PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang diabetes melitus
2. Untuk memahami patofisiologi dari diabetes melitus
3. Untuk memahami etiologi dari diabetes melitus
1
4. Untuk mengetahui diagnosis dari diabetes melitus
5. Untuk mengetahui cara pengobatan untuk diabetes melitus
BAB II
2
ISI
Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit gangguan metabolik yang ditandai dengan
hiperglikemia dan kelainan (abnormalitas) dalam metabolism karbohidrat, lemak dan
protein. Gangguan metabolik ini disebabkan oleh adanya kerusakan sekresi insulin,
sensitivitas insulin, atau keduanya.
2.2 Patofisiologi
a). DM Tipe 1 ( DMT 1 = Diabetes Mellitus Tergantung Insulin )
Pada DMT 1 biasanya reseptor insulin di jaringan perifer kuantitas dan kualitasnya
cukup atau normal ( jumlah reseptor insulin DMT 1 antara 30.000-35.000 ) jumlah reseptor
insulin pada orang normal ± 35.000. sedang pada DM dengan obesitas ± 20.000 reseptor
insulin (Tjokroprawiro, 2007).
DMT 1, biasanya terdiagnosa sejak usia kanak-kanak. Pada DMT 1 tubuh penderita
hanya sedikit menghasilkan insulin atau bahkan sama sekali tidak menghasilkan insulin,
oleh karena itu untuk bertahan hidup penderita harus mendapat suntikan insulin setiap
harinya. DMT1 tanpa pengaturan harian, pada kondisi darurat dapat terjadi (Riskesdas,
2007).
DMT 2 adalah DM tidak tergantung insulin. Pada tipe ini, pada awalnya kelainan
terletak pada jaringan perifer (resistensi insulin) dan kemudian disusul dengan disfungsi sel
beta pankreas (defek sekresi insulin), yaitu sebagai berikut : (Tjokroprawiro, 2007):
1. Sekresi insulin oleh pankreas mungkin cukup atau kurang, sehingga glukosa yang
sudah diabsorbsi masuk ke dalam darah tetapi jumlah insulin yang efektif belum
memadai.
3
2. Jumlah reseptor di jaringan perifer kurang (antara 20.000-30.000) pada obesitas
jumlah reseptor bahkan hanya 20.000.
3. Kadang-kadang jumlah reseptor cukup, tetapi kualitas reseptor jelek, sehingga kerja
insulin tidak efektif (insulin binding atau afinitas atau sensitifitas insulin
terganggu).
4. Terdapat kelainan di pasca reseptor sehingga proses glikolisis intraselluler
terganggu.
5. Adanya kelainan campuran diantara nomor 1,2,3 dan 4.
DM tipe 2 ini Biasanya terjadi di usia dewasa. Kebanyakan orang tidak menyadari
telah menderita dibetes tipe 2, walaupun keadaannya sudah menjadi sangat serius. Diabetes
tipe 2 sudah menjadi umum di Indonesia, dan angkanya terus bertambah akibat gaya hidup
yang tidak sehat, kegemukan dan malas berolahraga (Riskesdas, 2007).
2.3 Etiologi
Faktor genetik dan lingkungan merupakan faktor pencetus IDDM. Oleh karena
itu insiden lebih tinggi atau adanya infeksi virus (dari lingkungan) misalnya
coxsackievirus B dan streptococcus sehingga pengaruh lingkungan dipercaya
mempunyai peranan dalam terjadinya DM.
4
disaat pancreas tidak cukup menghasilkan insulin sesuai kebutuhan tubuh atau saat jumlah
reseptor insulin menurun atau mengalami gangguan. Faktor resiko dapat dijumpai pada klien
dengan riwayat keluarga menderita DM adalah resiko yang besar. Pencegahan utama NIDDM
adalah mempertahankan berat badan ideal. Pencegahan sekunder berupa program penurunan
berat badan, olah raga dan diet. Oleh karena DM tidak selalu dapat dicegah maka sebaiknya
sudah dideteksi pada tahap awal tanda-tanda/gejala yang ditemukan adalah kegemukan,
perasaan haus yang berlebihan, lapar, diuresis dan kehilangan berat badan, bayi lahir lebih
dari berat badan normal, memiliki riwayat keluarga DM, usia diatas 40 tahun, bila ditemukan
peningkatan gula darah (Brunner & Suddart, 2002)
2.4 Diagnosa
Kadar glukosa plasma ≥ 200 mg/dl pada 2 jam sesudah makan atau beban glukosa
75 gram pada TTGO. Cara diagnosis dengan kriteria ini tidak dipakai rutin di
klinik. Untuk penelitian epidemiologis pada penduduk dianjurkan memakai kriteria
diagnosis kadar glukosa darah puasa.
Ketiga kriteria diagnosis tersebut harus dikonfirmasi ulang pada hari yang lain atau
esok harinya, kecuali untuk keadaan khas hiperglikemia yang jelas tinggi dengan
dekompensasi metabolik akut, seperti ketoasidosis, berat badan yang menurun
cepat. Pemeriksaan penyaring perlu dilakukan pada kelompok tersebut dibawah ini
(Committe Report ADA-2006 ).
5
• Terapi nutrisi medis direkomendasikan untuk semua pasien. Untuk DM tipe 1, fokus
sedang mengatur pemberian insulin secara fisiologis dengan diet seimbang untuk
dicapai dan menjaga berat badan yang sehat. Rencana makan harus cukup
karbohidrat dan rendah lemak jenuh, dengan fokus pada makanan seimbang. Pasien
dengan tipe 2 DM sering membutuhkan pembatasan kalori untuk menurunkan berat
badan.
• Latihan aerobik dapat meningkatkan sensitivitas insulin dan kontrol glikemik dan
dapat berkurang faktor risiko kardiovaskular, berkontribusi terhadap penurunan atau
pemeliharaan berat badan, dan membaik kesejahteraan.
2. Farmakologi
Pengobatan type 1
Insulin
Insulin reguler memiliki onset aksi yang relatif lambat ketika diberikan secara
subkutan (SC), membutuhkan injeksi 30 menit sebelum makan untuk mencapai
kontrol glukosa postprandial yang optimal dan mencegah hipoglikemia pasca-
makan yang tertunda.
6
Insulin Lispro, aspart, dan glulisine adalah analog yang lebih cepat diserap,
memuncak lebih cepat, dan memiliki durasi kerja yang lebih pendek daripada
insulin biasa. Hal ini memungkinkan pemberian dosis yang lebih nyaman dalam
waktu 10 menit setelah makan (daripada 30 menit sebelumnya), menghasilkan
kemanjuran yang lebih baik dalam menurunkan glukosa darah postprandial
dibandingkan insulin reguler pada DM tipe 1, dan meminimalkan hipoglikemia
pasca-makan yang tertunda.
Netamin protamin Hagedorn (NPH) bertindak sedang. Variabilitas dalam
penyerapan, persiapan yang tidak konsisten oleh pasien, dan perbedaan
farmakokinetik yang melekat dapat berkontribusi terhadap respons glukosa labil,
hipoglikemia nokturnal, dan hiperglikemia puasa.
7
Glargine dan detemir adalah analog insulin manusia jangka panjang “tanpa
puncak” yang menghasilkan lebih sedikit hipoglikemia nokturnal dibandingkan
insulin NPH bila diberikan pada waktu tidur.
Pengobatan Type 2
8
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit gangguan metabolik yang ditandai dengan
hiperglikemia dan kelainan (abnormalitas) dalam metabolisme karbohidrat, lemak dan
protein. Gangguan metabolik ini disebabkan oleh adanya kerusakan sekresi insulin,
sensitivitas insulin, atau keduanya. Diabetes Mellitus dapat digolongkan menjadi Diabetes
Mellitus tipe 1, Diabetes Mellitus tipe 2, dan Diabetes Gestasional. Pengobatan Diabetes
Mellitus bertujuan untuk menghilangkan gejala dan tanda Diabetes Mellitus, tercapainya
pengendalian kadar glukosa dalam darah dan mencegah terjadinya progresivitas penyulit
seperti mikroangiopati dan neuropati.
10
DAFTAR PUSTAKA
Gibson, John, 2003. Anatomi dan Fisiologi Modern untuk Perawat. EGC, Jakarta.
Guyton dan Hall, 1997. Fisiologi Kedokteran, (Edisi 9). EGC, Jakarta
11