21 - 26
21
Benda Asing Kawat... (Dimas Adityawardhana, Sri Herawati Juniati)
esofagoskop rigid dewasa ukuran 11x14x50 cm Dilakukan MSCT kepala leher tanggal 13
dengan teleskop. Pada eksplorasi didapatkan lesi April 2014 pukul 12.00 di IRD didapatkan benda
pada daerah introitus esofagus sekitar 14 cm dari asing berdensitas logam melintang berada di daerah
deret gigi atas jam 8 dan krikofaring di 15 cm dari VC 4-5 dan dilakukan esofagoskopi eksplorasi
deret gigi atas. Dilanjutkan eksplorasi dan tidak kedua pada pukul 14.00. Pada esofagoskopi dengan
didapatkan benda asing hingga 25 cm dari deret teleskop tidak ditemukan benda asing, namun
gigi atas. Dilakukan insersi ulang untuk evaluasi didapatkan lesi keputihan di daerah krikofaring jam
kembali tetapi benda asing tetap tidak nampak 8. Eksplorasi dilanjutkan sampai ke daerah kardia
hingga 40 cm dari deret gigi atas. Mukosa esofagus sejauh 40 cm dari deret gigi atas dan esofagoskopi
normal dan esofagoskopi dihentikan. dihentikan. Pasien kembali diobservasi ke ROI dan
dilakukan foto servikal AP/lateral ulang pukul 15.00
dan didapatkan benda asing tidak berubah posisi
dari semula.
22
Jurnal THT - KL Vol.10, No.1, Januari - April 2017, hlm. 21 - 26
panduan C-arm dan kemungkinan dilakukan Pasien dievaluasi dengan FOL di poli
pendekatan secara eksternal bila tidak berhasil THT-KL pada tanggal 21 April 2014 dan didapat
dengan pendekatan internal. Pasien dan keluarga lesi keputihan pada daerah krikofaring sepanjang
setuju untuk dilakukan tindakan dengan segala 1 cm pada jam 8, luka tertutup baik dan tidak
resiko. didapatkan hiperemi. Pasien dites makan dan
Pada tanggal 17 April 2014, dilakukan minum, tidak ada keluhan nyeri menelan pada
esofagoskopi ketiga di OK Gedung Bedah Pusat tenggorok dan rasa mengganjal seperti tertusuk di
Terpadu (GBPT) pukul 09.00 untuk ekstraksi dan leher kanan. Nasogastric tube dilepas dan pasien
eksplorasi dengan anestesi umum menggunakan dipulangkan.
esofagoskop rigid dewasa ukuran 11x14x50 cm
dengan bantuan C-arm. Benda asing masih tidak PEMBAHASAN
terlihat di krikofaring. Didapatkan lesi daerah Benda asing dalam hipofaring adalah
krikofaring pada 16 cm dari deret gigi atas pukul kasus yang umum ditemukan dalam bidang THT-
8. Dari gambaran C-arm didapat benda asing KL. Benda asing yang sering ditemukan berkaitan
berada di hipofaring. Esofagoskop dilepas dan dengan berbagai macam ukuran, bentuk dan lokasi,
dipasang kleinsasser ukuran dewasa dan secara umum meliputi potongan daging, tulang,
konfirmasi posisi benda asing oleh operator C-arm. gigi palsu, uang logam, atau jarum pentul.
Dilakukan orientasi posisi lidah dengan bantuan C- Sebagian besar benda asing berukuran kecil dapat
arm hingga didapatkan posisi benda asing dan melewati sepanjang saluran pencernaan secara
selanjutnya dilakukan ekstraksi dengan spontan.3,4
menggunakan forsep biopsi. Karena posisi benda Keluhan yang ditimbulkan setelah
yang sudah masuk ke dalam mukosa hipofaring, tertelan benda asing hipofaring berdasar dari benda
dilakukan insisi sepanjang 1 cm untuk memperluas asing yang tertelan. Kebanyakan keluhan berupa
lapangan ekstraksi. Dilakukan ekstraksi dengan rasa nyeri saat menelan, dan mengganjal di
forsep biopsi dan benda asing berhasil dikeluarkan tenggorok hingga berkurangnya nafsu makan
dengan dua kali ekstraksi. Didapat benda asing karena pasien yang merasa takut untuk mencoba
berupa kawat halus terpisah secara dua bagian makan minum menyebabkan penurunan berat
sepanjang 1 cm dan 0,5 cm. Dilakukan kontrol badan. Gejala dari benda asing hipofaring berupa
perdarahan pasca ekstraksi. Pasien kemudian nyeri menelan, nyeri retrosternal dan nyeri
dipasang nasogastric tube pada hidung kanan dan kontraksi leher. Selain itu terkadang ditemukan
diobservasi selama 3 hari. Pasien direncanakan gejala lain seperti banyak mengeluarkan air liur,
evaluasi dengan Fiber Optic Laryngoscope sulit menelan, suara parau dan sesak.5,6 Pada pasien
(FOL)di poli THT-KL. ini didapatkan rasa nyeri di tenggorok dan
mengganjal di leher kanan yang menetap setiap
makan dan minum disebabkan oleh benda asing
yang diduga kawat masih terasa di tenggorok.
Benda asing yang memiliki bagian yang
tajam dapat mengakibatkan komplikasi yang
berpotensi menyebabkan perforasi dari faring dan
\ migrasi ke jaringan sekitar yang dapat diperantarai
dengan proses menelan, batuk, serta melemahnya
otot dinding faring akibat proses peradangan lokal.
Komplikasi yang dapat terjadi dari perforasi
hipofaring bagian atas meliputi abses retrofaring,
Gambar 4. Benda asing berupa kawat halus mediastinitis, dan fistulaesofagoarterial. Pada
sepanjang 1 cm dan 0,5 cm komplikasi yang lebih jauh dapat menyebabkan
terjadinya bau tidak sedap dari mulut sebagai
23
Benda Asing Kawat... (Dimas Adityawardhana, Sri Herawati Juniati)
pertanda terbentuknya abses dari benda asing dilakukan x-foto jaringan lunak leher lateral. Foto
tersebut yang membutuhkan penanganan lebih jaringan lunak leher sangat membantu dalam
lanjut. Proses ini diikuti oleh gejala peningkatan mendeteksi jenis dan lokasi benda asing, tunggal
suhu tubuh, krepitasi leher, dan pembengkakan atau multiple atau ada tidaknya komplikasi seperti
leher yang merupakan tanda-tanda dari komplikasi. pneumotoraks, emfisema kutis dan abses. Foto juga
Dalam kasus ini tidak ditemukan tanda-tanda sangat berperan mendeteksi kondisi fisik benda
komplikasi bakteri yang jelas seperti abses. Hal ini asing, misalnya tajam, halus, besar atau kecil yang
mungkin disebabkan karena pasien adalah berguna untuk menentukan metode dan alat yang
perempuan sehat dalam arti tidak ada riwayat tepat untuk ekstraksi benda asing. Pada benda asing
penyakit sistemik (diabetes mellitus, TBC, yang tidak bersifat radio-opak dan berukuran kecil
hipertensi) yang sedikit-banyak akan (duri ikan, potongan tulang, isi staples), umumnya
mempengaruhi keadaan umum pasien.5,6 tidak dapat dideteksi dengan foto polos hingga
Diagnosis berdasar pada anamnesis dan sebaiknya dilakukan x-foto esofagus dengan zat
gejala. Di samping itu diperlukan pemeriksaan kontras barium. Pada kasus ini tidak dilakukan
penunjang berupa laringoskopi indirek, foto polo pemeriksaan x-foto dengan kontras barium.10,11
sleher AP/lateral, foto toraks, CT-scan, dan Pada pasien ini dilakukan foto servikal
endoskopi dengan alat endoskopi rigid atau berulang kali untuk mengevaluasi posisi benda
fleksibel. Masing-masing diagnostik penunjang asing serta memastikan posisi benda tetap berada
memiliki kelebihan dan kekurangan. Sebagian di posisi semula atau berpindah tempat. Di samping
besar benda asing hipofaring terdeteksi oleh itu untuk mendeteksi apakah benda tersebut
pemeriksaan laringoskopi indirek dan dapat berpindah posisi oleh karena tindakan
dilakukan ekstraksi dengan anestesi lokal. Pada esofagoskopi (iatrogenik) atau bukan. Posisi benda
pasien ini, benda asing tidak didapatkan dengan asing tidak berubah setelah dilakukan esofagoskopi
pemeriksaan laringoskopi indirek hingga eksplorasi sebanyak dua kali. Hal ini menguatkan
diperlukan pemeriksaan diagnostik lanjutan berupa dugaan bahwa benda asing kemungkinan besar
foto servikal AP/lateral dan MSCT.7 masuk ke dalam mukosa. Selain itu ditemukan
Foto radiologi polos memiliki manfaat bekas lesi berwarna keputihan daerah krikofaring
mengevaluasi jaringan yang lebih lunak dan yang diduga adalah lokasi masuknya benda asing
mendeteksi dugaan komplikasi pada jaringan lunak ke dalam mukosa. Evaluasi dengan foto servikal
leher, mediastinum dan prevertebral. CT-scan leher secara simultan cukup penting untuk mendeteksi
dianggap sebagai modalitas pencitraan yang paling kemungkinan benda tersebut turun ke saluran
akurat untuk mendiagnosis keberadaan setiap makanan bawah atau tidak hingga tindakan
benda asing dan lebih unggul dari radiografi polos. selanjutnya dapat ditentukan.10
Penelitian telah menunjukkan bahwa sensitivitas Manajemen klinis dampak benda asing di
dan spesifisitas sinar X polos untuk mendeteksi hipofaring dan esofagus bagian atas berfokus pada
benda asing berkisar antara 23,5% hingga 100%, mempertahankan jalan napas, menghilangkan
sedangkan dengan CT-scan memiliki sensitivitas benda asing, dan mencegah komplikasi. Pada kasus
lebih dari 90% hingga 100%. Beberapa peneliti ini dilakukan esofagoskopi yang bertujuan
merekomendasikan penggunaannya dalam kasus menegakkan diagnosis dan terapi. Esofagoskopi
yang rumit, sementara para ahli lainnya dapat dikerjakan dengan esofagoskop rigid atau
menganjurkan bahwa CT-scan harus dilakukan fleksibel menggunakan alat Transanasal
pada semua kasus yang dicurigai benda asing yang Esofagoscopy (TNE) dan masing-masing alat
tidak dapat dideteksi melalui laringoskopi indirek. memiliki keunggulan serta bersifat saling
Dalam kasus ini, MSCT adalah metode diagnostik melengkapi. Esofagoskopi rigid memiliki
pilihan, karena benda asing dapat dideteksi di keunggulan hal ekstraksi benda asing maupun
dalam jaringan posterior faring.8,9 tindakan biopsi, sedangkan pada TNE memiliki
Pada benda asing bersifat radio-opak, keunggulan dari segi visualisasi untuk tindakan
24
Jurnal THT - KL Vol.10, No.1, Januari - April 2017, hlm. 21 - 26
diagnostik. Pada esofagoskopi rigid memiliki laringoskopi indirek dan ekstraksi secara lokal.
resiko komplikasi sekitar 50% dari seluruh Pada kasus yang lain dilakukan dengan pendekatan
tindakan, meliputi aspirasi, oversedasi, anestesi umum apabila posisi benda asing terlalu
hipoventilasi dan sumbatan jalan nafas, sedangkan dekat di daerah krikofaring dan pada pasien yang
pada TNE resiko tersebut dapat diminimalisir.11,12 kurang kooperatif. Pada kasus ini dilakukan
Pada kasus ini, pasien dilakukan esofagoskopi dengan panduan C-arm untuk
pendekatan secara internal dengan esofagoskopi mengevaluasi posisi benda asing dan memastikan
rigid. Pada esofagoskopi pertama menggunakan kemungkinan jika benda asing sebagian bermigrasi
teleskop namun kondisi teleskop kurang baik dan tertanam.
hingga sulit dilakukan eksplorasi. Pada Pada kasus ini dapat diambil sebagai
esofagoskopi kedua menggunakan teleskop yang pelajaran adalah:
lebih baik tetapi benda asing tetap tidak tampak 1. Perlunya pemeriksaan radiologis secara
saat eksplorasi dan diputuskan untuk digunakan C- simultan untuk evaluasi posisi benda asing
arm di IRD, namun saat itu alat rusak dan tidak sebelum dan setelah tindakan.
dapat digunakan. Pada esofagoskopi ketiga 2. Selalu menggunakan teleskop saat
menggunakan panduan C-arm di GBPT dan eksplorasi.
dilakukan insisi kecil pada daerah posterior faring 3. Pemeriksaan dengan C-arm pada kasus ini
serta ekstraksi benda asing menggunakan forsep disarankan mengingat sulitnya menentukan
biopsi. Saat evaluasi tidak didapatkan tanda-tanda posisi yang tepat untuk dilakukan ekstraksi.
komplikasi. 4. Pada kasus ini sebisa mungkin dilakukan
Prosedur bedah dengan eksplorasi leher ekstraksi secara minimal invasive dengan
merupakan sebuah pendekatan alternatif bila pendekatan internal untuk menghindari
pendekatan secara internal tidak berhasil atau bila komplikasi dan tindakan bedah sebagai
timbul komplikasi. Sebuah diagnosis yang tepat alternatif.
dan intervensi terapi awal diperlukan untuk
meminimalkan tindakan yang bersifat invasif
hingga menghindari tingkat morbiditas dan RINGKASAN
mortalitas yang tinggi.13,14 Telah dilaporkan kasus benda asing
hipofaring berupa kawat halus yang pada awalnya
sulit untuk dideteksi. Pada esofagoskopi dan
eksplorasi dengan teleskop, benda asing hampir
tidak terlihat karena posisinya yang telah masuk ke
dalam jaringan lunak hipofaring. Pada kasus ini,
telah dilakukan foto berulang kali sebelum serta
sesudah tindakan dan didapatkan masih tetap pada
posisi semula. Kemudian diputuskan untuk
dilakukan esofagoskopi ekplorasi dengan panduan
C-arm dan dilakukan ekstraksi melalui pendekatan
internal dengan melakukan insisi kecil pada daerah
lesi. Benda asing berhasil dikeluarkan.
Gambar 5. C-arm13
25
Benda Asing Kawat... (Dimas Adityawardhana, Sri Herawati Juniati)
26