PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Abortus atas indikasi medik diatur dalam Undang-Undang Republik
Indonesia, No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
Pasal 75
Pasal 76
Aborsi sebagaimana dimaksud dalam pasal 75 hanya dapat dilakukan:
3
Pasal 77
Pemerintah wajib melindungi dan mencegah perempuan dari aborsi
sebagaimana dimaksud dalam psl 75 ayat (2) dan ayat (3) yg tdk bermutu, tdk aman,
dan tdk bertanggung jawab serta bertentangan dengan norma agama dan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 346
Seorang wanita yang sengaja menggugurkan, menghabisi nyawa
kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara
paling lama empat tahun.
4
Pasal 347
Ayat 1
Barang siapa dengan sengaja menggugurkan kandungan atau mematikan
kandungan seorang wanita tanpa persetujuan, diancam dengan pi penjara paling lama
dua belas tahun. 2) Jika perbuatan itu menyebabkan matinya orang tersebut,
dikenakan pidana penjara paling lama lima belas tahun
Pasal 348
Ayat 1
Siapa yang dengan sengaja menggugurkan atau menghabisi nyawa
kandungan seorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara
paling lama lima tahun enam bulan. 2) Jika perbuatan tersebut mengakibatkan
matinya wanita teersebut, dikenakan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
Pasal 349
Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan
berdasarkan pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan kejahatan
yang diterangkan dalam Pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam
Pasal itu ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut haki untuk menjalankan
pencarian dalam mana kejahatan dilakukan.
Pasal 535
Barang siapa secara terang-terangan mempertunjukkan suatru sarana untuk
menggugurkan kandungan, maupun secara terang-terangan atau diminta menawarkan,
ataupun secara terang-terangan atau dengan menyiarkan tulisan tanpa diminta,
menunjuk sebagai bisa didapat, sarana atau perantara yang demikian itu, diancam
dengan kurungan paling lama tiga bulan atau denda paling banyak empat ribu lima
ratus rupiah.
5
a. Undang-Undang RI No. 1 Tahun 1946 tentang Kitab Undang-undang
Hukum Pidana (KUHP) – dengan alasan apapun, aborsi adalah tindakan
melanggar hukum. Sampai saat ini masih diterapkan.
b. Undang-Undang RI No. 7 Tahun 1984tentang Pengesahan Konvensi
Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan.
c. Undang-undang RI No. 23 Tahun 1992tentang kesehatan – dalam kondisi
tertentu, bisa dilakukan tindakan medis tertentu (aborsi). Sampai dengan saat ini
masih diterapkan.
Keuntungan:
Undang-undang (KUHP) dibuat pada jaman Belanda untuk menyelamatkan
ibu dari kematian akibat tindak aborsi tak aman oleh tenaga tak terlatih (dukun).
Kerugian:
Aborsi masih dianggap sebagai tindakan kriminal, padahal aborsi bisa
dilakukan secara aman (safe abortion).
UU Kesehatan dibuat untuk memperbaiki KUHP, tapi memuat definisi aborsi
yang salah sehingga pemberi pelayanan (dokter) merupakan satu-satunya yang
dihukum. Pada KUHP, baik pemberi pelayanan (dokter), pencari pelayanan (ibu),
dan yang membantu mendapatkan pelayanan, dinyatakan bersalah.
Akibat aborsi dilarang, angka kematian dan kesakitan ibu di Indonesia
menjadi tinggi karena ibu mencari pelayanan pada tenaga tak terlatih
6
2. Dasar Hukum Pelaksanaan Bayi Tabung di Indonesia
Undang-Undang RI No 36/2009
Pasal 127
Ayat (1) Upaya kehamilan diluar cara alamiah hanya dpt dilakukan
oleh pasangan suami istri yang sah dgn ketentuan:
7
C. PP/UU TENTANG ADOPSI
1. Pengertian Adopsi
Adopsi adalah suatu proses penerimaan seorang anak dari seseorang
atau lembaga organisasi ketangan orang lain secara sah diatur dalam peraturan
perundang-undangan.
8
permohonan pengesahan/ pengangkatan anak. Selain itu Keputusan
Menteri Sosial RI No. 41/HUK/KEP/VII/1984 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Perizinan Pengangkatan Anak juga menegaskan bahwa
syarat untuk mendapatkan izin adalah calon orang tua angkat berstatus
kawin dan pada saat mengajukan permohonan pengangkatan anak,
sekurang-kurangnya sudah kawin lima tahun. Keputusan Menteri ini
berlaku bagi calon anak angkat yang berada dalam asuhan organisasi
sosial.
9
Anda memutuskan untuk tidak menikah dan Anda ingin mengadopsi
anak, ketentuan ini sangat memungkinkan Anda untuk melakukannya.
3. Tata cara mengadopsi.
Surat Edaran Mahkamah Agung RI No.6/83 yang mengatur tentang
cara mengadopsi anak menyatakan bahwa untuk mengadopsi anak
harus terlebih dahulu mengajukan permohonan
pengesahan/pengangkatan kepada Pengadilan Negeri di tempat anak
yang akan diangkat itu berada.
Bentuk permohonan itu bisa secara lisan atau tertulis, dan diajukan ke
panitera. Permohonan diajukan dan ditandatangani oleh pemohon
sendiri atau kuasanya, dengan dibubuhi materai secukupnya dan
dialamatkan kepada Ketua Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya
meliputi tempat tinggal/domisili anak yang akan diangkat .
4. Isi permohonan
Adapun isi Permohonan yang dapat diajukan adalah:-motivasi
mengangkat anak, yang semata-mata berkaitan atau demi masa depan
anak tersebut. -penggambaran kemungkinan kehidupan anak tersebut
di masa yang akan datang. Untuk itu dalam setiap proses pemeriksaan,
juga harus membawa dua orang saksi yang mengetahui seluk beluk
pengangkatan anak tersebut. Dua orang saksi itu harus pula orang yang
mengetahui betul tentang kondisi pemohon (baik moril maupun
materil) dan memastikan bahwa pemohon akan betul- betul
memelihara anak tersebut dengan baik. 18Yang dilarang dalam
permohonan.
5. Yang dilarang dalam permohonan
Ada beberapa hal yang tidak diperkenankan dicantumkan
dalam permohonan pengangkatan anak, yaitu:
a. Menambah permohonan lain selain pengesahan atau pengangkatan
anak.
10
b. pernyataan bahwa anak tersebut juga akan menjadi ahli waris dari
pemohon.
Hal ini disebabkan karena putusan yang dimintakan kepada
Pengadilan harus bersifat tunggal, tidak ada permohonan lain dan
hanya berisi tentang penetapan anak tersebut sebagai anak angkat
dari pemohon, atau berisi pengesahan saja.
Mengingat bahwa Pengadilan akan mempertimbangkan
permohonan, maka pemohon perlu mempersiapkan segala
sesuatunya dengan baik, termasuk pula mempersiapkan bukti-
bukti yang berkaitan dengan kemampuan finansial atau ekonomi.
Bukti-bukti tersebut akan memberikan keyakinan kepada majelis
hakim tentang kemampuan pemohon dan kemungkinan masa
depan anak tersebut. Bukti tersebut biasanya berupa slip gaji,
Surat Kepemilikan Rumah, deposito dan sebagainya.
6. Pencatatan di kantor Catatan Sipil
Setelah permohonan Anda disetujui Pengadilan, Anda akan menerima
salinan Keputusan Pengadilan mengenai pengadopsian anak. Salinan
yang Anda peroleh ini harus Anda bawa ke kantor Catatan Sipil untuk
menambahkan keterangan dalam akte kelahirannya. Dalam akte tersebut
dinyatakan bahwa anak tersebut telah diadopsi dan didalam tambahan itu
disebutkan pula nama Anda sebagai orang tua angkatnya.
7. Akibat hukum pengangkatan anak
Pengangkatan anak berdampak pula pada hal perwalian dan waris.
1. Perwalian
Dalam hal perwalian, sejak putusan diucapkan oleh pengadilan,
maka orang tua angkat menjadi wali dari anak angkat tersebut. Sejak
saat itu pula, segala hak dan kewajiban orang tua kandung beralih pada
orang tua angkat. Kecuali bagi anak angkat perempuan beragama
Islam, bila dia akan menikah maka yang bisa menjadi wali nikahnya
hanyalah orangtua kandungnya atau saudara sedarahnya. 19
11
2. Waris
Khazanah hukum kita, baik hukum adat, hukum Islam maupun
hukum nasional, memiliki ketentuan mengenai hak waris. Ketiganya
memiliki kekuatan yang sama, artinya seseorang bisa memilih hukum
mana yang akan dipakai untuk menentukan pewarisan bagi anak
angkat.
3. ASPEK HUKUM ADOPSI
a. Hukum Adat
Bila menggunakan lembaga adat, penentuan waris bagi anak angkat
tergantung kepada hukum adat yang berlaku. Bagi keluarga yang parental,
—Jawa misalnya—, pengangkatan anak tidak otomatis memutuskan tali
keluarga antara anak itu dengan orangtua kandungnya. Oleh karenanya,
selain mendapatkan hak waris dari orangtua angkatnya, dia juga tetap
berhak atas waris dari orang tua kandungnya. Berbeda dengan di Bali,
pengangkatan anak merupakan kewajiban hukum yang melepaskan anak
tersebut dari keluarga asalnya ke dalam keluarga angkatnya.
Anak tersebut menjadi anak kandung dari yang mengangkatnya dan
meneruskan kedudukan dari bapak angkatnya (M. Buddiarto, S.H,
Pengangkatan Anak Ditinjau Dari Segi Hukum, AKAPRESS, 1991).
b. Hukum Islam
Dalam hukum Islam, pengangkatan anak tidak membawa akibat
hukum dalam hal hubungan darah, hubungan wali-mewali dan hubungan
waris mewaris dengan orang tua angkat. Ia tetap menjadi ahli waris dari
orang tua kandungnya dan anak tersebut tetap memakai nama dari ayah
kandungnya (M. Budiarto, S.H, Pengangkatan Anak Ditinjau Dari Segi
hukum, AKAPRESS, 1991)
c. Peraturan Per-Undang-undangan
Dalam Staatblaad 1917 No. 129, akibat hukum dari pengangkatan
anak adalah anak tersebut secara hukum memperoleh nama dari bapak
angkat, dijadikan sebagai anak yang dilahirkan dari perkawinan orang tua
12
angkat dan menjadi ahli waris orang tua angkat. Artinya, akibat
pengangkatan tersebut maka terputus segala hubungan perdata, yang
berpangkal pada keturunan karena kelahiran, yaitu antara orang tua
kandung dan anak tersebut.
4. Undang – undang Pengankatan Anak
Pengangkatan Anak diatur dalam pasal 39 – 41 UUPA
Pasal 39
1) Pengangkatan anak hanya dpt dilakukan untuk kepentingan yang terbaik bagi
anak dan dilakukan berdasarkan adat kebiasaan setempat dan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku
2) Pengangkatan anak sebagaimana diatur dalam ayat (1), tidak memutuskan
hubungan darah antara anak yang diangkat dengan orang tua kandungnya.
3) Calon orang tua anak harus seagama dengan agama yang dianut oleh calon
anak angkat
4) Pengangkatan anak oleh WMA hanya dapat dilakukan sebagai upaya terakhir
5) Dalam hal asal usul anak tidak diketahui, maka agama anak disesuaikan
dengan agama mayoritas penduduk setempat
Pasal 40
1) Orang tua wajib memberitahukan keoada anak angkatnya mengenai asal
usulnya dan orang tua kandungnya
2) Pemberitahuan asal usul dan orang tua kandungnya sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) dilakukan dengan memperhatikan kesiapan anak yang
bersangkutan
Pasal 41
1) Pemerintah dan masyarakat melakukan bimbingan dan pengawasan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah
(PP No 54 Tahun 2007)
5. Pihak Yang Dapat Mengajukan Adopsi
13
a. Pasangan suami istri
Hal ini diatur dalam SEMA No 6 tahun 1983 ttg pemeriksaan
permohonan pengesahan/pengangkatan anak.
Selain itu Keputusan Mensos RI No. 41/HUK/KEP/VII/1984 ttg Petunjuk
Pelaksanaan Pengangkatan Anak.
6. Syarat anak yang akan diangkat (PP no 54 tahun 2007 Pasal 12 ayat (1))
a. belum berusia 18 tahun
b. merupakan anak terlantar atau ditelantarkan
c. berada dalam asuhan keluarga atau dalam lembaga pengasuhan anak,dan
d. Memerlukan perlindungan khusus
7. Syarat usia anak yang akan diangkat (PP no 54 tahun 2007 ayat (2))
a. Anak usia < 6tahun, prioritas utama
b. Anak usia 6 – < 12 tahun , alasan mendesak
c. Anak usia 12 – 18 tahun memerlukan perlindungan khusus
8. Syarat orang tua angkat (PP No 54 tahun 2007 Pasal 13)
a. Sehat jasmani dan rohani
b. Berumur min30 tahun dan maksimal 50 tahun
c. Beragama sama dengan calon anak angkat
d. Berkelakuan baik tidak pernah dihukum
e. Berstatus menikah paling singkat 5 tahun
f. Tidak menrupakan pasangan sejenis
g. Tidak atau belum mempunyai anak atau hanya memiliki satu anak
h. Keadaan mampu ekonomi dan social
14
i. Memperoleh persetujuan anak dan izin tertulis ortu wali anak
j. Membuat pernyataan tertulis tentang pengangkatan anak
k. Adanya laporan sosial dari pekerja sosial setempat
l. Telah mengasuh calon anak angkat paling singkat 6 bulan sejak ijin
pengasuh diberikan
m. Memperoleh izin menteri/kepala instansi
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Aborsi adalah keluarnya hasil konsepsi sebelum janin mampu hidup diluar rahim,
yaitu sebelum 20 minggu. Aborsi juga berarti penghentian kehamilan setelah
tertanamnya ovum yang telah dibuahi dalam rahim sebelum usia janin mencapai 20
minggu.
Macam-macam Aborsi
a. Aborsi spontan/alamih
16
DAFTAR PUSTAKA
https://melakatrin.wordpress.com/2014/11/10/peraturan-pemerintah-undang-undang-
republik-indonesia-tentang-aborsi-bayi-tabung-dan-adopsi/
http://3.bp.blogspot.com/
http://www.indosiar.com/fokus/
http://www.ilmukesehatan.com/
http://www.suzannita.com/author/suzannita/
http://assets.kompas.com/data/2k10/kompascom2011/images/logo_kompas.png
https://www.artikelkebidanan.com/artikel/pp-dan-uu-tentang-aborsi-bayi-tabung-dan-
adopsi-pdf.html
https://www.downloadjurnal.com/artikel-jurnal-tentang-adopsi-anak-pdf/
https://www.downloadjurnal.com/kumpulan-jurnal-proses-bayi-tabung-download/
17