3. Tetapan σ* Taft
Taft (1956), memperkenalkan tetapan elektronik σ* untuk senyawa alifatik
berdasarkan kecepatan hidrolisis ester tersubstitusi X-COOCH 3 (KSX) dan ester induk
H3C-COOCH3 (KSCH3) dalam suasana asam (a) dan basa (b), yang dapat dilihat pada
persamaan sebagai berikut.
σ* = ½,48 [log (KSX/KSCH3)b – log (KSX/KSCH3)a]
Nilai F diukur dari efek substituen pada posisi para (4) daari turunan asam bisiklo
(2.2.2)oktan-1-karboksilat yang tidak ada pengaruh resonansi, dan pengaruh resonansi
untuk p-(CH3)3N+ pada asam benzoat diabaikan (R=0). Nilai R didapat dengan
mengurangkan nilai σ dengan nilai F.
F dan R tergantung pada tipe substituen dan lebih menunjukan efek induksi dan
resonansi intrinsik dan substituen.
C. Parameter Sterik
Tetapan sterik substituen dapat diukur berdasarkan sifat infrah merah gugus-gugus
dan efek gugus pada kontak obat dengan sisi reseptor yang berdekatan.
1. Refraksi Molar
Tetapan refraksi molar (molar refraction = M R) dihitung melalui persamaan Lorenz-
Lorenz sebagai berikut.
MR = (n2 – 1)/(n2 + 2) x BM/d
n = indeks refraksi
d = kerapatan (density)
BM = berat molekul.
2. Parakor
Parakor [P] adalah volume molar [V] yang telah dikoreksi dari kekuatan daya tarik
intermolekul yaitu dengan mengalikannya dengan tegangan permukaan (γ)1/4, yang
ditunjukkan secara matematik oleh persamaan berikut.
[P] = V x (γ)1/4
[P] = BM x (γ)1/4 /(D-d)
V = volume molar
γ = tegangan permukaan
D = kerapatan fasa cair
d = kerapatan fasa gas.
Berat molekul, refraksi molar dan parakor dikenal sebagai parameter ruah (bulk).
Disini diperkirakan efek sterik serupa dengan efek meruah, sehingga semakin besar
nilai positif dari substituen, efek steriknya semakin besar pula.
Kutter dan Hansch (1969), menunjukkan bahwa r av mempunyai hubungan yang linear
dengan Es yang dinyatakan dalam persamaan berikut.