang disebabkan oleh pengalaman-pengalaman
yang diprolehnya. Menurut Ausubel (Dahar, 1989:81) konsep dapat diperoleh dengan cara,
yaitu formasi konsep dan melalui asimilasi konsep. Maksud formasi dan asimilasi adalah :
B. Miskonsepsi
Miskonsepsi adalah pemahaman pada suatu konsep yang tidak sesuai
dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang diterima para pakar dalam
bidang tersebut.
a. Siswa.
b. Buku
Buku diktat yang salah dalam mengungkapkan konsep berdampak pada kebingungan
siswa dalam memahami konsep sehingga memunculkan miskonsepsi. Kesalahan yang
kiranya perlu mendapat perhatian dan penekanan dalam buku diktat adalah soal,
gambar, grafik, skema, tabel, penulisan rumus dan konstanta.
c. Konteks
Menurut Suparno kesalahan siswa dapat berasal dari kekacauan penggunaan bahasa
antara bahasa sehari-hari dengan bahasa ilmiah. Sehingga Mc Clleand (Suparno)
menganjurkan guru/dosen dalam memberikan definisi dengan jelas tidak menggunakan
bahasa yang ambigu serta melatih siswa dengan cara yang sama.
Miskonsepsi dapat disebabkan pengalaman sehari-hari siswa yang tidak sesuai dengan
konsep IPA/Fisika, maka pengajar harus mengungkapkan asal dari pengalaman yang
menyebabkan miskonsepsi untuk mengetahui penyebabnya, kemudian membetulkan
dengan konsep yang benar dengan memberikan pengalaman yang sesuai dengan konsep
IPA/Fisika.
Menurut suparno (2005:82), cara mengajar yang dapat menjadi penyebab khusus
miskonsepsi diantaranya yaitu : hanya menggunakan metode ceramah dan menulis,
langsung kebentuk matematis, tidak mengungkapkan miskonsepsi siswa, tugas tidak
dikoreksi, model analogi, model pratikum dan diskusi yang tidak sesuai langkah-
langkah yang ditentukan.
Metode mengajar yang hanya menekankan salah satu segi dari kebenaran yang
diajarkan dan kefanatikan terhadap salah satu jenis metode mengajar perlu dihindari
karena akan membatasi cara pandang kita terhadap masalah pengetahuan. Selain itu
metode mengajar yang tidak tepat terhadap situasi, kondisi materi yang diajarkan dapat
memunculkan miskonsepsi pada diri siswa, sehingga guru harus memilih dan
menggunakan metode mengajar yang tepat agar penyampaian konsep dapat dipahami
siswa.
a. Atribut tidak lengkap, yang berakibat pada gagalnya mendefinisikan konsep secara
benar dan lengkap.
b. Penerapan konsep yang tidak tepat, akibat dalam perolehan konsep terjadi
diferensiasi yang gagal.
c. Gambaran konsep yang salah, proses generalisasi dari suatu konsep abstrak bagi
seseorang yang tingkat pikirnya masih konkrit akan banyak mengalami hambatan.
d. Generalisasi yang salah dari suatu konsep, berakibat pada hilangnya esensi dasar
konsep tersebut. Kehilangan pemahaman terhadap esensi konsep menimbulkan
pandangan yang tidak sesuai dengan konsepsi ilmiah.
f. Misinterpertasi terhadap suatu objek abstrak dan proses yang berakibat gambaran
yang diberikan tidak sesuai dengan kenyataan sebenarnya.
Khusus tingkat SD, pada awalnya memang hanya sedikit peneliti yang sungguh
memperhatikan keberadaan miskonsepsi ini, karena saat itu ada anggapan bahwa siswa SD
sungguh belum memiliki pengetahuan awal. Sedikit demi sedikit penelitian miskonsepsi di
tingkat SD semakin berkembang. Siswa SD datang ke sekolah telah membawa pengetahuan
tentang bagaimana sesuatu itu terjadi. Mereka juga punya harapan-harapan yang
memungkinkan mereka membuat dugaan-dugaan. Sejak usia dini mereka telah memiliki
gagasan-gagasan tentang dunia disekitar mereka.
3.1 Kesimpulan
Miskonsepsi dalam pembelajaran Ipa dapat diubah melalui pertanyaan,
eksperimen (dengan catatan bahwa hukum alam selalu benar), dan situasi hipotetis
tanpa didasari hukum fisika, kimia, dan biologi yang kemudian akan diuji melalui
eksperimen atau demonstrasi. Sedapat mungkin proses pembuktian tidak
menggunakan perangkat matematika yang rumit, yang kadang belum didapat oleh
siswa. Miskonsepsi akan mudah diketahui melalui penalaran yang digunakan,
mungkin kurang masuk akal, mungkin kurang lengkap, mungkin juga kurang jelas.
3.2 Saran
Jangan memaksakan siswa menerima konsep yang lebih dasar akan tetapi dengan
tingkat kerumitan yang lebih tinggi. Ini akan membuat siswa terlalu cepat matang, dan
apabila abstraksinya belum cukup, pemaksaan konsep yang lebih abstrak akan
melahirkan miskonsepsi baru yang pada saat itu belum disadari. Artinya miskonsepsi
lama akan menjadi benar, akan tetapi muncul miskonsepsi baru yang tidak disadari.
Hal yang perlu dilakukan oleh seorang guru adalah memahami kerangka berpikir
siswa agar proses belajar mengajar tidak terjadi miskonsepsi antara guru dan siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Ausubel, David P., Floyd G. Robinson., (1978). School Learning. Holt, Rinehart and Winston, New York
Berg, Euwe van den (ed), (1991). Miskonsepsi Fisika dan Remediasi. Salatiga: Universitas Kristen Satya
Wacana Press.
Novak & Gowin., (1984). Learning How to Learn. Cambridge: University Press.
Masril dan Nur Asma., (2002). “Pengungkapan Miskonsepsi Siswa Force Concept Inventory dan
Certainity of Response Inde”. Jurnal Fisika Himpunan Fisika Indonesia. 2002. Vol.B5). Hlm: 1-3.
Available at: http:hfi.fisika.net