Anda di halaman 1dari 8

BLOG

BLOG PENDIDIKAN
PENDIDIKAN
Belajar-Berbagi-Informasi Pendidikan

DAFTAR ISI About Contact Us Privacy Polycy Disclaimer Terms Of Service

HOME TUTORIAL PBM PENILAIAN KEPEMIMPINAN MANAJEMEN SUPERVISI ADM TU REGULASI CAKEP

Home » Seputar PBM » Model-Model Pembelajaran Kreatif di SMK

Model-Model
Model-Model Pembelajaran
Pembelajaran Kreatif
Kreatif di
di SMK
SMK
POSTED BY JONTARNABABAN.COM POSTED ON FEBRUARY 16, 2019 WITH NO COMMENTS

Pembelajaran di SMK memiliki karakteristik tersendiri (beda dengan SMA)  karena tujuan  utama SMK
untuk menyiapkan peserta didik memasuki dunia kerja. Proses pembelajaran yang dilakukan guru di
SMK  perlu memperhatikan karakteristik sebagai berikut.

1.Pembelajaran  diarahkan untuk mempersiapkan peserta didik memasuki lapangan kerja;

2.Pembelajaran yang dilakukan didasarkan atas kebutuhan dunia kerja;

3.Fokus isi pembelajaran  ditekankan pada penguasaan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-
nilai yang dibutuhkan oleh dunia kerja;

4.Penilaian yang sesungguhnya terhadap kesuksesan peserta didik harus pada “mind-on, heart-on,
hands-on” atau cara cara pikir, sikap dan keterampilan kerja di dunia usaha atau produksi;

5.Pembelajaran  harus melibatkan dunia kerja sebagaikunci keberhasilan pendidikan kejuruan;

6.Pembelajaran harus responsif dan antisipatif terhadap kemajuan teknologi;

7.Pembelajaran  lebih ditekankan pada “learning by doing”, dan

8.Pembelajaran memerlukan fasilitas praktik sesuai dengan tuntutan dunia usaha dan industri.

Berdasarkan karakteristik di atas maka  pemilihan suatu model pembelajaran sangat ditentukan oleh
isi rumusan Kompetensi Dasar dan atau materi pembelajaran. Model pembelajaran tertentu hanya
tepat digunakan untuk materi pembelajaran tertentu. 

Sebaliknya materi pembelajaran tertentu akan dapat berhasil maksimal jika menggunakan model
pembelajaran tertentu pula. 

Pemilihan model pembelajaran dapat dilakukan dengan cara   berikut:

1.Menganalisis rumusan pernyataan setiap kompetensi dasar (KD);

2.Memahami tujuan dari setiap model pembelajaran;

3.Menentukan apakah rumusan KD cenderung pada pembentukan konsep/prinsip atau


pada pembentukan hasil karya;

4.Kompetensi Dasar(KD dari KI-3 dan KD dari KI-4) pada kelompok mata pelajaran Dasar Kejuruan (C1)
dan kelompok mata pelajaran Dasar Keahlian (C2) yang cenderung pada penguasaan konsep/prinsip
yang membentuk kemampuan eksplanasi (konsep dan prinsip) sangat tepat menggunakan model
pembelajaran Inquiry/Discovery Learningsebagai fondasi untuk mempelajari mata pelajaran
kelompok Kompetensi Keahlian (C3).

5.Kompetensi Dasar (KD dari KI-3 dan KD dari KI-4) pada kelompok mata pelajaran Kompetensi
Keahlian (C3) yang cenderung membentuk kemampuan solusi-solusi teknologi dan rekayasa atau hasil
karya, dapat menggunakan model belajar Problem Based Learning(PBL), Production Based
Trainning (PBT), Project Based Learning (PjBL) dan Teaching Factory (TEFA)

Setelah guru melakukan analisis kompetensi dasar dan materi pembelajaran selanjutnya guru dapat
memilih model yang sesuai untuk diterapkan. Dibawah ini ada 4 model pembelajaran yang disarankan
sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013 di SMK. 

A. Model pembelajaran penemuan (Discovery Learning)

Model pembelajaran penemuan (Discovery Learning) adalahmenekankan terhadap pemahaman 


konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan
(Budiningsih, 2005:43). 

Discovery terjadi bila individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk
menemukan beberapa hukum, konsep dan prinsip, melalui observasi, klasifikasi, pengukuran,
prediksi, penentuan dan inferi(pengambilan keputusan/kesimpulan). 

1. Tujuan pembelajaran model Discovery Learning

a.Meningkatkan kesempatan peserta didik terlibat aktif dalam pembelajaran;

b.Peserta didik belajar menemukan pola dalam situasi konkrit maupun abstrak;

c.Peserta didik belajar merumuskan strategi tanya jawab yang tidak rancu dan memperoleh informasi
yang bermanfaat dalam menemukan;

d.Membantu peserta didik membentuk cara kerja bersama yang efektif, saling membagi informasi
serta mendengarkan dan menggunakan ide-ide orang lain;

e.Meningkatkan keterampilan konsep dan prinsip peserta didik yang lebih bermakna;

f.Dapat mentransfer keterampilan yang dibentuk dalam situasi belajar penemuan ke dalam aktivitas
situasi belajar yang baru.

2. Sintak (Fase) model Discovery Learning

a. Pemberian rangsangan (Stimulation)


Langkah ini dilakukan dapat berupa cerita atau gambar dari suatu kejadian sehingga
memberikanarahan pada persiapan menemukan suatu konsep/prinsip atau formulasi.

b. Pernyataan/Identifikasi masalah (Problem Statement)


Tahap ini peserta didik diajak untuk mengidentifikasi kemungkinan-kemungkinan masalah dari
kejadian dan selanjutnya dikembangkan jawaban sementaraatau hipotesis terhadap konsep/prinsip
atau formulasi.

c. Pengumpulan data (Data Collection)


Dapat berupa observasi terhadap objek atau uji coba dalam kaitan hipotesis

d. Pembuktian (Verification)
Pada tahap ini dilakukan pengolahan dan verifikasi data terhadap hipotesis.

e. Menarik simpulan/generalisasi (Generalization)


Melakukan generalisasi konsep/prinsip atau formulasi yang sudah dibuktikan.

B. Model Inquiry LearningTerbimbing dan Sains

Model pembelajaran Inkuiri terbimbing merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara
maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu secara sistematis kritis
dan logis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri temuannya dari sesuatu yang dipertanyakan. 

Sedangkan Inkuiri Sains esensinya adalah melibatkan siswa pada kasus yang nyata di dalam
penyelidikan dengan cara mengkonfontasi dengan area yang diselidiki, dengan cara membantu
mereka mengidentifikasi konsep atau metodologi pada area investigasi serta mendorong dalam cara-
cara mengatasi masalah.

1. Tujuan model pembelajaran Inquiry

Untuk mengembangkan kemampuan berfikir secara sistimatis, logis dan kritis sebagai bagian dari
proses mental.

2. Sintak/tahap model inkuiri terbimbing

a. Orientasi masalah
Memberikan suatu permasalahan pada peserta didik yang harus dipecahkan seperti: contohbola lampu
putus.

b. Pengumpulan data dan verifikasi


Pada tahapan ini peserta didik mengumpulkan data berkaitan dengan bahan/bagian/kondisi yang
berhubungan dengan permasalahan.

c. Pengumpulan data melalui eksperimen


Peserta didik melakukan pengumpulan data dengan memeriksa fungsi bahan/bagian dan kondisi.

d. Pengorganisasian dan formulasi eksplanasi


Pada tahap ini peserta didik melakukan perumusan atauformulasi berdasarkan hasil eksperimen
berkaitan dengan permasalah.

e. Analisis proses inkuiri


Pada tahap ini peserta didik melakukan generalisasi berkaitan dengan permasalahan.

3. Sintak (fase)  model inkuiri Sains 

a. Siswa disajikan suatu bidang penelitian


Pada tahap ini peserta didik disajikan bidang penelitian seperti contoh: “pencemaran
sungai”,termasuk metodologi yang digunakan pada penelitian tersebut.

b. Menstrukturkan (Menyusun) problem/masalah


Peserta didik diajak untuk mengembangkan masalah dan mengidentifikasi masalah yang terdapat
dalam penelitian tersebut. Pada tahap ini, bisa saja siswa akan mengalami beberapa kesulitan yang
harus mereka atasi, sepertiinterpretasi data, generalisasi data, kontrol ujicoba, atau pembuatan
kesimpulan.

c. Mengidentifikasi masalah dalam penelitian


Peserta didik diminta untuk berspekulasi tentang masalah tersebut; sehingga mereka dapat
mengidentifikasi kesulitan dalam proses penelitian.

d. Menyelesaikan kesulitan/masalah 
Peserta didik diminta untuk berspekulasi tentang cara untuk mengatasi kesulitan/masalah, dengan
merancang kembali ujicoba, mengolah data dengan cara yang berbeda, mengeneralisasikan data
danmengembangkan konstruk.

C. Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Pembelajaran berbasis masalah didasarkan pada teori belajar konstruksivistik yang menggunakan
berbagai kemampuan berpikir dari peserta didik secara individu maupun kelompok serta lingkungan
nyata (autentik) untuk mengatasi permasalahan sehingga bermakna, relevan, dan kontekstual 

1. Tujuan pembelajaran PBL

Untuk meningkatkan kemampuan dalam menerapkan konsep-konsep pada permasalahan baru/nyata,


pengintegrasian konsep High Order Thinking Skills (HOTS) yakni pengembangan kemampuan berfikir
kritis, kemampuan pemecahan masalah dansecara aktif mengembangkan keinginan dalam belajar
dengan mengarahkan belajar diri sendiri dan keterampilan belajar.
Pembelajaran pendekatan pemecahan masalahakan memberikan pengalaman belajar pada peserta
didik yang lebih mendalam terhadap kompetensi yang dipelajarinya dibanding dengan pembelajaran
yang menggunakan pendekatan tradisional..
2. Prinsip-prinsip pembelajaran PBL

Prinsip-prinsip penting yang harus diperhatikan oleh guru  dalam menerapkan model pembelajaran
pemecahan masalah adalah sebagai berikut:

a.Pemecahan masalah yang berkaitan dengan keterampilan kerja atau pekerjaan pada dunia nyata
(real job), penekanan pengajarannya harus dilakukan secara tepat dalam hal pengidentifikasian
pengetahuan konsep, prinsip) dan pengetahuan prosedural.

b.Dalam langkah pendahuluan berkaitan dengan kontek pemecahan masalah, pembelajaran  bisa
dilakukan dengan cara penyajian pengetahuan prosedural atau pengetahuan konsep dan prinsip  lebih
awal, atau juga dapat dilakukan dengan cara pengintegrasian kedua pengetahuan tersebut 

c.Ketika mengajar pengetahuan deklaratif , penekanan dilakukan pada model mental yang sesuai
dengan pemecahan masalah yang akan dihadapi melalui cara penjelasan struktur pengetahuan dan
menanyakan kepada peserta didik untuk memprediksi apa yang akan terjadi atau penjelasan mengapa
sesuatu itu terjadi.

d.Menekankan pada pengajaran pemecahan masalah bentuk strukturmoderat dan struktur tidak
beraturan sejauh pembahasannya untuk mencapaitujuan pembelajaran.

e.Mengajarkan keterampilan pemecahan masalah sesuai dengan kontek yang akan digunakan peserta
didik. Menggunakan masalah-masalah yang otentik, juga dalam praktek dan penilaiannya baik dalam
skenario belajar berbentuk simulasi atauproyek. 

f.Gunakan strategi pembelajaran  deduktif untuk pengetahuan konseptual dan bentuk pemecahan
masalah terstruktur/sistiematis

g.Gunakan strategi mengajar induktif untuk meningkatkan model berpikir sintesis dan bentuk
pembelajaran pemecahan masalah moderat serta struktur tidak beraturan  .

h.Menggunakan latihan permasalahan, langkah ini akan membantu peserta didik memahami tujuan
dan membantu mereka menguraikan kedalam tujuan-tujuan antara.

i.Gunakan kesalahan-kesalahan yang dibuat peserta didik dalam pemecahan masalah sebagai bukti
konsepsi yang tidak tepat dan menebak-nebak. Jika dimungkinkan tentukan konsepsi yang salah dan
konsepsi yang tepat.

j.Ajukan pertanyaan dan berikan saran tentang strategi untuk meningkatkan peserta didik melakukan
refleksi pada strategi pemecahan masalah yang sedang mereka gunakan. Langkah ini dapat dilakukan
sebelum atau sesudah peserta didik melakukan tindakan pemecahan masalah.

k.Memberikan latihan denganstrategi pemecahan masalah yang hampir sama dalam berbagai kontek
untuk meningkatkan pegeneralisasian.

l.Ajukan pertanyaan yang dapat meningkatkan peserta didik dalam menyerap keterampilan
megeneralisasi dalam berbagai permasalahan dengan materi yang berbeda.
m.Gunakan berbagai jenis kontek, masalah dan gaya mengajar yang akan meningkatkan keingin
tahuan, motivasi, percaya diri, ketekunan dan pengetahuan tentang diri sertamereduksi kehawatiran
peserta didik.

n.Rencanakan serangkaian pembelajaran yang menumbuhkan hingga kesempurnaan dari tingkat


pemula hingga pemahaman tingkat akhli/kompeten daristruktur pengetahuan yang digunakan.

o.Jika guru menggunakan  bentuk pemecahan masalah dengan struktur tersusun baik yakinkan peserta
didik dapat mengikuti pembelajaran pemecahan masalah dengan baik. 

p.Jika guru dengan pendekatan pemecahan masalah bentuk struktur moderat, dorong peserta didik
menggunakan pengetahuan konseptual untuk mengembangkan strategi yang sesuai dengan kontek dan
permasalahannya. 

q.Jika guru  dengan pendekatan pemecahan masalah bentuk struktur yang tidak beraturan, dorong
peserta didik menggunakan pengetahuan konseptualnya  untuk menetapkan tujuan dengan solusi yang
dapat diterima dan dikembangkan. Ikuti strategi pemecahan dan solusi yang tepat kemudian
bandingkan oleh peserta didik hingga mana yang paling efektif dan efisien dari berbagai strategi dan
solusi tersebut.

3. Sintak(fase)  model Problem Based Learning ( PBL) adalah:

a. Mengidentifikasi masalah
Pada tahapan ini dilakukan pengidentifikasian masalah melalui curah pendapat dari kasus yang
diberikan.

b. Menetapkan masalah melalui berpikir tentang masalah dan menyeleksi informasi-informasi


yang relevan
Pada tahap ini peserta didik diajak mendata sejumlah fakta pendukung sesuai dengan masalah, dan
pengetahuan-pengetahuan yang harus diketahui berupa konsep dan prinsip berkenaan dengan
masalah.

c. Mengembangkan solusi melalui pengidentifikasian alternatif-alternatif, tukar-pikiran dan


mengecek perbedaan pandang

Pada tahap ini peserta didik diajak berfikir untuk mengembangkan pemecahan masalah melalui
berfikir prosedur untuk melakukan penelaahan letak penyebab masalah melalui pengumpulan
imformasi dari setiap langkah melalui pemeriksaan hingga ditemukan penyebab utama masalah.

d. Melakukan tindakan strategis


Peserta didik diajak mengembangkan tindakan strategis yang didasarkan atas temuan untuk
memecahkan masalah. 

e. Melihat ulang dan mengevaluasi pengaruh-pengaruh dari solusi yang dilakukan


Peserta didik diajak memeriksa pengaruh hasil tindakan terhadap permasalahan yang terjadi di dalam
sistem, dengan menggunakan rujukan seperti contoh service manual hingga sistem bekerja secara
normal sesuai tuntutan rujukan.

D.  Model pembelajaran Problem Solving Learning Jenis Trouble Shooting

Hamper sama dengan model pembelajaran  Problem Based Learning ( PBL) namun ada perbedaan
pada tahap-tahap atau sintak pelaksanaan Adapun sintak model Problem Solving Learning Jenis
Trouble Shooting terdiri atas:

1. Merumuskan uraian masalah


Pada tahap ini, peserta didik dihadapkan pada kasus, mengidentifikasi masalah dan merumuskan
kemungkinan penyebab masalah.

2. Mengembangkan kemungkinan penyebab


Pengembangan kemungkinan penyebab dilakukan berdasarkan observasi dan pemeriksaan terhadap
fungsi yang di dasarkankonsep atau prinsip.

3. Mengetes penyebab atau proses diagnosis


Menganalisis data-data hasil pemeriksaan dan menentukan penyebab utama menggunakan berfikir
prosedur serta melakukan perlakuan/perbaikan.

4. Mengevaluasi
Memeriksa hasil perlakuan/perbaikan dan membandingkannya dengan acuan rujukan atau service
manual untuk menentukan kasus/permasalahan telah dapat diatasi.

E. Model pembelajaran Project Based Learning (PjBL)

Model pembelajaran PjBL merupakan pembelajaran dengan menggunakan proyek nyata dalam
kehidupan yang didasarkan pada motivasi tinggi, pertanyaan menantang, tugas-tugas atau
permasalahan untuk membentuk penguasaan kompetensi yang dilakukan secara kerja sama dalam
upaya memecahkan masalah. 

1. Kriteria Penerapan PjBL


Model pembelajaran ini akan efektif apabila memenuhi tiga kriteria yakni:

a.Kompetensi Dasar yang akan diajarkan dari kurikulum kompetensi keahlian di konstruk dalam
permasalahan kontektual yang menekankan pada keterampilan kognitif(higher order thingking skill)
dan pengetahuan pada bentuk metakognitif.

b.pembelajaran dikembangkan berpusat pada peserta didik (Student Centre Learning) dalam bentuk
grup-grup kecil yang aktif dimana guru berfungsi sebagai fasilitator.

c.Hasil pembelajaran difokuskan pada pengembangan keterampilan, motivasi dan penumbuhan


belajar sepanjang hayat (life long learning).

2. Tujuan Project Based Learning

Meningkatkan motivasi belajar, team work, keterampilan kolaborasi dalam pencapaian kemampuan
akademik level tinggi/taksonomi tingkat kreativitas yang dibutuhkan pada abad 21 (Cole & Wasburn
Moses, 2010).

3. Sintak (fase) model pembelajaran Project Based Learning

a. Penentuan pertanyaan mendasar (Start with the Essential Question)


Pada tahap ini peserta didik secara kelompok/individu dihadapkan pada bagaimana cara mengatasi
permasalahan dan menentukan projek yang paling tepat cara mengatasi masalah.

b. Mendesain perencanaan proyek


Peserta didik merancang projek yang telah di tentukan baik desain/perencanaan, gambar, bahan
maupun teknis pengerjaannya.

c. Menyusun jadwal (Create a Schedule)


Tahap ini peserta didik menyusun jadwal (waktu pelaksanaan), distribusi kerja dan presentasi.

d. Memonitor kemajuan proyek (Monitor the Progress of the Project)


Tahap ini peserta didik mengerjakan projek sesuai rancangan dan distribusi kerja serta
menyampaikan progres/kemajuan pengerjaan projek.

e. Menguji hasil (Assess the Outcome)


Peserta didik memeriksa hasil projek dengan membandingkan dengan rancangan dan pendidik menilai
kemajuan peserta didik.

f. Mengevaluasi pengalaman (Evaluate the Experience)


Melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan.

F. Model pembelajaran Production Based Training/Production Based Education and Training

Model inimerupakan proses pendidikan dan pelatihan yang menyatu pada proses produksi, dimana
peserta didik diberikan pengalaman belajar pada situasi yang kontekstual mengikuti aliran kerja
industri mulai dari perencanaan berdasarkan pesanan, pelaksanaan dan evaluasi produk/kendali mutu
produk, hingga langkah pelayanan pasca produksi.

1. Tujuan

Menyiapkan peserta didik agar memiliki kompetensi kerja yang berkaitan dengan kompetensi teknis
serta kemampuan kerjasama(berkolaborasi) sesuai tuntutan organisasi kerja.

2. Sintaksmodel pembelajaran Production Based Trainning

a. Merencanakan produk
Membuat perencanaan produk dapat berupa benda hasil produksi/layanan jasa/perencanaan
pertunjukanyang dapat dilakukan dari mulai menggambar detail/membuat pamflet (berisi tgl waktu
pertunjukan,isi cerita),perhitungan kebutuhan bahan/kostum, peralatan, dan teknik pengerjaanserta
alur kerja/koordinasi kerja.
b. Melaksanakan proses produksi
Pada sintak ini peserta didik diajak melakukan tahapan produksi berdasarkan rencana produk
benda/layanan jasa/perencanaan pertunjukan, alur kerja/koordinasi kerja serta memonitor proses
produksi.

c. Mengevaluasi produk (melakukan kendali mutu)


Pada langkah ini peserta didik diajak untuk memeriksa hasil produk melalui membandingkan dengan
tuntutan pada perencanaan teknis.

d. Mengembangkan rencana pemasaran


Peserta didik diajak mempersiapkan rancangan pemasaran baik dalam jejaring (daring) maupunluar
jejaring (luring) berbentuk brosur/pamflet dan mempresentasikannya.

F. Model pembelajaran Teaching Factory

1. Konsep Teaching Factory pada SMK


Pembelajaran Teaching Factory adalah model pembelajaran di SMK berbasis produksi/jasa yang
mengacu pada standar dan prosedur yang berlaku di industri dan dilaksanakan dalam suasana seperti
yang terjadi di industri. 

Pelaksanaan Teaching Factorymenuntut keterlibatan mutlak pihak industri sebagai pihak yang relevan
menilai kualitas hasil pendidikan di SMK. 

Pelaksanaan Teaching Factory (TEFA) juga harus melibatkan pemerintah,pemerintah daerah dan
stakeholders dalam pembuatan regulasi, perencanaan, implementasi maupun evaluasinya.

Pelaksanaan Teaching Factorysesuai Panduan TEFA Direktorat PMK terbagi atas 4 model, dan dapat
digunakan sebagai alat pemetaan SMK yang telah melaksanakan TEFA. Adapun model tersebut adalah
sebagai berikut:

Model pertama, Dual Sistem dalam bentuk praktik kerja lapangan adalah pola pembelajaran kejuruan
di tempat kerja yang dikenal sebagai experience based training atau enterprise based training.

Model kedua, Competency Based Training (CBT) atau pelatihan berbasis kompetensi merupakan
sebuah pendekatan pembelajaran yang menekankan pada pengembangan dan peningkatan
keterampilan dan pengetahuan peserta didik sesuai dengan kebutuhan pekerjaan. 

Pada model ini, penilaian peserta didik dirancang untuk memastikan bahwa setiap peserta didik telah
mencapai keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan pada setiap unit kompetensi yang
ditempuh.

Model ketiga,Production Based Education and Training(PBET) merupakan pendekatan pembelajaran


berbasis produksi. Kompetensi yang telah dimliki oleh peserta didik perlu diperkuat dan dipastikan
keterampilannya dengan memberikan pengetahuan pembuatan produk nyata yang dibutuhkan dunia
kerja (industri dan masyarakat).

Model keempat, Teaching Factoryadalah konsep pembelajaran berbasis industri (produk dan jasa)
melalui sinergi sekolah dan industri untuk menghasilkan lulusan yang kompeten dengan kebutuhan
pasar.

1. Tujuan pembelajaran Teaching Factory

a.Mempersiapkan lulusan SMK menjadi pekerja dan wirausaha;

b.Membantu siswa memilih bidang kerja yang sesuai dengan kompetensinya;

c.Menumbuhkan kreatifitas siswa melalui learning by doing;

d.Memberikan keterampilan yang dibutuhkan dalam dunia kerja;

e.Memperluas cakupan kesempatan rekruitmen bagi lulusan SMK;

f.Membantu siswa SMK dalam mempersiapkan diri menjadi tenaga kerja, serta membantu menjalin
kerjasama dengan dunia kerja yang aktual;

g.Memberi kesempatan kepada siswa SMK untuk melatih keterampilannya sehingga dapat membuat
keputusan tentang karier yang akan dipilih.

2. Sintaks Teaching Factory

Adapun intaksis pembelajaran teaching factory dapat menggunakan sintaksis dari model  PBET atau
PBT  dengan langkah-langkah yang disesuaikan dengan kompetensi keahlian :

a. Merancang produk
Pada tahap ini peserta didik mengembangkan produk baru/cipta resep atau produk kebutuhan sehari-
hari (consumer goods)/merancang pertunjukankontemporer dengan menggambar/membuat
scrip/merancang pada komputer atau manual dengan data spesifikasinya.

b. Membuat prototype
Membuat produk/ kreasi baru /tester sebagai proto type sesuai data spesifikasi.

c. Memvalidasi dan memverifikasi prototype


Peserta didik melakukan validasi dan verifikasi terhadap dimensi data spesifikasi dari
prototype/kreasi baru/tester yang dibuatuntuk mendapatkan persetujuan layak
diproduksi/dipentaskan.

d. Membuat produk masal


Peserta didik mengembangkan jadwaldan jumlah produk/pertunjukan sesuai dengan waktu yang
ditetapkan.

Selain sintak di atas, Dadang Hidayat (2011) berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan,
mengembangkan langkah-langkah pembelajaran Teaching Factory sebagai berikut.

1. Menerima order
Pada langkah belajar ini peserta didik berperan sebagai penerima order dan berkomunikasi dengan
pemberi order berkaitan dengan pesanan/ layanan jasa yang diinginkan. Terjadi komunikasi efektif
dan santun serta mencatat keinginan/keluhan pemberi order. 

2. Menganalisis order
Peserta didik berperan sebagai teknisi untuk melakukan analisis terhadap pesanan pemberi order baik
berkaitan dengan benda produk/layanan jasa sehubungan dengan gambar detail, spesifikasi, bahan,
waktu pengerjaan dan harga di bawah supervisi guru yang berperan sebagai supervisor.

3. Menyatakan Kesiapan mengerjakan order


Peserta didik menyatakan kesiapan untuk melakukan pekerjaan berdasarkan hasil analisis dan
kompetensi yang dimilikinya sehingga menumbuhkan motivasi dan tanggung jawab.

4. Mengerjakan order
Melaksanakan pekerjaan sesuai tuntutan spesifikasi kerja yang sudah dihasilkan dari proses analisis
order. Siswasebagaipekerjaharusmenaatiprosedur kerja yang sudah ditentukan. Dia harus menaati
keselamatan kerja dan langkah kerja dengan sungguh-sunguh untuk menghasilkan benda kerja yang
sesuai spesifikasi yang ditentukan pemesan

5. Mengevaluasi produk
Melakukan penilaian terhadap benda kerja/layanan jasa dengan cara membandingkan parameter
benda kerja/layanan jasa yang dihasilkan dengan data parameter pada spesifikasi order pesanan atau
spesifikasi pada service manual.

6. Menyerahkan order
Peserta didik menyerahkan order baik benda kerja/layanan jasa setelah yakin semua persyratan
spesifikasi order telah terpenuhi, sehingga terjadi komunikasi produktif dengan pelanggan.

Demikian model pembelajaran kreatif yang dapat digunakan oleh guru SMK, yang disesuaikan dengan
KD dari KI-3 dan KI-4 masing-masing  kompetensi kejuruan, dasar keahlian dan kompetensi keahlian.
Semoga. 

Anda mungkin juga menyukai