2, Oktober 2011
ABSTRACT
The government will continue to strive to make efforts to reform the bureaucracy, as an integral
part of improving government management and enhance the dignity of the government in the eyes of
the international community and the world. However, increasingly based on that, the reform is not
easy, because he did not take place in a vacuum chamber. Bureaucratic reforms face cultural constraints,
structural and even mental constraints of bureaucracy, in addition to technical constraints. The problems
are now required is a renewed commitment of the leaders or officials at central and local levels to
continue to push reforms through e-government bureaucracy. Important conclusions can be drawn
from this study is that e-government is implemented seriously and consistently will greatly support the
transparency of public services. What also must be understood by government officials is that the use
of e-government still requires consistent monitoring systems. In addition to extensive knowledge of
information technology, e-government must also be supported by good integrity among policy makers
and pelaksannya. Teknoogi information does make many things easier and more efficient.
ABSTRAK
Pemerintah akan terus berusaha melakukan upaya untuk mereformasi birokrasi, sebagai bagian
integral untuk meningkatkan manajemen pemerintahan dan meningkatkan martabat pemerintah di mata
masyarakat internasional dan dunia. Namun, semakin berdasarkan itu, reformasi tidak mudah, karena ia
tidak terjadi dalam ruang vakum. Reformasi birokrasi menghadapi kendala budaya, hambatan struktural
dan bahkan mental birokrasi, di samping kendala teknis. Masalah sekarang yang dibutuhkan adalah
komitmen baru dari para pemimpin atau pejabat di tingkat pusat dan daerah untuk terus mendorong
reformasi melalui e-government birokrasi. Kesimpulan penting yang dapat ditarik dari penelitian ini
adalah bahwa e-government dilaksanakan dengan serius dan konsisten akan sangat mendukung
transparansi pelayanan publik. Yang juga harus dipahami oleh pejabat pemerintah adalah bahwa
penggunaan e-government masih memerlukan sistem monitoring rutin. Selain pengetahuan luas tentang
teknologi informasi, e-government juga harus didukung oleh integritas yang baik di antara pembuat
kebijakan dan pelaksannya. Informasi teknoogi tidak membuat banyak hal lebih mudah dan lebih efisien.
146
Vol. I, No. 2, Oktober 2011
subyeknya.
ReformasiBirokrasiMelaluie-Governance:
PeluangatauTantanganDalamPelayananPublik? - Zainuddin Mustapa
147
Vol. I, No. 2, Oktober 2011
ReformasiBirokrasiMelaluie-Governance:
PeluangatauTantanganDalamPelayananPublik? - Zainuddin Mustapa
148
Vol. I, No. 2, Oktober 2011
ReformasiBirokrasiMelaluie-Governance:
PeluangatauTantanganDalamPelayananPublik? - Zainuddin Mustapa
149
Vol. I, No. 2, Oktober 2011
adalah Negara industry maju, namun beberapa telekomunikasi dan sangat rendahnya indeks
Negara berpendapatan menengah dengan Modal Sumber Daya Manusia.
ekonomi sedang berkembang atau sedang Disparitas dalam tingkat kesiapan e-
beranjak menuju maju, memperlihatkan ada- govern- ment bukan hanya mencerminkan
nya trend “pengejaran akan ketertinggalan”. rendahnya level sumber daya infrastruktur
dan modal sumber daya manusia beberapa
Peringkat Kesiapan E-Government
Secara Global 25 Negara Teatas bagian di seluruh dunia. Disparitas itu juga
menunjuk- kan besaran kesenjangan yang
ada. Indicator- indikator di Amerika Utara dan
Eropa sekitar 5 -10 lebih tinggi dalam hal
basis sumber daya manusianya dan sekitar 4-
20 kali dalam hal pembangunan
infrastrukturnya. Sebagai misal, jika AS
dijadikan pembanding. Bahkan meskipun 40
persen penduduknya tidak on- line, tingkat
kesiapan telekomunikasi di Afrika dan Asia
tengah dan selatan hanya 1/20 dari AS. Asia
tengah dan selatan yang merupakan sepertiga
jumlah penduduk dunia memiliki sekitar 20
persen dari rata-rata kapasitas modal
sumber daya manusia AS. Ebarnya
disparitas ini berakhir pada “kesenjangan
digital” (digital divide).
Perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi telah menawarkan solusi untuk
meningkatkan kinerja pelayanan publik yang
lebih berbasis pada good governance. Peman-
faatan e-government bagi birokrasi diharap-
kan dapat menjadi alternatif bagi reformasi
birokrasi menuju pelayanan yang lebih baik.
Untuk mendukung keberhasilan dalam
penerapan e-government, pemerintah pada
tahun 2003 telah mengeluarkan beberapa
panduan yaitu Panduan Pembangunan Infras-
Sumber : United Nations ; World Publik Sector Report truktur Portal Pemerintah, Panduan Manaje-
men Sistem Dokumenen Elektronik Pemerin-
Secara keseluruhan, Amerika Utara dan
tah, Panduan Penyusunan Rencana Pengem-
Eropa memimpin di seluruh dunia. Negara-
bangan e-government Lembaga, Pedoman
negara Asia Tengah-Selatan dan Afrika me-
Penyelenggaraan Diklat ICT dalam Menunjang
miliki kesiapan e-government yang terendah.
e-government, Pedoman tentang Penyelengga-
Tak diragukan bahwa yang mendasari gamba-
raan Situs Web Pemerintah Daerah.
ran ringkas secara agregat ini ialah tingkatan
Kemudian dilengkapi dengan panduan
pembangunan ekonomi, social dan politik
yang dikeluarkan pada tahun 2004 meliputi:
dari Negara-negara yang bersangkutan.
standar mutu dan jangkauan pelayanan serta
Salah satu factor primer turut berperan
pengembangan aplikasi (e-services), kebijakan
dalam menyumbangkan angka kesiapan e-
tentang kelembagaan, otorisasi, informasi dan
government yang tinggi ialah investasi di
keikutsertaan swasta dalam penyelenggaraan,
masa lalu dalam sumber daya telekomunikasi
kebijakan pengembangan pemerintahan yang
dan manusia. Rendahnya kesiapan e-
baik dan manajemen perubahan, panduan
government di Asia tengah-selatan dan Afrika
tentang pelaksanaan proyek dan pengang-
merupakan sebuah cerminan dari sangat
garan e-government aplikasi e-government
rendahnya indeks
ReformasiBirokrasiMelaluie-Governance:
PeluangatauTantanganDalamPelayananPublik? - Zainuddin Mustapa
151
Vol. I, No. 2, Oktober 2011
pemerintah pusat dan daerah. Kemudian jauh sekalipun. Apabila sistem IT digunakan jam
pada tahun 2006, Pemerintah membentuk
Dewan Teknologi Informasi dan Komunikasi
Nasional (Detiknas) melalui Keppres C-006
yang salah satu tugasnya untuk
mempercepat proses implementasi e-
government. Namun demikian keberhasilan
penerapan e-government belum terlihat
signifikan.
kerja bisa bertambah 24 jam setiap disadari dan dihadapi sejak awal.
sehari administrasi publik yang berfungsi Infrastruktur harus dinilai ber- dasarkan
24 jam setiap hari selama 7 hari latar belakang kebutuhan dan hasil yang
seminggu, yang memiliki transparansi diinginkan. Keterbatasan infrastruktur akan
dan akuntabilitas, terbentuk jaringan membatasi hasil maupun pengemba- ngan
kerja, dan memiliki mana- jemen iformasi yang direncanakan. Sebaliknya, jika
dan penciptaan pengetahuan. Selain itu, IT berlebihan untuk
bisa memberikan perlengkapan kepada melampaui menjembatani
masyarakat untuk bisa berpartisipasi kebutuhan, ada jurang-jurang yang
secara sungguh-sungguh dalam sebuah bahaya dan akan ada dalam
proses politik yang inklusif sehingga menjadi keterampilan dan
melahirkan dukungan publik yang selalu perlengkapan yang akses. Jika tidak,
mengikuti infor- masi (well-informed) membe- bani kantor baik administrasi
yang merupakan basis yang paling utama yang mahal dan publik maupun
bai legitimasi pemerintahan. Dari sudut mubazir. masya- rakat tak
pandang ini, inovasi di tangan pemerintah Pemimpin sektor akan bisa berharap
bisa menjadi sebuah alat yang efektif publik harus akan bisa melek dan
untuk menambahkan nilai publik. Jelas, berkomit- men sanggup
maksimalisasi nilai publik pada akhirnya terhadap e- menggunakan IT,
akan bergantung pada penentuan government, yang merupakan
mengenai kapan, bagaimana dan dimana memimpin dan bahan penting bagi
memanfaatkan kapa- sitas-kapasitas membangun keberhasilan e-
komunikasi yang baru yang bisa didapat dukungan luas government. Juga
oleh pemerintah lewat aplikasi IT baginya, dan be- rani dalam hal ini
dalam kerja mereka. untuk belajar. Hal ini diperlukan
Masalah lain dalam inovasi dan akan menghadirkan Kemitraan.
peng- gunaan IT khususnya di Negara- tanda-tanda positif Sejak awal,
negara se- dang berkembang seperti yang sangat penting pemerintah
Indonesia adalah terbatasnya yang dibutuhkan harus melihat
keterampilan dan kultur birokrasi sipil. oleh birokrasi sipil organisasi-
Pegawai negeri sipil haruslah sanggup dari pucuk organisasi di luar
dan bersedia untuk mendukung e- pimpinannya. Publik pemerintahan
government atau setidaknya harus harus memiliki sebagai mitranya
bersedia belajar dan berubah. Kultur keterli- batan pribadi dalam ha sumber
yang ada dalam tubuh biro- krasi sipil dalam keuangan,
menentukan penilaian terhadap pengembangan e- peningkatan
kemungkinan kehilangan yang akan govern- ment. Hal ini keterampilan, akses
dihasilkan oleh penerapan e-government harus diperkuat yang lebih baik dan
terhadap individu pegawai negeri sipil dan dengan secara aktif, kapasitas yang
juga terhadap kekua- tan dan efektivitas sungguh-sungguh dan memadai untuk
dari lobi anti-perubahan. kontinyu mengun- membentuk jaringan
Demikian juga dengan masalah dang partisipasi IT. Kemitraan tak
koordinasi. Koordinasi dan upaya yang masyarakat dalam boleh dijalin dengan
dibutuhkan baik dalam maupun antar pengem- bangan mengorbankan
pemerintah haruslah diperkuat terlebih aplikasi e- transparasi,
dulu sebelum aplikasi e- government government sehingga akuntabiltas atau
diterapkan untuk menghindari apli- kasi IT akan kelayan investasi
penggandaan, menjamin interoperabilita membentuk secara ekonomis.
dan memenuhi ekspektasi-ekspektasi para kebiasaan hidup dan Juga perlunya
peng- guna. Kerangka legal, e-government kerja masyarakat. monitoring dan
memun- culkan kebutuhan-kebutuhan Harus ada visi dan evaluasi.
legal yang khusus dan hal ini harus rencana- rencana Menetapkan
ReformasiBirokrasiMelaluie-Governance:
PeluangatauTantanganDalamPelayananPublik? - Zainuddin Mustapa
152
Vol. I, No. 2, Oktober 2011
birokrasi, pembenahan personel maupun Kedua, oleh siapakah atau lembaga apakah
budaya yang melingkupinya, dan aplikasi IT yang bertanggung jawab sebagai pelaksana
dalam birokrasi memang penting. Cepat atau dalam kaitan transformasi jiwa wirausaha ini
lambat Indonesia akan mengejar efisiensi dan dalam sistem birokrasi?. Sebab selama ini,
produktifitas pelayanan publiknya sesuai instansi yang terdekat dengan tugas pembena-
dengan demand masyarakat sekitarnya. Den- han, semisal Depdagri, Menkominfo, Lem-
gan kata lain fasilitas e-government di tingkat baga Administrasi Negara (LAN), Kemente-
pusat dan propinsi di Indonesia memang rian Negara Peningkatan Aparatur Negara,
perlu mendapat dukungan yang pantas. atau bahkan induk-induk departemen belum
Pengalaman banyak Negara mengisyarat- tampak secara institusional mengagendakan
kan, bahwa apabila dalam periode yang terlalu transformasi jiwa entrepreneur ini sebagai-
panjang, suatu birokrasi tak kunjung menam- mana yang diidealkan dan diangankan banyak
pakkan kesungguhannya termasuk dalam orang. Walaupun, dimeja-meja diskusi mereka
peningkatan pelayanan publiknya maka trust menyetujui ide ini.
kepada pemerintah akan turun dan pemerintah Ketiga, sudah adakah atau apa sajakah isi
akan selalu tertinggal dalammemperbaiki diri. (content) dari proses transformasi itu, yang
Di Indonesia, pembenahan birokrasi biasa- dapat dijadikan bahan rujukan spesifik dari
nya dilakukan melalui pendekatan incremental, proses dalam birokrsai kita?. Persoalan yang
perubahan yang sedikit demi sedikit, dengan muncul kemudian adalah, belum adanya me-
harapan antara lain agar didapatkan peruba- kanisme transformasi inovasi dan IT ini dalam
han yang terencana (guidance development). sistem kelembagaan pemerintah dimana
Demikian pula introduksi IT dalam pemerin- mereka bekerja. Jadi justru tataran sistemnya
tahan akan menyertai pembenahan pening- yang belum siap menerima usulan ini. Masuk-
katan mutu pelayanan. Terlalu tinggi nafsu nya jenis-jenis tugas-tugas baru dalam peme-
untuk mentransformasikan birokrasi tradi- rintahan; yaitu industrialisasi, perdagangan
sional dengan modernitas akan bisa berakibat antar Negara, investasi asing, pengelolaan
ongkos social politik yang terlalu mahal, mi- bantuan luar negeri, hal-hal baru yang yang
salnya robohnya berupa jaminan kelanjutan berkaitan dengan otonomi daerah, meng-
tersedianya lapangan kerja dalam pemerin- haruskan pejabat di daerah bekerja dengan
tahan yang tak tergantikan oleh mesin. Tapi, kemampuan yang optimal. Apabila prasyarat
masalahnya ialah, transformasi semangat diatas dapat terpenuhi maka harapan akan
pemerintahan yang modern dengan meng- peningkatan pelayanan publik akan dapat
gunakan teknologi komunikasi dan informasi diti- ngkatkan dalam waktu cepat.
ke dalam kalangan birokrasi, tidaklah simple.
Ia akan menghadapi berbagai pintu-pintu G. KESIMPULAN
(barier) antara lain, berupa pertanyaan
berikut ini; Kinerja e -government Indonesia belum
Pertama, mulai dari manakah transformasi dapat dirasakan secara signifikan baik oleh
itu dilakukan? Sebab pada prakteknya nanti, pihak internal maupun eksternal pemerintah.
orang akan dihadapkan pilihan-pilihan yang Beberapa tantangan dan hambatan masih
beragam. Sebab adalah sulit mentransformasi banyak yang harus dihadapi. Namun demikian
ide itu pada semua level birokrasi, desa/ke- seiring dengan telah disahkannya Undang-
lurahan, kecamatan, kabupaten/kotamadya, undang tentang Informasi dan Transaksi
level propinsi, level pusat atau keseluruhan se- Elektronik (UU ITE) maka terbesit harapan e-
cara berbarengan. Dan, pilihan-pilihan stra- government akan dapat lebih dirasakan oleh
ting point itu akan membawa konsekuensi- masyarakat. Di samping itu pemerintah juga
konsekuensi sendiri. Pilihan harus dimulai sudah mengeluarkan statemen yang akan
secara berbarengan, umpamanya, membawa menurunkan tarif Internet sampai 40%, hal
konsekuensi: mudah diucapkan, sulit dilak- ini akan semakin memberikan peluang yang
sanakan karena mekanisme evaluasi jadi bias. lebih besar bagi penerapan e-government
untuk masa yang akan datang.
ReformasiBirokrasiMelaluie-Governance:
PeluangatauTantanganDalamPelayananPublik? - Zainuddin Mustapa
154
Vol. I, No. 2, Oktober 2011
Public of Authority”,
Organisation Regula-tion &
s. Governance
(2007) 1, pp
Indrajit, R.E. (2002). 88–97.
Electronic
Government, Rouben, L. (ed.).
Yogyakarta: (1999)
Andi Offset. Citizens and
the New
Kumorotomo, W& Governance:
Margono, S.A. Beyond New
(2004). Public Man-
Sistem agement,
Informasi Amsterdam:
Manajemen IOS Press.
dalam
Organisasi Starling, G. (2006).
Publik, Managing
Yogyakarta: the Public
Gama Press. Sec- tor,
Boston:
Rosenau, James N Wadsworth
(2007), Publishing.
“Governing
The Un- Stiglitz, J. (2005).
governable: Globalization
The Challenge and Its
Of AGlobal Discon-
Dis- tents, New
aggregation York: New
Harper.
*
*
*
*
*
*
*
*
*
ReformasiBirokrasiMelaluie-Governance:
PeluangatauTantanganDalamPelayananPublik? - Zainuddin Mustapa
156