Anda di halaman 1dari 8

MASALAH KESEHATAN LINGKUNGAN

DISUSUN OLEH:

APRILLIA NURHAYATI
P 101 19 167

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TADULAKO
2020
A. Potensi Masalah Kesehatan Lingkungan di Sekitar Rumah
1. Potensi Masalah Kesehatan di Luar Rumah
a. Rumput Liar
Gambar Potensi Masalah
Kesehatan

Berpotensi sebagai tempat


berkembang biak nyamuk,
kecoak, tikus dan ular.

b. Reruntuhan Bangunan
Gambar Potensi Masalah
Kesehatan

Berpotensi sebagai tempat


berkembang biak nyamuk,
kecoak, tikus dan ular.

c. Sampah
Gambar Potensi Masalah
Kesehatan

Berpotensi sebagai tempat


berkembang biak nyamuk,
kecoak, tikus dan lalat.
d. Pembuangan Limbah Cair yang Terbuka
Gambar Potensi Masalah
Kesehatan

Berpotensi sebagai tempat


berkembang biak nyamuk
Aedes aegypti

2. Potensi Masalah Kesehatan di Dalam Rumah


a. Penampungan Air Terbuka
Gambar Potensi Masalah
Kesehatan

Berpotensi sebagai tempat


berkembang biak nyamuk
Aedes aegypti

B. Kaitan Masalah Lingkungan Terhadap Potensi Penyakit Menular Apabila


Tidak Segera Diatasi
1. Rumput Liar
Rumput liar apabila tidak segera diatasi akan berpotensi sebagai
tempat berkembang biak nyamuk. Salah satunya nyamuk Anopheles yang
dapat menimbulkan penyakit seperti malaria
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit
Plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah
manusia. Penyakit ini secara alami ditularkan melalui gigitan nyamuk
anopheles betina.
Nyamuk Anopheles sp adalah nyamuk vektor penyakit malaria.
Nyamuk Anopheles memiliki tubuh yang langsing dan 6 kaki panjang dan
memiliki sayap yang bersisik. (Campbell, 2004). Anopheles sp mempunyai
habitat pada tempat-tempat air yang tidak mengalir, air yang tenang atau
sedikit mengalir seperti sawah, di air payau, di tempat yang terlindung
matahari dan ada juga yang mendapat sinar matahari langsung.
Malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh parasit protozoa
genus plasmodium yang menginfeksi sel darah merah. Parasit tersebut
masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk Anopheles betina.
Jenis penyakit malaria yang terjadi pada manusia ditentukan oleh jenis
Plasmodium yang menginfeksi manusia melalui vektor nyamuk Anopheles.
Berdasarkan jenisnya, spesies plasmodium yang menginfeksi manusia yaitu
Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium ovale, dan
Plasmodium malariae. Jenis penyakit malaria yang ditimbulkan vektor
nyamuk Anopheles (Zupriwidani, 2013).
2. Reruntuhan Bangunan
Reruntuh bangunan apabila tidak segera diatasi akan berpotensi
sebagai tempat berkembang biak kecoak.
Kecoak mempunyai peranan yang cukup penting dalam penularan
penyakit (Anonim, 2004). Peranan tersebut antara lain sebagai vektor
mekanik bagi beberapa mikroorganisme patogen antara lain, Streptococcus,
Salmonella dan lain-lain yang berperan dalam penyebaran penyakit antara
lain, disentri, diare, kolera, virus Hepatitis A, polio pada anak-anak (Metcalf
dan Flint, 1926). Penularan penyakit dapat terjadi saat mikroorganisme
patogen tersebut terbawa oleh kaki atau bagian tubuh lainnya dari kecoak,
kemudian melalui organ tubuh kecoak, mikroorganisme sebagai bibit
penyakit tersebut mengkontaminasi makanan. Selain itu pula kecoak dapat
menimbulkan reaksi-reaksi alergi seperti dermatitis, gatal-gatal, dan
pembengkakan kelopak mata (Anonim, 2004).
3. Sampah
Sampah apabila tidak segera diatasi akan berpotensi sebagai tempat
berkembang biak lalat.
Lalat merupakan vector penting dalam penyebaran penyakit pada
manusia dan juga kehidupan lalat yang tidak dapat dipisahkan dengan
kehidupan manusia. Di samping lalat sebagai vector penyakit, lalat
merupakan binatang yang menjijikkan bagi kebanyakan orang. Karena
penularan penyakitnya dapat secara mekanik, yaitu penularan dari penderita
ke orang lain atau dari suatu bahan tercemar (makanan, minuman, dan air)
ke orang sehat dengan perantara menempelnya bagian tubuh lalat misalnya
lewat prombosis, tungkai, kaki dan badan lalat (Kartikasari, 2008).penyakit
yang ditularkan secara mekanis seperti penyakit demam typhoid, demam
paratyphoid, disentri basiler, disentri amoeba dan beberapa penyakit pada
gastrointestinal. Penyakit gastrointestinal adalah penyakit pada saluran
pencernaan khususnya pada lambung dan usus halus (Hadi, 1991).
4. Pembuangan Limbah Cair dan Penampungan Air Terbuka
Pembuangan limbah cair yang dan penampungan air terbuka apabila
tidak segera diatasi akan berpotensi sebagai tempat berkembang biak
nyamuk Aedes aegypti.
Terdapat tiga faktor yang memegang peranan pada penularan infeksi
virus dengue, yaitu manusia, virus dan vektor perantara. Virus dengue
ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk
Aedes albopictus, Aedes polynesiensis dan beberapa spesies yang lain dapat
juga menularkan virus ini, namun merupakan vektor yang kurang berperan.
Nyamuk Aedes tersebut mengandung virus dengue pada saat menggigit
manusia yang sedang mengalami viremia. Kemudian virus yang berada di
kelenjar liur berkembang biak dalam waktu 8-10 hari (extrinsic incubation
period) sebelum dapat ditularkan kembali kepada manusia pada saat gigitan
berikutnya. Virus dalam tubuh nyamuk betina dapat ditularkan kepada
telurnya (transsovarian transmission), namun perannya dalam penularan
virus tidak penting. Sekali virus dapat masuk dan berkembang biak di dalam
tubuh nyamuk, nyamuk tersebut akan menularkan virus selama hidupnya
(infektif). Di tubuh manusia, virus memerlukan masa tunas 4-6 hari
(intrinsic incubation period) sebelum menimbulkan penyakit. Penularan
dari manusia kepada nyamuk hanya dapat terjadi bila nyamuk menggigit
manusia yang sedang mengalami viremia, yaitu 2 hari sebelum panas
sampai 5 hari setelah demam timbul (Depkes RI, 2004).
C. Susunan Penyelesian Masalah
1. Rumput Liar
Untuk dapat melakukan langkah-langkah kegiatan pengendalian
rumput liar yang dapat menimbukan nyamuk Anopheles, berikut beberapa
langkah yang harus dilakukan (Purnama, 2015) yaitu:
a. Pengenalan wilayah (Geographical Reconnaisance)
Kegiatan ini meliputi pemetaan langsung penduduk dan survei
tambahan untuk menentukan situasi tempat tinggal penduduk dari suatu
daerah yang dicakup oleh program pengendalian malaria.
b. Pemetaan tempat perindukan
Hal yang harus diperhatikan dalam kegiatan ini adalah sifat dan
perilaku vektor Malaria yang menyukai tempat peristirahatan yang
dingin, gelap, dan basah.
2. Reruntuhan Bangunan
Untuk dapat melakukan langkah-langkah kegiatan pengendalian
kecoak, menurut Depkes RI (2002) yaitu:
a. Membunuh langsung kecoa dengan alat pemukul atau tangan.
b. Menyiram tempat perindukkan dengan air panas.
c. Menutup celah-celah dinding.
d. Menggunakan bahan kimia (insektisida) dengan formulasi spray
(pengasapan), dust (bubuk), aerosol (semprotan) atau bait (umpan).
3. Sampah
Untuk dapat melakukan langkah-langkah kegiatan pengendalian
sampah yang dapat menimbukan lalat yaitu:
a. Tindakan-tindakan penyehatan lingkungan
Tindakan ini bertujuan untuk menghilangkan semua tempat-
tempat pembiakan lalat maupun tempat-tempat yang berpotensi sebagai
tempat pembiakan lalat, serta sebagai usaha pencegahan transmisi
penyakit.
b. Pembasmian larva lalat
Keadaan kering akan mematikan larva dan bahan-bahan organik
yang kering biasanya tidak disukai lalat sebagai tempat bertelur.
c. Pembasmian lalat dewasa
Untuk membasmi lalat dewasa bisa dilakukan penyemprotan udara.
d. Umpan lalat
Lalat dewasa dapat dimatikan dengan cara memberikan umpan
yang dicampur dengan insektisida. Umpan itu diletakkan di tempat-
tempat dimana biasanya banyak lalat berkumpul.
4. Pembuangan Limbah Cair dan Penampungan Air Terbuka
Untuk dapat melakukan langkah-langkah kegiatan pengendalian
Pembuangan limbah cair dan penampungan air terbuka yang dapat
menimbukan nyamuk Aedes aegypti yaitu:
a. Menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan air, seperti bak
mandi atau wc, drum, dan lain-lain seminggu sekali.
b. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air, seperti gentong air, dan
lain-lain.
c. Memanfaatkan atau mendaur ulang barang-barang bekas yang dapat
menampung air hujan.
d. Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar atau rusak
e. Menutup lubang-lubang pada potongan bambu atau pohon (dengan
tanah, dan lain-lain).
f. Menaburkan bubuk larvasida, misalnya di tempat-tempat yang sulit
dikuras atau di daerah yang sulit air.
g. Memelihara ikan pemakan jentik di kolam bak-bak penampungan air.
h. Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi ruang yang memadai.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2004. Buku Modul Entomologi Subdit. Pengendalian Vektor. Jakarta.
Sembel, Dantje T. 2008. Entomologi Kedokteran. Yogyakarta: Andi.

Anda mungkin juga menyukai