Anda di halaman 1dari 20

Praktikum Sinyal Sistem

Pembangkitan Sinyal Diskrit

3
Athia Suci Faqiha
2 D4 TA
1210191004

I Gede Puja Astawa

01 OKTOBER 2020
MODUL III
PEMBANGKITKAN SINYAL DISKRIT

I. TUJUAN
Setelah melakukan praktikum ini, diharapkan mahasiswa dapat membangkitkan beberapa
jenis sinyal diskrit yang banyak digunakan dalam analisa Sinyal dan Sistem.

II. DASAR TEORI


2.1 Sinyal Diskrit

Pada teori system diskrit, lebih ditekankan pada pemrosesan sinyal yang berderetan. Pada sejumlah
nilai x, dimana nilai yang ke-x pada deret x(n) akan dituliskan secara formal sebagai:
x = {x(n)}; −∞ < n < ∞ (1)
Dalam hal ini x(n) menyatakan nilai yang ke-n dari suatu deret, persamaan (1) biasanya tidak
disarankan untuk dipakai dan selanjutnya sinyal diskrit diberikan seperti Gambar (1)
Meskipun absis digambar sebagai garis yang kontinyu, sangat penting untuk menyatakan bahwa x(n)
hanya merupakan nilai dari n. Fungsi x(n) tidak bernilai nol untuk n yang bukan integer; x(n) secara
sederhana bukan merupakan bilangan selain integer dari n.

Gambar 1. Penggambaran secara grafis dari sebuah sinyal waktu diskrit

Sinyal waktu diskrit mempunyai beberapa fungsi dasar seperti berikut :

• Sekuen Impulse
• Sekuan Step
• Sinusoida Diskrit
• Sekuen Konstan
• Sekuen Rectangular (persegi)
1. Sekuen Impuls
Deret unit sample (unit-sampel sequence), δ(n), dinyatakan sebagai deret dengan nilai :

(2)
Deret unit sample mempunyai aturan yang sama untuk sinyal diskrit dan system dengan
fungsi impuls pada sinyal kontinyu dan system. Deret unit sample biasanya disebut
dengan impuls diskrit (diecrete-time impuls), atau disingkat impuls (impulse).

Secara grafik, fungsi impuls dapat ditunjukkan seperti gambar 2.

Gambar 2. Sinyal impuls

2. Sekuen Step

Deret unit step (unit-step sequence), u(n), mempunyai nilai :

(3)
Unit step dihubungkan dengan unit sample sebagai :

(4)
Unit sample juga dapat dihubungkan dengan unit step sebagai :

δ(n) = u(n) − u(n− 1) (5)

n

    n
0
Gambar 3. Sekuen Step
3. Sinus Diskrit

Deret eksponensial real adalah deret yang nilainya berbentuk an, dimana a adalah nilai
real. Deret sinusoidal mempunyai nilai berbentuk Asin(ωon + φ).

Gambar 4. Sinyal sinus diskrit

Deret y(n) dinyatakan berkala (periodik) dengan nilai periode N apabila y(n) = y(n+N)
untuk semua n. Deret sinuosuidal mempunyai periode 2π/ ω 0 hanya pada saat nilai real
ini berupa bilangan integer. Parameter ω 0 akan dinyatakan sebagai frekuensi dari
sinusoidal atau eksponensial kompleks meskipun deret ini periodik atau tidak. Frekuensi
ω0 dapat dipilih dari nilai jangkauan kontinyu. Sehingga jangkauannya adalah 0 < ω0 <
2π (atau -π < ω0 < π) karena deret sinusoidal atau eksponensial kompleks didapatkan dari
nilai ω0 yang bervariasi dalam jangkauan 2πk <ω0< 2π(k+1) identik untuk semua k
sehingga didapatkan ω0 yang bervariasi dalam jangkauan 0 < ω0 < 2π.

4. Sekuen Konstan
Sinyal ini dihasilkan dari sampling sinyal waktu kontinyu yang nilainya konstan, dan
direpresentasikan berupa deretan pulsa-pulsa bernilai sama mulai dari negatif tak
berhingga sampai dengan positif tak berhingga. Gambaran matematis untuk sinyal ini
adalah seperti berikut :
f(nT) = 1 untuk semua nilai n (7)
Gambar 5. Sekuen konstan dengan nilai 1

5. Sekuen Rectangular (persegi)

Sebuah fungsi pulsa rectangular waktu diskrit pL[n] dengan panjang L dapat
didefinisikan sebagai berikut :

(8)

Gambar 6. Sekuen rectangular

III. PERANGKAT YANG DIPERLUKAN

- 1 (satu) buah PC lengkap sound card dan OS Windows


- 1 (satu) disket 3.5 yang berisi perangkat lunak aplikasi MATLAB.
IV. LANGKAH-LANGKAH PERCOBAAN
4.1 Pembangkitan Sinyal Waktu Diskrit, Sekuen Step

Disini akan kita lakukan pembangkitan sinyal waktu diskrit. Sebagai langkah awal kita
mulai dengan membangkitkan sebuah sekuen unit step. Sesuai dengan namanya, unit step
berarti nilainya adalah satu satuan. Untuk itu anda ikuti langkah berikut ini.

1. Buat program baru dan anda ketikkan perintah seperti berikut:


%File Name: sd_1.m
%Pembangkitan Sekuen Step
L=input('Panjang Gelombang (=40) =' )
P=input('Panjang Sekuen (=5) =' )
for n=1:L
if (n>=P)
step(n)=1;
else
step(n)=0;
end
end
x=1:L;
stem(x,step)

Hasil pembangkitan sekuen step seperti terlihat pada gambar 7.

2. Anda ulangi langkah pertama dengan cara me-run program anda dan masukan nilai
untuk panjang gelombang dan panjang sekuen yang berbeda-beda yaitu L=40, P= 15 ; L=40,
P=25 ; L=40, P=35 . Plot hasil percobaan anda pada 1 figure dan catat apa yang terjadi?

4.2 Pembangkitan Sinyal Waktu Diskrit, Sekuen Pulsa


Disini akan kita bangkitkan sebuah sinyal waktu diskrit berbentuk sekuen pulsa, untuk itu
ikuti langkah berikut ini
1. Buat program baru dengan perintah berikut ini.
%File Name: Sd_2.m
%Pembangkitan Sekuen Pulsa
L=input('Panjang Gelombang (=40) =' )

P=input('Posisi Pulsa (=5) =' )


for n=1:L
if (n==P)
step(n)=1;
else
step(n)=0;
end
end
x=1:L;
stem(x,step)
axis([0 L -.1 1.2])

Hasil pembangkitan sekuen pulsa dapat dilihat pada gambar 8

Gambar 7. Pembangkitan sinyal sekuen step


Gambar 8. Pembangkitan sinyal sekuen pulsa

2. Jalankan program diatas berulang-ulang dengan catatan nilai L dan P dirubah-ubah


sebagai berikut L=40, P= 15 ; L=40, P=25 ; L=40, P=35, perhatikan apa yang terjadi?
Catat apa yang anda lihat.

4.3 Pembentukan Sinyal Sinus waktu Diskrit


Pada bagian ini kita akan dicoba untuk membuat sebuah sinyal sinus diskrit. Secara umum sifat
dasarnya memiliki kemiripan dengan sinus waktu kontinyu. Untuk itu ikuti langkah berikut
1. Buat program baru dengan perintah seperti berikut.
%File Name: Sd_4.m
Fs=20;%frekuensi sampling
t=(0:Fs-1)/Fs;%proses normalisasi
s1=sin(2*pi*t*2);
stem(t,s1)
axis([0 1 -1.2 1.2])
Gambar 9. Pembangkitan sinyal sinus diskrit

2. Lakukan perubahan pada nilai Fs, sehingga bernilai 40, 60 dan 80. Plot hasil
percobaan anda pada 1 figure dan catat apa yang terjadi ?

4.4 Pembangkitan Sinyal Waktu Diskrit, Sekuen konstan


Disini akan kita bangkitkan sebuah sinyal waktu diskrit berbentuk sekuen pulsa, untuk itu
ikuti langkah berikut ini
1. Buat program baru dengan perintah berikut ini.
%File Name: Sd_4.m
%Pembangkitan Sekuen Konstan
L=input('Panjang Gelombang (=20) =' )
sekuen(1:L)=1; % Besar Amlitudo
stem(sekuen)
xlabel(‘Jumlah Sekuen (n)’)
ylabel(‘Amplitudo sekuen’)
title(‘Sinyal Sekuen Konstan’)
Hasil pembangkitan sekuen pulsa dapat dilihat pada gambar 10

Sinyal Sekuen Konstan


1

0.9

0.8

0.7
Amplitudo sekuen

0.6

0.5

0.4

0.3

0.2

0.1

0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
Jumlah Sekuen (n)

Gambar 10. Pembangkitan sinyal sekuen konstan

5. DATA DAN ANALISA

Anda telah melakukan berbagai langkah untuk percobaan pembangkitan sinyal diskrit
Yang harus anda lakukan adalah:
1. Jawab setiap pertanyaan yang ada pada setiap langkah percobaan diatas.
2. Coba anda buat program pada m-file untuk membangkitkan sebuah sinyal sekuen
rectanguler (persegi) yang berada pada posisi 1-4 , 2-6, 4-8 dan 6-10 dengan
amplitudo sebesar 5. Plot hasil perconaan dalam 1 figure. Beri komentar
bagaimana pengaruh perubahan posisi sinyal rectanguler yang telah anda coba?
Laporan Sementara
Nama : Athia Suci Faqiha
NRP : 1210191004
Kelas : 2 D4 TA

4.1 Pembangkitan Sinyal Waktu Diskrit, Sekuen Step


1. Buat program baru dan anda ketikkan perintah seperti berikut:
%File Name: sd_1.m
%Pembangkitan Sekuen Step
L=input('Panjang Gelombang (=40) =' )
P=input('Panjang Sekuen (=5) =' )
for n=1:L
if (n>=P)
step(n)=1;
else
step(n)=0;
end
end
x=1:L;
stem(x,step)
2. %Pembangkitan Sekuen Step

L=input('Panjang Gelombang (=40) =' )

P=input('Panjang Sekuen (=15) =' )


for n=1:L
if (n>=P)
step(n)=1;
else
step(n)=0;
end
end
x=1:L;
stem(x,step)
3. %Pembangkitan Sekuen Step

L=input('Panjang Gelombang (=40) =' )

P=input('Panjang Sekuen (=25) =' )


for n=1:L
if (n>=P)
step(n)=1;
else
step(n)=0;
end
end
x=1:L;
stem(x,step)
4. %Pembangkitan Sekuen Step

L=input('Panjang Gelombang (=40) =' )

P=input('Panjang Sekuen (=35) =' )


for n=1:L
if (n>=P)
step(n)=1;
else
step(n)=0;
end
end
x=1:L;
stem(x,step)
4.2 Pembangkitan Sinyal Waktu Diskrit, Sekuen Pulsa
1. Buat program baru dengan perintah berikut ini.
%File Name: Sd_2.m
%Pembangkitan Sekuen Pulsa
L=input('Panjang Gelombang (=40) =' )
P=input('Posisi Pulsa (=5) =' )
for n=1:L
if (n==P)
step(n)=1;
else
step(n)=0;
end
end
x=1:L;
stem(x,step)
axis([0 L -.1 1.2])

2. %File Name: Sd_2.m


%Pembangkitan Sekuen Pulsa
L=input('Panjang Gelombang (=40) =' )
P=input('Posisi Pulsa (=15) =' )
for n=1:L
if (n==P)
step(n)=1;
else
step(n)=0;
end
end
x=1:L;
stem(x,step)
axis([0 L -.1 1.2])
3. %File Name: Sd_2.m
%Pembangkitan Sekuen Pulsa
L=input('Panjang Gelombang (=40) =' )
P=input('Posisi Pulsa (=25) =' )
for n=1:L
if (n==P)
step(n)=1;
else
step(n)=0;
end
end
x=1:L;
stem(x,step)
axis([0 L -.1 1.2])

4. %File Name: Sd_2.m


%Pembangkitan Sekuen Pulsa
L=input('Panjang Gelombang (=40) =' )
P=input('Posisi Pulsa (=35) =' )
for n=1:L
if (n==P)
step(n)=1;
else
step(n)=0;
end
end
x=1:L;
stem(x,step)
axis([0 L -.1 1.2])
4.3 Pembentukan Sinyal Sinus waktu Diskrit
1. Buat program baru dengan perintah seperti berikut.
%File Name: Sd_4.m
Fs=20;%frekuensi sampling
t=(0:Fs-1)/Fs;%proses normalisasi
s1=sin(2*pi*t*2);
stem(t,s1)
axis([0 1 -1.2 1.2])

2. Buat program baru dengan perintah seperti berikut.


%File Name: Sd_4.m
Fs=40;%frekuensi sampling
t=(0:Fs-1)/Fs;%proses normalisasi
s1=sin(2*pi*t*2);
stem(t,s1)
axis([0 1 -1.2 1.2])

3. Buat program baru dengan perintah seperti berikut.


%File Name: Sd_4.m
Fs=60;%frekuensi sampling
t=(0:Fs-1)/Fs;%proses normalisasi
s1=sin(2*pi*t*2);
stem(t,s1)
axis([0 1 -1.2 1.2])

4. Buat program baru dengan perintah seperti berikut.


%File Name: Sd_4.m
Fs=80;%frekuensi sampling
t=(0:Fs-1)/Fs;%proses normalisasi
s1=sin(2*pi*t*2);
stem(t,s1)
axis([0 1 -1.2 1.2])
4.4 Pembangkitan Sinyal Waktu Diskrit, Sekuen konstan
1. Buat program baru dengan perintah berikut ini.
%File Name: Sd_4.m
%Pembangkitan Sekuen Konstan
L=input('Panjang Gelombang (=20) =' )
sekuen(1:L)=1; % Besar Amlitudo
stem(sekuen)
xlabel(‘Jumlah Sekuen (n)’)
ylabel(‘Amplitudo sekuen’)
title(‘Sinyal Sekuen Konstan’)
Data
2. Coba anda buat program pada m-file untuk membangkitkan sebuah sinyal sekuen
rectanguler (persegi) yang berada pada posisi 1-4 , 2-6, 4-8 dan 6-10 dengan amplitudo
sebesar 5. Plot hasil perconaan dalam 1 figure. Beri komentar bagaimana pengaruh
perubahan posisi sinyal rectanguler yang telah anda coba?

%Pembangkitan Sekuen Step


L=10;
for n=1:L
if (n>=1&n<=4)
step(n)=5;
else
step(n)=0;
end
end
n=1:L;
subplot(411);
stem(n,step)
for n=1:L
if (n>=2&n<=6)
step(n)=5;
else
step(n)=0;
end
end
n=1:L;
subplot(412);
stem(n,step)
for n=1:L
if (n>=4&n<=8)
step(n)=5;
else
step(n)=0;
end
end
n=1:L;
subplot(413); stem(n,step)
for n=1:L
if (n>=6&n<=10)
step(n)=5;
else
step(n)=0;
end
end
n=1:L;
subplot(414);
stem(n,step)

Pengaruh perubahan sinyal rectangular disebabkan karena adanya perintah untuk


membangkitkan sinyal pada posisi tertentu, selain posisi yang ditentukan sinyal diberi
nilai nol.

ANALISA
Pada praktikum Pembangkitan Sinyal Diskrit, dilakukan pebangkitan beberapa
macam sinyal diskrit menggunakan aplikasi Octave. Sinyal diskrit yang dibangkitkan
dalam praktikum adalah sinyal waktu diskrit sekuen step, sinyal waktu diskrit sekuen
pulsa, sinyal sinus waktu diskrit dan sinyal waktu diskrit sekuen konstan.
Pada praktikum pertama, dilakukan pembangkitan sinyal waktu diskrit sekuen step, yan
dibangkitkan dengan cara membuat program berisikan perintah:

Output dari program tersebut adalah muncul perintah untuk menginputkan panjang
gelombang yang diinginkan, kemudian setelah ditekan enter akan muncul perintah
untuk mengisi panjang sekuen yang diinginkan. Perintah tersebut muncul di Command
Window disebabkan adanya perintah input yang terdapat dalam program. Kemudian
terdapat perintah for dimana nilai n adalah 1 hingga nilai panjang gelombang yang
diinputkan. Jika nilai n lebih besar dari nilai P (panjang sekuen) yang diinputkan maka
nilai n adalah 1. Sedangkan jika nilai n tidak memenuhi syarat pertama maka nilai n
adalah 0. Nilai sumbu x yang di definisikan sebagai x adalah 1 hingga L (Panjang
Gelombang yang di inputkan). Setelah L dan P diinputkan maka akan muncul grafik
yang menampilkan bentuk sinyal dalam waktu diskrit, dimana sumbu x adalah x
(Panjang Gelombang) dan sumbu y adalah nilai step. Hal tersebut dikarenakan adanya
perintah stem.
Langkah selanjutnya yaitu mencoba program yang telah dibuat dengan nilai P yang
berbeda-beda. Grafik dimunculkan pada satu figure yang sama dengan perintah
subplot untuk membandingkan hasil dari mengubah nilai P. Nilai L yang diinputkan
selalu sama,yaitu 40. Saat nilai P=5 maka grafik menunjukkan apabila nilai P lebih
besar sama dengan 5 maka sinyal akan bernilai satu, dan saat nilai P lebih kecil dari 5
maka sinyal akan bernilai 0.
Sinyal waktu diskrit yang dibangkitkan selanjutnya adalah sinyal waktu diskrit sekuen
pulsa. Sinyal tersebut dapat dibangkitkan dengan membuat program yang berisikan
perintah:

Output dari program ini adalah saat P=5 maka saat posisi pulsa adalah 5 maka sinyal
benrilai 1, selain posisi pulsa 5 maka sinyal bernilai 0. Perbedaan dengan program yang
sebelumnya dibuat adalah, pada program ini jika nilai n adalah P (Posisi pulsa yang
diinputkan) maka sinyal bernilai 1, selain P maka nilai sinyal adalah 0. Jadi hanya
terdapat satu posisi yaitu P yang bernilai 1. Hal tersebut terjadi karena adanya perintah
if (n==P).
Langkah selanjutnya yaitu mengubah nilai P yang diinputkan. Hasil dari pengubahan
tersebut ditampilkan dalam satu figure yang sama supaya lebih mudah untuk
membandingkan. Hal ini dapat dilakukan dengan perintah subplot yang diketikkan di
Command Window setelah itu dilakukan running program. Hasil dari pengubahan nilai
P tersebut adalah, sinyal akan bernilai 1 hanya pada saat posisi pulsa sama dengan nilai
P yang dinputkan. Selain itu, nilai sinyal adalah 0.
Yang ketiga yaitu membangkitkan sinyal sinus waktu diskrit yang dapat dilakukan
dengan membuat sebuah program berisikan peritah:

Output dari program tersebut adalah grafik sinyal sinus yang ditampilkan dalam waktu
diskrit dan terdapat 20 sampling pada grafik. Langkah selanjutnya adalah mengubah –
ubah nilai frekuensi sampling menjadi 40, 60, dan 80 yang ditampilkan dalam satu
figure yang sama. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan perintah subplot.
Saat frekuensi sampling diubah menjadi 40, pada grafik teergapat 40 sampling. Begitu
pula saat nilai frekuensi sampling diubah menjadi 60, maka pada grafik terdapat 60
sampling. Semakin besar nilai frekuensi sampling, maka semakin rapat sinyal yang
ditampilkan, dan bentuk dari grafik semakin membentuk sinyal sinus yang sempurna.
Pembangkitan sinyal yang terakhir adalah membangkitkan sinyal waktu diskrit sekuen
konstan yang dilakukan dengan membuat program yang berisikan perintah:

Output yang dihasikan dari program tersebut adalah jumlah sekuen dari 1 hingga L
(panjang gelombang yang diinputkan) memiliki niali amplitudo yang sama, yaitu 1.
Jadi tidak ada jumlah sekuen yang bernilai 0.
KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa terdapat banyak jenis
sinyal waktu diskrit. Pada aplikasi Octave, user dapat membangkitkan berbagai macam
sinyal diskrit, antara lain sinyal waktu diskrit sekuan step, sinyal waktu diskrit sekuen
pulsa, sinyal sinus waktu diskrit, dan sinyal waktu diskrit sekuan konstan. Untuk
menampilkan grafik sinyal dalam waktu diskrit didunakan perintah stem. Aplikasi
Octave dapat mempermudah user untuk mengetahui visual dari sinyal diskrit yang
dibangkitkan.

Anda mungkin juga menyukai