Anda di halaman 1dari 7

Journal of Public Sector Innovations, Vol. 2, No.

1, November Tahun 2017, (10 – 16)

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN


KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH (KSCT) DI KABUPATEN PACITAN

Santi Endah Lestari


Program Studi Magister Ilmu Administrasi Publik , Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya
.(santi.endah85@gmail.com)

Agus Suryono dan Tjahjanulin Domai


Program Studi Magister Ilmu Administrasi Publik , Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya

Abstrak
Latar belakang dilakukannya penelitian ini adalah masih terjadinya kesenjangan kesejahteraan antara
masyarakat yang tinggal di daerah pegunungan (wilayah bagian utara) dan masyarakat yang tinggal di
daerah pesisir (wilayah bagian selatan). Kesenjangan ini ditunjukkan dengan lebih tingginya jumlah
penduduk miskin yang ada di kawasan agropolitan daripada jumlah penduduk miskin yang ada di
kawasan pariwisata. Disamping itu jumlah industri di kawasan pariwisata lebih banyak dibandingkan
kawasan agropolitan.Selanjutnya tujuan melakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil
kebijakan Kawasan Strategis Cepat Tumbuh (KSCT) di Kabupaten Pacitan. Metode yang digunakan
adalah kualitatif dengan dengan pendekatan model proses implementasi kebijakan Grindle (1980) dan
model interaktif Miles, Huberman dan Saldana (2014) yang digunakan untuk menganalisa data dan
menampilkan keseluruhan fenomena yang ada. Sedangkan teknik pengumpulan data didapatkan dari hasil
wawancara dengan informan, studi dokumen, dan observasi. Hasil dari impementasi kebijakan KSCT
tersebu ternyata telah berhasil memberikan dampak positf kepada pengembangan kawasan cepat tumbuh
yang ada di wilayah selatan (daerah pariwisata pantai). Sedangkan di daerah agropolitan (utara) hasil
kebijkaan KSCT belum dilaksanakan dan belum memberikan dampak terhadap pengembangan kawasan
agropolitan.

Kata Kunci: kebijakan, kawasan strategis

Abstract
Background of this research is the data founded shows disparity between north area as agroplolitan area
and south area as socio cultural or tourism area. This disparity appears on poverty number in agropolitan
area (north) higher than poverty number in tourism area (south). The industry number data, however, is
also seen much higher in tourism area. This research is a study case and will discuss about the
implementation process of policy of strategic area development in Kabupaten Pacitan. Therefore, the
problems can be concluded into: How the implementation outcomes are achieved in Kabupaten Pacitan.
Those, subjectives of this research are determined to understand and exhibit the KSCT implementation
outcomes. The methode is using qualitatif approach with Grindle (1980) implementation model.
Interactive model of Miles Huberman. And Saldana is also apllied for analysing and explaining the
otucomes of implementation phenomenon. While for data collecting, some depth intreviews, document
observations are elaborated to fulfil the data requirements. The result of this research is the
implementation has given the positive outcomes just for south area (tourism area). While the outcomes of
this KSCT implementation in the north has not been accepted by people in the agropolitan area

Keywords: policy, strategic area

dukungan, throughput adalah sistem politis dan output


PENDAHULUAN
adalah kebijakan. Beberapa akademis mulai
Nugroho (2017: 537) menyampaikan bahwa model mengembangkan model proses implementasi dari Easton
proses kebijakan yang paling klasik adalah model Easton tersebut. Beberapa model proses implementasi tersebut
yang menyatakan bahwa kebijakan adalah output dari ada yang bersifat liner diantaranya model Andersen dan
sistem (politik) yang terdiri dari input, throughput, dan Model Dye. Model Andersen menyebutkan bahwa proses
output. Input yang dimaksud adalah tuntutan dan implementasi dimulai dari policy agenda, policy

10
Lestari, Suryono dan Domai: Implementasi Kebijakan Pengembangan Kawasan Strategis Cepat Tumbuh…

formulation, policy adoption, policy implementation dan meliputi sandang, pangan , papan, tetapi juga pada
policy evaluation. Sedangkan dari model proses kemudahan mengakses pelayanan publik seperti air
implementasi Dye diawali dari (1) Identification of policy bersih, transportasi, sanitasi, kesehatan, dan pendidikan.
problem, (2) Agenda Setting (3) Policy Formulation, (4) Hal tersebut sesuai dengan dokumen yang diterbitkan
Policy Legitimation (5) Policy Implementation dan (6) oleh ILO yang berjudul Growth and Basic Needs dimana
Policy Evaluation. Basic Needs adalah tema sentral dan unggulan untuk
Kebijakan publik yang telah disyahkan oleh pembangunan dunia ke tiga (Suryono, 2010: 20).
kekuatan hukum yang selanjutnya dilaksanakan oleh Penerapan pembangunan basic needs tersebut lebih
implementor, seringkali menimbulkan konflik yang dapat cocok diterapkan di daerah pedesaan sehingga
mempengaruhi pelaksanaan kebijakan dan pendekatannya bukan central planing melainkan lebih
keberlangsungan kebijakan. Selain itu kebijakan yang bersifat community development.
membingungkan juga dapat dijadikan alasan implementor Kesejahteraan sangat erat hubungannya dengan
untuk tidak melaksanakan kebijakan tersebut “Unclear kemiskinan. Kemiskinan dalam arti luas dapat meliputi
or confusing policy objectives or actions may be one kemiskinan di bidang ekonomi, sosial, budaya, politik ,
reason why some policies are not implemented” ( iman dan akhlak (Suryono dan Noor 2016). Sen (1999:3)
Ketidakjelasan dan tujuan atau kebijakan yang juga berpendapat bahwa pembangunan adalah sebuah
membingungkan merupakan kemungkinan penyebab proses kebebasan dimana semua orang berhak
kenapa beberapa kebijakan tidak dijalankan) (Calista menikmatinya sehingga dengan pembangunan
1994:32)1 dalam jurnal (Mthethwa, 2012). diharapkan akan terbebas dari kemiskinan dan
Sedangkan Grindle (1980) mengemukakan bahwa keterbelakangan. Mubyarto dalam Daldjoeni(1998:88)
implementasi ditentukan oleh dua hal yaitu isi kebijakan mengatakan
(content of policy) dan lingkungan implementasi (context “Membangun desa miskin berarti meningkatkan
of implementation) . Isi kebijakan (content of policy) kemampuan rakyat dengan cara mengembangkan dan
mencakup (1) sejauh mana isi kebijakan memuat mendinamisasikan potensinya. Pembangunan tersebut
kepentingan kelompok sasaran atau target groups (2) dapat dilihat dari tiga sisi: Pertama menciptakan iklim
jenis manfaat yang diterima oleh target group; (3) sejauh yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang.
mana perubahan diinginkan dari sebuah kebijakan; (4) Kedua, memperkuat potensi ekonominya lewat
Kedudukan pembuat kebijakan; (5) Pelaksana program; peningkatan pendidikan, kesehatan, serta terbukanya
(6) Sumber daya yang dikerahkan. Sedangkan context of kesempatan untuk memanfaatkan peluang-peluang
implementation menurut Grindle memuat (1) kekuasaan, ekonomi. Ketiga, mengembangkan ekonomi rakyat dan
kepentingan, dan strategi aktor yang terlibat; (2) mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang,
Karakteristik lembaga dan penguasa; (3) Kepatuhan dan serta mencegah eksploitasi golongan ekonomi yang kuat
daya tanggap. atas yang lemah. Upaya ini dalam rangka proses
Keterlibatan pusat dalam penentuan strategi di pemberdayaan pengembangan prakarsanya.”
daerah tampak dari berbagai macam peraturan-peraturan Beberapa bentuk pembangunan dapat
kebijakan pusat. Kebijakan yang bersifat top down memunculkan “inequalitity” diantara beberapa wilayah
tersebut seharusnya dapat dipahami oleh pelaksana dan ada pula pembangunan lain yang digunakan untuk
kebijakan di daerah, begitu juga dengan tujuan yang mengurangi “inequality” tersebut (Willis, 2000:8).
terdapat dalam isi kebijakan yang harusnya secara jelas Jangan sampai perencanaan yang dibuat oleh perencana
menjabarkan tentang perihal apa saja yang harus dipenuhi memunculkan ada “missing people” yang tidak tersentuh
untuk mencapai tujuan yang dimaksud tersebut. Namun pembangunan atau pembangunan yang diberikan tidak
kebijakan-kebijakan top down tersebut sebagian besar memberikan efek positif pada masyarakat misalkan
masih bersifat umum, sehingga para birokrat di daerah pendapatan yang layak hanya diperoleh masyarakat
sering mengambil tindakan diskresi pada pelaksanaannya tertentu. Adanya distribusi pendapatan yang menurut
dimana kebijakan top down tersebut tidak sesuai atau Suryono( 2010; 148) ) tidak merata ini dapat
tidak mencakup permasalahan-permasalahn di lapangan menyebabkan kemiskinan relatif. Chambers (1987) juga
(Ali, 2006:52). berpendapat bahwa kemiskinan muncul karena adanya
Gambaran umum suatu masyarakat dikatakan proses interaksi dari berbagai faktor akibat dari situasi
makmur dan sejahtera adalah apabila minimal mereka ketidakadilan, ketidakpastian, ketimpangan,
sanggup memenuhi kebutuhan dasarnya yang tidak hanya ketergantungan dalam struktur masyarakat.
Untuk mendorong percepatan pengembangan
1
Calista, D. 1994. Policy Implementation. In Nagel, S. (ed.) kawasan yang berpotensi sebagai pusat pertumbuhan
Encyclopaedia of policy studies, pp.117-155. New
York: Marcel Dekker wilayah, serta untuk mendorong pertumbuhan daerah

11
Journal of Public Sector Innovations, Vol. 2, No. 1, November Tahun 2017, (10 – 16)

tertinggal dan perbatasan, maka Pemerintah Kabupaten Sedangkan untuk mengetahui bagaimana dampak dari
Pacitan mengeluarkan kebijakan yang tertuang dalam sebuah kebijakan, dilakukan wawancara kepada pelaku
Surat Keputusan Bupati Pacitan Nomor: 188.45/ 30. A usaha yang ada di pusat pertumbuhan agrpolitan dan
/KPTS/ 408.21/2012 tentang Kawasan Strategis dan pusat pertubumbuhan pariwisata. Pelaku usaha tersebut
Cepat Tumbuh di Kabupaten Pacitan. Surat keputusan ini antara lain pengusaha minuman herbal, pengusaha dan
dijadikan dasar kebijakan daerah untuk melakukan petani tanaman janggelan. Sedangkan di pusat
kegiatan-kegiatan pembangunan yang ditujukan di pertumbuhan kawasan pariwisata dilakukan wawancara
kawasan yang telah ditetapkan. Untuk melaksanakan kepada pemiliki warung, perental ATV, penyewa perahu.
kebijakan yang diturunkan oleh Kepala Daerah, Bappeda
sebagai lembaga perencana pembangunan seyogyanya HASIL DAN PEMBAHASAN
merespon kebijakan Bupati tersebut kedalam sebuah Hasil
perencanaan strategis yang termuat dalam sebuah 1. Content Kebijakan KSCT
dokumen perencanaan KSCT. Namun sayangnya hingga Kebijakan KSCT diambil sebagai langkah atau
tahun 2016, ketersediaan dokumen yang memuat secara upaya dan grand design untuk menumbuhkan pusat
khusus dan terperinci tentang tujuan sasaran dan target perekonomian baru di Kabupaten Pacitan dan
yang hendak dicapai dalam kebijakan KSCT sebagai mengurangi ketimpangan kesejahteraan yang terjadi di
misal dokumen masterplan KSCT Kabupaten Pacitan Kabupaten Pacitan. Dalam dokumen laporan
belum tersedia. Sehingga pelaksanaan implementasi pendahuluan Penyusunan Dokumen Pengembangan
kebijakan KSCT terkesan tidak terarah. KSCT dinyatakan bahwa arah kebijakan dimaksudkan
Secara Administratif, Kabupaten Pacitan terdiri untuk mendukung pusat pertumbuhan antara lain:
dari dua belas kecamatan yang meliputi Kecamata Kebijakan Sosiokultural (Kawasan Pariwisata):
Donorojo, Kecamata Pringkuku, Kecamatan Punung, a. Pengembangan sistem keruangan wisata terpadu
Kecamatan Pacitan, Kecamatan Kebonagung, Kecamatan melalui pembentukan kawasan pengembangan
Arjosari, Kecamatan Banda, Kecamatan Nawangan , pariwisata dengan tema-tema khusus;
Kecamatan Tegalombo, Kecamatan Tulakan, Kecamatan b. Pengembangan fasilitas layanan wisata terpadu
Ngadirojo, dan Kecamatan Sudimoro. Masyarakat yang dalam rangka pembentukan simpul-simpul-simpul
tinggal dikabupaten ini sangat menggantungkan hidupnya pusat pelayanan skala regional dan lokal;
pada sumber daya alam yang tersedia. Di daerah selatan c. Pengembangan produk kepariwisataan yang
masyarakat sangat menggantungkan hidupnya pada laut mengacu pada pendekatan koridor wisata terbatas
dan sawah. Sedangkan yang berada di daerah utara lintas batas wilayah (borderless tourism).
masyarakat menggantungkan hidup sebagai petani dan Kebijakan daerah yang tertuang dalam dokumen
sektor perdagangan. Keberadaan sawah yang terus pengembangan KSCT pada kawasan strategis ekonomi
berkurang yang diakibatkan oleh beberapa macam (Kawasan Agropolitan) adalah peningkatan pelayanan
bencana seperti tanah longsor dan kekeringan serta alih kebutuhan dasar untuk mendukung kegiatan pertanian,
fungsi lahan sangat mempengaruhi kesejahteraan. namun dengan prinsip utama yang mengarah pada
pelestarian lingkungan hidup. Strategi yang
dikembangkan untuk mendukung kebijakan kawasan
METODE strategis ekonomi adalah pengembangan potensi
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif pertanian, dan industri yang mendukung pendekatan
dengan teknik yang digunakan adalah menggunakan agrobisnis serta penyediaan infrastruktur yang memadai.
observasi, depth interview, dokumen. Teknik purposive Sedangkan pada kawasan strategis tekhnologi
interview dipilih sebagai langkah awal untuk mendapat tinggi kebijakan yang ada adalah pengembangan PLTU
informasi yang selanjutnya dari informan akan yang berada di Kecamatan Sudimoro. Kebijakan kawasan
ditunjukkan informan lainnya yang dapat menjelaskan tekhnologi tinggi diarahkan untuk mengembangkan
peristiwa secara lebih mendalam dan menyeluruh. Lokasi kegiatan-kegiatan di dalamnya dengan tetap menjaga
penelitian adalah di Bappeda sebagai leading kelestarian lingkungan. Namun pengembangan kawasan
perencanaan kebijakan KSCT (Kawasan Strategis Cepat teknologi tinggi tidak menjadi fokus dalam penelitian ini.
Tumbuh) dan merupakan instansi dimana dokumen Dalam permendagi Nomor 29 tahun 2008 pasal 9
terkait KSCT tersedia.Informan adalah kepala Bappeda, dinyatakan bahwa:
Kepala Bidang Analisa Data Perencanaan dan a. “Pelaku usaha baik skala mikro, kecil, menengah,
Pengendalian Pembangunan , Kepala Bidang dan besar merupakan pelaku utama pengembangan
Pembangunan Manusia dan Masyarakat, Kepala Bidang sektor riil di kawasan strategis cepat tumbuh di
Ekonomi Sumber Daya Alam dan Infrastruktur. daerah;

12
Lestari, Suryono dan Domai: Implementasi Kebijakan Pengembangan Kawasan Strategis Cepat Tumbuh…

b. Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan terhadap perkembangan pembangunan yang ada di
pemerintah daerah kabupaten/kota memfasilitasi Kabupaetn Pacitan. Dengan masuknya Kabupaten
kegiatan pelaku usaha sebagaimana dimaksud Pacitan sebagai kawasan karst dan Geopark dunia turut
pada ayat (1)”. mendorong perkembangan wisata pantai yang ada di
Sedangkan dari beberapa prinsip yang dapat Kabupaten Pacitan. Maka tidak heran pada dokumen
dilihat dari Permendagri Nomor 29 tahun 2008 RTRW perencanaan-perencanaan lebih banyak memuat
disebutkan: perencanaan pada pengembangan pariwisata daripada
a. “peningkatan keterkaitan bisnis yang saling pengembangan agropolitan yang berbasis pengembangan
menguntungkan antara pelaku usaha skala besar, di sektor produksi pertanian. Di Kabupaten Pacitan
dengan usaha mikro, kecil, dan menengah urusan pertanian diselenggarakan oleh OPD-OPD yaitu
(UMKM) melalui pemberdayaan masyarakat Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan (Distanak) serta
UMKM; Dinas Pangan. Dari segi perencanaan terkait KSCT,
b. keadilan di antara pelaku usaha di hulu dengan di Bappeda Kabupaten Pacitan melaksanakan kebijakan
hilir”. terkait KSCT melakukan aksinya yang dibiayai dalam
Jadi dari isi yang termuat dalam Permendagri APBD melalui program Perencanaan Pengembangan
tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa yang menjadi Wilayah Strategis Cepat Tumbuh. Untuk mencapai
pelaku dalam pengembangan KSCT adalah pelaku usaha program tersebut kegiatan yang dilaksanakan adalah
baik kecil, mikro dan menengah yang berada di kawasan Penyusunan Perencanaan Pengembangan Wilayah
agropolitan dan kawasan pariwisata dan pengusaha baik Srategis dan Cepat Tumbuh dan hasil yang didapatkan
di hilir maupun di hulu . Peran pemerintah dalam hal dari pelaksanaan kegiatan ini adalah dokumen
pengembangan KSCT adalah sebagai fasilitator dan perencanaan pengembangan wilayah strategis dan cepat
stabilitator yang dapat menjaga keadilan antar pelaku tumbuh dan arahan clusterisasi kawasan industri.
usaha. Pelaku usaha dalam penelitian ini adalah pelaku Rencana induk yang memuat tentang kebijakan
usaha yang ada di kawasan agropolitan dan di kawasan dan strategi pengelolaan potensi, masalah dan peluang
pengembangan pariwisata. pengembangan kawasan tersebut disusun ke dalam
Setelah melihat beberapa aspek dari hasil analisa- skenario arah kebijakan pengembangan kawasan
analisa yang dilakukan maka dalam rencana induk dituangkan dalam laporan awal dan laporan akhir
pengembangan KSCT tahun 2015 dilakukan penataan Penyusunan Dokumen Pengembangan Kawasan Strategis
alokasi ruang KSCT untuk mengoptimalkan pengelolaan Cepat Tumbuh Kabupaten Pacitan . Adapun tujuan dalam
ruang KSCT. penyusunan dokumen tersebut adalah untuk mendorong
Dalam dokumen KSCT hasil analisa selanjutnya percepatan pertumbuhan dan perkembangan daerah atau
tentang pengembangan KSCT didapatkan pusat-pusat kawasan yang berpotensi berdasarkan potensi
pengembangan industri: unggulannya serta mengurangi kesenjangan dengan
a. Pusat industri terpadu : Kecamatan Pacitan daerah lainnya sehingga terwujud keterpaduan,
b. Kawasan Minapolitan : Kecamatan Ngadirojo keseimbangan dan keserasian pertumbuhan antar wilayah
c. Industri Pengolahan dan Pemasaran: Kecamatan Dokumen perencanaan tersebut belum memiliki
Ngadirojo, Tulakan kekuatan hukum yang mana tidak ada keputusan bupati
d. Kawasan Agropolitan : Titik-titik tersebut atau peraturan daerah sesuai aturan perundang-undangan
mencakup dua kecamatan yaitu Bandar dan sehigga untuk pelaksanaannya tidak bersifat memaksa
Nawangan sebagai satu kesatuan fungsi kawasan dan bukan hal yang wajib dilaksanakan. Jika melihat
agropolitan kembali dari isi Permendagri Nomor 29 tahun 2008 pada
e. Kawasan Ekowisata : Kecamatan Punung Pasal 7 :
(1) Kawasan Strategis Cepat Tumbuh di daerah
ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
2. Conteks (Lingkungan) Kebijakan
Telah dijelaskan diatas bahwa pelaksanaan KSCT (2) Penetapan Kawasan Strategis Cepat Tumbuh
di Kabupaten Pacitan pada awal pelaksanaannya di daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
mengacu pada dokumen RTRW Kabupaten Pacitan disampaikan kepada Menteri Dalam Negeri dengan
2010-2028. Sehingga kebijakan-kebijakan terkait tembusan Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah Non
penataan ruang pada saat itu dipengaruhi oleh komitmen Departemen terkait.
politis antara Kepala Daerah periode 2006-2011. Dari Pasal (7) ayat 1 Permendagri Nomor 29
Terpilihnya kepala negara yang berasal dari Pacitan kala tahun 2008, Bappeda Kabupaten Pacitan telah
itu juga turut memberikan pengaruh yang sangat besar mengusulkan kawasan-kawasan strategis yang menjadi

13
Journal of Public Sector Innovations, Vol. 2, No. 1, November Tahun 2017, (10 – 16)

pilihan untuk ditetapkan yaitu dengan keluarnya SK yang diperoleh di lapangan menunjukkan bahwa
Bupati tentang KSCT Kabupaten Pacitan yang memuat implementasi kebijakan sebagian besar dilakukan untuk
tentang wilayah-wilayah KSCT di Kabupaten Pacitan. pengembangan kawasan pariwisata saja. Sehingga impact
Untuk mendapatkan pendanaan KSCT , SK bupati atau dampak yang paling besar akan dirasakan oleh
tersebut telah dikirimkan kepada Menteri Dalam Negeri. masyarakat yang ada di kawasan prioritas.
Sehingga pasal 7 Permendagri Nomor 29 tahun 2008 Content-content mengenai tujuan kebijakan KSCT
telah secara adminstrasi dilaksanakan oleh Pemerintah sebenarnya hampir mirip dengan apa yang disampaikan
Daerah Kabupaten Pacitan. dalam konsep perencanaan Al haq (1995). Namun konsep
Rencana induk yang ada di Bappeda yaitu perencanaan KSCT belum mencakup beberapa elemen
Rencana (RIPDA) 2016-2025 yang menjabarkan tentang dari Al-Haq, hal ini nampak pada hasil empiris di
rencana pariwisata karena hal ini merupakan tuntutan dari lapangan (1) Belum terwujudnya keseimbangan yang
RIPNAS itu sendiri. Karena keterbatasan pendanaan yang menjadi neraca manusia (ketrampilan, distribusi
tersedia maka pemerintah daerah mengambil kebijakan pendapatan relatif dan kemiskinan ,pengangguran dan
untuk memilih menyusun RIPDA terlebih dahulu kesempatan kerja, distribusi antara kota dan desa, level
daripada penyusunan Rencana induk KSCT itu sendiri. pembangunan manusia, bagaimana budaya dan perilaku
Karena RIPDA sendiri merupakan kebijakan pendukung warga setempat, (2) Belum menjadikan kebutuhan dasar
KSCT, jadi kawasan strategis yang menjadi prioritas manusia sebagai target utama dalam perencanaan namun
untuk dikembangkan yaitu kawasan strategis pariwisata lebih memikirkan pembangunan fisik yang ditujukan
sosiokultural (pariwisata) Kabupaten. untuk produksi dan konsumsi, (3) Belum ada kejelasan
Sedangkan rencana pengusahaan yang disusun perencananaan pembangunan tentang bagaimana
secara lima tahunan yang dimaksud dalam pasal 15 mendistribusikan hasil produksi dan kebijakan yang
Permendagri Nomor 29 tahun 2008 belum dilakukan menjamin hasil produksi tersebut dapat terdistribusi,
karena SK bupati tentang KSCT diterbitkan pada tahun termasuk action programmes dan mekanisme pengiriman
2012. Rencana pengusahaan hendaknya disusun kembali sehingga mendorong kaum miskin untuk berproduksi
pada tahun 2017. Sedangkan yang dimaksud dengan khususnya para petani cilik dan pengusaha kecil (4)
rencana pengusahaan adalah rencana pengembangan Belum optimalnya strategi pembangunan manusia yang
sektor dan produk unggulan sebagai penggerak desentralisasi untuk melibatkan partisipasi masyarakat
perekonomian di kawasan strategis dan kemandirian; (5) Tidak ditemukannya Rencana
provinsi/kabupaten/kota dalam kurun waktu lima tahunan pembangunan harus memuat human framework untuk
sesuai dengan Rencana Induk, yang memuat proyeksi menganalisa kinerjanya.
pengembangan hulu-hilir sektor dan produk unggulan, Dampak ketimpangan kesejahteraan yang terjadi
informasi dan akses pasar, akses permodalan, akses tidak terlepas dari efek negatif dari prioritas
teknologi, aksesibilitas prasarana (infrastruktur) dan pembangunan. Belum terwujudnya keseimbangan yang
sarana pendukung transportasi dan distribusi, guna menjadi neraca manusia dapat disebabkan dari keinginan
meningkatkan produk-produk yang berdaya saing di pemerintah dan target Bupati untuk meningkatkan PAD
pasar lokal, pasar regional, pasar nasional dan pasar dan pertumbuhan ekonomi dan hal tersebut merupakan
internasional. faktor yang ikut bertanggung jawab atas ketimpangan
Daya tanggap dapat ditunjukkan bagaimana tersebut. Daerah yang mendapatkan prioritas
pemahaman implementor dalam merumuskan tujuan di pengembangan akan merasakan betul efek
daerah untuk disinergiskan dengan tujuan induk KSCT pengembangan tersebut. Sedangkan daerah yang belum
yaitu Permendagri Nomor 29 Tahun 2008 tersebut. berhasil berkembang tampaknya harus lebih bersabar,
Tujuan yang termuat dalam pengembangan KSCT menanti giliran pengembangan selanjutnya.
tersebut juga harus sejalan dengan tujuan pengembangan Strategi pembangunan yang belum menjadikan
wilayah strategis yang ada dalam RTRW Kabupaten kebutuhan dasar manusia sebagai target utama dalam
Pacitan. perencanaan namun lebih memikirkan pembangunan fisik
yang ditujukan untuk produksi dan konsumsi, tampak
Pembahasan dalam Impact yang dirasakan oleh masyarakat. Kebijakan
Outcomes merupakan hasil keluaran program pengembangan kawasan dengan memilih desa yang
sedangkan impact jangkauannya lebih luas lagi yaitu dianggap sebagai penarik utama ternyata hanya
dampak yang dirasakan masyarakat atau kelompok membawa manfaat positif bagi sebagian penduduk saja,
sasaran akibat dari kebijakan yang diimplementasikan. yang dalam tesis ini adalah penduduk yang tinggal di
Sehingga bentuk-bentuk program tersebutlah yang kawasan-kawasan pesisir.
hasilnya akan diterima oleh penerima kebijakan. Hasil

14
Lestari, Suryono dan Domai: Implementasi Kebijakan Pengembangan Kawasan Strategis Cepat Tumbuh…

Dalam teori Tarigan (2004) menyebutkan bahwa seperti yang terjadi sampai saat ini.Jika pelaksanaannya
Growth Pole (pusat pertumbuhan) memiliki dua cara parsial,maka yang terjadi adalah ketimpangan dan
yaitu secara fungsional dan geografis dan harus memiliki ketidakseimbangan. Karena keseimbangan
berbagai multiplier effect (unsur pengganda), nilai perencanaannya belum terwujud maka perencanaan dari
ekonomi, konsentri geografis, dan sifat mendorong segi holistik, tematik dan spasial, integratif juga tidak
pertumbuhan daerah sekitar. Jika secara fungsional pusat terwujud.
pertumbuhan berada pada posisi konsentris kelompok Desa Jeruk Kecamatan Bandar memang memiliki
usaha atau cabang industri, sehingga mampu daya tarik bagi pedagang luar untuk datang mengambil
menstimulasi kehidupan ekonomi baik ke dalam maupun komoditas bahan baku dari Bandar dan Nawangan.
ke luar kawasan. Sedangkan pertumbuhan secara Namun Kawasan ini belum mampu memberikan
geografis, berarti pusat pertumbuhan tersebut memiliki mutiplier effect dan gaya dorong desa lainnya. Hal
fasilitas dan kemudahan yang dapat menarik berbagai lemahnya gaya dorong ini karena sangat minimnya
usaha untuk berlokasi di daerah tersebut. Pusat aktifitas produksi. Lemahnya produksi disebabkan belum
pertumbuhan ini menurut penulis mirip seperti pola pada tampak adanya upaya untuk memperjuangkan nilai
pusat pertumbuhan kawasan pantai desa Klayar yang tambah dan pengembangan kawasan agropolitan yang
dengan keindahan alam mampu menarik usaha-usaha lain mengarah kepada human framework, namun lebih
berkembang di lokasi tersebut. Namun sejauh mana memfasilitasi pergerakan aliran barang mentah keluar
pengaruh keluar ini belum ada ukuran secara pasti. kabupaten daripada mengolah dan menjual hasil produksi
Efek pembangunan tidak hanya dirasakan oleh ke dalam kabupaten. Peningkatan nilai tambah komoditas
warga Desa Sendang saja, namun mampu membawa efek unggulan Bandar Nawangan selama ini masih menjadi
yang positif bagi penduduk dari Desa Kalak Kecamatan milik kabupaten lain dimana pengolahan minuman sari
Donorojo, dan Desa Dersono Kecamatan Pringkuku. janggelan berada di Kabupaten Ponorogo.
Pusat KPP Punung pun turut mendapat manfaat dengan Ketidakseimbangan yang terjadi antara
semakin ramainya pengunjung yang datang ke pantai pembangunan fisik dan SDM khususnya di kawasan
Klayar. Di kota Kecamatan Punung yang letaknya agropolitan disebabkan karena perencanaan yang belum
strategis tersebut, dapat dijumpai beberapa toko atau menjadikan kebutuhan dasar manusia sebagai target
kios-kios yang menjual makanan-makanan lokal seperti utama dalam perencanaan namun lebih memikirkan
produk olahan ikan, dan makanan tradisional lainnya. pembangunan fisik. Dimana saat ini masyarakat yang ada
Dari Al Haq diatas tentang tidak ada kejelasan di kawasan agropolitan sangat membutuhkan inovasi,
distribusi secara komprehesif dan terintegratif dalam pelatihan dan peningkatan sumber daya manusia. Contoh
konsep KSCT hal ini tampak pada kurangnya analisa impact yang terjadi di agropolitan adalah kurang
konsep hulu dan hilir. Tidak berkembangnya hulu di difikirkannya konsep pengembangan SDM dalam inovasi
agropolitan salah satu yang dapat dijadikan alasan adalah dan kreatifitas atau minimnya pelatihan. Kurangnya
jauhnya jangkauan dan sulitnya mendapatkan pasar. Di aktifitas warga lokal pada kegiatan ekonomi menjadikan
kecamatan Arjosari, yang berbatasan langsung dengan pembangunan fisik atau sarana jalan kurang bermanfaat
kecamatan Nawangan terdapat potensi pasar (hilir) yang untuk masyarakat lokal. Jalan tersebut justru lebih
belum dikaji lebih dalam. Pasar ini adalah wisata banyak menguntungkan para tengkulak dari luar yang
banyuanget yang memiliki trend kunjungan wisatanya akan mengangkut hasil bumi dari kawasan agropolitan.
meningkat setiap tahun. Sehingga adanya pemikiran Namun hasil penelitian sedikit berbeda dengan
untuk memperhatikan aspek sistem lokal produksi hasi implementasi kawasan agropolitan di Kabupaten
sehingga mendorong kaum miskin untuk berproduksi Bangkalan yang dilakukan oleh Dhoni (2012).
khususnya para petani cilik dan pengusaha kecil juga Pengembangan kawasan di Kabupaten Bangkalan tidak
patut dipertimbangkan dalam pengembangan kawasan didukung dengan penyediaan infrastruktur yang baik.
KSCT disamping itu pemerintah harus memiliki Sedangkan pengembangan kawasan agropolitan di
kebijakan yang menjamin hasil produksi tersebut dapat Kabupaten Pacitan, dukungan infrastruktur jalan sudah
terdistribusi yaitu dengan menyediakan dan memberikan mulai dilakukan pembenahan dan perbaikan. Hasil
fasilitas pasar. penelitian di lapangan diperoleh hasil jalan yang sudah
Infrastruktur di agropolitan belum mampu bagus. Namun upaya penyediaan jalan kurang disertai
menciptakan konektivitas antar wilayah, yang seharusnya dengan penyediaan pelatihan dan peningkatan kualitas
didukung dengan keterpaduan visi misi OPD dan pelaku SDM di kawasan agropolitan. Sedangakan akses
usaha yang ada di Kabupaten Pacitan. Seharusnya sektor permodalan bagi pelaku usaha di kawasan sudah tersedia
pariwisata dan agropolitan memiliki keterpaduan dan seperti bank, dan bantuan permodalan dari pemerintah.
saling mendukung, sehingga tidak berjalan secara parsial

15
Journal of Public Sector Innovations, Vol. 2, No. 1, November Tahun 2017, (10 – 16)

Sehingga untuk mengembangkan suatu kawasan Suryono, Agus. 2010. Dimensi-Dimensi Prima Teori
sektor-sektor harus mendukung. Sebaik apapun sarana Pembangunan. Malang: Universitas Brawijaya Press
dan prasarana juga tidak akan bermanfaat apabila yang (UB Press).
menggunakan hanya sedikit atau jarang digunakan.
Suryono, Agus, Noor, Tauchid. 2010. Teori-Teori Sosial.
Begitu pula sebaliknya, suatu daerah juga tidak bisa Malang: Universitas Negeri Malang
berjalan sesuai dengan fungsinya apabila infrastruktur
juga tidak mendukung. Sebaik apapun kualitas Tarigan, Robinson. 2004. Perencanaan Pembangunan
manusianya tanpa ditunjang sarana juga akan sulit untuk Wilayah. Jakarta: Bumi Aksara
mencapi tujuan yang diharapkan. Sehingga keterkaitan
semua unsur mutlak diperlukan untuk mengembangkan Willis, Katie. 2005. Theories and Practices of
Development. New York: Taylor & Francis e-Library.
suatu kawasan. Suatu kebijakan yang paling utama
adalah ditujukan untuk manusia, jadi konsep human
framework dan basic needs harus melekat pada
perencanaan-perencanaan program pengembangan suatu
kawasan.

PENUTUP
Simpulan
Hasil yang diperoleh tampak pada pembangunan
yang pesat di Desa Sendang Kecamatan Donorojo,
sehingga Impact bagi masyarakat di kawasan yang
berhasil tumbuh adalah tersedianya peluang-peluang
usaha baru dan kelompok-kelompok usaha binaan
pemerintah di sektor pariwisata. Dampak negatif dari
kebijakan KSCT ini adalah belum mampu mengurangi
tingkat kesenjangan antara kawasan utara dan selatan
yang terjadi akibat kawasan di utara tidak masuk dalam
kebijakan prioritas baik daerah maupun nasional.

Saran
Diperlukan adanya kejelasan perencanaan
distribusi secara komprehesif tentang kejelasan sistem
hulu dan hilir dan terintegratif (kesatuan tiga kawasan)
dalam konsep KSCT yang mengakomodir seluruh
kepentingan dan produk unggulan yang ada di tiga
kawasan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Daldjoeni, N. 1987.Geografi Kota dan Desa.Bandung: PT
alumni

-----------------. 1997. Geografi Baru (Organisasi


keruangan Dalam teori dan Praktek). Bandung:
Alumni

Dye, Thomas R.19881. Understanding Public Policy,


Prentice-Hall, New Jersey

Grindle, S. Merilee. 1980. Politics and Policy


Implementation in The Third Wolrld. New Jersey :
Princeton University Press.

16

Anda mungkin juga menyukai