Anda di halaman 1dari 5

MATA KULIAH TAKSONOMI TUMBUHAN TINGKAT RENDAH

IDENTIFIKASI TUMBUHAN LUMUT (BRYOPHYTA)

DISUSUN OLEH:

1. DEWI NURAKMAL (F1071171011)


2. MELDA APRILIANTI (F1071171023)
3. SHINTA DAMAYANTI (F1071171027)
4. ELSA FERELLA (F1071171029)
5. NURY KAMELIA (F1071171032)

DOSEN PENGAMPU:

TITIN, S.Pd.si, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2019
1. Menurut Hasmiati (2018), dalam mengidentifikasi lumut daun, hal yang perlu
diperhatikan adalah bentuk tubuh acrocarpus (tegak) atau pluerocarpus (mendatar).
Familia yang tergolong acrocarpus adalah Leucobryaceae, Rhizogoniaceae, Bryaceae,
Dicranaceae, Fissidentaceae, Pottiaceae, dan Calymperaceae. Familia yang tergolong
pleurocarpus adalah Thuidiaceae, Sematophyllaceae, Rhacopilaceae, Neckeraceae,
Meteoriaceae, Hypopterygiaceae dan Hypnaceae. Sedangkan untuk mengidentifikasi
lumut hati dan lumut tanduk, hal yang diperhatikan adalah jenis thallusnya.

2. Menurut Raihan (2018), spesimen lumut diidentifikasi berdasarkan karakteristik


morfologinya, seperti warna, bentuk ujung dan tepi daun, batang serta sporofitnya.
Berdasarkan hasil karakteristik tersebut, kemudian ditentukan tingkatan taksonnya
sampai akson jenis. Identifikasi lumut menggunakan buku identifikasi.

3. Menurut Suwila (2015), dalam mengidentifikasi temuan berbagai jenis tumbuhan


epifit dapat dilakukan dengan :
a. Diidentifikasi berdasarkan ciri morfologi dan anatomi batang dilihat dari tipe
berkas pengangkut (xylem dan floem).
b. Spesimen yang telah diambil diberi etiket gantung berupa nomor koleksi dan
dicatat data lapangan berdasarkan ciri morfologinya seperti habitat, warna, dan
bentuk daun.
c. Studi pustaka untuk mengidentifikasi jenis tanaman epifit yang ditemukan dengan
diamati ciri morfologi dan diamati anatomi batang menggunakan mikroskop,
kemudian diidentifikasi dengan menggunakan kunci determinasi.

4. Menurut Adhitya (2014), dalam mengidentifikasi temuan berbagai jenis tumbuhan


epifit dapat dilakukan dengan :
a. Lumut diambil dari batang pohon pada kisaran ketinggian 0–200 cm pada posisi
arah mata angin utara, selatan, barat dan timur. Data yang dicatat adalah nomor
koleksi sampel lumut, arah mata angin, tekstur kulit pohon dan diameter batang
pohon. Sampel lumut yang diperoleh kemudian dibuat herbarium dan
diidentifikasi dengan menggunakan buku kunci identifikasi.
b. Lumut diidentifikasi dengan menggunakan buku identifikasi, yaitu Flora de
Buitenzorg Volume 2 (Fleischer 1902), The Philippine Journal of Science Volume
68 (Bartram 1939), A Handbook of Malesian Mosses Volume I, II, III (Eddy
1988, 1990, 1996), Mosses of Singapore and Malaysia (Johnson 1980), dan Guide
to Liverworts and Hornwort of Java (Gradstein 2011).
c. Setelah nama jenis lumut diketahui, kemudian jenis lumut yang ada pada
Gymnospermae dibandingkan dengan penelitian lumut epifit sebelumnya pada
Angiospermae, dilihat persebaran lumut pada blok, arah mata angin, dan
ketinggian tempat melekatnya pada pohon. Selain itu juga dilihat persebaran jenis
lumut pada pohon inang dari jenis-jenis yang berbeda dan memiliki diameter serta
tekstur kulit pohon berbeda.

5. Menurut Windadri (2010), dalam mengidentifikasi temuan berbagai jenis tumbuhan


epifit dapat dilakukan dengan cara menjelajahi seluruh area hutan yang telah
ditentukan lokasi. Dalam pengambilan sampel lumut digunakan metode eksplorasi
Rugayah et al. (2004) yaitu dengan mengambil contoh lumut secara lengkap (terdapat
generasi gametofit dan sporofit) serta mencatat data lain yang diperlukan seperti
habitat, substrat dan warna. spesimen koleksi kemudian dikering-anginkan dan setelah
itu dimasukkan dalam amplop yang dapat menyerap air / kelembaban. dengan cara
mengamatinya dibawah mikroskop. Hasil yang iperoleh kemudian dicocokan dengan
beberapa pustaka acuan yakni 'A Handbook of Malesia Mosses, volume
1,2dan3'(Eddy, 1988; 1990; 1991), 'Mossesof The Philippines' (Bartram, 1939),
'Mosses and Liverworts of Hong Kong, Volume l'(So, 1995), 'The Moss Family
Calymperaceae (Musci) in the Philippines '(Ellis dan Tan, 1999), 'Flore De
Buitenzorg volume 1-3 "(Fleischer, 1900-1908). Selain itu dilakukan pengecekan
silang dengan spesimen koleksi yang tsrsimpan di Herbarium Bogoriense.

6. Menurut Mulyani (2015), dalam mengidentifikasi lumut dilakukan dengan penentuan


stasiun sebagai lokasi pengambilan sampel lumut pada setiap ketinggian dengan
metode purposive sampling. Sebelum diidentifikasi, dilakukan penyortiran terlebih
dahulu terhadap sampel yang diperoleh untuk memisahkan antara kotoran dengan
lumut serta antara lumut dengan lumut yang berbeda takson dan habitatnya. Setelah
dilakukan penyortiran, dilakukan identifikasi dengan menggunakan kunci identifikasi
atau dengan mencocokkan karakteristik spesies yang diidentifikasi dengan spesies
yang ada pada buku identifikasi. Data spesies lumut daun yang diperoleh kemudian
dianalisis secara deskriptif. Hasil identifikasi disajikan dalam bentuk tabel daftar
spesies lumut daun. Spesies-spesies lumut daun yang ada di setiap lokasi pengambilan
sampel dibandingkan berdasarkan frekuensi kehadiran dari masing-masing spesies.

7. Menurut Wati (2016), cara identifikasi dengan cara ekplorasi yaitu mengadakan
pengamatan langsung terhadap tumbuhan lumut, Tumbuhan lumut yang ditemukan
diamati, diidentifikasi, dicatat jenis dan populasinya. Adapun hal-hal yang diamati
secara morfologi seperti warna, habitat, dan substrat. Identifikasi tumbuhan lumut
dilakukan pada tingkat genus dan kemudian pada tingkat spesies menggunakan buku
identifikasi. Metode yang digunakan untuk pengambilan tumbuhan lumut dengan cara
menentukantitik lokasi yang akan digunakan sebagai tempat penelitian. Keseluruhan
individu lumut yang telah dikumpulkan di lapangan setelah teridentifikasi terdapat 10
spesies tumbuhan lumut yang berbeda dengan berbagai habitat ada yang tumbuh di
tanah, epifit pada, batu, batang pohon teh dan batang pohon jati yang telah lapuk.
DAFTAR PUSTAKA

Adhitya, Fibo., dkk. 2014. Keanekaragaman Lumut Epifit Pada Gymnospermae Di


Kebun Raya Bogor. Jurnal Floribunda. Vol 4 No 8. Hal 213. (Online).
(http://ptti.or.id/journal/index.php/Floribunda/article/view/117). Diakses tanggal
20 Juni 2019.
Hasmiati, Adnan, & Fatmah, H. (2018). Potensi Keragaman Bryophyta di Kabupaten
Enrekang sebagai Sumber Belajar di SMA. (Online).
https://ojs.unm.ac.id/semnasbio/article/download/708/4018. Diakses pada 20 Juni
2019.
Mulyani, Eka., dkk. 2015. Lumut Daun Epifit Di Zona Tropik Kawasan Gunung
Ungaran, Jawa Tengah. Jurnal Bioma. Vol 16, No 2. (Online)
(https://ejournal.undip.ac.id/index.php/bioma/article/view/9428) Diakses pada 20
Juni 2019.
Raihan, Cut, Nurasiah, & Nurlia, Zahara. 2018. Keanekaragaman Tumbuhan Lumut
(Bryophyta) di Air Terjun Peucari Bueng Jantho Kabupaten Aceh Besar. Jurnal
Ar-Raniry, Vol 5, No 1. (Online). (https://www.jurnal.ar-
raniry.ac.id/index.php/PBiotik/article/view/4282). Diakses pada 20 Juni 2019.
Suwila, Mega Tri. 2015. Identifikasi Tumbuhan Epifit Berdasarkan Ciri Morfologi
Dan Anatomi Batang Di Hutan Perhutani Sub Bkph Kedunggalar, Sonde Dan
Natah. Jurnal Florea. Volume 2 No. 1. Hal 48. (Online). (http://e-
journal.unipma.ac.id/index.php/JF/article/view/406). Diakses 20 Juni 2019.
Wati, Tiara Kusuma. (2016). Keanekaragaman Hayati Tanaman Lumut (Bryophyta)
di Hutan Sekedar Waduk Kedung Brubus Kecamatan Pilang Keceng Kabupaten
Madiun. Jurnal Florea. Volume 3 Nomor 1. (Online). (Https://
https://ojs.unm.ac.id/bionature/article/view/252). Diakses pada tanggal 20 Juni
2019.
Windadri, Florentina Indah. 2010. Keanekaragaman Lumut Ditaman Nasional Bukit
Barisan Selatan, Provinsi Lampung [Mosses Diversity in Bukit Barisan Selatan
National Park, Lampung Province]. Jurnal Ilmu-Ilmu Hayati. Vol 10 Nomor 2.
Hal 161. (Online). (http://e-
journal.biologi.lipi.go.id/index.php/berita_biologi/article/view/1968). Diakses
tanggal 20 Juni 2019.

Anda mungkin juga menyukai