Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN DEFISIT PERAWATAN DIRI

Disusun Oleh:

Belsi
NIM : 2030020

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

CITRA DELIMA BANGKA BELITUNG

2020
DEFISIT PERAWATAN DIRI

I. MASALAH UTAMA

Defisit perawatan diri

II. PROSES TERJADINYA

A. Definisi

Perawatan Diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi

kebutuhannya guna mempertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan

sesuai dengan kondisi kesehatannya. (Depkes, 2000 dalam Wibowo, 2009).

Poter, Perry (2005), dalam Anonim (2009), mengemukakan bahwa Personal

Higiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan

seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Wahit Iqbal Mubarak (2007), juga

mengemukakan bahwa higiene personal atau kebersihan diri adalah upaya

seseorang dalam memelihara kebersihan dan kesehatan dirinya untuk memperolah

kesejahteraan fisik dan psikologis.

Seseorang yang tidak dapat melakukan perawatan diri dinyatakan mengalami

defisit perawatan diri. Nurjannah (2004), dalam Wibowo (2009), mengemukakan

bahwa Defisit Perawatan Diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan

aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting).

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000), dalam Anonim (2009), Kurang

Perawatan Diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan

perawatan kebersihan untuk dirinya.


Pasien yang mengalami gangguan jiwa kronik seringkali tidak memperdulikan

perawatan diri. Hal ini menyebabkan pasien dikucilkan dalam keluarga dan

masyarakat (Keliat, 2009).

Klien dengan gangguan jiwa hampir semuanya mengalami defisit perawatan

diri. Hal ini disebabkan karena ketidaktahuan dan ketidakberdayaan yang

berhubungan dengan keadaannya sehingga terjadilah defisit perawatan diri

(Muslim, 2010).

Defisit perawatan diri adalah kurangnya perawatan diri pada pasien dengan

gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan

untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun. Kurang perawatan diri terlihat

dari ketidakmampuan merawat kebersihan diri antaranya mandi, makan minum

secara mandiri, berhias secara mandiri, toileting (BAK/BAB) (Damaiyanti, 2012)

B. Penyebab

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000), penyebab kurang perawatan diri adalah

kelelahan fisik dan penurunan kesadaran. Menurut Depkes (2000), penyebab

kurang perawatan diri adalah:

1. Factor predisposisi

1. Perkembangan Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien

sehingga perkembangan inisiatif terganggu

2. Biologis Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu

melakukan perawatan diri.


3. Kemampuan realitas turun Klien dengan gangguan jiwa dengan

kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya

dan lingkungan termasuk perawatan diri.

4. Sosial Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri

lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan

dalam perawatan diri.

2. Faktor presipitasi

Yang merupakan faktor presiptasi deficit perawatan diri adalah kurang

penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah

yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu

melakukan perawatan diri. Menurut Depkes (2000) Faktor – faktor yang

mempengaruhi personal hygiene adalah:

a. Body Image Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi

kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga

individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.

b. Praktik Sosial Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri,

maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.

c. Status Sosial Ekonomi Personal hygiene memerlukan alat dan bahan

seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya

memerlukan uang untuk menyediakannya.

d. Pengetahuan Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena

pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada

pasien penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.


e. Budaya Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh

dimandikan.

f. Kebiasaan seseorang Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk

tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain

– lain.

g. Kondisi fisik atau psikis Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk

merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya Dampak

yang sering timbul pada maslah personal hygine

1) Dampak fisik Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang

karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik,gangguan

fisik yang sering terjadi adalah: gangguan intleglitas kulit, gangguan

membrane mukosa mulut, infeksi mata dan telinga dan gangguan fisik

pada kuku

2) Dampak psikososial Masalah sosial yang berhubungan dengan

personal hygine adalah gangguan kebutuhan aman nyaman , kebutuhan

cinta mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan

interaksi sosial (Damaiyanti, 2012)

C. Jenis-jenis defisit perawatan diri

Menurut Nanda (2012), jenis perawatan diri terdiri dari:

1. Defisit perawatan diri: mandi

Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan

mandi/beraktivitas perawatan diri untuk diri sendiri.


2. Defisit perawatan diri : berpakaian

Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan

aktivitas berpakaian dan berhias untuk diri sendiri

3. Defisit perawatan diri : makan

Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas makan

secara mandiri

4. Defisit perawatan diri : eliminasi/toileting

Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas

eliminasi sendiri.

D. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala defisit diri menurut adalah (Damaiyanti, 2012) sebagai berikut:

1. Mandi/hygine Klien mengalami ketidakmapuan dalam membersihkan

badan, memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau

aliran air mandi, mendapatkan perlengkapan mandi, mengerikan tubuh, serta

masuk dan keluar kamar mandi

2. Berpakaian Klien mempunyai kelemahan dalam meletakan atau mengambil

potongan pakian, menangalkan pakaian, serta memperoleh atau menukar

pakaian.

3. Makan Klien mempunyai ketidak mampuan dalam menelan makanan,

mempersiapkan makanan, menangani perkakas, mengunyah makanan,

menggunakan alat tambahan, mendapat makanan, membuka container,

memanipulasi makanan dalam mulut, mengambil makanandari wadah lalu


memasukan ke mulut, melengkapi makanan,mencerna makanan menurut

cara yang diterima masyarakat, mengambil cangkir atau gelas, serta

mencerna cukup makanan dengan aman

4. Eliminasi Klien memiliki kebatasan atau krtidakmampuan dalam

mendapatkan jamban atau kamar kecil atau bangkit dari jamban,

memanipulasi pakaian toileting, membersihkan diri setelah BAK/BAB

dengan tepat, dan menyiram toilet atau kamar kecil.

Menurut Depkes (2000), dalam Anonim (2009), tanda dan gejala klien dengan

defisit perawatan diri yaitu:

1. Fisik

a) Badan bau, pakaian kotor

b) Rambut dan kulit kotor

c) Kuku panjang dan kotor

d) Gigi kotor disertai mulut bau

e) Penampilan tidak rapi

2. Psikologi

a) Malas, tidak ada inisiatif

b) Menarik diri, isolasi diri

c) Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina

3. Sosial

a) Interaksi kurang

b) Kegiatan kurang

c) Tidak mampu berperilaku sesuai norma


d) Cara makan tidak teratur

e) Buang Air Besar (BAB) dan Buang Air Kecil (BAK) di sembarang tempat

f) Gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri

Selain itu, tanda dan gejala tampak pada pasien yang mengalami Defisit

Perawatan Diri adalah sebagai berikut:

1. Gangguan kebersihan diri, ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit

berdaki dan bau, serta kuku panjang dan kotor

2. Ketidakmampuan berhias/berpakaian, ditandai dengan rambut acakacakan,

pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, pada pasien laki-laki

tidak bercukur, pada pasien perempuan tidak berdandan

3. Ketidakmampuan makan secara mandiri, ditandai oleh kemampuan

mengambil makan sendiri, makan berceceran dan makan tidak pada

tempatnya

4. Ketidak mampuan eliminasi secara mandiri, ditandai dengan BAB/BAK

tidak pada tempatnya, dan tidak membersihkan diri dengan baik setelah

BAB/BAK (Keliat, 2009).

Apabila kondisi ini dibiarkan berlanjut, maka akhirnya dapat juga menimbulkan

penyakit fisik seperti kelaparan dan kurang gizi, sakit infeksi saluran pencernaan

dan pernafasan serta adanya penyakit kulit, atau timbul penyakit yang lainnya

(Harist, 2011).
E. Proses terjadinya masalah

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000), penyebab kurang perawatan diri adalah

kelelahan fisik dan penurunan kesadaran. Menurut Depkes (2000), penyebab

kurang perawatan diri adalah:

1. Factor predisposisi

a. Perkembangan Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien

sehingga perkembangan inisiatif terganggu

b. Biologis Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu

melakukan perawatan diri.

c. Kemampuan realitas turun Klien dengan gangguan jiwa dengan

kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya

dan lingkungan termasuk perawatan diri. Pola perawatan diri seimbang

Kadang perawatan diri kadang tidak Tidak melakukan perawatan diri

pada saat stres

d. Sosial Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri

lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan

dalam perawatan diri.

2. Faktor presipitasi Yang merupakan faktor presiptasi deficit perawatan

diri adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau

perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami individu sehingga

menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.

Menurut Depkes (2000) Faktor – faktor yang mempengaruhi personal

hygiene adalah:
a. Body Image Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi

kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga

individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.

b. Praktik Sosial Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri,

maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.

c. Status Sosial Ekonomi Personal hygiene memerlukan alat dan bahan

seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya

memerlukan uang untuk menyediakannya.

d. Pengetahuan Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena

pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada

pasien penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.

e. Budaya Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh

dimandikan.

f. Kebiasaan seseorang Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk

tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain

– lain.

g. Kondisi fisik atau psikis Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk

merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.

Dampak yang sering timbul pada maslah personal hygine

a. Dampak fisik Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang

karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik,gangguan

fisik yang sering terjadi adalah: gangguan intleglitas kulit, gangguan


membrane mukosa mulut, infeksi mata dan telinga dan gangguan fisik

pada kuku

b. Dampak psikososial Masalah sosial yang berhubungan dengan personal

hygine adalah gangguan kebutuhan aman nyaman , kebutuhan cinta

mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi

sosial (Damaiyanti, 2012)

F. Rentang Respon

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Pola perawatan Kadang perawatan diri Tidak melakukan


diri seimbang tidak seimbang perawatan diri

G. Pohon Masalah

Resiko Tinggi Isolasi Sosial Effect

Defisit Perawatan Diri Core Problem

Harga Diri Rendah Causa

Pohon Masalah Defisit perawatan Diri ( Fitria.2009 ).


H. Mekanisme Koping

Mekanisme koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi

stressor meliputi status sosialekonomi, keluarga, jaringan interpersonal, organisasi

yang dinaungi oleh lingkungan sosial yang lebih luas, juga menggunakan

kreativitas untuk mengekspresikan stress interpersonal seperti kesenian, musik,

atau tulisan (Stuart and Sundeen, 1998 dalam Lili Kadir, 2018).

Mekanisme koping berdasarkan penggolongan di bagi menjadi 2 yaitu:

1. Mekanisme koping adaptif Mekanisme koping yang mendukung fungsi

integrasi pertumbuhan belajar dan mencapai tujuan. Kategori ini adalah klien

bisa memenuhi kebutuhan perawatan diri secara mandiri.

2. Mekanisme koping maladaptif Mekanisme koping yang menghambat fungsi

integrasi, memecah pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung

menguasai lingkungan. Kategorinya adalah tidak mau merawat diri

(Damaiyanti, 2012)

I. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan manurut herman (Ade, 2011) adalah sebagai berikut

1. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri

2. Membimbing dan menolong klien merawat diri

3. Ciptakan lingkungan yang mendukung.

J. Diagnosa keperawatan

Definisi: tidak mampu melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri


Penyebab: gangguan musculoskeletal, gangguan neuromuscular, kelemahan,

gangguan psikologis dan atau psikotik, Penurunan motivasi/minat.

Gejala dan tanda mayor

1. Subyektif: menolak melakukan perawatan diri

2. Objektif: tidak mampu mandi/mengenakan pakaian/makan/ketoilet berhias

secara mandiri, minat melakukan perawatan diri kurang.

Kondisi klinis terkait

1. Stroke

2. Cedera medulla spinalis

3. Depresi

4. Arthritis rheumatoid

5. Retardasi mental

6. Delirium

7. Dementia

8. Gangguan amnestika

9. Skizofrenia dan gangguan psikotik lainnya

10. Fungsi nilai terganggu

Keterangan

1. Hygine diri

2. bab/bak

3. Berpakaian

4. Makan/ minum
K. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Intervensi


Keperawatan Hasil
Hygiene diri Kriteria hasil: 1. Identifikasi kebiasaan
1. Kemampuan mandi aktivitas perawatan diri
2. Kemampuan sesuai usia.
mengenakan 2. Monitor singkat kemandirian
pakaian 3. Identifikasi kebutuhan alat
3. Kemampuan makan bantu kebersihan diri,
4. Kemampuan ke berpakaian, berhias dan
toilet makan
5. Verbalisasi 4. Sediakan lingkungan yang
keinginan terapeutik
melakukan 5. Siapkan keperluan pribadi
perawatan diri 6. Damping dalam melakukan
6. Minat melakukan perawatan sampai mandiri
perawatan diri 7. Fasilitasi untuk menerima
7. Mempertahankan keadaan ketergantungan
kebersihan 8. Jadwalkan rutinitas
8. Mempertahankan perawatan diri.
kebersihan mulut 9. Anjurkan melakukan
perawatan diri secara
konsisten sesuai kemampuan.
BAB/BAK Kriteria hasil: 1. Indentifikasi kebiasaan
1. Kemampuan mandi BAK/BAB
2. Kemampuan 2. Monitor integritas kulit
mengenakan pasien.
pakaian 3. Buka pakaian yang
3. Kemampuan makan diperlukan untuk
4. Kemampuan ke memudahkan eliminasi
toilet 4. Dukung penggunaan toilet
5. Verbalisasi secara konsisten
keinginan 5. Jaga privasi selama eliminasi
melakukan 6. Ganti pakaian setelah
perawatan diri eliminasi jika perlu
6. Minat melakukan 7. Latih BAK/BAB sesuai
perawatan diri jadwal jika perlu
7. Mempertahankan 8. Anjurkan BAB/BAK secara
kebersihan rutin
Mempertahankan 9. Bersihkan alat bantu
kebersihan mulut BAB/BAK
Berpakaian Kriteria hasil: 1. Identifikasi usia dan budaya
1. Kemampuan mandi dalam membantu
2. Kemampuan berpakaian/berhias
mengenakan 2. Sediain pakaian pada tempat
pakaian yang mudah dijangkau
3. Kemampuan makan 3. Sediakan pakaian pribadi
4. Kemampuan ke sesuaikebutuhan
toilet 4. Fasilitasi mengenakan
5. Verbalisasi ppakaian
keinginan 5. Fasilitasi berhhias
melakukan 6. Jaga privasi selama
perawatan diri berpakaian
6. Minat melakukan 7. Tawarkan laundry jika perlu
perawatan diri 8. Berikan pujian terhadap
7. Mempertahankan kemampuan berpakaian
kebersihan secara mandiri
Mempertahankan 9. Informasikan pakaian yang
kebersihan mulut tersedia untuk dipilih
10. Ajarkan mengenakan pakaian
Makan/minum Kriteria hasil: 1. Indetifikasi diet yang
1. Kemampuan mandi dianjurkan
2. Kemampuan 2. Monitor kemampuan
mengenakan menelan
pakaian 3. Monitor status hidrasi pasien
3. Kemampuan makan 4. Ciptakan lingkungan yang
4. Kemampuan ke menyenangkan selama
toilet makan
5. Verbalisasi 5. Atur posisi nyaman saat
keinginan makan dan minum
melakukan 6. Lakukan oral hygiene
perawatan diri sebelum makan jika perlu
6. Minat melakukan 7. Sediakan sedotan untuk
perawatan diri minum sesuai kebutuhan
7. Mempertahankan 8. Siapkan makanan sesuai suhu
kebersihan yang meningkatkan nafsu
8. Mempertahankan makan
kebersihan mulut 9. Jelaskan posisi makanan
pada pasien yang mengalami
gangguan penglihatan
10. Kolaborasi pemberian obat

III. STRATEGI PELAKSANAAN

1. SP-1 Pasien: Defisit Perawatan Diri Pertemuan Ke-1


A. Proses Keperawatan

1. Kondisi Klien 

2. Diagnosa Keperawatan: Defisit Perawatan Diri

3. Tujuan Khusus :

a. Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri 

b. Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik

c. Pasien mampu melakukan makan dengan baik

d. Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri

4. Tindakan Keperawatan

a. Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri

b. Menjelasan pentingnya menjaga kebersihan diri

c. Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri

d. Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri

e. Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri

B. Strategi Komunikasi dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

1. Orientasi

a. Salam terapeutik

b. Evaluasi/Validasi

c. Kontrak (Topik, Waktu, Tempat)

2. Kerja (langkah- langkah tindakan keperawatan)

3. Terminasi

a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan


1. Evaluasi klien/subjektif

2. Evaluasi perawat/ objektif

b. Rencana lanjut klien

c. Kontrak yang akan dating (Topik, Waktu, Tempat)

2. SP-2 Pasien : Defisit Perawatan Diri Pertemuan Ke-2

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi Klien

2. Diagnosa Keperawatan: Defisit Perawatan Diri

3. Tujuan Khusus:

a. Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri

b. Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik

c. Pasien mampu melakukan makan dengan baik

d. Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri

4. Tindakan Keperawatan

Membantu klien latihan berhias

a. Berpakaian

b. Menyisir rambut

c. Berhias

B. Strategi Komunikasi dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

1. Orientasi

a. Salam Terapeutik
b. Evaluasi/Validasi (Kontrak, Waktu, Tempat)

2. Kerja (langkah-langkah tindakan keperawatan)

3. Terminasi

a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan

1. Evaluasi klien/subjektif

2. Evaluasi perawat/objektif

b. Tindakan lanjut klien

c. Kontrak yang akan datang (Topik, Waktu, Tempat)

3. SP-3 Pasien : Defisit Perawatan Diri Pertemuan Ke-3

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi klien

2. Diagnosis Keperawatan: Defisit Keperawatan Diri

3. Tujuan Khusus:

a. Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri

b. Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik

c. Pasien mampu melakukan makan dengan baik

d. Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri

4. Tindakan Keperawatan

a. Menjelaskan cara persiapkan makanan

b. Menjelaskan cara makan yang tertib

c. Menjelaskan cara merapikan peralatam makan setelah makan


B. Strategi Komunikasi dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

1. Orientasi

a. Salam Terapeutik

b. Evaluasi/Validasi

c. Kontrak (Topik, Waktu, Tempat)

2. Kerja (langkah-langkah tindakan keperawatan)

a. “Terminasi

a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan

1. Evaluasi klien/subjektif

2. Evaluasi perawat/objektif

b. Rencana tindak lanjut klien

c. Kontrak yang akan dating (topik waktu dan tempat)

SP-4 Pasien : Defisit Perawatan Diri Pertemuan Ke-4

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi klien

Ny. M terlihat duduk di salah satu sisi kamar. Ny. M terlihat rapi

dengan rambut yang di sisir.

2. Diagnosis Keperawatan: Defisit Perawatan Diri

3. Tujuan Khusus:

a. Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri


b. Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik

c. Pasien mampu melakukan makan dengan baik

d. Pasien mampu melakukan membersihkan tempat BAB/BAK

B. Strategi Komunikas dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

1. Orientasi

a. Salam Terapeutik

b. Evaluasi/Validasi

c. Kontrak (topik waktu dan tempat)

2. Kerja (langkah-langkah tindakan keperawatan)

3. Terminasi

a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan

1. Evaluasi klien/subjektif

2. Evaluasi perawat/objektif

b. Tindak lanjut klien

c. Kontrak yang akan datang (topik waktu dan tempat)


DAFTAR PUSTAKA

Damaiyanti. (2012). Asuhan keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama.

Depkes, R. (2000). Keperawatan Jiwa : Teori dan Tindakan keperawatan

Jiwa. Jakarta: Depkes RI.

Fitria Nita.2009.Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan Dan

Srategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan(LP dan SP).Jakarta:Salemba

Medika.

Herman ade. (2011). buku ajar asuhan keperawatan jiwa. yogyakarta: nuha medika.

Hoesny, Rezkiyah,.2011. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Defisit Perawatan

Diri diakses dari http://repositori.uin-alauddin.ac.id/3358/1/Rezkiyah

%20Hoesny.pdf pada 14 Juni 2018

Keliat, Budi Anna. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN(Basic

Course). Jakarta: EGC

Neri, Silvia,.2018. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan diakses dari

https://www.academia.edu/6822348/STRATEGI_PELAKSANAAN_TIN

DAKAN_KEPERAWATAN_SP-

1_Pasien_Defisit_Perawatan_Diri_Pertemuan_Ke-1 pada 14 Juni 2018

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi 1 Cetakan III. Jakarta :

Dewan Pengurus Pusat

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi 1 Cetakan II. Jakarta :

Dewan Pengurus Pusat

PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi 1 Cetakan II. Jakarta :

Dewan Pengurus Pusat


Shinzu, Bekti,.2018. Defisit Perawatan Diri LP SP diakses dari

https://www.academia.edu/35135428/Defisit_Perawatan_Diri_LP_SP pada

14 Juni 2018

Stuart, W. Gail. (2016). Keperawatan Kesehatan Jiwa. Singapore: Elsevier

Yusuf, Ah, Rizky Fitryasari PK dan Hanik Endang Nihayati. (2015). Buku Ajar

Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai