Anda di halaman 1dari 21

TSI-365 PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

KELAS D
DOSEN : YOSSYAFRA, PHD

TUGAS 1
IDENTIFIKASI LALU LINTAS JALAN Drs. MOH. HATTA

NAMA : MUHAMMAD IHSANUL KHARIMAH

NO. BP : 1810922019

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ANDALAS

2020/2021
Daftar Isi
BAB I....................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.................................................................................................................................3
I.1 Latar Belakang.......................................................................................................................3
I.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................4
I.3 Tujuan Penulisan...................................................................................................................4
I.4 Manfaat Penulisan.................................................................................................................4
BAB II...................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN...................................................................................................................................5
II.1 Klasifikasi Jalan.....................................................................................................................5
II.2 Geometrik Jalan...................................................................................................................11
II.3 Permasalahan Lalu Lintas....................................................................................................11
DOKUMENTASI................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................19

i
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Menurut Andrew menyatakan bahwa Manajemen pada umum nya dikaitkan


dengan kegiatan kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pengendalaian, penempatan,
pengarahan, pemotivasian, komunikasi, dan pengambilan keputusan yang dilakukan
oleh setiap organisasi dengan tujuan untuk mengkoordinasikan berbagai sumber daya
yang dimiliki oleh perusahaan sehingga akan dihasilkan suatu produk atau jasa secara
efisien.

Sedangkan lalulintas di dalam Undang-undang No 22 tahun 2009 didefinisikan


sebagai gerak Kendaraan dan orang di Ruang Lalu Lintas Jalan, sedang yang dimaksud
dengan Ruang Lalu Lintas Jalan adalah prasarana yang diperuntukkan bagi gerak
pindah Kendaraan, orang, dan/atau barang yang berupa Jalan dan fasilitas pendukung.

Sehingga dapat diartikan bahwa Manajemen lalu lintas adalah bagian dari
rekayasa transportasi (transport engineering) di mana teknik-teknik lalu lintas ataupun
metoda pengaturan lainnya yang relevan digunakan untuk mengelola sistem prasarana
transportasi dan prasarana lalu lintas lainnya (termasuk terminal dan stasiun antar
moda) sedemikian sehingga pemanfaatannya dapat dilakukan secara efektif, dengan
memperhatikan aspek-aspek : keamanan, kenyamanan, ekonomi dan lingkungan. -
Hills, 1978.

Kota Padang adalah kota terbesar di pantai barat Pulau Sumatra dan ibu kota


provinsi Sumatra Barat, Indonesia. Kota ini merupakan pintu gerbang barat Indonesia
dari Samudra Hindia. Wilayah administratifnya memiliki luas 694,96 km² dengan
kondisi geografi berbatasan laut dan dikelilingi perbukitan yang mencapai ketinggian
1.853 mdpl. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2017, kota ini memiliki
jumlah penduduk sebanyak 927.168 jiwa. Padang merupakan kota inti dari
pengembangan wilayah metropolitan Palapa.

1
Menurut Badan Pusat Statistik Kkta Padang, jumlah kendaraan yang beroperasi
di kota Padang adalah 395.632 kendaraan. Hal ini tentu saja tidak sesuai dengan kondisi
di lapangan karena kota Padang memiliki berbagai universitas serta perguruan tinggi.
Tidak sedikit mahasiswa ataupun mahasiswi dari perguruan tinggi tersebut berasal dari
luar kota Padang bahkan ada yang berasal dari luar provinsi Sumatera Barat. Hal ini
mengakibatkan banyak kendaraan pendatang yang tidak tercatat oleh Lembaga
pemerintahan. Salah satu contohnya terdapat di salah satu universitas terbesar di
Sumatera Barat yaitu Universitas Andalas.

Jalan Drs. Moh. Hatta merupakan salah satu jalan yang terdapat di kota Padang.
Jalan terbentang lebih kurang sepanjang 7 km yang menghubungkan Universitas
Andalas menuju Anduring. Tentunya banyak mahasiswa serta masyarakat setempat
memanjaatkan jalan ini untuk berbagai keperluan sehari hari.

I.2 Rumusan Masalah

A. Apakah fungsi, status dan kelas jalan Drs. Moh. Hatta?


B. Bagaimanakah geometrik dan kondisi dari jalan Drs. Moh. Hatta?
C. Apakah permasalahan lalulintas yang sering terjadi pada jalan Drs. Moh. Hatta?

I.3 Tujuan Penulisan

A. Untuk mengetahui fungsi, status dan kelas jalan Drs. Moh. Hatta.
B. Untuk mengetahui geometrik dan kondisi jalan Drs. Moh. Hatta.
C. Untuk mengetahui permasalahan lalulintas yang timbul di jalan Drs. Moh. Hatta.

I.4 Manfaat Penulisan

Laporan ini ditulis agar penulis dapat mengetahui jenis serta kondisi lalu lintas
pada jalan Drs. Moh. Hatta. Serta diharapkan dari laporan ini dapat menjadi acuan
sebagai untuk mengangani kondisi lalu lintas jalan Drs. Moh. Hatta nantinya.

2
BAB II

PEMBAHASAN

II.1 Klasifikasi Jalan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 disebutkan


bahwa jalan adalah suatu prasarana transportasi yang meliputi segala bagian jalan
termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu
lintas, yang berada di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau
air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori dan jalan kabel.
Jalan mempunyai peranan penting terutama yang menyangkut perwujudan
perkembangan antar wilayah yang seimbang, pemerataan hasil pembangunan serta
pemantapan pertahanan dan keamanan nasional dalam rangka mewujudkan
pembangunan nasional.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan


dijelaskan bahwa penyelenggaraan jalan yang konsepsional dan menyeluruh perlu
melihat jalan sebagai suatu kesatuan sistem jaringan jalan yang mengikat dan
menghubungkan pusat-pusat kegiatan. Dalam hubungan ini dikenal sistem jaringan
jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder. Pada setiap sistem jaringan jalan
diadakan pengelompokan jalan menurut fungsi, status, dan kelas jalan.
Pengelompokan jalan berdasarkan status memberikan kewenangan kepada
Pemerintah untuk menyelenggarakan jalan yang mempunyai layanan nasional dan
pemerintah daerah untuk menyelenggarakan jalan di wilayahnya sesuai dengan
prinsip-prinsip otonomi daerah.

1. Klasifikasi Jalan Berdasarkan Fungsinya


1) Sistem Jaringan Jalan

Sistem jaringan jalan disusun dengan mengacu pada rencana tata


ruang wilayah dan dengan memperhatikan keterhubungan antarkawasan
dan/atau dalam kawasan perkotaan, dan kawasan perdesaan. Berdasarkan
sistem jaringan jalan, maka dikenal 2 istilah, yaitu:

2
a. Sistem jaringan jalan primer

Jaringan jalan primer disusun berdasarkan rencana tata ruang dan


pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua
wilayah di tingkat nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa
distribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan sebagai berikut:

 Menghubungkan secara menerus pusat kegiatan nasional, pusat


kegiatan wilayah, pusat kegiatan lokal sampai ke pusat kegiatan
lingkungan.
 Menghubungkan antarpusat kegiatan nasional.

Sistem jaringan jalan primer merupakan sistem jaringan jalan


yang menghubungkan antarkawasan perkotaan, yang diatur secara
berjenjang sesuai dengan peran perkotaan yang dihubungkannya. Untuk
melayani lalu lintas menerus maka ruas-ruas jalan dalam sistem jaringan
jalan primer tidak terputus walaupun memasuki kawasan perkotaan.

b. Sistem jaringan jalan sekunder

Jaringan jalan sekunder disusun berdasarkan rencana tata ruang


wilayah kabupaten/kota dan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk
masyarakat di dalam kawasan perkotaan yang menghubungkan secara
menerus kawasan yang mempunyai fungsi primer, fungsi sekunder
kesatu, fungsi sekunder kedua, fungsi sekunder ketiga, dan seterusnya
sampai ke persil. Sistem jaringan jalan sekunder merupakan sistem
jaringan jalan yang menghubungkan antarkawasan di dalam perkotaan
yang diatur secara berjenjang sesuai dengan fungsi kawasan yang
dihubungkannya.

2
2) Fungsi Jalan
a. Jalan Arteri
 Primer: Jalan yang menghubungkan secara berdaya guna
antarpusat kegiatan nasional atau antara pusat kegiatan
nasional dengan pusat kegiatan wilayah. Didesain
berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 60 km per
jam, lebar badan jalan minimal 11 meter, lalu lintas jarak
jauh tidak boleh terganggu lalu lintas ulang alik, lalu lintas
lokal dan kegiatan lokal, jumlah jalan masuk ke jalan arteri
primer dibatasi, serta tidak boleh terputus di kawasan
perkotaan.
 Sekunder: Jalan yang menghubungkan kawasan primer
dengan kawasan sekunder kesatu, kawasan sekunder kesatu
dengan kawasan sekuder kesatu, atau kawasan kawasan
sekuder kesatu dengan kawasan sekunder kedua. Didesain
berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 30 km per
jam dengan lebar badan jalan minimal 11 meter, dan lalu
lintas cepat tidak boleh terganggu oleh lalu lintas lambat.
b. Jalan Kolektor
 Primer: Jalan yang menghubungkan secara berdaya guna
antara pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan lokal,
antarpusat kegiatan wilayah, atau antara pusat kegiatan
wilayah dengan pusat kegiatan lokal. Didesain berdasarkan
berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 40 km per
jam dengan lebar badan jalan minimal 9 meter, dan jumlah
jalan masuk dibatasi.
 Sekunder: Jalan yang menghubungkan kawasan sekunder
kedua dengan kawasan sekunder kedua atau kawasan
sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga. Didesain
berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20 km per
jam dengan lebar badan jalan minimal 9 meter, dan lalu
lintas cepat tidak boleh terganggu oleh lalu lintas lambat

5
c. Jalan Lokal
 Primer: Jalan yang menghubungkan secara berdaya guna
pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan lingkungan,
pusat kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lingkungan,
antarpusat kegiatan lokal, atau pusat kegiatan lokal dengan
pusat kegiatan lingkungan, serta antarpusat kegiatan
lingkungan. Didesain berdasarkan kecepatan rencana paling
rendah 20 km per jam dengan lebar badan jalan minimal 7,5
meter, dan tidak boleh terputus di kawasan perdesaan.
 Sekunder: Jalan yang menghubungkan kawasan sekunder
kesatu dengan perumahan, kawasan sekunder kedua dengan
perumahan, kawasan sekunder ketiga dan seterusnya sampai
ke perumahan. Didesain berdasarkan kecepatan rencana
paling rendah 10 km per jam dengan lebar badan jalan
minimal 7,5 meter.
d. Jalan Lingkungan
 Primer: Jalan yang menghubungkan antarpusat kegiatan di
dalam kawasan perdesaan dan jalan di dalam lingkungan
kawasan perdesaan. Didesain berdasarkan kecepatan
rencana paling rendah 15 km per jam dengan lebar badan
jalan minimal 6,5 meter untuk jalan yang diperuntukkan
bagi kendaraan bermotor roda 3 atau lebih. Sedangkan jalan
yang tidak diperuntukkan bagi kendaraan bermotor roda 3
atau lebih harus mempunyai lebar badan jalan minimal 3,5
meter.
 Sekunder: Jalan yang menghubungkan antarpersil dalam
kawasan perkotaan. Didesain berdasarkan kecepatan
rencana paling rendah 10 km per jam dengan lebar badan
jalan minimal 6,5 meter untuk jalan yang diperuntukkan
bagi kendaraanbermotor roda 3 atau lebih. Sedangkan jalan
yang tidak diperuntukkan bagi kendaraan bermotor roda 3

6
atau lebih harus mempunyai lebar badan jalan minimal 3,5
meter.

6
2. Klasifikasi Jalan Berdasarkan Statusnya

Jalan umum menurut statusnya dikelompokkan ke dalam


jalan nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten, jalan kota, dan jalan
desa.

1) Jalan nasional, merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam


sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan antaribukota
provinsi, dan jalan strategis nasional, serta jalan tol.

2) Jalan provinsi, merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan


jalan primer yang menghubungkan ibukota provinsi dengan
ibukota kabupaten/kota, atau antaribukota kabupaten/kota, dan
jalan strategis provinsi.

3) Jalan kabupaten, merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan


jalan primer yang tidak termasuk jalan yang menghubungkan
ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan, antaribukota
kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat kegiatan lokal,
antarpusat kegiatan lokal, serta jalan umum dalam sistem jaringan
jalan sekunder dalam wilayah kabupaten, dan jalan strategis
kabupaten.

4) Jalan kota, adalah jalan umum dalam sistem jaringan jalan


sekunder yang menghubungkan antarpusat pelayanan dalam kota,
menghubungkan pusat pelayanan dengan persil, menghubungkan
antarpersil, serta menghubungkan antarpusat permukiman yang
berada di dalam kota.

5) Jalan desa, merupakan jalan umum yang menghubungkan


kawasan dan/atau antarpermukiman di dalam desa, serta jalan
lingkungan.

3. Klasifikasi Jalan Berdasarkan Kelasnya

Pengelompokkan jalan menurut muatan sumbu yang disebut


juga kelas jalan, terdiri dari:

7
1) Jalan Kelas I, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan
bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi
2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter,
dan muatan sumbu terberat yang diizinkan lebih besar dari 10 ton,
yang saat ini masih belum digunakan di Indonesia, namun sudah
mulai dikembangkan diberbagai negara maju seperti di Perancis
telah mencapai muatan sumbu terberat sebesar 13 ton;

2) Jalan Kelas II, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan
bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi
2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter,
dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 10 ton, jalan kelas ini
merupakan jalan yang sesuai untuk angkutan peti kemas;

3) Jalan Kelas III A, yaitu jalan arteri atau kolektor yang dapat
dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar
tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi
18.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 8
ton;

4) Jalan Kelas III B, yaitu jalan kolektor yang dapat dilalui


kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak
melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 12.000
milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton;

5) Jalan Kelas III C, yaitu jalan lokal dan jalan lingkungan yang
dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran
lebar tidak melebihi 2.100 milimeter, ukuran panjang tidak
melebihi 9.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang
diizinkan 8 ton.

Berdasarkan klasifikasi tersebut dapat disimpulkan bahwa jalan


Drs. Moh. Hatta fungsi jalannya berupa jalan kolektor sekunder, status
jalannya berupa jalan kota dan kelas jalnnya merupakan jalan kelas III
B.

8
II.2 Geometrik Jalan

Data Geometrik Jalan :

1. Klasifikasi medan : datar


2. Tipe jalan : 2 lajur 2 arah terbagi
3. Panjang ruas jalan : 850 m
4. Lebar ruas jalan :9m
5. Kecepatan rencana : 40-70 km/jam
6. Jenis perkerasan : aspal
7. Kondisi : baik

II.3 Permasalahan Lalu Lintas

Kondisi jalan Drs. Moh. Hatta cukup baik dengan lebar ruas
jalan 9, jalan terbagi dengan 2 lajur dan 2 arah, jenisperkerasan yang
dipakai merupakan perkerasan aspal serta medan yang relatif datar
dapat membuat nyaman selama berkendara melintasi jalan Drs. Moh.
Hatta, namun terdapat beberapa kekurangan pada jalan ini, yaitu tidak
diterapkannya beberapa standar yang berlaku di Indoesia. Mulai dari
tidak adanya bahu jalan, daerah pengawasan jalan, daerah manfaat
jalan, serta terdapat beberapa drainase yang tersumbat dapat membuat
air merembes ke badan jalan.

Sering terjadi kemacetan terutama pada jam pergi kerja serta


jam pulang kerja lebih detailnya pada jam 07.00 – 08.00 dan 16.30 –
18.00 sering terjadi kemacetan panjang terutama di simpang Pasar
Baru. Hal ini disebabkan karena volume lalu lintas yang padat serta
tidak terdapat lampu lalu lintas yang mengatur persimpangan tersebut.
Serta seringkali orang orang parkir di sembarangan tempat dan tidak
jarang memarkirkan kendaraannya di badan jalan.

9
DOKUMENTASI

Sta. 0+000

Sta. 0+050

9
Sta. 0+100

Sta. 0+150

11
Sta. 0+200

9
Sta. 0+250

Sta. 0+300

Sta. 0+350

12
Sta. 0+400

Sta. 0+450

Sta. 0+500

13
Sta. 0+550

Sta. 0+600

Sta. 0+650

14
Sta. 0+700

Sta. 0+750

Sta. 0+800

15
Sta. 0+850

16
DAFTAR PUSTAKA

https://seputarilmu.com/2020/06/pengertian-manajemen-menurut-para-
ahli.html#:~:text=Menurut%20Drs.%20H.%20Malayu%20S.P.,untuk
%20mencapai%20suatu%20tujuan%20tertentu.

https://id.wikipedia.org/wiki/Lalu_lintas#:~:text=Lalu%20lintas%20di%20dalam
%20Undang,berupa%20Jalan%20dan%20fasilitas%20pendukung.

https://tekniksipildopp.blogspot.com/2018/12/manajemen-lalu-lintas.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Padang

https://dpu.kulonprogokab.go.id/detil/47/klasifikasi-jalan-berdasarkan-fungsi

https://lamongankab.go.id/2014/05/13/jenis-klasifikasi-jalan.html/amp

Anda mungkin juga menyukai