Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

EKOLOGI TANAMAN
PNA 3418

ACARA II

Pemupukan Berimbang dan Pola Tanam Mono - Multi cropping Terhadap


Tingkat Produksi Tanaman

Oleh:
MUHAMMAD IHSAN ABDI
NIM A1D018042

Dosen : AHADIYAT YUGI RAHAYU

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2020
I. PENDAHULUAN

Pemupukan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas


dengan memenuhi kebutuhan hara tanaman. Hingga dosis tertentu, semakin
banyak pupuk diberikan, maka produktivitas akan semakin tinggi. Di perkebunan,
seringkali pupuk ditambahkan dalam dosis cukup tinggi dan dilakukan beberapa
kali pada masa tanam untuk memperoleh produksi setinggi mungkin. Akan tetapi,
berbagai proses yang berlangsung di dalam tanah menyebabkan tidak seluruh
unsur yang berasal dari pupuk dimanfaatkan secara optimal oleh tanaman. Hara
tersebut dapat tercuci, menguap, atau pun terfiksasi. Selain itu, aplikasi pupuk
pada dosis tinggi dapat bersifat toksik bagi bibit di awal masa pertumbuhannya.
Kegiatan pemupukan yang dilakukan beberapa kali selama masa tanam pun
sebenarnya menyebabkan biaya produksi lebih tinggi karena harus membayar
tenaga kerja pada saat pemupukan. Hal-hal ini dapat diatasi dengan penggunaan
pupuk lambat tersedia.

Pupuk merupakansubstansi / bahan yang mengandung satu atau lebih zat yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pupukmengandung
zat–zatyang dibutuhkan tanaman untuk memberikan nutirisi tanaman.Penggunaan
pupuk organik merupakan salah satu alternatif untuk mengurangi
pemakaianpupukanorganik. Adanya bahan organik yang mampu memperbaiki
sifat fisika, kimia, dan biologi tanah. Perbaikan terhadap sifat fisik yaitu
menggemburkan tanah.

Pemupukan pada tanaman dapat dilakukan dengan menggunakan pupuk organik


padat dan pupuk organik cair. Pupuk organik padat dapat mengembalikan
kesuburan tanah, terutama berkaitan dengan sifat fisik tanah, sifat kimia tanah,
dan sifat biologi tanah. Pupuk organik cair yang disemprotkan pada daun tanaman
untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman.Kandungan unsur –unsur hara pada
pupuk organik cair mudah diserap oleh tanaman.

Tanaman jagung sudah banyak dikembangkan di Indonesia. Jagung banyak


dikonsumsi karena memiliki rasa yang manis, aroma lebih harum, dan
mengandung gula sukrosa. Selain bagian biji, bagian lain dari tanaman jagung
memiliki nilai ekonomis diantaranya batang dan daun muda untuk pakan ternak,
batang dan daun tua (setelah panen) untuk pupuk hijau /kompos, batang dan daun
kering sebagai bahan bakar pengganti kayu bakar, buah jagung muda untuk
sayuran, perkedel, bakwan dan berbagai macam olahan makanan lainnya.Hasil
penelitian Marpaung (2014), pupuk organik cair mempengaruhi pertumbuhan
tinggi tanaman jagung. Pertambahan tinggi tanamanumur 4 MST dan 6 MST yaitu
5,05 cm dan 1,63 cm.

Praktikum ini dalam pelaksanaannya memiliki tujuan yaitu untuk mengetahui


tingkat produksi tanaman dengan dosis pemupukan yang berbeda yang ditanam
dengan sistem mono dan multi croppings pada skala polybag. Diharapkan
mahasiswa dapat memahami dosis pemberian pupuk setiap jenis tanamannya.

Tumpangsari merupakan suatu usaha menanam beberapa jenis tanaman pada


lahan dan waktu yang sama, yang diatur sedemikian rupa dalam barisan-barisan
tanaman (Grossman dan Quarles, 1993). Beberapa keuntungan dari sistem
tumpangsari antara lain pemanfaatan lahan kosong disela-sela tanaman pokok,
peningkatan produksi total persatuan luas karena lebih efektif dalam penggunaan
cahaya, air serta unsur hara, disamping dapat mengurangi resiko kegagalan panen
dan menekan pertumbuhan gulma Tumpangsari merupakan suatu usaha menanam
beberapa jenis tanaman pada lahan dan waktu yang sama, yang diatur sedemikian
rupa dalam barisan-barisan tanaman. Penanaman dengan cara ini bisa dilakukan
pada dua atau lebih jenis tanaman yang relative seumur. Misalnya jagung dan
kacang tanah atau bisa juga pada beberapa jenis tanaman yang umurnya berbeda-
beda (Sembiring, 2015).
II. METODE PRAKTIKUM

A. Bahan dan Alat

Bahan yang dibutuhkan dalam praktikum ini antara lain benih Jagung manis dan
benih kangkung pupuk kandang dan pupuk NPK, polibag atau plastik lainnya.
Alat yang diperlukan antara lain cangkul, kored, mistar, timbangan, alat siram.
Untuk pengamatan juga diperlukan alat tulis.

B. Prosedur kerja

1. Persiapan polibag yang sudah disi tanah dengan bobot tertentu.


2. Jumlah polibag 12 buah yaitu ditanam satu jenis tanaman ada 2 jenis masing-
masing 6 polibag dan yang tanam campur 6 polibag.
3. Lakukan penanaman di polibag dan beri jarak tanam sesuaikan dengan lebar
polibag dengan jumlah 2 lubang tanam dan ditanam 2-3 benih per lubang
tanamnya.
4. Setelah satu minggu umur tanam kemudian biarkan 1 tanaman dan buang
tanaman lain yang pertumbuhannya kurang baik, dilanjutkan pemberian
pupuk sesuai perlakuan.
5. Berikan pupuk NPK sesuai dosis rekomendasi (bisa di searching di internet)
pada jenis tanaman yang ditanam.
6. Perlakuan diberikan terdiri atas:
Faktor yang dicobakan
a) Pola Tanam
A1= mono cropping Jagung Manis/tanaman lain
A2= mono cropping Caisim/tanaman lain
A3= intercroping (Jagung Manis dan Caisim/atau tanaman lain)
b) Dosis Pemupukan B1= pemupukan 100 % B2= pemupukan 50 % Sehingga
didapatkan kombinasi percobaan, diulang 2x terdapat 12 polibag percobaan
dalam praktikum.
c) Lakukan pemeliharaan sesuai kebutuhan antara lain pengendalian OPT dan
kebutuhan air.
d) Lakukan pengamatan terhadap karakter morfologi tanaman antara lain tinggi
tanaman, jumlah daun, bobot segar tanaman sampai umur 14 hari setelah
tanam. Penimbangan bobot segar lakukan dengan timbangan yang ada di
rumah dengan mencantumkan model dan type timbangannya.
e) Semua hasil pengamatan morfologi dianalisis dengan menggunakan metode
statistik.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Terlampir

B. Pembahasan

Pupuk merupakan salah satu sumber unsur hara pada tanah, unsur hara
utama yang mendapat perhatian dalam pemupukan tanaman kelapa sawit meliputi
N, P, K, Mg, Cu, dan B. Penyediaan hara dalam tanah melalui pemupukan harus
seimbang, yaitu harus sesuai dengan kebutuhan tanaman.Pemupukan merupakan
faktor yang sangat penting untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas
produksi yang dihasilkan. Salah satu manfaaat dari pemupukan yaitu
meningkatkan kesuburan tanah yang menyebabkan tingkatproduktivitas
tanaman menjadi relatif stabil, serta meningkatkan daya tahan tanaman terhadap
serangan hama penyakit dan pengaruh iklim yang tidak menguntungkan. Selain
itu pemupukan bermanfaat melengkapi penyediaan unsur hara di dalam tanah
sehingga kebutuhan tanaman akan hara terpenuhi dan pada akhirnya tercapai daya
hasil (produktivitas) yang maksimal.
Pupuk organik berfungsi memperbaiki sifat fisik dan struktur tanah, melalui
pembentukan agregat yang lebih stabil, aerasi dan drainase tanah yang baik.
Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari tumbuhan mati, kotoran hewan
dan/atau bagian hewan dan/atau limbah organik lainnya yang telah melalui proses
rekayasa, berbentuk padat atau cair, dapat diperkaya dengan bahan mineral
dan/atau mikroba, yang bermanfaat untuk meningkatkan kandungan hara dan
bahan organik tanah serta memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah
(Permentan No. 70/2011, BPT, 2005). Pupuk organik berguna untuk memperkaya
hara, bahan organik tanah, dan memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah,
terutama kandungan unsur organik (Bouajila dan Sanaa, 2011; Clark, dkk., 1998).
Untuk efisiensi penggunaan pupuk anorganik dikembangkan teknologi SRF (Slow
Release Fertilizers). SRF merupakan teknologi yang memungkinkan unsur hara
(N, P, K) yang terkandung dalam pupuk dapat dilepas (diproses) secara perlahan,
dalam jangka waktu yang lama. Amonia atau naerob (NH3 ) hasil proses pupuk
urea atau NPK dalam tanah merupakan unsur penting bagi tanaman (untuk proses
fotosintesis). Amonia dengan bantuan bakteri (seperti Nitorsomonas) dalam tanah
diubah menjadi ion nitrit yang akan diserap akar. Bakteri lain (seperti Nitrobacter)
akan mengubah ion nitrit menjadi ion nitrat (NO3 - ). Karena jumlah tanaman dan
akar yang terbatas, maka tidak seluruh ion nitrit akan diserap akar. Nitrat dan
amonia yang tidak dimanfaatkan tanaman akan masuk ke dalam air tanah, atau
bercampur dengan air permukaan dan dialirkan ke saluran air dan sungai (Setio,
2014; Ruark, 2012; Triyono, dkk., 2013). Pupuk SRF dilapisi dengan lapisan
khusus seperti zeolit, resin, sulfur, polymer, formaldehida, potasium, asam akrilik
dan lainnya yang melindungi dan memungkinkan amonia tidak langsung
seluruhnya diubah (BPPT, 2010; Landis dan Dumroese, 2009; Suherman dan
Anggoro, 2011; Rose, 2001).
Pola tanam tumpangsari perlu memperhatikan interaksi antara tanaman yang
ditanam secara bersama-sama dalam satu lahan. Di dalam menentukan jenis
tanaman dalam sistem tumpang sari harus diperhatikan adalah sifat dan ciri
pertumbuhannya (Beet, 1982 dalam Herlina, 2011). Menurut Gomes dan Gomes
(1983), tanaman yang dipilih hendaknya yang berbeda famili, bukan tanaman
yang mempunyai problem dalam satu jenis hara, kebutuhan unsur hara utama
berbeda jenis atau macam dan waktunya, tipe (bentuk dan ukuran) perakaran
berbeda dan saling melengkapi secara fisiologi.
Menurut Ohorella (2011), sistem tanam yang digunakan berpengaruh terhadap
interaksi atau kompetisi antar tanaman dalam mendapatkan cahaya, air dan unsur
hara. Sistem tanam monocropping, tingkat persaingan antar tanaman lebih rendah
dibandingkan dengan sistem tanam tumpangsari. Hal tersebut dikarenakan, pada
sistem tanam tumpangsari populasi tanaman lebih tinggi dibandingkan dengan
monocropping. Suminarti (2010) menambahkan, kompetisi antar tanaman dapat
ditekan dengan cara milihan tanaman berdasarkan pada perbedaan karakter
morfologi dan fisiologinya. Hal-hal yang harus diperhatikan meliputi kedalaman
dan distribusi system perkaran, bentuk tajuk, lintasan fotosintesis dan pola serapan
unsur hara, sehingga diperoleh sauatu karakteristik pertumbuhan perkembangan
dan hasil tumpangsari yang bersifat sinergis.
Monokultur adalah salah satu cara budidaya di lahan pertanian dengan menanam
satu jenis tanaman pada satu areal. Cara budidaya ini meluas praktiknya sejak
paruh kedua abad ke-20 di dunia serta menjadi penciri pertanian intensif dan
pertanian industrial. Monokultur menjadikan penggunaan lahan efisien karena
memungkinkan perawatan dan pemanenan secara cepat dengan bantuan mesin
pertanian dan menekan biaya tenaga kerja karena wajah lahan menjadi seragam
(Soetriono, 2006).
Praktek pertanian monokultur menyebabkan terjadinya erosi variasigenetik. Bukti
nyata dampak dari erosi sumber genetik adalah promosi berashasil Revolusi Hijau
di Bangladesh yang menyebabkan kehilangan 7,000keragaman jenis padi lokal.
Filipina sebagai salah satu produsen berasberproduksi tinggi sudah menggantikan
lebih dari 300 jenis beras tradisionaldengan hanya beberapa jenis yang tersisa
(Siregar, 1997). Di Indonesia terjadipenyusutan yang sangat besar terhadap
sumberdaya genetik berupa penyusutan1500 padi kultivar padi lokal akibat
pemanfaatan teknologi monokulturmenggalakkan padi Pelita Baru sejak tahun
1978 (NCBC, 1993).Kehilangan keanekaragaman sumberdaya genetik juga terjadi
di negarayang sudah berteknologi tinggi seperti Amerika Serikat, 80% dari 7000
jenisapel yang ditanam pada tahun 1804-1904 dan 88% dari 2,638 jenis pir
sudahtidak ditanami lagi, 60-70% lahan hanya ditanami 2 atau 3 jenis kacang-
kacangan, 72% hanya dengan 4 jenis kentang, dan 53% hanya ditanami dengan3
jenis kapas (Hardjowigeno, 2005).
IV. KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini ialah setiap perlakuan pupuk
NPK memiliki respon yang berbeda beda. Pemberian pupuk yang sesuai dosis,
akan membuat hasil produksi tinggi. Penanaman model multicropping, pemberian
pupuk juga sesuai dosis. Hasil praktikum menunjukkan tanaman kangkung dan
tanaman jagung tumbuh baik.
DAFTAR PUSTAKA

Bouajila, K. dan M. Sanaa. 2011. Effects of Organic Amendments on Soil


Physico-Chemical and Biological Properties. Journal Mater Journal of
Materials and Environmental Science, Vol 2 (S1), 485-490.

BPPT. 2010. Laporan Akhir Pengembangan Produk Pupuk SRF NPK Plus
(Biofertilizer). Jakarta : BPPT.

Grossman, J, and W. Quarles. 1993. Strip intercropping for biological control.


IPM, Practitioner.

Hardjowigeno, S. Dan Rayes, L. 2005. Tanah Sawah (Karakteristik, Kondisi, dan


Permasalahan Tanah Sawah di Indonesia). Malang: Bayumedia Publishing.

Herlina. 2011. Kajian Variasi Jarak dan Waktu Tanam Jagung Manis dalam
Sistem Tumpang Sari Jagung Manis (Zea Mays Saccharata Sturt) dan
Kacang Tanah (Arachis Hypogaea L). Artikel. Universitas Andalas, Padang.

Landis, T.D. dan R.K. Dumroese, 2009. Using Polimer-Coated Controlled-


Realese Fertilizers in The Nursery and After Outplanting. Forest Nursery
Notes. Winter.

Ohorella, Zainuddin. 2011. Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kedelai


dengan Jagung Pada Sistem Tanam Yang Berbeda. J. Agronomika. Vol 1
No.2.

Permentan No. 70/2011 tentang Pupuk Organik, Pupuk Hayati dan Pembenahan
Tanah.

Rose, R. 2001. Slow release fertilizers 101.

Ruark, M. 2012. Adventages and Disadventages of Controlled-Release Fertilizers.


Department of Soil Science, University of Wisconsin-Madison.

Sembiring, A. S., jonis, G. dan Ferry E S. 2015 Pengaruh Populasi Kacang Tanah
(Arachis hypogeae L.) dan Jagung (Zea mays L.) terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Pada Sistem Pola Tumpang Sari. Jurnal Online Aroteknologi, Vol.
3 No. 1.

Setio, D. 2014. Siklus Nitrogen di Alam dan Peranan Organisme dalam Siklus
Nitrogen. [http://www. academia.edu/5851681/Siklus_Nitrogen_
di_Alam_dan_Peranan_Organisme_Tanah_ dalam_siklus_Nitrogen, diakses
15 Oktober 2014].

Siregar, H. 1997. Budidaya Tanaman Padi di Indonesia. Jakarta: P.T. Sastra


Husada

Soetriono, Suwandari, Rijanto. 2006. Pengantar Ilmu Pertanian. Malang:


Bayumedia Publishing.

Suherman dan D.D. Anggoro. 2011. “Producing Slow Release Urea by Coating
With Starch/ Acrylic Acid in Fluid Bed Spraying. International Journal of
Engineering & Technology,Vol. 11 (6), 77-80.

Suminarti, Nur Edy. 2010. Pengaruh Pemupukan N dan K pada Pertumbuhan dan
Hasil Tanaman Talas yang Pada Sistem Tanam Tumpangsari. Akta Agrosia.
Vol. 13 No 3.

Triyono, A., Purwanto dan Budiyono. 2013. Efisiensi Penggunaan Pupuk-N untuk
Pengurangan Kehilangan Nitrat pada Lahan Pertanian. Prosiding Seminar
Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan 2013.
LAMPIRAN

Tabel 2.1 pengamatan jagung


Perlakuan Tinggi tanaman (cm) Jumlah daun
A1 jagung1 50% 32 4
A1 jagung2 50% 26 4
A1 jagung1 100% 25 3
A1 jagung2 100% 33 4

Tabel 2.2 pengamatan kangkung


Perlakuan Tinggi tanaman (cm) Jumlah daun
A2 kangkung1 50% 10 4
A2 kangkung2 50% 13 4
A2 kangkung1 100% 11 3
A2 kangkung2 100% 2,5 4

Tabel 2.3 pengamatan Multicropping jagung dan kangkung


Perlakuan Tinggi tanaman Jumlah daun
(cm)
A3 MLT1 50% Kangkung 11 3
Jagung 27 4
A3 MLT2 50% Kangkung 10 4
Jagung 26 3
A3 MLT1 100% Kangkung 12 4
Jagung 28 4
A3 MLT2 100% Kangkung 10 3
Jagung 26 4
Gambar 2.1 proses penanaman benih Gambar 2.2 proses penanaman benih
kangkung jagung

Gmabar 2.3 proses pengukuran dan Gambar 2.4 proses pengukuran dan
penghitungan tanaman kangkung penghitungan tanaman jagung

Anda mungkin juga menyukai