Anda di halaman 1dari 5

hal. 365-370.

3. Tetapan σ* Taft
Taft (1956), memperkenalkan tetapan elektronik σ* untuk senyawa alifatik
berdasarkan kecepatan hidrolisis ester tersubstitusi X-COOCH 3 (KSX) dan ester induk
H3C-COOCH3 (KSCH3) dalam suasana asam (a) dan basa (b), yang dapat dilihat pada
persamaan sebagai berikut.
σ* = ½,48 [log (KSX/KSCH3)b – log (KSX/KSCH3)a]

KSX = tetapan kecepatan hidrolisis ester X-COOCH3


KSCH3 = tetapan kecepatan hidrolisis ester H3C-COOCH3
a,b = suasana hidrolisis a (asam) atau b (basa)
2,48 = tetapan yang didapatkan pada skala yang sama seperti tetapan Hammett.

Berbeda dengan tetapan-tetapan substituen lain yang menggunakan atom H sebagai


gugus baku, tetapan substituen Taft menggunakan metil sebagai gugus baku dan nilai tetapan
gugus metil tersebut adalah = nol.
Hubungan antara nilai σ* dan σi dinyatakan melalui persamaan berikut.
σ* = 2,51 σi
4. Tetapan F dan R Swain- Lupton
Swain dan Lupton (1968), memberikan tetapan parameter elektronik F dan R
berdasarkan pemisahan pengaruh efek induksi dan resonansi dari substituen-
substituen pada senyawa aromatik.
σ = aF + bR

F = efek induksi bidang


R = efek resonansi
a dan b = tetapan.

Nilai F diukur dari efek substituen pada posisi para (4) daari turunan asam bisiklo
(2.2.2)oktan-1-karboksilat yang tidak ada pengaruh resonansi, dan pengaruh resonansi
untuk p-(CH3)3N+ pada asam benzoat diabaikan (R=0). Nilai R didapat dengan
mengurangkan nilai σ dengan nilai F.
F dan R tergantung pada tipe substituen dan lebih menunjukan efek induksi dan
resonansi intrinsik dan substituen.

5. Tahapan elektronik dan lain-lain :


1. Tetapan reaksi, contoh: pKa (tetapan disosiasi), K (tetapan reaksi) dan t σψ (waktu
paro biologis).
2. Sifat organik fisik, contoh: E (potensial redoks), ∆ v (spektra infrah- merah) dan δ
ppm ( spektra NMR).
3. Total energi elektron dalam molekul, contoh: Etot, EHOMO dan ELEMO.

C. Parameter Sterik
Tetapan sterik substituen dapat diukur berdasarkan sifat infrah merah gugus-gugus
dan efek gugus pada kontak obat dengan sisi reseptor yang berdekatan.
1. Refraksi Molar
Tetapan refraksi molar (molar refraction = M R) dihitung melalui persamaan Lorenz-
Lorenz sebagai berikut.
MR = (n2 – 1)/(n2 + 2) x BM/d

n = indeks refraksi
d = kerapatan (density)
BM = berat molekul.

2. Parakor
Parakor [P] adalah volume molar [V] yang telah dikoreksi dari kekuatan daya tarik
intermolekul yaitu dengan mengalikannya dengan tegangan permukaan (γ)1/4, yang
ditunjukkan secara matematik oleh persamaan berikut.
[P] = V x (γ)1/4
[P] = BM x (γ)1/4 /(D-d)

V = volume molar
γ = tegangan permukaan
D = kerapatan fasa cair
d = kerapatan fasa gas.

Berat molekul, refraksi molar dan parakor dikenal sebagai parameter ruah (bulk).
Disini diperkirakan efek sterik serupa dengan efek meruah, sehingga semakin besar
nilai positif dari substituen, efek steriknya semakin besar pula.

3. Tetapan sterik Es Taft


Es = log (KSX/KSCH3)a
KSX = tetapan kecepatan hidrolisis ester X-COOCH3
KSCH3 = tetapan kecepatan hidrolisis ester H3C-COOCH3
a = suasana hidrolisis asam.

4. Tetapan sterik Esc Hancock


Esc = Es – 0,306 (n-3)

n = jumlah atom H pada posisi Cα


nilai tetapan sterik Es dan Esc tidak dapat diukur untuk banyak banyak substituen.

5. Tetapan dimensi van der waal’s


Karena gugus-gugus kimia jarang yang simetrik, radius van der waal’s tergantung
pada jarak aksis gugus yang diukur, sehingga dikenal 3 tetapan dimensi, yaitu r v(min)
(jarak minimum radius), rv(maks) (jarak maksimum radius) dan rav (jarak rata-rata
radius).

Kutter dan Hansch (1969), menunjukkan bahwa r av mempunyai hubungan yang linear
dengan Es yang dinyatakan dalam persamaan berikut.

Es = - 1,84 rav + 3,48

6. Tetapan sterik U Charton


U = rv(min) - rvH
U = rv(min) – 1,20
U mempunyai hubungan linear dengan E s yang dinyatakan melalui persamaan sebagai
berikut.
Es = 0,82 U + 4,42

7. Tetapan sterimol Verloop


Salah satu kritik terhadap tetapan-tetapan sterik diatas adalah hanya mengukur
salah satu aspek saja dari bentuk molekul. Sebagai contoh: prakor hanya
menggambarkan total volume gugus, sedangkan radius van der waal’s hanya
mengukur jarak satu bidang. Untuk memperbaiki kelemahan pengukuran tersebut,
Verloop dkk (1979), memperkenalkan parameter sterik baru dari substituen, yaitu
tetapan sterimol yang berdasarkan model pengisian ruang, dengan mengukur sdut dan
jarak ikatan substituen yang merupakan gugus fungsi penting pada molekul obat yaitu
tetapan-tetapan L, B1, B2, B3, B4, dan B5.
Nilai L (panjang substituen), B1 (lebar minimum substituen), B2, B3, B4, dan B5
(lebar maksimum substituen) ditentukan dengan memproyeksikan gugus-gugus
disekitar atau yang tegak lurus dengan L aksis. Pengukuran jarak substituen tersebut
dilakukan dengan bantuan komputer program sterimol.
Pertama kali dihitung parameter L yaitu panjang perluasan terjauh dari
substituen kearah molekul induk atau jarak antara garis singgung substituen sepanjang
L aksis, yang dinyatakan dengan jarak substituen dengan atom C6 cincin benzen dan
jari-jari van der waal’s substituen. Contoh: panjang L dari substituen H merupakan
jarak C6 – H (0,73 + 0,33 = 1,06) dan jari-jari van der waal’s (1,0) = 2,06.
Untuk menghitung nilai parameter B1, B2, B3, B4, dan B5, substituen diputar
mengelilingi L aksis, dan dihitung dari jarak bidang garis singgung Z aksis atau L
aksis. Parameter B1, B2, B3, B4 diukur dari lebar substituen dari 4 arah, sedangkan
parameter B5 merupakan lebar maksimum dari substituen.

HALAMAN 369 TERPOTONG!!!!!!!!

Anda mungkin juga menyukai