Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
EKOLOGI TANAMAN
PNA 3418
ACARA II
Oleh:
MUHAMMAD IHSAN ABDI
NIM A1D018042
Pupuk merupakansubstansi / bahan yang mengandung satu atau lebih zat yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pupukmengandung
zat–zatyang dibutuhkan tanaman untuk memberikan nutirisi tanaman.Penggunaan
pupuk organik merupakan salah satu alternatif untuk mengurangi
pemakaianpupukanorganik. Adanya bahan organik yang mampu memperbaiki
sifat fisika, kimia, dan biologi tanah. Perbaikan terhadap sifat fisik yaitu
menggemburkan tanah.
Bahan yang dibutuhkan dalam praktikum ini antara lain benih Jagung manis dan
benih kangkung pupuk kandang dan pupuk NPK, polibag atau plastik lainnya.
Alat yang diperlukan antara lain cangkul, kored, mistar, timbangan, alat siram.
Untuk pengamatan juga diperlukan alat tulis.
B. Prosedur kerja
A. Hasil
Terlampir
B. Pembahasan
Pupuk merupakan salah satu sumber unsur hara pada tanah, unsur hara
utama yang mendapat perhatian dalam pemupukan tanaman kelapa sawit meliputi
N, P, K, Mg, Cu, dan B. Penyediaan hara dalam tanah melalui pemupukan harus
seimbang, yaitu harus sesuai dengan kebutuhan tanaman.Pemupukan merupakan
faktor yang sangat penting untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas
produksi yang dihasilkan. Salah satu manfaaat dari pemupukan yaitu
meningkatkan kesuburan tanah yang menyebabkan tingkatproduktivitas
tanaman menjadi relatif stabil, serta meningkatkan daya tahan tanaman terhadap
serangan hama penyakit dan pengaruh iklim yang tidak menguntungkan. Selain
itu pemupukan bermanfaat melengkapi penyediaan unsur hara di dalam tanah
sehingga kebutuhan tanaman akan hara terpenuhi dan pada akhirnya tercapai daya
hasil (produktivitas) yang maksimal.
Pupuk organik berfungsi memperbaiki sifat fisik dan struktur tanah, melalui
pembentukan agregat yang lebih stabil, aerasi dan drainase tanah yang baik.
Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari tumbuhan mati, kotoran hewan
dan/atau bagian hewan dan/atau limbah organik lainnya yang telah melalui proses
rekayasa, berbentuk padat atau cair, dapat diperkaya dengan bahan mineral
dan/atau mikroba, yang bermanfaat untuk meningkatkan kandungan hara dan
bahan organik tanah serta memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah
(Permentan No. 70/2011, BPT, 2005). Pupuk organik berguna untuk memperkaya
hara, bahan organik tanah, dan memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah,
terutama kandungan unsur organik (Bouajila dan Sanaa, 2011; Clark, dkk., 1998).
Untuk efisiensi penggunaan pupuk anorganik dikembangkan teknologi SRF (Slow
Release Fertilizers). SRF merupakan teknologi yang memungkinkan unsur hara
(N, P, K) yang terkandung dalam pupuk dapat dilepas (diproses) secara perlahan,
dalam jangka waktu yang lama. Amonia atau naerob (NH3 ) hasil proses pupuk
urea atau NPK dalam tanah merupakan unsur penting bagi tanaman (untuk proses
fotosintesis). Amonia dengan bantuan bakteri (seperti Nitorsomonas) dalam tanah
diubah menjadi ion nitrit yang akan diserap akar. Bakteri lain (seperti Nitrobacter)
akan mengubah ion nitrit menjadi ion nitrat (NO3 - ). Karena jumlah tanaman dan
akar yang terbatas, maka tidak seluruh ion nitrit akan diserap akar. Nitrat dan
amonia yang tidak dimanfaatkan tanaman akan masuk ke dalam air tanah, atau
bercampur dengan air permukaan dan dialirkan ke saluran air dan sungai (Setio,
2014; Ruark, 2012; Triyono, dkk., 2013). Pupuk SRF dilapisi dengan lapisan
khusus seperti zeolit, resin, sulfur, polymer, formaldehida, potasium, asam akrilik
dan lainnya yang melindungi dan memungkinkan amonia tidak langsung
seluruhnya diubah (BPPT, 2010; Landis dan Dumroese, 2009; Suherman dan
Anggoro, 2011; Rose, 2001).
Pola tanam tumpangsari perlu memperhatikan interaksi antara tanaman yang
ditanam secara bersama-sama dalam satu lahan. Di dalam menentukan jenis
tanaman dalam sistem tumpang sari harus diperhatikan adalah sifat dan ciri
pertumbuhannya (Beet, 1982 dalam Herlina, 2011). Menurut Gomes dan Gomes
(1983), tanaman yang dipilih hendaknya yang berbeda famili, bukan tanaman
yang mempunyai problem dalam satu jenis hara, kebutuhan unsur hara utama
berbeda jenis atau macam dan waktunya, tipe (bentuk dan ukuran) perakaran
berbeda dan saling melengkapi secara fisiologi.
Menurut Ohorella (2011), sistem tanam yang digunakan berpengaruh terhadap
interaksi atau kompetisi antar tanaman dalam mendapatkan cahaya, air dan unsur
hara. Sistem tanam monocropping, tingkat persaingan antar tanaman lebih rendah
dibandingkan dengan sistem tanam tumpangsari. Hal tersebut dikarenakan, pada
sistem tanam tumpangsari populasi tanaman lebih tinggi dibandingkan dengan
monocropping. Suminarti (2010) menambahkan, kompetisi antar tanaman dapat
ditekan dengan cara milihan tanaman berdasarkan pada perbedaan karakter
morfologi dan fisiologinya. Hal-hal yang harus diperhatikan meliputi kedalaman
dan distribusi system perkaran, bentuk tajuk, lintasan fotosintesis dan pola serapan
unsur hara, sehingga diperoleh sauatu karakteristik pertumbuhan perkembangan
dan hasil tumpangsari yang bersifat sinergis.
Monokultur adalah salah satu cara budidaya di lahan pertanian dengan menanam
satu jenis tanaman pada satu areal. Cara budidaya ini meluas praktiknya sejak
paruh kedua abad ke-20 di dunia serta menjadi penciri pertanian intensif dan
pertanian industrial. Monokultur menjadikan penggunaan lahan efisien karena
memungkinkan perawatan dan pemanenan secara cepat dengan bantuan mesin
pertanian dan menekan biaya tenaga kerja karena wajah lahan menjadi seragam
(Soetriono, 2006).
Praktek pertanian monokultur menyebabkan terjadinya erosi variasigenetik. Bukti
nyata dampak dari erosi sumber genetik adalah promosi berashasil Revolusi Hijau
di Bangladesh yang menyebabkan kehilangan 7,000keragaman jenis padi lokal.
Filipina sebagai salah satu produsen berasberproduksi tinggi sudah menggantikan
lebih dari 300 jenis beras tradisionaldengan hanya beberapa jenis yang tersisa
(Siregar, 1997). Di Indonesia terjadipenyusutan yang sangat besar terhadap
sumberdaya genetik berupa penyusutan1500 padi kultivar padi lokal akibat
pemanfaatan teknologi monokulturmenggalakkan padi Pelita Baru sejak tahun
1978 (NCBC, 1993).Kehilangan keanekaragaman sumberdaya genetik juga terjadi
di negarayang sudah berteknologi tinggi seperti Amerika Serikat, 80% dari 7000
jenisapel yang ditanam pada tahun 1804-1904 dan 88% dari 2,638 jenis pir
sudahtidak ditanami lagi, 60-70% lahan hanya ditanami 2 atau 3 jenis kacang-
kacangan, 72% hanya dengan 4 jenis kentang, dan 53% hanya ditanami dengan3
jenis kapas (Hardjowigeno, 2005).
IV. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini ialah setiap perlakuan pupuk
NPK memiliki respon yang berbeda beda. Pemberian pupuk yang sesuai dosis,
akan membuat hasil produksi tinggi. Penanaman model multicropping, pemberian
pupuk juga sesuai dosis. Hasil praktikum menunjukkan tanaman kangkung dan
tanaman jagung tumbuh baik.
DAFTAR PUSTAKA
BPPT. 2010. Laporan Akhir Pengembangan Produk Pupuk SRF NPK Plus
(Biofertilizer). Jakarta : BPPT.
Herlina. 2011. Kajian Variasi Jarak dan Waktu Tanam Jagung Manis dalam
Sistem Tumpang Sari Jagung Manis (Zea Mays Saccharata Sturt) dan
Kacang Tanah (Arachis Hypogaea L). Artikel. Universitas Andalas, Padang.
Permentan No. 70/2011 tentang Pupuk Organik, Pupuk Hayati dan Pembenahan
Tanah.
Sembiring, A. S., jonis, G. dan Ferry E S. 2015 Pengaruh Populasi Kacang Tanah
(Arachis hypogeae L.) dan Jagung (Zea mays L.) terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Pada Sistem Pola Tumpang Sari. Jurnal Online Aroteknologi, Vol.
3 No. 1.
Setio, D. 2014. Siklus Nitrogen di Alam dan Peranan Organisme dalam Siklus
Nitrogen. [http://www. academia.edu/5851681/Siklus_Nitrogen_
di_Alam_dan_Peranan_Organisme_Tanah_ dalam_siklus_Nitrogen, diakses
15 Oktober 2014].
Suherman dan D.D. Anggoro. 2011. “Producing Slow Release Urea by Coating
With Starch/ Acrylic Acid in Fluid Bed Spraying. International Journal of
Engineering & Technology,Vol. 11 (6), 77-80.
Suminarti, Nur Edy. 2010. Pengaruh Pemupukan N dan K pada Pertumbuhan dan
Hasil Tanaman Talas yang Pada Sistem Tanam Tumpangsari. Akta Agrosia.
Vol. 13 No 3.
Triyono, A., Purwanto dan Budiyono. 2013. Efisiensi Penggunaan Pupuk-N untuk
Pengurangan Kehilangan Nitrat pada Lahan Pertanian. Prosiding Seminar
Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan 2013.
LAMPIRAN
Gmabar 2.3 proses pengukuran dan Gambar 2.4 proses pengukuran dan
penghitungan tanaman kangkung penghitungan tanaman jagung