MLLP-1.1810922019.Muhammad Ihsanul Kharimah
MLLP-1.1810922019.Muhammad Ihsanul Kharimah
KELAS D
DOSEN : YOSSYAFRA, PHD
TUGAS 1
IDENTIFIKASI LALU LINTAS JALAN Drs. MOH. HATTA
NO. BP : 1810922019
2020/2021
Daftar Isi
BAB I....................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.................................................................................................................................3
I.1 Latar Belakang.......................................................................................................................3
I.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................4
I.3 Tujuan Penulisan...................................................................................................................4
I.4 Manfaat Penulisan.................................................................................................................4
BAB II...................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN...................................................................................................................................5
II.1 Klasifikasi Jalan.....................................................................................................................5
II.2 Geometrik Jalan...................................................................................................................11
II.3 Permasalahan Lalu Lintas....................................................................................................11
DOKUMENTASI................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................19
i
BAB I
PENDAHULUAN
Sehingga dapat diartikan bahwa Manajemen lalu lintas adalah bagian dari
rekayasa transportasi (transport engineering) di mana teknik-teknik lalu lintas ataupun
metoda pengaturan lainnya yang relevan digunakan untuk mengelola sistem prasarana
transportasi dan prasarana lalu lintas lainnya (termasuk terminal dan stasiun antar
moda) sedemikian sehingga pemanfaatannya dapat dilakukan secara efektif, dengan
memperhatikan aspek-aspek : keamanan, kenyamanan, ekonomi dan lingkungan. -
Hills, 1978.
1
Menurut Badan Pusat Statistik Kkta Padang, jumlah kendaraan yang beroperasi
di kota Padang adalah 395.632 kendaraan. Hal ini tentu saja tidak sesuai dengan kondisi
di lapangan karena kota Padang memiliki berbagai universitas serta perguruan tinggi.
Tidak sedikit mahasiswa ataupun mahasiswi dari perguruan tinggi tersebut berasal dari
luar kota Padang bahkan ada yang berasal dari luar provinsi Sumatera Barat. Hal ini
mengakibatkan banyak kendaraan pendatang yang tidak tercatat oleh Lembaga
pemerintahan. Salah satu contohnya terdapat di salah satu universitas terbesar di
Sumatera Barat yaitu Universitas Andalas.
Jalan Drs. Moh. Hatta merupakan salah satu jalan yang terdapat di kota Padang.
Jalan terbentang lebih kurang sepanjang 7 km yang menghubungkan Universitas
Andalas menuju Anduring. Tentunya banyak mahasiswa serta masyarakat setempat
memanjaatkan jalan ini untuk berbagai keperluan sehari hari.
A. Untuk mengetahui fungsi, status dan kelas jalan Drs. Moh. Hatta.
B. Untuk mengetahui geometrik dan kondisi jalan Drs. Moh. Hatta.
C. Untuk mengetahui permasalahan lalulintas yang timbul di jalan Drs. Moh. Hatta.
Laporan ini ditulis agar penulis dapat mengetahui jenis serta kondisi lalu lintas
pada jalan Drs. Moh. Hatta. Serta diharapkan dari laporan ini dapat menjadi acuan
sebagai untuk mengangani kondisi lalu lintas jalan Drs. Moh. Hatta nantinya.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2
a. Sistem jaringan jalan primer
2
2) Fungsi Jalan
a. Jalan Arteri
Primer: Jalan yang menghubungkan secara berdaya guna
antarpusat kegiatan nasional atau antara pusat kegiatan
nasional dengan pusat kegiatan wilayah. Didesain
berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 60 km per
jam, lebar badan jalan minimal 11 meter, lalu lintas jarak
jauh tidak boleh terganggu lalu lintas ulang alik, lalu lintas
lokal dan kegiatan lokal, jumlah jalan masuk ke jalan arteri
primer dibatasi, serta tidak boleh terputus di kawasan
perkotaan.
Sekunder: Jalan yang menghubungkan kawasan primer
dengan kawasan sekunder kesatu, kawasan sekunder kesatu
dengan kawasan sekuder kesatu, atau kawasan kawasan
sekuder kesatu dengan kawasan sekunder kedua. Didesain
berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 30 km per
jam dengan lebar badan jalan minimal 11 meter, dan lalu
lintas cepat tidak boleh terganggu oleh lalu lintas lambat.
b. Jalan Kolektor
Primer: Jalan yang menghubungkan secara berdaya guna
antara pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan lokal,
antarpusat kegiatan wilayah, atau antara pusat kegiatan
wilayah dengan pusat kegiatan lokal. Didesain berdasarkan
berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 40 km per
jam dengan lebar badan jalan minimal 9 meter, dan jumlah
jalan masuk dibatasi.
Sekunder: Jalan yang menghubungkan kawasan sekunder
kedua dengan kawasan sekunder kedua atau kawasan
sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga. Didesain
berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20 km per
jam dengan lebar badan jalan minimal 9 meter, dan lalu
lintas cepat tidak boleh terganggu oleh lalu lintas lambat
5
c. Jalan Lokal
Primer: Jalan yang menghubungkan secara berdaya guna
pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan lingkungan,
pusat kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lingkungan,
antarpusat kegiatan lokal, atau pusat kegiatan lokal dengan
pusat kegiatan lingkungan, serta antarpusat kegiatan
lingkungan. Didesain berdasarkan kecepatan rencana paling
rendah 20 km per jam dengan lebar badan jalan minimal 7,5
meter, dan tidak boleh terputus di kawasan perdesaan.
Sekunder: Jalan yang menghubungkan kawasan sekunder
kesatu dengan perumahan, kawasan sekunder kedua dengan
perumahan, kawasan sekunder ketiga dan seterusnya sampai
ke perumahan. Didesain berdasarkan kecepatan rencana
paling rendah 10 km per jam dengan lebar badan jalan
minimal 7,5 meter.
d. Jalan Lingkungan
Primer: Jalan yang menghubungkan antarpusat kegiatan di
dalam kawasan perdesaan dan jalan di dalam lingkungan
kawasan perdesaan. Didesain berdasarkan kecepatan
rencana paling rendah 15 km per jam dengan lebar badan
jalan minimal 6,5 meter untuk jalan yang diperuntukkan
bagi kendaraan bermotor roda 3 atau lebih. Sedangkan jalan
yang tidak diperuntukkan bagi kendaraan bermotor roda 3
atau lebih harus mempunyai lebar badan jalan minimal 3,5
meter.
Sekunder: Jalan yang menghubungkan antarpersil dalam
kawasan perkotaan. Didesain berdasarkan kecepatan
rencana paling rendah 10 km per jam dengan lebar badan
jalan minimal 6,5 meter untuk jalan yang diperuntukkan
bagi kendaraanbermotor roda 3 atau lebih. Sedangkan jalan
yang tidak diperuntukkan bagi kendaraan bermotor roda 3
6
atau lebih harus mempunyai lebar badan jalan minimal 3,5
meter.
6
2. Klasifikasi Jalan Berdasarkan Statusnya
7
1) Jalan Kelas I, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan
bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi
2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter,
dan muatan sumbu terberat yang diizinkan lebih besar dari 10 ton,
yang saat ini masih belum digunakan di Indonesia, namun sudah
mulai dikembangkan diberbagai negara maju seperti di Perancis
telah mencapai muatan sumbu terberat sebesar 13 ton;
2) Jalan Kelas II, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan
bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi
2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter,
dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 10 ton, jalan kelas ini
merupakan jalan yang sesuai untuk angkutan peti kemas;
3) Jalan Kelas III A, yaitu jalan arteri atau kolektor yang dapat
dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar
tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi
18.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 8
ton;
5) Jalan Kelas III C, yaitu jalan lokal dan jalan lingkungan yang
dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran
lebar tidak melebihi 2.100 milimeter, ukuran panjang tidak
melebihi 9.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang
diizinkan 8 ton.
8
II.2 Geometrik Jalan
Kondisi jalan Drs. Moh. Hatta cukup baik dengan lebar ruas
jalan 9, jalan terbagi dengan 2 lajur dan 2 arah, jenisperkerasan yang
dipakai merupakan perkerasan aspal serta medan yang relatif datar
dapat membuat nyaman selama berkendara melintasi jalan Drs. Moh.
Hatta, namun terdapat beberapa kekurangan pada jalan ini, yaitu tidak
diterapkannya beberapa standar yang berlaku di Indoesia. Mulai dari
tidak adanya bahu jalan, daerah pengawasan jalan, daerah manfaat
jalan, serta terdapat beberapa drainase yang tersumbat dapat membuat
air merembes ke badan jalan.
9
DOKUMENTASI
Sta. 0+000
Sta. 0+050
9
Sta. 0+100
Sta. 0+150
11
Sta. 0+200
9
Sta. 0+250
Sta. 0+300
Sta. 0+350
12
Sta. 0+400
Sta. 0+450
Sta. 0+500
13
Sta. 0+550
Sta. 0+600
Sta. 0+650
14
Sta. 0+700
Sta. 0+750
Sta. 0+800
15
Sta. 0+850
16
DAFTAR PUSTAKA
https://seputarilmu.com/2020/06/pengertian-manajemen-menurut-para-
ahli.html#:~:text=Menurut%20Drs.%20H.%20Malayu%20S.P.,untuk
%20mencapai%20suatu%20tujuan%20tertentu.
https://id.wikipedia.org/wiki/Lalu_lintas#:~:text=Lalu%20lintas%20di%20dalam
%20Undang,berupa%20Jalan%20dan%20fasilitas%20pendukung.
https://tekniksipildopp.blogspot.com/2018/12/manajemen-lalu-lintas.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Padang
https://dpu.kulonprogokab.go.id/detil/47/klasifikasi-jalan-berdasarkan-fungsi
https://lamongankab.go.id/2014/05/13/jenis-klasifikasi-jalan.html/amp