Anda di halaman 1dari 10

Nama : Inda Novita Sari

Kelas :G

NIM : 20174202021

Tugas 2 kemuhammadiyah

Soal:

Gambar struktur organisasi muhammadiyaah dan keterangannya!


Jawab:
1. Struktur Organisasi Muhammadiyah trerdiri atas:
A. Ranting
RANTING, ialah kesatuan anggota dalam satu tempat (AD Ps. 6 ayat 1.)
a. Ranting didirikan oleh pimpinan pusat atau usul sekurang-kurangnya 15 orang anggota
persyarikatan di suatu tempat yang telah mempunyai amal usaha nyata guna mewujudkan
maksud dan tujuan persyrikatan, sekurang-kurangnya berwujud:
1) Pengajian/kursus anggota berkala, sekurang-kurangnya sekali seminggu
2) Pengajian/kursus umum berkala, sekurang-kurangnya sekali sebulan
3) Mushola/surau/langgar sebagai pusat kegiatannya
4) Jamaah-jamaah
b. Pengesahan pendirian ranting dan luas lingkungannya ditetapkan oleh pimpinan pusat, setelah
mendengar pertimbangan pimpinan cabang dan daerah yang bersangkutan dan dikuatkan oleh
pimpinan wilayah yang bersangkutan.
c. Pendirian suatu ranting yang merupakan pemisahan dari ranting yang telah ada, dilakukan dengan
persetujuan pimpinan ranting yang bersangkutan atau atas putusan musyawarah cabang yang
bersangkutan.
d. Pimpinan pusat dapat melimpah wewenang pengesahan pendirian ranting kepada pimpinan
wilayah (ART Pasal 3)
B. Cabang
CABANG, ialah kesatuan ranting-ranting dalam satu tempat (AD Pasal 6 ayat 2).
a. Cabang didirikan oleh pimpinan pusat sekurang-kurangnya meliputi 3 ranting dan telah
mempunyai amal usaha nyata guna mewujudkan maksud dan tujuan persyarikatan, sekurang-
kurangnya berwujud:
1) Pengkajian/kursus berkala untuk anggota-anggota pimpinan cabang dan bagian-bagiannya,
pimpinan-pimpinan ranting dalam cabangnya serta pimpinan organisasi otonom tingkat
cabang, sekurang-kurangnya sekali setengah bulan.
2) Pengajian/kursus mubaligh/ mubalighot untuk seluruh mubaligh/ mubalighot dalam
lingkungan cabangnya, sekurang-kurangnya sekali sebulan.
3) Korp mubaligh/mubalighot sekurang-kurangnya 10 orang
4) Usaha-usaha pertolongan sekurang-kurangnya seperti pemeliharaan anak yatim.
5) Sekolah Dasar/Madrasah Diniyah
6) Kantor.
b. Pengesahan pendirian cabang dan ketentuan luas lingkungannya ditetapkan oleh pimpinan pusat
atas usul ranting-ranting yang bersangkutan, dengan memperhatikan pertimbangan pimpinan
daerah dan pimpinan wilayah yang bersangkutan.
c. Pendirian suatu cabang yang merupakan pemecahan cabang yang telah ada, dilakukan dengan
persetujuan pimpinan cabang yang bersangkutan atau atas usul musyawarah daerah yang
bersangkutan.
d. Pimpinan pusat dapat melimpahkan wewenang pengesahan pendirian cabang kepada pimpinan
wilayah (ART Pasal 4)
C. Daerah
a. Daerah yang didirikan oleh pimpinan pusat dalam kabupaten atau yang setingkat yang sekurang-
kurangnya meliputi 3 cabang dan telah mempunyai amal usaha nyata guna mewujudkan maksud
dan tjuan persyarikatan, sekurang-kurangnya berwujud:
1) Pengajian/kursus anggota pimpinan daerah dengan majelis-majelisnya serta pimpinan-
pimpinan organisasi otonom tingkat daerah, sekurang-kurangnya setengah bulan.
2) Pengajian/kursus mubaligh/mubalighot tingkat daerah sekurang-kurangnya setengah bulan
3) Korp mubaligh/mubalighot daerah sekurang-kurangnya 10 orang
4) Kursus kader pimpinan
5) Sekolah dasar/madrasah menengah/mubalighin, baik yang diselenggarakan bersama
ataupun oleh sesuatu cabang dalam daerahnya
6) Usaha-usaha pertolongan seperti rumah sakit, rawatan-bersalin, pemeliharaan anak yatim
dan sebagainya, baik yang diselenggarakan bersama ataupun oleh cabang dalam daerahnya
7) Majelis tarjih daerah
8) Kantor
b. Pengesahan pendirian daerah ditetapkan oleh pimpinan pusat atas usul cabang-cabang yang
bersangkutan dan dengan memperhatikan pertimbangan pimpinan wilayah yang bersangkutan
(ART Pasal 5)
D. Wilayah
Wilayah, ialah kesatuan daerah-daerah dalam provinsi/daerah tingkat I (AD Pasal 6ayat 4):
a. Wilayah didirikan oleh pimpinan pusat ditingkat provinsi atau yang setingkat, sekurang-
kurangnya meliputi 3 daerah dan telah mempunyai amal usaha nyata guna mewujudkan maksud
dan tujuan persyarikatan dalam wilayahnya, sekurang-kurangnya berwujud:
1) Pengajian/kursus anggota pimpinan wilayah dengan majelis-majelisnya serta pimpinan
organisasi otonom tingkat wilayah, sekurang-kurangnya sekali sebulan.
2) Pengajian/kursus mubaligh/mubalighot tingkat wilayah, sekurang-kurangnya sekali
sebulan
3) Korp mubaligh/mubalighot sekurang-kurangnya 25 orang
4) Kursus kader pimpinan tingkat wilayah
5) Sekolah/madrasah menengah atas/tsanawiyah wustha mu’alimin, Madrasah Mubalighin
Menengah, baik yang diselenggarakan bersama ataupun oleh sesuatu cabang/daerah
dengan wilayahnya.
6) Usaha-usaha pertolongan seperti rumah sakit, rawatan bersalin, pemeliharaan anak yatim
dan sebagainya, baik yang diselenggarakan bersama ataupun oleh sesuatu cabang/daerah
dalam wilayahnya
7) Majelis Tarjih Wilayah
8) Kantor
2. Struktur kepemimpinan vertikal terdiri dari:
a. Pimpinan pusat
1) Pimpinan pusat adalah pimpinan tertinggi yang memimpin persyirikatan seumumnya.
2) Pimpinan pusat terdiri dari sekurang-kurangnya 9 orang, di pilih dan ditetapkan oleh muktamar
untuk masa jabatan dari calon-calon yang diusulkan oleh tanwir.
3) Ketua pimpinan pusat dipilih dan ditetapkan oleh muktamar dari antara dan usul anggota
pimpinan pusat terpilih.
4) Apabila dipandang perlu pimpinan pusat dan mengusulkan tambahan anggotanya pada tanwir.
5) Pimpinan pusat mewakili persyerikatan didalam dan diluar pengadilan, dan dapat menunjuk
sekurang-kurangnya 2 orang anggotanya / pimpinan persyerikatan setempat yang dapat
diwakili oleh sebagian anggotanya, untuk bertindak atas nama pimpinan pusat.
6) Pimpinan Pusat menentukan kebijaksanaan Persyerikatan berdasarkan keputasan Muktamar
dan Tanwir, mentanfidzkan keputusan-keputusan Muktamar/Tanwir serta memimpinkan dan
mengawasi pelaksaannya.
7) Untuk melaksanakan tugas kewajibannya, Pimpinan Pusat membuat pedoman dan pembagian
tugas wewenang antara anggota Pimpinan Pusat.
8) Untuk melaksanakan pimpinan sehar-hari, Pimpinan Pusat menetapkan Pimpinan Harian yang
terdiri dari Ketua/seorang Wakil Ketua yang ditunjuk, Sekretaris, Bendahara, dan beberapa
anggota diantara Pimpinan Pusat.
9) Pimpinan Pusat dapat membentuk badan khusus sebagai pembantu yang diserahi
penyelenggaraan tugas-tugas khusus.
10) Anggota Pimpinan Pusat atau sekurang-kurangnya anggota Pimpinan Hariannya berkedudukan
di tempat kedudukan Pimpinan Pusat.
11) Sambil menunggu keputusan/pengesahan Tanwir, calon tambahan anggota Pimpinan Pusat
berhak menjalankan tugasnya atas tanggungjawab Pimpinan Pusat.
12) Ketua Pimpinan Pusat yang karena sesuatu hal berhenti dalam tenggang jabatan, oleh Pimpinan
Pusat disusulkan calon penggantinya kepadda Tanwir. Sambil menunggu ketetapan Tanwir,
Ketua Pimpinan Pusat dijabat oleh salah seorang Wakil Ketua atas keputusan Pimpinan Pusat.
(point 6 s/d 12; ART pasal 7)
b. Pimpinan wilayah
1) Pimpinan Wilayah memimpin persyarikatan dalam wilayahnya serta melaksanakan pimpinan dari
Pimpinan Pusat.
2) Pimpinan oleh Pimpinan Pusat untuk masa satu jabatan dari calon-calon yang dipilih dalam
Musyawarah Wilayah.
3) Ketua Pimpinan Wilyah ditetapkan oleh Pimpinan Pusat dari antara tiga calon yang diusulkan
oleh Musyawarah Wilayah, arid an atas usul calon-calon anggota Pimpinan Wilayah terpilih.
4) Ketua Pimpinan Wilayah karena jabatannya, menjadi wakil Pimpinan Pusat untuk Wilayahnya.
5) Pimpinan Wilayah dapat mengusulkan tambahan anggotanya kepada Musyawarah Wilayah, yang
kemudian dimintakan ketetapan Pimpinan Pusat. (point 1 s/d 5; AD pasal 9).
6) Pimpinan Wilayah menentukan kebijaksanaan Pusat dan keputusan Musyawarah Wilayah:
mentanfidzkan keputusan-keputusan Musyawarah, memimpin dan mengawasi pelaksaannya.
Memimpinkan dan mengawasi pelaksanaan pimpinan/instruksi Pimpinan Pusat dan
Majlis-Majlisnya.
Membimbing dan meningkatkan amal usaha dan kegiatan Daerah dalam Wilayahnya.
Membaca, membimbing, mengintegrassi dan mengkoordinasi Majlis-Majlis dan Organisasi-
organisasi Otonom tingkat Wilayah.
7) Apabila terjadi lowongan Ketua Pimpinan Wilayah, pengisian penggantinya dilakukan menurut
pasal 9 ayat 3 Anggaran Dasar.
8) Sambil menunggu ketatapan Pimpinan Pusat, Jabatan Ketua Pimpinan Wilayah dijabat oleh salah
seorang Wakil Ketua atas keputusan Pimpinan Wilayah.
9) Apabila Ketua Pimpinan Wilayh tidak dapat menunaikan tugasnya sebagai anggota Tanwir,
Pimpinan Wilayah menunjuk salah seorang Wakil Ketua untuk ditetapkan sebagai penggantinya.
10) Pimpinan Wilayh sedapat mungkin berkedudukan di IbuKOTA Propinsi, apabila Pimpinan
Wilayah tidak berkedudukan di Ibukota Propinsi, maka Ibukota tersebut dibentuk perwakilan
Pimpinan Wilayahnya yang tugas dan wewenangnya diatur oleh Pimpinan Wilayah.
11) Anggota Pimpinan Wilayah atau sekurang-kurangnya anggota Pimpinan Hariannya berkedudukan
di tempat kedudukan Pimpinan Wilayahnya.
12) Sambil menunggu keputusan Musyawarah Pimpinan Wilayah dan ketetapan Pimpinan Pusat,
calon tambahan anggota Pimpinan Wilayah berhak menjalankan tugasnya atas tanggungjawab
Pimpinan Wilayah. (point 6 s/d 12; ART Pasal 8)
c. Pimpinan Daerah
1) Pimpinan Daerah memimpin persyarikatan dalam daerahnya serta melaksanakan pimpinan dari
Pimpinan diatasnya.
2) Pimpinan Daerah terdiri dari sekurang-kurangnya Sembilan orang, ditetapkan oleh Pimpinan
Pusat untuk satu masa jabatan dari calon-calon yang di pilih dalam Musyawarah Daerah.
3) Ketua Pimpinan Daerah ditetapkan oleh Pimpinan Pusat dari anatara tiga calon yang diusulkan
oleh Musyawarah Daerah, dari dan atas usul calon-calon anggota Pimpinan Daerah terpilih,
dengan memperhatikan pertimbangan Pimpinan Wilayah yang bersangkutan.
4) Pimpinan Daerah dapat mengusulkan tambahan anggotanya pada Musyawarah Daerah, yang
kemudian dimintakan ketetatapan Pimpinan Pusat. (point 1 s/d 4; AD pasal 10).
5) Pimpinan Daerah menentukan kebijaksanaan Persyarikatan dalam Daerahnya berdasarkan
kebijaksanaan Pimpinan Pusat dan keputusan Musyawarah Daerah: menantanfidzkan keputusan-
keputusan Musyawarah Daerah, memimpin dan mengawasi pelaksanaannya.
Memimpinkan dan mengawasi pelaksaan pimpinan/instruksi Pimpina Pusat; Pimpinan Wilayah
dan Majlis-Masjlisnya.
Membimbing dan meningkatkan amal usaha da kegiatan Cabang-cabang dalam Daerahnya.
Membina, membimbing, mengintegrasi dan mengkoordinasi Majlis-Majlis dan Organisasi-
organisasi Otonom tingkat Daerah.
6) Apabila terjadi lowongan Ketua Pimpinan Daerah, pengisian penggantinya dilakukan menurut
pasal 10 ayat 3 Anggaran Dasar.
7) Sambil menunggu ketatapan Pimpinan Pusat, Jabatan Ketua Pimpinan Daerah dijabat oleh salah
seorang Wakil Ketua atas keputusan Pimpinan Daerah.
8) Anggota Pimpinan Daerah, atau sekurang-kurangnya anggota Pimpinan Hariannya berkedudukan
di tempat kedudukan Pimpinan Daerah.
9) Sambil menunggu keputusan Musyawarah Daerah dan ketetapan Pimpinan Pusat, calon tambahan
anggota Pimpinan Daerah berhak menajalankan tugasnya atas tanggungjawab Pimpinan Daerah.
d. Pimpinan Cabang
1) Pimpinan cabang memimpin persyarikatan dalam cabangnya serta melaksanakan pimpinan dan
pimpinan di atasnya.
2) Pimpinan Cabang terdiri dari sekurang-kurangnya 9 orang ditetapkan oleh pimpinan wilayah
untuk satu masa jabatan dari calon-calon yang dipilih dalam musyawarah cabang.
3) Ketua pimpinan cabang ditetapkan oleh pimpinan wilayah dari antara 3 calon yang diusulkan oleh
Musyawarah Cabang, dari dan atas usul calon-calon anggota pimpinan cabang terpilih, dengan
memperhatikan pertimbangan-pertimbangan daerah yang bersangkutan.
4) Pimpinan cabang dapat mengusulkan tambahan anggotanya pada musyawarah cabang, yang
kemudian diminta ketetapan pimpinan wilayah.
5) Pimpinan cabang menetukan kebijaksanaan persyarikatan dalam cabangnya berdasarkan
kebijaksanaan pimpinan diatasnya dan keputusan musyawarah cabang: mentanfidzkan keputusan-
keputusan musyawarah cabang, memimpin dan mengawasi pelaksanaannya.
Memimpinkan dan mengawasi pelaksanaan pimpinan/intruksi pimpinan pusat: pimpinan
wilayah, pimpinan daerah dan majlis-majlisnya.
Membimbing dan meningkatkan amal usaha dan kegiatan ranting-ranting dalam cabangnya.
Membina, membimbing, mengintegrasi dan mengkoordinasi bagian-bagiannya dan organisasi-
organisasi otonom tingkat cabang.
6) Apabila terjadi lowongan ketua pimpinan cabang, pengisian penggantinya dilakukan menurut
pasal 11 ayat 3 anggaran dasar.
7) Sambil menunggu ketatapan pimpinan wilayah, jabatan ketua pimpinan cabang dijabat oleh salah
seorang wakil ketua atas keputusan pimpinan cabang.
8) Anggota pimpinan cabang atau sekurang-kurangnya anggota pimpinan hariannya berkedudukan
di tempat kedudukan pimpinan cabang.
9) Sambil menunggu keputusan musyawarah cabang dan ketetapan pimpinan wilayah, calon tambah
anggota pimpinan cabang berhak menjalankan.
e. Pimpinan Ranting
1) Pimpinan ranting memimpin persyarikatan dalam rantingnya serta melaksanakan pimpinan dari
pimpinan diatasnya.
2) Pimpinan ranting terdiri dari sekurang-kurangnya 5 orang, ditetapkan oleh pimpinan daerah atas
nama pimpinan wilayah untuk satu masa jabatan dari calon-calon yang dipilih dalam musyawarah
ranting.
3) Ketua pimpinan ranting ditetapkn oleh pimpinan daerah atas nama pimpinan wilayah dari antar
nama 3 calon yang diusulkan oleh musyawarah ranting, dari dan atas usul calon-calon anggota
pimpinan ranting terpilih dengan memperhatikan pertimbangan pimpinan cabang yang
bersangkutan.
4) Pimpinan ranting dapat mengusulkan tambahan anggitanya pada musyawarah ranting, yang
kemudian dimintakan ketetapan pimpinan daerah atas nama pimpinan wilayah.
5) Pimpinan ranting menentukan kebijaksanaan persyarikatan dalam rantingnya berdasarkan
kebijaksaan pimpinan diatasnya dan keputusan musyawarah ranting, memimpin dan mengawasi
pelaksanaannya.
Memimpinkan dan mengawasi pelaksanaan pimpinan/intruksi pimpinan pusat: pimpinan
wilayah, pimpinan daerah, pimpinan cabang dan majlis-majlisnya.
Membimbing anggota-anggota dan jama’ah-jama’ah dalam amalan kemasyarakatan dan hidup
beragama, meningkatkan kesadaran berorganisasi dan beragama serta menjalurkan aktifitas dalam
amal usaha persyarikatan sesuai dengan bakat dan kemampuannya.
Membina, membimbing, mengintegrasi dan mengkoordinasi organisasi otonom tingkat ranting.
6) Apabila terjadi lowongan ketua pimpinan ranting, pengisian penggantinya dilakukan menurut
pasal 12 ayat 3 anggaran dasar.
7) Sambil menunggu ketetapan pimpinan daerah, jabatan ketua pimpinan ranting dijabat oleh salah
seorang wakil keua atas keputusan pimpinan ranting.Anggota pimpinan ranting dan ketetapan
pimpinan daerah, calon tambahan anggota pimpinan ranting berhak menjalankan tugasnya atas
tanggungjawab pimpinan ranting.
3. Struktur Kepemimpinan Horizontal
Kepemimpinan Muhammadiyah secara horizontal adalah unsure pembantu pimpinan persyarikatan yang
terdiri dari:
a. Majelis yaitu pembantu pimpinan yang melakukan tugas-tugas operasional, ditingkat cabang majelis
disebut Bagian.
b. Badan atau Lembaga, yaitu pembantu pimpinan yang melakukan tugas-tugas staff spesialistik yang
bersifat operasional.
c. Sekretariat Eksekitif, yaitu pembantu pimpinan yang melakukan tugas-tugas penunjang
administrative.
d. Yang termasuk majelis adalah:
Majelis Tarjih
Majelis Tabligh
Majelis Pustaka
 Majelis pendidikan Dasar dan Menengah
Majelis Kebudayaan
Majelis Wakaf dan keharta bendaan
Majelis Ekonomi
Majelis Pembina Kesejahteraan Sosial
 Majelis Pembina Kesehatan
e. Yang termasuk lembaga/Badan:
Badan Perencanaan dan Evaluasi (BPE)
Badan Pendidikan Kader (BPK)
 Badan Hubungan dan Kerjasama Luar Negeri
 Lembaga Pembinaan dan pengawasan Keuangan (LPPK)
Lembaga Dakwah Khusus (LDK)
 Lembaga Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi
Lembaga Pengembangan Masyarakat dan Sumberdaya Manusia (LPMSDM)
Lembaga Hikmah dan Studi Kemasyarakatan (LHSK)
Lembaga Pengkajian dan Pengembangan
Lembaga Keadilan Hukum.

Anda mungkin juga menyukai