Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Tradisi dan kebudayaan pada hakekatnya meliputi segala aspek
kehidupan manusia, baik material maupun spritual. Aspek kegiatan manusia
tersebut meliputi banyak hal, antara lain, organisasi sosial dan ekonomi, ilmu
pengetahuan dan teknologi, serta proses simbolis dalam upacara adat. Pada
aspek proses simbolis meliputi bidang-bidang agama, filsafat, seni, ilmu,
sejarah, mitos dan bahasa (Kuntowijoyo,1987:3). Kompleksitas budaya
tersebut mewarnai kehidupan manusia sepanjang zaman, namun perbedaan
tingkat intelektual dan kondisi sosial sehingga proses kegiatan tersebut
berbeda setiap zaman dinamika berfikir manusia. Segala hal yang berkaitan
dengan kebudayaan tidak pernah terlepas dari kebudayaan nasional dan
kebudayaan daerah. Dimana kebudayaan daerah selalu menjadi penopang bagi
tumbuh dan berkembangnya kebudayaan nasional, tataran tinggi perwujudan
hasil cipta, rasa, dan karsa masyarakat.
Manusia dan kebudayaan merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan. Ada manusia, ada kebudayaan tidak ada kebudayaan jika tidak ada
pendukungnya yaitu manusia. Akan tetapi, manusia hidup tak berapa lama lalu
iya mati, maka untuk melangsungkan kebudayaan, pendukungnya harus lebih
dari satu orang. Dengan kata lain harus diteruskan kepada orang-orang
disekitarnya dan kepada keturunan selanjutnya.
Kebudayaan Indonesia yang sangat beranekaragam menjadi suatu
kebanggaan sekaligus tantangan untuk mempertahankan serta mewarisi
kepada genarasi selanjutnya. Budaya lokal Indonesia membanggakan karena
memiliki keanekaragaman yang sangat bervariasi serta memiliki keunikan
tersendiri. Untuk itu kebudayaan tersebur perlu juga dijaga dan dilestarikan
akan keberadaannya, sebagaimana sekarang ini terdapat beberapa budaya kita

1
yang mulai terkikis sedikit demi sedikit. Hal ini disebabkan karena kurangnya
kesadaran masyarakat akan pentingnya peranan Budaya lokal. Budaya Lokal
merupakan Identitas Bangsa sehingga harus dijaga kelestariannya maupun
kepemilikannya agar dapat diakui oleh Negara lain (Liliweri : 2014).
Sebagian orang memandang atau menganggap tradisi Islam terutama
yang terbangun melalui seni dan budaya islam mengadopsi budaya arab,
bahkan yang paling kental adalah budaya melayu, mungkin tidak dapat
dipungkiri, namun yang mengejutkan sebab transformasi modernitas hingga
era globalisasi, tidak mampu menenggelamkan tradisi yang sudah berakar itu.
Kalau boleh saya sebut, bahwa semakin mengukuhkan akar kekuatan tradisi
islam, walaupun dalam format aktualisasi yang makin modern pula. Di
Kalimantan Utara khususnya Tanjung Selor, Upacara ritual yang
mengekspresikan spiritualisme dan spiritualisme Agama dinyatakan ke dalam
berbagai bentuk tindakan. Satu di antaranya adalah upacara pembacaan
Tahlilan dan Barazanji yang diselenggarakan secara berulang-ulang sesuai
dengan keperluan-keperluan upacara. Tradisi Tahlilan ini dilaksanakan pada
acara kematian dan MabBarazanji diselenggarakan pada upacara aqiqah,
perkawinan, sunatan, selamatan dan lain-lain. Tradisi ini sesungguhnya
sangat dipengaruhi oleh ajaran Islam, karena penamaan tradisi Tahlilan dan
barasanji diambil dari kitab epos Barazanji, kitab tentang kepahlawanan dan
kemuliaan Muhammad sebagai Rasul. Kitab ini ditulis oleh Ja'far bin Abd
Karim bin Abdul Rasul Al-Barazanji Al-Madani yang berisi sejarah sosial
kehidupan Sang Rasul.
Upacara pembacaan Tahlilan dan Barazanji memiliki arti penting bagi
pemeliharaan siklus kehidupan sosial budaya masyarakat setempat. Disisi lain
tradisi ini berfungsi sebagain perekat antarkeluarga dan antara anggota
masyarakat. Melalui tradisi Pembacaan Barazanji ini, anggota keluarga dan
anggota masyarakat saling mencari, saling bertemu, dan saling berbagi
rasa.Segalanya berjalan secara alamiah dalam kerangka kebudayaan setempat.
Tradisi ini juga merupakan kesempatan atau merupakan tempat dimana
segenap anggota keluarga dapat berperan dan berpartisipasi. Kebiasaan

2
bekerja sama dan memasak bersama adalah contoh sederhana dari Fungsi
Sosial tradisi seperti ini.
Di dalam kesempatan, dimana anggota sedang berkumpul, solidaritas
sosial yang berbentuk pemberian sumbangan dari anggota keluarga ke anggota
keluarga lain akan tercipta dengan cara yang wajar.Dengan memperhatikan
tradisi pembacaan Barazanji sebagai bagian dari siklus sosial masyarakat dan
dengan mempertimbangkan bahwa tradisi seperti ini adalah bagian dari cara
anggota keluarga dan anggota masyarakat memindahkan nilai-nilai agama
melalui kenangan panjang tentang sejarah sosial kehidupan Nabi Muhammad
sebagai Rasul.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1. Bagaimanakah tradisi dan Budaya Baca Do’a ,Tahlilan, MabBarazanji
Di Tanjung Selor Kab.Bulungan Kalimantan Utara?
2. Nilai nilai moral pakah yang terdapat dalam tradisi dan Budaya Baca
Do’a ,Tahlilan, MabBarazanji Di Tanjung Selor Kab.Bulungan
Kalimantan Utara?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui tradisi dan Budaya Baca Do’a ,Tahlilan,
MabBarazanji Di Tanjung Selor Kab.Bulungan Kalimantan Utara.
2. Untuk mengetahui nilai-nilai moral yang terdapat dalam tradisi dan
Budaya Baca Do’a ,Tahlilan, MabBarazanji Di Tanjung Selor
Kab.Bulungan Kalimantan Utara

3
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tradisi

Bentuk-bentuk upacara adat begitu banyak dilaksanakan di suku-suku di


indonesia. Dengan adanya upacara adat tersebut maka semakin menambah aneka
ragam kebudayaan Indonesia, diantaranya upacara ada di indonesia yakni upacara
adat perkawinan dan upacara penghargaan terhadap leluhur terlebih dahulu
dimana dalam upacara tersebut di rasa oleh warga masyarakat begitu penting
sehingga perlu di sakralkan dan dikenang sehingga perlu ada upacaranya.
Pelaksanaan upacara tradisional suatu masyarakat sangat menarik, karena
memiliki keunikan, kesakralan, dan nilai-nilai moral yang terkandung di
dalamnya.

Menurut Aryono (1985:4), menyatakan bahwa adat merupakan suatu


kebiasaan yang bersifat magis religius dari kehidupan suatu penduduk asli yang
meliputi kebudayaan, norma dan aturan-aturan yang saling berkaitan dan
kemudian menjadi suatu sistem atau pengaturan tradisional. Pendapat lain tentang
hal tersebut dikemukakan oleh Anton Soemarman (2003:15) bahwa adat
merupakan Wujud adil dari kebudayaan yang berfungsi sebagai pengaturan
tingkah laku. Dalam kebudayaannya sebagai wujud adil kebudayaan dapat dibagi
lebih khusus dalam empat, yakni tingkat kebudayaan, tingkat norma-norma,
tingkat hukum dan aturan-aturan khusus. Upacara adat tradisional merupakan
perwujudan dari sistem kepercayaan masyarakat yang mempunyai nilai-nilai
universal yang dapat menunjang kebudayaan nasional. Upacara tradisional in
bersifat kepercayaan dan dianggap sakral dan suci. Dimana setiap aktifitas
manusia selalu mempunyai maksud dan tujuan yang ingin dicapai, termasuk
kegiatan-kegiatan yang bersifat religious.

4
Dengan mengacu pada pendapat ini maka upacara adat tradisional
merupakan kelakuan atau tindakan simolis manusia sehubungan dengan
kepercayaan yang mempunyai maksud dan tujuan untuk menghindarkan diri
dari gangguan roh-roh jahat. Dari beberapa pengertian diatas dapat
disimpulkan bahwa upacara adat tradisional merupakan suatu bentuk tradisi
yang bersifat turun-temurun kemudian dilaksanakan secara teratur dan tertib.
Menurut adat kebiasaan masyarakat dalam bentuk suatu permohonan, atau
sebagai dari ungkapan rasa terimakasih. Selanjutnya diakatakan bahwa
upacara itu sendiri terdiri dari beberapa unsur, dimana unsur-unsur
keagamaan tersebut ada yang dianggap paling penting sekali oleh suatu
agama, tetapi ada beberapa agama lain yang tidak mengenal suatu agama
tersebut. Unsur-unsur upacara tersebut merupakan suatu rangkaian yang
saling berhubungan satu dengan yang lainnya dan saling mempengaruhi.
Terdapat beberapa unsur dalam upacara itu sendiri bersaji, berkorban,
berdoa, makan bersama dengan makanan yang sudah disucikan dengan doa,
menari tarian suci, menyanyi nyanyian suci, berpuasa.

B. Tahlilan

Tahlilan, atau Tahlilan --sama saja artinya-- karena ini dari kata Arab
(hallala-yuhallilu-Tahlilan) yang berarti membaca kalimat La ilaha illa Allah.
Tahlilan kemudian menjadi tradisi yang mengakar di kalangan masyarakat
Muslim Indonesia. Tahlilan menjadi aktivitas rutin setiap malam Jum’at, dan pada
momen-momen khusus, misalnya kirim doa untuk keluarga yang sudah wafat,
dilakukan secara berjama’ah dalam suatu majlis.

Dilihat dalam perspektif historis, sebetulnya tradisi Tahlilan itu


bernuansa “islamisasi” yang dilakukan oleh para ulama’ atau para kiai dulu. Pada
awal-walnya, atau bagi masyarakat sinkretis, jika ada salah satu dari keluarganya
yang meninggal, maka pada malam-malam tertentu 1-7 hari, 40, 100, 1000 hari,
mereka kumpul-kumpul, dan malah ada yang main domino segala. Bahkan,

5
konon, praktik munkarat seperti itu sampai sekarang masih ada pada sebagian
masyarakat kita. Di sinilah kemudian, mereka diajak untuk berdoa dan membaca
kalimah-kalimah tayyibah, meluruskan tradisi munkar ke tradisi hasanat, dan
begitulah seterusnya hingga kemudian ada gagasan para ulama’ untuk membuat
panduan atau buku saku yang berisi bacaan yasin, Tahlilan, talqin, doa-doa
dan al-aurad (wirid) yang banyak beredar di masyarakat sekarang ini.

Ditinjau dari aspek sosiologis, Tahlilan itu merupakan relasi kemanusiaan


yang tidak pernah pudar, karena Tahlilan itu bagian dari media sosial atau medan
budaya yang mengikat hubungan antarmanusia. Pada konteks ini, manusia
menjadikan forum ini sebagai media komunikasi dan sosialisasi.

Dilihat dalam perspektif psikologis, sebetulnya tradisi Tahlilan pada hari-


hari selama berkabung itu sangat membantu bagi şahib al-muşibah, sebab pada
hari-hari itu, 1-7 hari, bahkan 40 dan 100 hari keluarga yang ditinggal mati itu
biasanya masih dirundung duka. Pada saat seperti itulah jika selama 1-7 hari
diadakan Tahlilan, maka mereka akan terhibur atau merasa banyak saudara. Di
sinilah makna ta’ziyah itu, yang berarti menghibur (keluarga yang ditinggal mati).

Ditinjau dari segi antropologis, sebetulnya manusia memiliki


kecenderungan spiritual dan ritual, maka apa pun agama atau keprcayaan yang
mereka anut, pasti memiliki keterikatan dengan sesuatu yang dianggap berkuasa
di jagat raya ini, baca: Tuhan. August Comte dengan teori positivisme-nya
mengatakan, bahwa manusia memiliki tahap berpikir, yaitu: teologis, mitis, dan
positif. Pada tahap teologis, manusia mempercayai adanya Tuhan penguasa jagat
raya ini, Dialah yang mendatangkan malapetaka dan rizki, Dia bisa marah dan
menyayangi hamba-Nya, dst. Supaya Tuhan  tidak marah dan mendatangkan
malapetaka, maka Tuhan perlu diberi sesaji. Dalam kepercayaan
agama ardhi (non wahyu) biasanya mereka menyajikan kepala kerbau atau nasi
kuning yang menurut mereka dapat menolak malapetaka. Sesuai dengan
perkembangan berpikir manusia, maka orang  modern semakin realistik dan
positivistik sehingga ritual, mitis dan teologis ini semakin ditinggalkan.

6
Dalam konteks ini, manusia beragama (apapun agamanya) kecenderungan
spiritual dan ritualistik ini pasti ada, dan ini bagian dari doktrin ajarannya. Maka
dalam konteks Tahlilan, sebetulnya juga merupakan bagian dari ritualistik yang
mendatangkan pahala dan kasih-sayang Tuhan. Karena dalam tradisi Tahlilan itu
sendiri kalimat-kalimat yang dibaca adalah kalimah thayyibah.

C. BARZANJI
Kata Barzanji dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Sucipto:2002)
diartikan sebagai isi bacaan puji-pujian yang berisi riwayat Nabi Muhammad
SAW. Jadi, Barazanji atau Berzanji adalah kitab yang berisi doa-doa, puji-pujian
dan penceritaan riwayat Nabi Muhammad SAW yang dilafalkan dengan suatu
irama atau nada yang biasa dilantunkan ketika kelahiran, khitanan, pernikahan dan
maulid Nabi Muhammad SAW. Adapun isi Barzanji tersebur adalah berupa tutur
tentang kehidupan Muhammad, yang disebutkan berturut-turut yaitu silsilah
keturunannya, masa kanak-kanak, remaja, pemuda hinggga diangkat menjadi
Rasul. Didalamnya juga mengisahkan sifat-sifat mulia yang dimilik nabi
Muhammad Saw.
Nama Barzanji diambil dari nama pengarang buku tersebut, yaitu Syekh
Jafar al-Barzanji bin Hasan bin Abdul Karim. Karya tersebut sebenarnya berjudul
Iqd al-Jawahir (artinya kalung permata) yang disusun untuk meningkatkan
kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW, meskipun kemudian lebih terkenal
dengan nama penulisnya.
Al-Barzanji adalah suatu Doa-doa, Puji-pujian dan penceritaan riwayat
Nabi Muhammad Saw yang biasa dilantukan dengan irama atau Nada. Isi kitab al-
Barzanji bertutur tentang kehidupan Nabi Muhammad Saw yakni silsilah
keturunannya, masa kanak-kanak,remaja,dewasa hingga saat diangkat menjadi
rasul. Di dalamnya juga mengisahkan sifat-sifat mulia yang dimiliki Nabi
Muhammad serta berbagai peristiwa unuk dijadikan teladan Umat Manusia.Kitab
Maulid Al-Barzanji karangan beliau ini termasuk salah satu Kitab Maulid yang
paling populer dan paling luas tersebar ke pelosok Negeri Arab dan Islam, baik
timur maupun barat. Bahkan banyak kalangan arab dan non-arab yang

7
menghafalnya dan mereka membacanya dalam acara-acara keagamaan yang
sesuai. Kandungannya merupakan khulasah (ringkasan) surah Nabawiyyah yang
meliputi kisah kelahiran beliau, pengutusannya sebagai rasul, hijrah, akhlak,
peperangan hingga wafatnya. Diceritakan bahwa kelahiran kekasih Allah ini
ditandai dengan banyak peristiwa ajaib yang terjadi saat itu, sebagai gendering
tentang kenabiannya dan pemberitahuan bahwa nabi Muhammad adalah pilihan
Allah.

8
BAB III

PEMBAHASAN

A. Tanjung Selor Kab .Bulungan Kalimantan Utara Sejarah Provinsi


Kalimantan Utara

Wilayah yang menjadi provinsi kaliamntan utara merupakan bekas


wilayah Kesultanan Bulungan. Kesultanan Bulungan pernah menguasai wilayah
pesisir yang terdiri dari beberapa daerah yaitu Kabupaten Bulungan, Kabupaten
Tana Tidung, Kabupaten Malinau, Kabupaten Nunukan, Kota Tarakan dan
Tawau (Sabah sekarang) yang di dalamnya terdapat bermacam-macam
suku.Kesultanan Bulungan didirikan pada tahun 1731. Raja pertama adalah Wira
Amir yang bergelar Amiril Mukminin (1731–1777), dan Raja yang terakhir atau
ke-13 adalah Datuk Tiras yang bergelar Sultan Maulana Muhammad
Djalalluddin (1931-1958).   

Kesultanan Bulungan sepakat untuk bergabung dengan Indonesia di bawah


kesepakatan Konvensi Malinau yang dihadiri seluruh raja-raja nusantara pada 7
Agustus 1949. Setelah pengakuan kemerdekaan Indon 34 dan wilayah
Kesultanan Bulungan hanya menjadi kabupaten yang sederhana di bawah
Kalimantan Timur. http.//www. Sejarah Kalimantan Utara. Diakses pada hari Ahad
tanggal 04 Aguustus 2019

Seiring berjalanya waktu Kabupaten Bulungan dimekarkan menjadi


beberapa wilayah otonom baru yaitu Kab. Nunukan, Kab. Malinau, KTT
(Kabupaten Tana Tidung) dan Kota Tarakan. Masyarakat Kalimantan Utara
merasa tertinggal jauh baik dari segi pembangunan insfrastruktur, pendidikan,
dan kemasyarakatan dari daerah lain. Dengan semangat untuk memajukan
kualitas hidup masyarakat daerah, mulai timbul wacana pembentukan Provinsi
Kalimantan Utara pada tahun 2000. Dengan perjuangan yang panjang Provinsi
Kalimantan Utara secara resmi terbentuk sejak ditandatanganinya Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2012 tentang Pembentukan Provinsi Kalimantan Utara

9
pada tanggal 16 November 2012 oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono.
Provinsi Kalimantan Utara merupakan Provinsi ke-34 di Indonesia dan
merupakan provinsi termuda dari seluruh Provinsi yang ada di Indonesia.
Provinsi Kalimantan Utara terdiri dari 4 Kabupaten 1 Kota yaitu :

1. Kabupaten Bulungan

2. Kabupaten Malinau

3. Kabupaten Nunukan

4. Kabupaten Tana Tidung

5. Kota Tarakan

Visi Berpadu Dalam Kemajemukan Untuk Mewujudkan Kaltara 2020


Yang Mandiri, Aman Dan Damai Dengan Didukung Pemerintahan Yang Bersih
Dan Berwibawa. 2. Misi Mandiri :

a. Mengurangi kemiskinan dan pengangguran.


b. Meningkatkan daya saing ekonomi rakyat berbasis agroindustri,
pariwisata, dan pertambangan yang berkelanjutan.
c. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang cerdas, terampil,
berakhlak mulia, serta berdaya saing tinggi.
d. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang cerdas, terampil,
berakhlak mulia, serta berdaya saing tinggi.
e. Meningkatkan interkonektivitas antardaerah dan dengan negara tetangga.
Aman dan Damai a. Menjaga kedaulatan negara dan keutuhan NKRI. b.
Membangun daerah perbatasan yang aman.
f. Memberantas berbagai transaksi dan bisnis illegal. Pemerintah Yang
Bersih dan Berwibawa

Bulungan adalah suku yang tersebar mendiami daerah di Kalimantan Utara


dan juga mempunyai tutur bahasa sendiri yaitu bahasa Bulungan. Suku ini

10
memeliki ciri khas budaya melayu dilihat dari pakaian adatnya dan kepercayaan
agama islam yang dianut turun temurun, dilihat dari sistem kesultanan yang dulu
berjaya yang pusatnya di Tanjung Palas dengan semua sultan memeluk agama
islam. Nama Bulungan lalu di jadikan nama daerah administrasi yaitu Kabupaten
Bulungan dengan ibu kota Tanjung Selor (di sebrang Tanjung Palas) yang di
dalamnya terdapat berbagai macam suku lain yang mendiami baik pribumi
maupun pendatang.

B. Pelaksanaan Tradisi Barzanji dan Tahlilan di Tanjung Selor Kab.


Bulungan Kalimantan Utara
1. Pelaksanaan Tahlilan di Tanjung Selor Kab.Bulungan Kalimantan
Utara
Tradisi Tahlilan ini diadakan oleh sebagian besar masyarakat agar orang
yang sudah meninggal diterima amalnya di sisi Allah dan mendapat ampunan
1
atas dosanya yang telah diperbuatnya selama hidup di dunia. Hal ini
berdasarkan firman Allah.

Artinya: Dan orang-orang yang datang sesudah mereka, mereka


berkata, “Ya Rabb kami, ampunilah kami dan saudara-saudara
kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah
Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-
orang yang beriman. Ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha
Penyantun lagi Maha Penyayang” (QS. Al-Hasyr: 10)

Tahlilan memiliki beberapa tujuan yang manfaatnya tidak hanya dirasakan


bagi keluarga yang melaksanakan saja, namun juga dapat dirasakan oleh para
undangan yang menghadirinya. Di antara tujuan Tahlilan bagi para undangan
yang hadir dalam acara ini adalah:

1
Tokoh Agama……..

11
1. Menghibur keluarga almarhum/almarhumah
2. Mengurangi beban keluarga almarhum/almarhumah
3. Mengajak keluarga almarhum/almarhumah agar senantiasa bersabar atas
musibah yang telah dihadapinya.

Adapun tujuan Tahlilan bagi keluarga almarhum/almarhumah adalah:

1. Dapat menyambung dan mempererat tali silaturahmi antara para undangan


dengan keluarga almarhum/almarhumah.
2. Meminta maaf atas kesalahan yang pernah diperbuat oleh
almarhum/almarhumah semasa hidupnya kepada para undangan.
3. Sebagai sarana penyelesaian terhadap hak-hak dan kewajiban-kewajiban
almarhum/almarhumah terhadap orang-orang yang masih hidup.
4. Melakukan amal shaleh dan mengajak beramal shaleh dengan
bersilaturahmi, membaca doa dan ayat-ayat al-Qur’an, berdzikir, dan
bersedekah.
5. Berdoa kepada Allah agar segala dosa-dosa almarhum/almarhumah
diampuni, dihindarkan dari siksa neraka dan diberikan tempat terbaik di
sisi Allah.
6. Untuk mengingat akan kematian bagi para undangan dan keluarga
almarhum serta dapat mempersiapkan diri untuk menghadapinya.

Tahlilan sudah merupakan tradisi yang sudah dilakoni oleh sebagian


masyarakat secara turun-temurun semenjak masuknya Islam di Jawa hingga
sekarang ini untuk memperingati waktu kematian seseorang. Tradisi ini
diselenggarakan secara berurutan, yaitu mulai malam ketujuh, keempat puluh,
keseratus,  pendak pisan (satu tahun), pendak pindho (dua tahun) hingga
keseribu hari dari wafatnya seseorang. Setelah itu, Tahlilan dilaksanakan secara
periodik setiap tahun pada tanggal dan bulan kematiannya yang oleh masyarakat
lebih dikenal dengan istilah kenduri atau slametan dalam rangka kirim doa, atau
juga sering disebut dengan istilah “haul”.

12
Setelah acara selesai, biasanya yang mempunyai hajat (dalam hal ini
adalah tuan rumah atau ahli warisnya) menghidangkan makanan dan minuman
kepada para undangan Tahlilan, bahkan sebelum pulang pun juga
diberi berkat (makanan/jajanan yang dibungkus untuk dibawa pulang) dengan
maksud bersedekah. Seperti yang sudah disebutkan di atas, tujuan diadakannya
Tahlilan ialah mengirim doa dan pahala yang diperuntukkan bagi si mayit melalui
serangkaian bacaan Tahlilan dan diteruskan dengan doa agar amal seseorang yang
diTahlilani (si mayit) diterima dan dosa-dosanya diampuni oleh Allah swt.

Maksud pahala disini bukan hanya berarti balasan dari Allah terhadap
seseorang atas ketaatannya menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-
Nya, namun makna pahala dalam acara Tahlilan ini ialah kenyamanan dan
kenikmatan atas Rahmat dan Maghfirah Allah swt yang dirasakan seseorang baik
diperoleh dari amal salehnya selama hidup di dunia maupun atas pemberian
hadiah dari orang lain melalui mengirimkan pahala kepada seseorang yang dituju.
Sehingga menghadiahkan pahala dimaksudkan untuk menjadikan ganjaran dari
sebuah amal agar dapat dinikmati oleh orang lain yang dituju dan juga dapat
dinikmati oleh orang yang membaca itu sendiri.

2. Pelaksanaan Barzanji di Tanjung Selor Kab.Bulungan Kalimantan


Utara
Pelaksanaan Barazanji di Tanjung Selor dilakukan dengan cara Setelah
semua undangan berkumpul terutama pabbarasanji dan waktu acara telah siap
dimulai, maka tuan rumah membawa keluar kitab Barzanji yang diletakkan di atas
bantal yang dilapisi dengan sajadah. Kitab Barzanji ini diletakkan dihadapan
Imam disusul pula dengan hidangan Barzanji lengkap. Selanjutnya kedua bahan
tersebut diletakkan di atas bantal guling dan diletakkan ditengah para hadirin yang
hadir. Setelah semuanya lengkap lalu dupa (yang berisi hara api ) dinyalakan.
Imam memulai dengan membaca surat al- Fatihah dan dilanjutkan dengan
pembacaan Barzanji bait pertama Imam membaca beberapa bait atau sampai

13
padabait untuk pembacaan shalawat, selanjutnya para hadirin berdiri untuk
membacakan shalawat Nabi Muhammad SAW bersama Imam.2
Saat pembacaan sholawat berlansung dan para hadirin seluruhnya
berdiri,biasanya salah seorang perempuan ahli rumah menaburkan beras ditengah
para hadirin sebanyak tiga gengam dengan 3 (tiga) kali penaburan. Setelah selesai
pembacaan shalawat dan para hadirin duduk kembali, Imam melanjutkan
bacaannya sampai tamat bait yang dibaca sewaktu berdiri tadi. Setelah selesai
Imam membaca bait yang ada sholawat ini, pembacaan kemudian diberikan
kepada undangan yang berada di sebelah kanan Imam. Pembacaan oleh undangan
bisa sampai akhir bait atau akhir bait diselesaikan oleh Imam sampai akhir yang
ditutup dengan pembacaan doa yang dipimpin oleh Imam. Setelah selesai Imam
membacakan do'a penutup, maka kemudian kitab Barzanji diangkat masuk ke
ruangan dalam bersama dengan hidangan Barzanji ) Uang yang ada dalam piring
tadi disedekahkan oleh tuan rumah kepadaImam. Selanjutnya,hidangan tadi
dikeluarkan kembali dan dihidangkan. Setelah seluruhhidangan dihidangkan, tuan
rumah mempersilahkan Imam untukmembacakan do'a selamat. Terakhir tuan
rumah mempersilahkanpara hadirin untuk menyantap hidangan yang telah
disediakan denganucapan bismillaahirrahmaanirrahiim. Setelah para hadirin
selesaimenyantap hidangan maka berakhirlah suatu upacara keagamaanberupa
pembacaan Barzanji.3
Para pembela Barzanji bagi mereka bahwa tujuan membaca shalawat
ituadalah untuk mengagungkan nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Menurutnya, salah satu cara mengagungkan seseorang adalah dengan berdiri,
karena berdiri untuk menghormati sesuatu sebetulnya sudah menjadi tradisi kita.
Bahkan tidak jarang hal itu dilakukan untuk menghormati benda mati. Pembacaan
Berzanji pada umumnya dilakukan di berbagai kesempatan, sebagai sebuah
pengharapan untuk pencapaian sesuatu yang lebih baik. Misalnya pada saat
kelahiran bayi, mencukur rambut bayi (akikah), acara khitanan, pernikahan, dan
2
Hamsah Yusuf, 50 tahun,”Wawancara pda….” Iman Desa, Balangtaroang Kecamatan
Bulukmpa.
3
Hamsah Yusuf, 50 tahun, Iman Desa”Wawancara 21 Juni 2015” , Balangtaroang

14
upacara lainnya. Di masjid-masjid perkampungan, biasanya orang-orang duduk
bersimpuh melingkar. Lalu seseorang membacakan Berzanji, yang pada bagian
tertentu disahuti oleh jemaah lainnya secara bersamaan. Di tengah lingkaran
terdapat nasi tumpeng dan makanan kecil lainnya yang dibuat warga setempat
secara gotong royong. Terdapat adat sebagian masyarakat, dimana pembacaan
Berzanji juga dilakukan bersamaan dengan dipindah-pindahkannya bayi yang
baru dicukur selama satu putaran dalam lingkaran. Sementara baju atau kain
orang-orang yang sudah memegang bayi tersebut, kemudian diberi semprotan atau
tetesan minyak wangi atau olesan bedak.-4
Jika pelaksanaannya pada malam hari, biasanya pada waktu sore hari
mereka sudah mengirim utusan untuk mengundang, ada yang mengundang jam
18.00 WIB. adapun Kegiatan pada pelaksanaan Barzanji diantaranya:
a. Barzanji pada saat naik haji
b. Tradisi Pembacaan Barazanji pada Upacara Aqiqah
c. Tradisi Barzanji pada saat mobil baru ( kendaraan baru)
d. Barzanji pada perkawinan
Namun tidak terbatas pada peringatan itu saja, tradisi Barzanji juga digelar
pada berbagai kesempatan, sebagai sebuah penghargaan untuk pencapaian sesuatu
yang lebih baik. Misalnya pada saat kelahiran bayi, mencukur rambut bayi
(akikah), acara khitanan, pernikahan dan upacara lainnya.

C. Nilai Moral ( Dakwah dan Pendidikan ) dalam Pelaksanaan Barzanji


dan Tahlilan di Tanjung Selor Kab.Bulungan Kalimantan Utara

Manfaat dan hikmah Tahlilan bagi umat Islam khususnya masyarakat


yang berada di Tanjung Selor adalah: 

1.   Melatih dan membiasakan kita untuk membaca kalimah ţayyibah,


seperti: lailaha Illallah, Subhanallah, astaghfirullah dll. Bahkan jika
sampai akhir hayat, (meninggal dunia)  kita bisa membaca kalimah
4
Abd Kadir Abdullah, 53 Tahun , Iman Desa Balangtaroang “ wawancara”,

15
Tahlilan, maka akan dijamin oleh Allah masuk surga. Sebagaimana
sabda Nabi: Man qala lailaha illa Allah fi akhiri kalamihi dakhala al-
jannah. Kita sangat khawatir, jika pada hari akhir hayat kita tidak mampu
mengucapkan kalimah ţayyibah, baik dalam hati maupun lisan, maka
celakalah kita.

2. Memelihara dan menjalin hubungan silaturrahim.

Menyambung hubungan kekerabatan dan persaudaraan antarumat


Islam (ukhuwwah Islamiyyah). Silatuirrahim ini perlu, sebab sebagaimana
Nabi kita menegaskan: Barang siapa beriman kepada Allah, hendaknya
orang itu menjalin hubungan silaturrahim. Bahkan dikatakan oleh Nabi:
Barang siapa yang menjalin hubungan baik (silaturrahim), maka Allah akan
memanjangkan umurnya, dan melapangkan rizkinya. (Man ahabba an
yubsaţa lahu fi rizkihi wa an yunsaa lahu fi atharihi fa al-yaşil rahimahu).
Satu contoh kecil, orang yang sakit berkepanjangan dan tidak sembuh-
sembuh, kemudian berkat silaturrahim ia menemukan obatnya, melalui saran
dan petunjuk dari saudara atau temannnya tadi. Dalam tradisi Tahlilan kita
berjama’ah mengundang tetangga kerabat dan teman sejawat. Inilah berkat
berjama’ah dan silaturrahim.

3. Berbakti kepada orang tua, kerabat kita dan berbuat baik kepada sesama
saudara.

Dalam  Tahlilan kita mendoakan kepada orang tua kita, keluarga kita dan
saudara-saudara kita, baik yang sudah meninggal maupun yang belum.
Seperti doa-doa yang sering kita baca selama ini. Sebagai anak kita wajib
berbakti kepada orang tua, dan berbakti itu tidak saja sewaktu masih hidup
tetapi juga ketika sudah meninggal. Tahlilan atau Tahlilan (jangan salah
paham, keduanya bahasa Arab berbentuk masdar) merupakan salah satu
bukti bakti kita kepada orang tua sepanjang masa. Itulah maka, ditegaskan
oleh Rasulullah Saw., bahwa semua manusia yang sudah mati akan terputus

16
semua amalnya kecuali tiga hal: sadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan
anak salih yang mendoakannya (doa anaknya). Bagaimana dengan doa
saudara, handaitolan , kerabat, tetangga dan orang lain? Apakah doanya
kesampaian? Memang di luar anak salih ini ada ikhtilaf. Tetapi lepas dari
soal nyampai atau tidaknya doa itu, Tahlilan atau kirim doa ini besar
manfaatnya. Jika toh tidak nyampai, maka akan kembali kepada diri orang
itu sendiri (diterima doa itu tetapi tidak untuk si mayit, misalnya).
Kemudian, Tahlilan ini juga bagian dari pembiasaan diri untuk
mengucapkan kalimah tayyibah, doa, zikir, salawat dan qira’at al-Qur’an.

4. Bersedekah.

Di samping berTahlilan kita juga menjamu hidangan (sesuai


kemampuan) kepada para jama’ah. Seperti kita tahu, bahwa sedekah
(şadaqah) itu dapat menolak balak atau bencana dan dicintai orang lain. Dan
harta yang kita sedekahkan kepada orang lain dan ke jalan Allah itu tidak
akan habis, namun justru menjadi investasi di akhirat kelak.

5. Beribadah  dan mencari ridha Allah SWT.

Tahlilan atau Tahlilan ini niat kita untuk beribadah, mencari ilmu dan
mencari rida Allah SWT. Bukan karena orang lain atau siapa-siapa,
melainkan hanya semata karena Allah SWT.

BAB IV

17
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat kita simpulkan bahwa tradiri


Tahlilan dan baca Barzanji sudah menjadi bagian dari adat kebiasaan masyarakat
Tanjung Selor dalam setiap acara kematian dan hajatnya, baik dalam upacara ritual
keagamaan maupun ritual budaya. Masyarkat menilai tradisi ini merupakan tradisi
yang baik untuk di pertahankan eksistensinya sebab dalam pelaksanaanya
memberikan manfaat bagi kehidupan mereka. Selain itu, pelaksanaan tradisi ini
dijadikan sebagai aktivitas rutin setiap malam Jum’at, dan pada momen-momen
khusus, misalnya kirim doa untuk keluarga yang sudah wafat, dilakukan secara
berjama’ah dalam suatu majlis syukur, membumikan shalawat, dan sebagai salah
satu wadah dalam mesyiarkan Islam, karena pada kesempatan ini banyak
masyarakat berkumpul, sehingga ketika membaca Tahlilan dan Barzanji
masyarakat dapat kembali mengenal, mengenang dan menambah kecintaan
kepada Nabi Muhammad saw. yang merupakan sosok panutan dalam kehidupan
masyarakat. serta bertawassul kepada Allah swt. dengan wasilah Nabi Muhammad
saw. untuk memperoleh keberkahan atas apa yang dikerjakan.

B. Saran

Maka dari itu kita harus memahami faham tentang adat dan budaya
kita. Kita juga harus memahami seberapa penting adat, budaya  bagi
kehidupan masyarakat, guna tercapai hidup yang lebih baik, sebagaimana
orang-orang sebelum kita kita menjaga adat budaya, maka dari itu marilah
sama-sana kita menjaganya. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat untuk
kita, agar kita lebih memahami dan mengerti tentang tradisi dan
kebudayaan Tahlilan dan Barazanji yang terdapaa di Tanjung Selor
Kabaten Bulungan Kalimantan Utara.

18
DAFTAR PUSTAKA

Kuntowijoyo. 2006. Budaya dan Masyarakat. Yogyakarta : Tiara Wacana.

Liliweri, Alo. 2014. Pengantar Studi Kebudayaan. Bandung: Nusa Media.

Suro, Aryono. 1989. Kamus Antropologi. Jakarta: Persindo.

Sucipto. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesa . Jakarta. Persindo.

Tokoh Agama… Wawancara pada….

Tokoh Adat….. Wawancara pada….

Tokoh Agama…… Wawancara pada….

http.//www. Sejarah Kalimantan Utara. Diakses pad hari Ahad tanggal 04 Aguustus 2019

19

Anda mungkin juga menyukai