Model-Model Pembelajaran Kreatif Di SMK - BLOG PENDIDIKAN PDF
Model-Model Pembelajaran Kreatif Di SMK - BLOG PENDIDIKAN PDF
BLOG PENDIDIKAN
PENDIDIKAN
Belajar-Berbagi-Informasi Pendidikan
HOME TUTORIAL PBM PENILAIAN KEPEMIMPINAN MANAJEMEN SUPERVISI ADM TU REGULASI CAKEP
Model-Model
Model-Model Pembelajaran
Pembelajaran Kreatif
Kreatif di
di SMK
SMK
POSTED BY JONTARNABABAN.COM POSTED ON FEBRUARY 16, 2019 WITH NO COMMENTS
Pembelajaran di SMK memiliki karakteristik tersendiri (beda dengan SMA) karena tujuan utama SMK
untuk menyiapkan peserta didik memasuki dunia kerja. Proses pembelajaran yang dilakukan guru di
SMK perlu memperhatikan karakteristik sebagai berikut.
3.Fokus isi pembelajaran ditekankan pada penguasaan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-
nilai yang dibutuhkan oleh dunia kerja;
4.Penilaian yang sesungguhnya terhadap kesuksesan peserta didik harus pada “mind-on, heart-on,
hands-on” atau cara cara pikir, sikap dan keterampilan kerja di dunia usaha atau produksi;
8.Pembelajaran memerlukan fasilitas praktik sesuai dengan tuntutan dunia usaha dan industri.
Berdasarkan karakteristik di atas maka pemilihan suatu model pembelajaran sangat ditentukan oleh
isi rumusan Kompetensi Dasar dan atau materi pembelajaran. Model pembelajaran tertentu hanya
tepat digunakan untuk materi pembelajaran tertentu.
Sebaliknya materi pembelajaran tertentu akan dapat berhasil maksimal jika menggunakan model
pembelajaran tertentu pula.
4.Kompetensi Dasar(KD dari KI-3 dan KD dari KI-4) pada kelompok mata pelajaran Dasar Kejuruan (C1)
dan kelompok mata pelajaran Dasar Keahlian (C2) yang cenderung pada penguasaan konsep/prinsip
yang membentuk kemampuan eksplanasi (konsep dan prinsip) sangat tepat menggunakan model
pembelajaran Inquiry/Discovery Learningsebagai fondasi untuk mempelajari mata pelajaran
kelompok Kompetensi Keahlian (C3).
5.Kompetensi Dasar (KD dari KI-3 dan KD dari KI-4) pada kelompok mata pelajaran Kompetensi
Keahlian (C3) yang cenderung membentuk kemampuan solusi-solusi teknologi dan rekayasa atau hasil
karya, dapat menggunakan model belajar Problem Based Learning(PBL), Production Based
Trainning (PBT), Project Based Learning (PjBL) dan Teaching Factory (TEFA)
Setelah guru melakukan analisis kompetensi dasar dan materi pembelajaran selanjutnya guru dapat
memilih model yang sesuai untuk diterapkan. Dibawah ini ada 4 model pembelajaran yang disarankan
sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013 di SMK.
Discovery terjadi bila individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk
menemukan beberapa hukum, konsep dan prinsip, melalui observasi, klasifikasi, pengukuran,
prediksi, penentuan dan inferi(pengambilan keputusan/kesimpulan).
b.Peserta didik belajar menemukan pola dalam situasi konkrit maupun abstrak;
c.Peserta didik belajar merumuskan strategi tanya jawab yang tidak rancu dan memperoleh informasi
yang bermanfaat dalam menemukan;
d.Membantu peserta didik membentuk cara kerja bersama yang efektif, saling membagi informasi
serta mendengarkan dan menggunakan ide-ide orang lain;
e.Meningkatkan keterampilan konsep dan prinsip peserta didik yang lebih bermakna;
f.Dapat mentransfer keterampilan yang dibentuk dalam situasi belajar penemuan ke dalam aktivitas
situasi belajar yang baru.
d. Pembuktian (Verification)
Pada tahap ini dilakukan pengolahan dan verifikasi data terhadap hipotesis.
Model pembelajaran Inkuiri terbimbing merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara
maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu secara sistematis kritis
dan logis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri temuannya dari sesuatu yang dipertanyakan.
Sedangkan Inkuiri Sains esensinya adalah melibatkan siswa pada kasus yang nyata di dalam
penyelidikan dengan cara mengkonfontasi dengan area yang diselidiki, dengan cara membantu
mereka mengidentifikasi konsep atau metodologi pada area investigasi serta mendorong dalam cara-
cara mengatasi masalah.
Untuk mengembangkan kemampuan berfikir secara sistimatis, logis dan kritis sebagai bagian dari
proses mental.
a. Orientasi masalah
Memberikan suatu permasalahan pada peserta didik yang harus dipecahkan seperti: contohbola lampu
putus.
d. Menyelesaikan kesulitan/masalah
Peserta didik diminta untuk berspekulasi tentang cara untuk mengatasi kesulitan/masalah, dengan
merancang kembali ujicoba, mengolah data dengan cara yang berbeda, mengeneralisasikan data
danmengembangkan konstruk.
Pembelajaran berbasis masalah didasarkan pada teori belajar konstruksivistik yang menggunakan
berbagai kemampuan berpikir dari peserta didik secara individu maupun kelompok serta lingkungan
nyata (autentik) untuk mengatasi permasalahan sehingga bermakna, relevan, dan kontekstual
Prinsip-prinsip penting yang harus diperhatikan oleh guru dalam menerapkan model pembelajaran
pemecahan masalah adalah sebagai berikut:
a.Pemecahan masalah yang berkaitan dengan keterampilan kerja atau pekerjaan pada dunia nyata
(real job), penekanan pengajarannya harus dilakukan secara tepat dalam hal pengidentifikasian
pengetahuan konsep, prinsip) dan pengetahuan prosedural.
b.Dalam langkah pendahuluan berkaitan dengan kontek pemecahan masalah, pembelajaran bisa
dilakukan dengan cara penyajian pengetahuan prosedural atau pengetahuan konsep dan prinsip lebih
awal, atau juga dapat dilakukan dengan cara pengintegrasian kedua pengetahuan tersebut
c.Ketika mengajar pengetahuan deklaratif , penekanan dilakukan pada model mental yang sesuai
dengan pemecahan masalah yang akan dihadapi melalui cara penjelasan struktur pengetahuan dan
menanyakan kepada peserta didik untuk memprediksi apa yang akan terjadi atau penjelasan mengapa
sesuatu itu terjadi.
d.Menekankan pada pengajaran pemecahan masalah bentuk strukturmoderat dan struktur tidak
beraturan sejauh pembahasannya untuk mencapaitujuan pembelajaran.
e.Mengajarkan keterampilan pemecahan masalah sesuai dengan kontek yang akan digunakan peserta
didik. Menggunakan masalah-masalah yang otentik, juga dalam praktek dan penilaiannya baik dalam
skenario belajar berbentuk simulasi atauproyek.
f.Gunakan strategi pembelajaran deduktif untuk pengetahuan konseptual dan bentuk pemecahan
masalah terstruktur/sistiematis
g.Gunakan strategi mengajar induktif untuk meningkatkan model berpikir sintesis dan bentuk
pembelajaran pemecahan masalah moderat serta struktur tidak beraturan .
h.Menggunakan latihan permasalahan, langkah ini akan membantu peserta didik memahami tujuan
dan membantu mereka menguraikan kedalam tujuan-tujuan antara.
i.Gunakan kesalahan-kesalahan yang dibuat peserta didik dalam pemecahan masalah sebagai bukti
konsepsi yang tidak tepat dan menebak-nebak. Jika dimungkinkan tentukan konsepsi yang salah dan
konsepsi yang tepat.
j.Ajukan pertanyaan dan berikan saran tentang strategi untuk meningkatkan peserta didik melakukan
refleksi pada strategi pemecahan masalah yang sedang mereka gunakan. Langkah ini dapat dilakukan
sebelum atau sesudah peserta didik melakukan tindakan pemecahan masalah.
k.Memberikan latihan denganstrategi pemecahan masalah yang hampir sama dalam berbagai kontek
untuk meningkatkan pegeneralisasian.
l.Ajukan pertanyaan yang dapat meningkatkan peserta didik dalam menyerap keterampilan
megeneralisasi dalam berbagai permasalahan dengan materi yang berbeda.
m.Gunakan berbagai jenis kontek, masalah dan gaya mengajar yang akan meningkatkan keingin
tahuan, motivasi, percaya diri, ketekunan dan pengetahuan tentang diri sertamereduksi kehawatiran
peserta didik.
o.Jika guru menggunakan bentuk pemecahan masalah dengan struktur tersusun baik yakinkan peserta
didik dapat mengikuti pembelajaran pemecahan masalah dengan baik.
p.Jika guru dengan pendekatan pemecahan masalah bentuk struktur moderat, dorong peserta didik
menggunakan pengetahuan konseptual untuk mengembangkan strategi yang sesuai dengan kontek dan
permasalahannya.
q.Jika guru dengan pendekatan pemecahan masalah bentuk struktur yang tidak beraturan, dorong
peserta didik menggunakan pengetahuan konseptualnya untuk menetapkan tujuan dengan solusi yang
dapat diterima dan dikembangkan. Ikuti strategi pemecahan dan solusi yang tepat kemudian
bandingkan oleh peserta didik hingga mana yang paling efektif dan efisien dari berbagai strategi dan
solusi tersebut.
a. Mengidentifikasi masalah
Pada tahapan ini dilakukan pengidentifikasian masalah melalui curah pendapat dari kasus yang
diberikan.
Pada tahap ini peserta didik diajak berfikir untuk mengembangkan pemecahan masalah melalui
berfikir prosedur untuk melakukan penelaahan letak penyebab masalah melalui pengumpulan
imformasi dari setiap langkah melalui pemeriksaan hingga ditemukan penyebab utama masalah.
Hamper sama dengan model pembelajaran Problem Based Learning ( PBL) namun ada perbedaan
pada tahap-tahap atau sintak pelaksanaan Adapun sintak model Problem Solving Learning Jenis
Trouble Shooting terdiri atas:
4. Mengevaluasi
Memeriksa hasil perlakuan/perbaikan dan membandingkannya dengan acuan rujukan atau service
manual untuk menentukan kasus/permasalahan telah dapat diatasi.
Model pembelajaran PjBL merupakan pembelajaran dengan menggunakan proyek nyata dalam
kehidupan yang didasarkan pada motivasi tinggi, pertanyaan menantang, tugas-tugas atau
permasalahan untuk membentuk penguasaan kompetensi yang dilakukan secara kerja sama dalam
upaya memecahkan masalah.
a.Kompetensi Dasar yang akan diajarkan dari kurikulum kompetensi keahlian di konstruk dalam
permasalahan kontektual yang menekankan pada keterampilan kognitif(higher order thingking skill)
dan pengetahuan pada bentuk metakognitif.
b.pembelajaran dikembangkan berpusat pada peserta didik (Student Centre Learning) dalam bentuk
grup-grup kecil yang aktif dimana guru berfungsi sebagai fasilitator.
Meningkatkan motivasi belajar, team work, keterampilan kolaborasi dalam pencapaian kemampuan
akademik level tinggi/taksonomi tingkat kreativitas yang dibutuhkan pada abad 21 (Cole & Wasburn
Moses, 2010).
Model inimerupakan proses pendidikan dan pelatihan yang menyatu pada proses produksi, dimana
peserta didik diberikan pengalaman belajar pada situasi yang kontekstual mengikuti aliran kerja
industri mulai dari perencanaan berdasarkan pesanan, pelaksanaan dan evaluasi produk/kendali mutu
produk, hingga langkah pelayanan pasca produksi.
1. Tujuan
Menyiapkan peserta didik agar memiliki kompetensi kerja yang berkaitan dengan kompetensi teknis
serta kemampuan kerjasama(berkolaborasi) sesuai tuntutan organisasi kerja.
a. Merencanakan produk
Membuat perencanaan produk dapat berupa benda hasil produksi/layanan jasa/perencanaan
pertunjukanyang dapat dilakukan dari mulai menggambar detail/membuat pamflet (berisi tgl waktu
pertunjukan,isi cerita),perhitungan kebutuhan bahan/kostum, peralatan, dan teknik pengerjaanserta
alur kerja/koordinasi kerja.
b. Melaksanakan proses produksi
Pada sintak ini peserta didik diajak melakukan tahapan produksi berdasarkan rencana produk
benda/layanan jasa/perencanaan pertunjukan, alur kerja/koordinasi kerja serta memonitor proses
produksi.
Pelaksanaan Teaching Factorymenuntut keterlibatan mutlak pihak industri sebagai pihak yang relevan
menilai kualitas hasil pendidikan di SMK.
Pelaksanaan Teaching Factory (TEFA) juga harus melibatkan pemerintah,pemerintah daerah dan
stakeholders dalam pembuatan regulasi, perencanaan, implementasi maupun evaluasinya.
Pelaksanaan Teaching Factorysesuai Panduan TEFA Direktorat PMK terbagi atas 4 model, dan dapat
digunakan sebagai alat pemetaan SMK yang telah melaksanakan TEFA. Adapun model tersebut adalah
sebagai berikut:
Model pertama, Dual Sistem dalam bentuk praktik kerja lapangan adalah pola pembelajaran kejuruan
di tempat kerja yang dikenal sebagai experience based training atau enterprise based training.
Model kedua, Competency Based Training (CBT) atau pelatihan berbasis kompetensi merupakan
sebuah pendekatan pembelajaran yang menekankan pada pengembangan dan peningkatan
keterampilan dan pengetahuan peserta didik sesuai dengan kebutuhan pekerjaan.
Pada model ini, penilaian peserta didik dirancang untuk memastikan bahwa setiap peserta didik telah
mencapai keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan pada setiap unit kompetensi yang
ditempuh.
Model keempat, Teaching Factoryadalah konsep pembelajaran berbasis industri (produk dan jasa)
melalui sinergi sekolah dan industri untuk menghasilkan lulusan yang kompeten dengan kebutuhan
pasar.
f.Membantu siswa SMK dalam mempersiapkan diri menjadi tenaga kerja, serta membantu menjalin
kerjasama dengan dunia kerja yang aktual;
g.Memberi kesempatan kepada siswa SMK untuk melatih keterampilannya sehingga dapat membuat
keputusan tentang karier yang akan dipilih.
Adapun intaksis pembelajaran teaching factory dapat menggunakan sintaksis dari model PBET atau
PBT dengan langkah-langkah yang disesuaikan dengan kompetensi keahlian :
a. Merancang produk
Pada tahap ini peserta didik mengembangkan produk baru/cipta resep atau produk kebutuhan sehari-
hari (consumer goods)/merancang pertunjukankontemporer dengan menggambar/membuat
scrip/merancang pada komputer atau manual dengan data spesifikasinya.
b. Membuat prototype
Membuat produk/ kreasi baru /tester sebagai proto type sesuai data spesifikasi.
Selain sintak di atas, Dadang Hidayat (2011) berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan,
mengembangkan langkah-langkah pembelajaran Teaching Factory sebagai berikut.
1. Menerima order
Pada langkah belajar ini peserta didik berperan sebagai penerima order dan berkomunikasi dengan
pemberi order berkaitan dengan pesanan/ layanan jasa yang diinginkan. Terjadi komunikasi efektif
dan santun serta mencatat keinginan/keluhan pemberi order.
2. Menganalisis order
Peserta didik berperan sebagai teknisi untuk melakukan analisis terhadap pesanan pemberi order baik
berkaitan dengan benda produk/layanan jasa sehubungan dengan gambar detail, spesifikasi, bahan,
waktu pengerjaan dan harga di bawah supervisi guru yang berperan sebagai supervisor.
4. Mengerjakan order
Melaksanakan pekerjaan sesuai tuntutan spesifikasi kerja yang sudah dihasilkan dari proses analisis
order. Siswasebagaipekerjaharusmenaatiprosedur kerja yang sudah ditentukan. Dia harus menaati
keselamatan kerja dan langkah kerja dengan sungguh-sunguh untuk menghasilkan benda kerja yang
sesuai spesifikasi yang ditentukan pemesan
5. Mengevaluasi produk
Melakukan penilaian terhadap benda kerja/layanan jasa dengan cara membandingkan parameter
benda kerja/layanan jasa yang dihasilkan dengan data parameter pada spesifikasi order pesanan atau
spesifikasi pada service manual.
6. Menyerahkan order
Peserta didik menyerahkan order baik benda kerja/layanan jasa setelah yakin semua persyratan
spesifikasi order telah terpenuhi, sehingga terjadi komunikasi produktif dengan pelanggan.
Demikian model pembelajaran kreatif yang dapat digunakan oleh guru SMK, yang disesuaikan dengan
KD dari KI-3 dan KI-4 masing-masing kompetensi kejuruan, dasar keahlian dan kompetensi keahlian.
Semoga.