Tahapan Pemetaan Dan Pengenalan Aplikasi
Tahapan Pemetaan Dan Pengenalan Aplikasi
3
Tahapan Pemetaan dan
Pengenalan Aplikasi
RASTER2 15
TAHAPAN PEMETAAN DAN APLIKASI
RASTER2 16
TAHAPAN PEMETAAN DAN APLIKASI
Payload : merupakan kemampuan daya angkut yang dimiliki oleh suatu wahana
terbang, dalam pemotretan udara beban yang ditanggungkan pada wahana
antara lain sensor kamera, bahan bakar/ baterai dan komponen elektronik
lainnya. Keseluruhan beban yang akan dibawa seharusnya disesuaikan dengan
kemampuan pesawat untuk dapat terbang optimal. Parameter ini juga menjadi
salah satu pertimbangan pemilihan jenis kamera yang tepat terkait beban
kamera terhadap wahana.
Kemampuan Daya Jelajah dan Ketinggian Terbang: Luasan area, skala, dan
desain jalur terbang (pertampalan samping/ sidelap) amat menentukan
panjang jalur terbang yang harus dijelajahi oleh pesawat, sehingga kemampuan
jarak jelajah maksimal menjadi pertimbangan dalam menentukan jenis
pesawat. Jarak jelajah maksimal pesawat terkait dengan bahan bakar/baterai,
tipe pesawat, dan kondisi angin. Semakin besar kapasitas bahan bakar/daya
baterai maka daya jelajah pesawat akan semakin jauh; namun hal tersebut
dibatasi juga oleh kemampuan payload pesawat. Kondisi angin juga
berpengaruh terhadap kinerja mesin dan konsumsi bahan bakar/baterai,
sehingga hal tersebut juga harus dipertimbangkan dalam pemilihan wahana.
Semakin tinggi terbang pesawat, area yang tercakup semakin luas dan jarak
jalur terbang yang harus ditempuh semakin pendek, namun hal tersebut
dibatasi oleh kemampuan kamera mengingat semakin tinggi wahana terbang
maka resolusi spasial yang dihasilkan akan semakin rendah. Pesawat dapat
saja terbang hingga mencapai ketinggian 1 km, namun tentunya resolusi
spasial yang dihasilkan tidak akan sebaik apabila terbang pada ketinggian lebih
rendah meskipun harus diikuti dengan jarak terbang yang semakin jauh.
Kecepatan jelajah wahana berpengaruh terhadap pemilihan jenis sensor (foto
atau video) dan pengaturannya. Hal ini akan berpengaruh terhadap penentuan
kecepatan rana (shutter speed) untuk meminimalisir dan menghindari nilai
Apparent Image Motion (AIM) yang besar. Nilai AIM yang besar menyebabkan
objek dalam foto akan menjadi kabur (blur). Kecepatan wahana juga
berpengaruh terhadap pertimbangan kemampuan dan pengaturan
intervalometer kamera untuk memotret, hal ini agar endlap yang telah
ditentukan dapat terpenuhi.
4) Penentuan Jumlah Personel Terdapat beberapa peran yang sebenarnya ada dalam
pengoperasian UAV antara lain project leader/coordinator, pilot, co-pilot, take-off
landing crew, teknisi, dan tim GCP. Tiap orang dalam tim tersebut mempunyai
peran masing-masing, namun dalam prakteknya tidak jarang beberapa peran
dapat dirangkap oleh satu orang. Pengalaman tim penulis, biasanya membutuhkan
5-6 orang untuk melakukan pemotretan udara dengan UAV, dimana pilot
merangkap sebagai teknisi, kemudian coordinator dapat merangkap sebagai co-
pilot, dan 3–4 orang lainnya dapat menjadi tim GCP untuk melakukan pemasangan
dan pengukuran GCP menggunakan gps geodetik. Apabila tim GCP telah
memasang marker, maka sebagian akan menuju tempat take-off untuk membantu
pilot dan co-pilot dalam menerbangkan pesawat dan membantu proses landing
pesawat apabila membutuhkan jaring.
RASTER2 17
TAHAPAN PEMETAAN DAN APLIKASI
RASTER2 18
TAHAPAN PEMETAAN DAN APLIKASI
b. Tahapan In-Flight
Tahapan in-flight dimaksudkan adalah proses pada saat pemotretan udara di lapangan.
Tahapan ini meliputi studi overview area pemotretan, perencanaan penerbangan (flight
plan) detail, pemasangan GCP, pemotretan udara, dan yang dimaksud adalah proses di
lapangan saat pemotretan udara. Apa saja yang perlu dicermati dan dilakukan, bagaimana
pembagian tugas tiap personel dan beberapa hal yang dapat ditemui di lapangan.
1) Studi Overview Area Pemotretan
Overviewarea pemotretan dilakukan untuk mendapatkan gambaran umum terkait
kondisi lapangan seperti topografi, pola arah dan kecepatan angin, dan pola
pembentukan awan. Mengetahui hal-hal tersebut dimaksudkan agar tim
pemotretan mengetahui waktu-waktu terbaik untuk melakukan pemotretan.
Contoh yang pernah dialami tim penulis, saat melakukan pemotretan di sebagian
hulu sungai di Gunung Merapi dan kegiatan pemotretan di Gunung Batu Kau, Bali,
dimana kondisi kabut yang dapat datang sewaktu-waktu perlu diperhatikan. Di
wilayah pegunungan dengan adanya kabut tersebut, terkadang baru dapat
melakukan pemotretan di atas jam 10.00 menunggu hilangnya kabut. Arah dan
kecepatan angin juga berbeda-beda disetiap wilayah, pada wilayah pesisir
kecepatan angin relatif lebih besar sehingga kapasitas baterai cepat menurun yang
menyebabkan durasi penerbangan menjadi lebih pendek.
Kegiatan overview lapangan juga dilakukan untuk mencari lokasi takeoff landing
sebagai masukan pembuatan flight plandetail. Overview lapangan dapat dibantu
dengan citra resolusi tinggi yang di-overlay dengan fishnet, dimana lokasi takeoff
landingdapat diinterpretasi dari citra resolusi tinggi dengan persebaran yang
disesuaikan dengan fishnet dan jangkauan terbang pesawat. Pemilihan tempat
take-off dan landing juga mempertimbangkan minimumnya keberadaan
obstaclesekitar. Overview area pemotretan juga mendukung dalam perencanaan
pergerakan tim baik tim pemotretan udara maupun tim GCP, mengenai rute efektif
menuju lokasi dan estimasi waktu pelaksanaan setiap harinya.
2) Perencanaan Jalur Terbang
Overview lapangan menghasilkan titik-titik lokasi take-off landing dan informasi
umum tentang arah angin maupun topografi yang dijadikan sebagai dasar utama
pembuatan flight plan. Beberapa parameter yang ditentukan dalam pembuatan
flight plan detail antara lain: ketinggian terbang, persentase overlap
(endlapsidelap), kecepatan wahana, kecepatan rana, interval pemotretan (setting
intervalometer), focal length, jarak terbang maksimal, arah jalur terbang, arah dan
kecepatan angin, waktu pemotretan, dan parameter lain yang bersifat teknis. Flight
plan detail dibuat berdasarkan batas fishnetdari flight plan pertama.
Dalam suatu pekerjaan fotogrametri memerlukan suatu rencana jalur terbang agar
foto yang di hasilkan mempunyai kualitas yang baik. Proses pengambilan jalur
terbang biasanya diambil jarak yang terpanjang untuk melakukan perekaman, hal
ini untuk memperoleh kestabilan pesawat di saat pemotretan. Dalam mendesain
jalur terbang di buat sepanjang garis yang sejajar untuk membuat foto yang
bertampalan (Eisenbei, 2009).
Area yang bertampalan overlap, merupakan daerah yang bertampalan antara foto
satu dengan foto yang lainnya sesuai dengan nomor urutan jalur terbang. Besarnya
tampalan antar foto tersebut umumnya sebesar 60%. Misalnya foto X1 memiliki
RASTER2 19
TAHAPAN PEMETAAN DAN APLIKASI
informasi yang sama dengan foto X2 sebesar 60%. Tujuan dari tampalan ini adalah
untuk menghindari daerah yang kosong disaat perekaman dikarenakan wahana
pesawat terbang melaju dengan kecepatan yang tinggi. Selain overlap foto udara
juga harus sidelap, Sidelap merupakan pertampalan antara foto udara satu dengan
foto udara lain yang ada diatas maupun dibawah area yang direkam. Sidelap ini
terjadi pada jalur terbang yang berbeda jadi suatu wilayah pada jalur terbang 1 yang
telah direkam akan direkam kembali sebesar 25% dari liputan jalur terbang 2
Berikut ini gambaran dari proses Overlap dan Sidelap (Surya, 2017).
3) Perekaman Udara
Tahapan perekaman udara diawali dengan persiapan pesawat yang meliputi
perakitan hingga, kalibrasi hingga integrasi dengan kamera. Setelah pesawat benar-
benar siap, jalur terbang yang telah dipersiapakan sebelumnya diprogramkan pada
sistem autopilot. Hingga tahap ini pesawat sudah siap untuk terbang. Namun
sebelum takeoff, terlebih dahulu dilakukan pengecekan akhir dengan mengisi form
check list. Takeoff dilakukan dengan metode hand launch yang dilakukan oleh co-
pilot ataupun oleh kru tambahan. Kontrol dilakukan oleh pilot dengan mode manual
RASTER2 20
TAHAPAN PEMETAAN DAN APLIKASI
hingga ketinggian aman dan selanjutnya pilot menghidupkan mode auto, pada
mode auto pesawat akan terbang mengikuti jalur yang telah diprogram.
Posisi pesawat beserta parameter terbang dapat dipantau oleh co-pilot melalui
sistem telemetri. Beberapa hal yang menjadi perhatian utama terkait parameter
terbang adalah: GPS, baterai, thorttle, airspeed, signal radio, dan besar error dari
jalur terbang. Durasi terbang berkisar antara 15-30 menit dan selanjutnya pesawat
didaratkan setelah mendekat pada base dengan modus manual oleh pilot. Pada
tahap landing terkadang dibutuhkan kru tambahan untuk menghentikan pesawat
dengan bantuan jaring. Setelah pesawat landing, dilakukan pengecekan kondisi
pesawat, backup data hasil perekaman serta mengisi check list. Check list/ log berisi
data-data tentang informasi penerbangan dalam satu nomor flight plan dimana
Check list/ log diisi sebelum dan sesudah pemotretan. Check list berguna untuk
memantau kinerja pesawat dan mempermudah manajemen pengolahan hasil
pemotretan di tahap selanjutnya. Ceklist tersebut disimpan dalam satu folder
dengan hasil foto tiap penerbangan.
RASTER2 21
TAHAPAN PEMETAAN DAN APLIKASI
Color balanching antar hasil mosaic flight1 dan flight2, dimana perbedaan brightness dan
contrast dapat diminimalisir antara sebelum (a) dan sesudah (b) color balanching dilakukan
RASTER2 22
TAHAPAN PEMETAAN DAN APLIKASI
RASTER2 23
TAHAPAN PEMETAAN DAN APLIKASI
2. Selanjutnya, pilih drone yang digunakan lalu klik “Enter Device”. Usahakan
mengeklik pada saat semua alat terhubung, dari handphone, remote control,
hingga drone.
3. Tunggu hingga muncul tampilan seperti dibawah ini, lihat status pada drone hingga
muncul tulisan “Ready to Go (GPS)” berlatar belakang warna hijau. Hal itu
menunjukkan bahwa drone telah terikat GPS (Home Point).
RASTER2 24
TAHAPAN PEMETAAN DAN APLIKASI
4. Serta jangan lupa mengecek apakah posisi terbang kita sudah aman atau belum
dengan cara klik kotak layar pada kiri bawah tampilan. Jika terjadi kesalahan dalam
sambungan remote control dengan drone, cara cepat mengatasinya adalah dengan
cara melepas sambungan kabel data pada handphone kemudian sambungkan
kembali.
RASTER2 25
TAHAPAN PEMETAAN DAN APLIKASI
Jika kita melakukan kegiatan pemetaan, handphone yang disarankan dari pihak DJI
adalah iPhone, dari seri iPhone 6+ keatas hingga iPad Mini 2 keatas. Karena perangkat
tersebut memiliki layar yang lumayan besar, sehingga pada saat melakukan kegiataan
survei pemetaan, lebih leluasa dalam memantau drone lewat handphone. Adapun
cara penggunaan aplikasi tersebut adalah sebagai berikut :
RASTER2 26
TAHAPAN PEMETAAN DAN APLIKASI
1. Klik aplikasi Pix4D Capture pada handphone, tunggu hingga aplikasi membuka
tampilan. Setelah itu klik “Setting” pada bagian kiri atas. Pada bagian setting ini
ditujukan untuk memilih jenis drone yang kita gunakan.
RASTER2 27
TAHAPAN PEMETAAN DAN APLIKASI
3. Jika sudah, klik bagian menu “Map” untuk memilih basemap tampilan citra di
Aplikasi Pix4D Capture, hal ini digunakan untuk mempermudah melihat area,
apakah jalur terbang kita sudah sesuai dengan yang akan kita petakan. Serta
memilih satuan “Meters” pada bagian menu “Units” dibawah menu “Maps”.
4. Selanjutnya, kembali ke menu awal dengan cara klik “close” pada bagian kanan
atas. Pilih menu “GRID For 2D maps’ untuk membuat rencana jalur terbang untuk
pemetaan.
RASTER2 28