Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Pembangunan Perkotaan

Volume 5, Nomor 2, Juli – Desember 2017


p-ISSN 2338-6754
e-ISSN 2581-1304
http://ejpp.balitbang.pemkomedan.go.id/index.php/JPP

PENGEMBANGAN PROGRAM LITERASI SEKOLAH


UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN DASAR TINGKAT
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI
DI KOTA MEDAN

Mukti Hamjah Harahap1*, Faisal2, Novita Indah Hasibuan3, RHD Nugrahaningsih4,


Adek Cerah Kurnia Azis5
1) 2)
Jurusan Fisika, Jurusan PGSD, 3)Jurusan Tata Niaga, 4)Jurusan Seni Tari, 5)Jurusan Seni Rupa,
Universitas Negeri Medan
Jl. Willem Iskandar Pasar V-Kotak Pos No.1589-Medan 20221
*
Penulis Korespondensi : mhfis08@gmail.com

Abstrak
Peneitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi kebijakan Gerakan Literasi Sekolah di
SMP N Kota Medan, mengetahui faktor pendukung dan penghambat implementasi kebijakan
Gerakan Literasi Sekolah di SMP N Kota Medan, menggambarkan denah area dan bahan yang
digunakan untuk setiap materi literasi di SMP N di Kota Medan dalam melaksanakan program,
menyusun pedoman literasi yang digunakan oleh SMP N Kota Medan dalam melaksanakan program
dan menyusun standar operasional prosedur setiap materi literasi yang digunakan oleh SMP N Kota
Medan dalam melaksanakan program. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka metode atau
pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode: deskriptif, evaluatif, dan
eksperimental.
Subyek penelitian ini adalah : kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan, siswa. Pihak eksternal
sekolah : Dinas Pendidikan Kota Medan, Dinas Pendidikan Sumatera Utara, LPMP dan Orang tua
siswa. Sedangkan obyeknya adalah situasi sosial dan interaksi sosial yang menggambarkan
implementasi Gerakan Literasi Sekolah.
Data dikumpulkan menggunakan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi. Data yang telah
dikumpulkan selanjutnya dianalisis menggunakan deskriptif kualitatif yaitu menggunakan model
kualitatif dari Miles dan Hubberman yang meliputi reduksi data, sajian deskripsi data dan
penyimpulan/ penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan Gerakan Literasi Sekolah di SMP Negeri Kota Medan
diturunkan dengan berbagai program diantaranya : 1) Reading Group, 2) Morning Motivation, 3)
Mini Library atau Pojok Baca, 4) Pengadaan Perpustakaan sebagai Sumber Literasi. Selain itu hasil
penelitian juga menunjukkan bahwa sesuai dengan standar pendidikan, implementasi kebijakan
gerakan literasi sekolah telah mengacu kepada delapan standar nasional pendidikan dan mengikuti
tahapan gerakan literasi sekolah yang mencakup tahap pembiasaan, tahap pengembangan dan tahap
pembelajaran. Beberapa factor pendukung dan penghambat gerakan literasi sekolah antara lain :
Faktor pendukung : 1) Sarana dan Prasarana, 2) Bahan bacaan, 3) Dukungan orang tua, 4) Adanya
aloakasikan waktu dan dana untuk menunjang kecakapan literasi siswa dan 5) Guru-guru mempunyai
semangat belajar yang baik . Sedanngkan faktor pennghambat : 1) Kerjasama guru, tenaga
kependidikan, dan Tim GLS, 2) Kurangnya bahan bacaan dan 3) Minimnya minat baca peserta didik.

Kata Kunci : gerakan literasi sekolah, sekolah menengah pertama, kualitas pendidikan

Abstract
This study aims to describe the implementation of the policy of School Literacy Movement at SMP N
Medan City, knowing the supporting and inhibiting factors of policy implementation of School
Literacy Movement in SMP N Medan City, depicts the area and material plan used for each literacy
material at SMP N in Medan implement the program, develop the literacy guidance used by SMP N
Medan City in implementing the program and compile the operational standard procedure of each

115
literacy material used by SMP N Medan City in implementing the program. To achieve this goal, the
method or approach used in this research is method: descriptive, evaluative, and experimental.
The subjects of this study were: principals, teachers, education personnel, students. External side of
the school: Medan Education Office, North Sumatra Education Office, LPMP and Parents. While the
object is a social situation and social interaction that describes the implementation of School Literacy
Movement.
The subjects of this study were: principals, teachers, education personnel, students. External side of
the school: Medan Education Office, North Sumatra Education Office, LPMP and Parents. While the
object is a social situation and social interaction that describes the implementation of School Literacy
Movement.
The results showed that the policy of School Literacy Movement in Junior High School of Medan City
was downgraded with various programs including: 1) Reading Group, 2) Morning Motivation, 3)
Mini Library or Reading Corner, 4) Procurement Library as Source Literasi. In addition, the results
of the study also showed that in accordance with educational standards, the implementation of school
literacy movements policy has been referring to the eight national standards of education and follow
the stages of the school literacy movement that includes the stage of habituation, development stage
and learning phase. Some supporting and inhibiting factors of school literacy movement are:
Supporting factors: 1) Facilities and Infrastructure, 2) Reading materials, 3) Parental support, 4)
Aloakasikan time and funds to support students' literacy skills and 5) Teachers have the spirit of good
learning. Provide the following factors: 1) Cooperation of teachers, education personnel, and Team
GLS, 2) Lack of reading material and 3) Lack of reading interest of learners.

Keywords: school literacy movement, junior high school, quality of education

Pendahuluan tentang Penumbuhan Budi Pekerti. Permendikbud ini


Pemahaman yang paling umum dari literasi diwujudkan dengan wajib membaca khususnya bagi
adalah keterampilan kognitif dalam membaca dan siswa SD, SMP atau SMA. Kementerian Pendidikan
menulis, padahal literasi bukan hanya sebatas mampu dan Kebudayaan juga mengembangkan Gerakan
membaca dan menulis. Education Development Literasi Sekolah (GLS) sebagai upaya untuk
Center (EDC) menegaskan bahwa literasi adalah mengatasi minat baca yang rendah pada siswa di
kemampuan individu umtuk menggunakan segenap Indonesia. GLS merupakan upaya yang dilakukan
potensi dan keterampilan (skills) yang dimiliki dalam secara menyeluruh agar sekolah menjadi organisasi
hidupnya untuk membaca kata dan membaca dunia. pembelajaran yang warganya literat sepanjang hayat
Bagian dari keterampilan literasi adalah ketrampilan melalui pelibatan publik. GLS dikembangkan
mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis berdasarkan 9 agenda prioritas (Nawacita) yang terkait
yang berkembang melalui pembiasaan. Kegiatan dengan tugas dan fungsi Kemendikbud, khususnya
litearsi yang beragam dapat memotivasi peserta didik Nawacita nomor 5, 6, 8 dan 9. Empat butir Nawacita
menyenangi program ini. Dengan demikian, tersebut terkait erat dengan komponen literasi sebagai
kemampuan literasi merupakan merupakan dasar modal pembentukan sumber daya manusia yang
untuk belajar sepanjang hayat, dan melaluinya setiap berkualitas, produktif, dan berdaya saing, berkarakter,
individu ditingkatkan kualitas hidupnya. serta nasionalis. Salah satu kegiatan di dalam GLS
Pelaksanaan program literasi merupakan tersebut adalah kegiatan 15 menit membaca buku non
program nasional, sehingga perlu dilaksanakan sejak pelajaran sebelum waktu belajar dimulai. Kegiatan ini
dini, seperti disertakan dalam pendidikan di tingkat dilaksanakan untuk menumbuhkan minat baca peserta
sekolah dasar (SD), dan dilanjutkan ke tingkat sekolah didik serta meningkatkan keterampilan membaca agar
menengah pertama (SMP). Keberadaannya merupakan pengetahuan dapat dikuasai secara lebih baik. Materi
bagian integral dari pendidikan untuk meningkatkan baca berisi nilai-nilai budi pekerti, berupa kearifan
mutu pembelajaran di sekolah. Oleh karena itu, lokal, nasional, dan global yang disampaikan sesuai
pengembangan program literasi sekolah perlu tahap perkembangan peserta didik. Terobosan penting
mendapatkan perhatian khusus agar dapat ini hendaknya melibatkan semua pemangku
dioptimalkan oleh seluruh warga sekolah. kepentingan di bidang pendidikan, mulai dari tingkat
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pusat, provinsi, kabupaten/kota, hingga satuan
(Kemendikbud) terus menggenjot minat baca pendidikan yaitu sekolah. Pelibatan orang tua peserta
masyarakat khususnya peserta didik. Salah satu didik dan masyarakat juga menjadi komponen penting
terobosan yang dilakukan pemerintah adalah dengan dalam keberhasilan Gerakan Literasi Sekolah (GLS).
menerbitkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Sekolah mempunyai peran penting sebagai
Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 23 Tahun 2015 wadah pengorganisasian pembelajaran. Banyak

Jurnal Pembangunan Perkotaan 5 (2) (2017): 115-122


116
anggapan mengenai Gerakan Literasi Sekolah (GLS) Gerakan Literasi Sekolah agar mereka menjadi
ini tidak bisa sepenuhnya membantu meningkatkan pembelajar sepanjang hayat.
budaya literasi siswa. Hal ini juga disebabkan karena b. Tujuan Khusus:
ketersediaan sarana dan prasarana yang berbeda di 1) Menumbuhkembangkan budaya literasi di
setiap sekolah. Berdasarkan observasi lapangan, Sekolah
belum semua sekolah setingkat sekolah menengah 2) Meningkatkan kapasistas warga dan
pertama (SMP) di Kota Medan yang melaksanakan lingkungan sekolah agar literat
Program Literasi Sekolah dengan optimal. 3) Menjadikan sekolah sebagai taman belajar
Sehubungan dengan itu, SMPN 16 yang berlokasi di yang menyenangkan dan ramah anak agar
Jalan Karya II ditetapkan menjadi pilot pelaksanaan warga sekolah mampu mengelola pengetahuan
program pengembangan literasi sekolah sesuai 8 4) Menjaga keberlanjutan pembelajaran dengan
(delapan) Standar Pendidikan nasional. Lebih jauh, menghadirkan beragam buku bacaan dan
pelaksanaan program literasi sekolah di SMPN 16 mewadahi berbagai strategi membaca.
Medan dianggap perlu dilakukan, karena sekolah Ruang lingkup GLS berupa: (a) Lingkungan
tersebut memiliki program “Gerakan Budaya Baca fisik sekolah (fasilitas dan sarana prasarana literasi),
Satu Anak Satu Buku Menuju Indonesia Cerdas & (b) Lingkungan sosial dan afektif (dukungan dan
Bermartabat”, dan beberapa program telah dijalankan, partisipasi aktif seluruh warga sekolah), dan (c)
seperti reading friday, reading silent, dll. Rak-rak dan Lingkungan akademik (program literasi yang
buku juga telah tersedia di depan kelas menunjukkan menumbuhkan minat baca dan menunjang kegiatan
GLS telah berjalan di SMP 16 Medan. Meskipun pembelajaran di Sekolah. Sedangkan sasaran dari
belum memiliki denah area yang kondusif dan GLS ini adalah pendidik, kepala sekolah, dan tenaga
nyaman, belum adanya pedoman pelaksanaan literasi kependidikan di Sekolah. Target Pencapaian GLS di
yang memuat standar operasional prosedur sebagai SMP menciptakan ekosistem pendidikan di sekolah
acuan untuk setiap materi literasi agar mutu yang literat. Ekosistem pendidikan yang literat adalah
pembelajaran dapat ditingkatkan. lingkungan yang: (1) Menyenangkan dan ramah
Kenyataan ini kemudian diantisipasi oleh Tim peserta didik, sehingga menumbuhkan semangat
Jaringan Penelitian Bidang Pendidikan Balitbang Kota warganya dalam belajar. (2) Semua warganya
Medan dengan melakukan ‘Pengembangan Program menunjukkan empati, peduli, dan menghargai sesama.
Literasi Sekolah Untuk Meningkatkan Kualitas (3) Menumbuhkan semangat ingin tahu dan cinta
Pendidikan Peserta Didik Sekolah Menengah Pertama pengetahuan. (4) Memampukan warganya cakap
Di Kota Medan’ dalam bentuk pengemasan desain berkomunikasi dan dapat berkontribusi kepada
area literasi sekolah dan pedoman pelaksanaan literasi lingkungan sosialnya. (5) Mengakomodasi partisipasi
sekolah lengkap dengan standar operasional prosedur seluruh warga sekolah dan lingkungan eksternal
setiap kegiatan literasi. Keterlaksanaan program kerja Sekolah.
tersebut, diharapkan dapat meningkatkan minat dan Prinsip-prinsip Literasi Sekolah Menurut
pengetahuan peserta didik, sebab memiliki area literasi Beers (2009), praktik yang baik dalam gerakan literasi
yang nyaman serta pedoman lengkap dengan standar sekolah menekankan prinsip-prinsip sebagai berikut :
operasional prosedur dan instruksi yang detail dan a. Perkembangan literasi berjalan sesuai tahap
terstruktur bagaimana melakukan literasi. perkembangan yang dapat diprediksi
A. Kajian Teoritis Tahap perkembangan anak dalam belajar
1. Deskripsi Teori Gerakan Literasi Sekolah membaca dan menulis saling berirusan antartahap
(GLS) perkembangan. Memahami tahap perkembangan
Konsep literasi dipahami lebih dari sekedar literasi peserta didik dapat membantu sekolah
membaca dan menulis, namun mencakup untuk memilih strategi pembiasaan dan
keterampilan berpikir menggunakan sumber-sumber pembelajaran literasi yang tepat sesuai kebutuhan
pengetahuan dalam bentuk cetak, visual, digital, dan perkembangan mereka.
auditori. Di era ini, kemampuan yang dimaksud ialah b. Program literasi yang baik bersifat berimbang
sebagai literasi informasi. GLS merupakan sebuah Sekolah yang menerapkan program
upaya yang dilakukan secara menyeluruh untuk literasi berimbang menyadari bahwa tiap peserta
menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran didik memiliki kebutuhan yang berbeda. Oleh
yang warganya literat sepanjang hayat melalui karena itu, strategi membaca dan jenis teks yang
pelibatan publik. Berdasarkan buku panduan yang dibaca perlu divariasikan dan disesuaikan dengan
dibuat oleh Kemendikbud terkait kebijakan ini, GLS jenjang pendidikan. Program literasi yang
memiliki tujuan: bermakna dapat dilakukan dengan memanfaatkan
a. Tujuan Umum: menumbuhkembangkan budi bahan bacaan kaya ragam teks, seperti karya sastra
pekerti peserta didik melalui pembudayaan untuk anak dan remaja.
ekosistem literasi sekolah yang diwujudkan dalam c. Program literasi terintegrasi dengan kurikulum

Pengembangan Program Literasi Sekolah Untuk Meningkatkan Kualitas


Pendidikan Dasar Tingkat Sekolah Menengah Pertama Negeri Di Kota Medan
Mukti Hamjah Harahap, Faisal, Novita Indah Hasibuan,
RHD Nugrahaningsih, Adek Cerah Kurnia Azis 117
Pembiasaan dan pembelajaran literasi sejarah dari suatu peristiwa, kejadian sejak masa
disekolah adalah tanggung jawab semua guru di lampau hingga sekarang.
semua mata pelajaran sebab pembelajaran mata a. Faktor-faktor dalam Membaca
pelajaran apapun membutuhkan bahasa, terutama Jika seorang melakukan aktifitas membaca
membaca dan menulis. Dengan demikian, maka setidaknya ada beberapa faktor yang
pengembangan profesional guru dalam hal literasi mempengaruhi terhadap pemahamannya akan materi
perlu diberikan kepada guru semua mata pelajaran. bacaan. Faktor tersebut adalah: (1) kognitif, (2)
d. Kegiatan membaca dan menulis dilakukan afektif, (3) teks bacaan, (4) penguasaan bahasa, (5)
kapanpun latar belakang pembaca. Faktor yang pertama
Misalnya dengan menulis surat kepada berkaitan dengan tingkat kemampuan, kecerdasan dan
presiden atau membaca untuk ibu merupakan pengalaman dalam membaca.Faktor kedua berkaitan
contoh-contoh kegiatan literasi yang bermakna. dengan emosi, situasi dan kondisi saat melakukan
e. Kegiatan literasi mengembangkan budaya lisan aktifitas tersebut. Faktor yang ketiga berkaitan dengan
Kelas berbasis literasi yang kuat tingkat kesukaran bahan bacaan yang meliputi
diharapkan memunculkan berbagai kegiatan lisan susunan kata, struktur dan gaya bahasa yang
berupa diskusi tentang buku selama pembelajaran diungkapkan oleh penulisnya. Faktor berikutnya
dikelas. Kegiatan diskusi ini juga perlu membuka adalah berkaitan dengan tingkat penguasaan bahasa
kemungkinan untuk perbedaan pendapat untuk yang meliputi tata bahasa yang dituliskan. Faktor yang
menyampaikan perasaan dan pendapatnya, saling kelima berkaitan dengan latar belakang pendidikan
mendengarkan, dan menghormati perbedaan dan minatnya sehingga orang cenderung akan
pandangan. membaca buku yang berkaitan dengan bidang
f. Kegiatan literasi perlu mengembangkan kesadaran pendidikannya dan minat yang dimiliki yang dapat
terhadap keberagaman memberikan rasa nyaman dalam memahami isi
Warga sekolah perlu menghargai bacaan.
perbedaan melalui kegiatan literasi di sekolah. b. Kemampuan Membaca
Bahan bacaan untuk peserta didik perlu Kemampuan membaca anak didik
merefleksikan kekayaan budaya Indonesia agar dikategorikan menjadi dua hal utama yaitu tingkat
mereka memiliki pengalaman multikultural. kecepatan dalam membaca dan tingkat pemahaman
2. Tinjauan Baca akan informasi yang disampaikan. Kecepatan
Membaca adalah merupakan salah satu membaca tidak memberikan jaminan akan tingginya
kemampuan dalam bahasa pokok yang merupakan pemahaman akan informasi dalam teks yang telah
bagian dari komunikasi tulisan sehingga pesan dapat dibaca akan tetapi pemahaman akan dapat menjamin
disampaikan oleh penulis kepada pembacanya. sampainya informasi yang disampaikan penulis
Berdasarkan Soedarso (2004:4) kegiatan membaca kepada pembacanya. Kemampuan membaca siswa
setidaknya harus melibatkan beberapa aktivitas dalam sangat dipengaruhi oleh faktor internal dan
waktu bersamaan diantaranya mengamati, memahami eksternal.Faktor internal berhubungan dengan
dan mengingat. Walaupun kegiatan membaca harus motivasi, semangat dan kemampuan lainnya sehingga
melibatkan beberapa aktivitas dalam waktu yang siswa dapat memahami dan menyimpulkan isi
bersamaan akan tetapi kegiatan membaca dapat bacaannya. Sedangkan faktor ekternal sangat
dilakukan lebih fleksibel dari segi waktu maupun dipengaruhi oleh guru, model membaca, teknik
tempat. Oleh karena itu kegiatan membaca sangat penyampaian, sarana dan lainnya.
mudah dilakukan dan diharapkan dapat memberikan c. Hakikat Membaca
nilai tambah secara kontinu. Menurut Runtu (2004) membaca pemahaman
Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh terdiri atas tiga bagian yaitu (1) suatu proses
dari kegiatan membaca di antaranya, (1) memperoleh konstruktif dan aktif, (2) proses berfikir baik saat
informasi, (2) mencari sumber, dan (3) menganalisa membaca maupun sesudahnya, (3) interkasi pembaca,
informasi dan memberikan wawasan. Pendapat lain tek dan konteks. Membaca diharapkan dapat
menyatakan membaca merupakan informasi tekstual mengkontruksi informasi yang di tuangkan oleh
yang meliputi konsep yang berhubungan dengan penulis sehingga pesan yang disampaikan sesuai
waktu, tempat, objek, tindakan atau peristiwa. dengan apa yang dipahami oleh penulisnya. Tingkat
Sedangkan pendapat (Munaf, 2002:214) membaca pemahaman yang dimiliki pembaca menurut Burn
merupakan kegiatan yang memberikan peranan sosial yang dikemukakan Buntu (2004) adalah: (1)
amat penting bagi kehidupan sehari-hari sepanjang pemahaman literasi, yakni pemahaman yang paling
masa disebabkan oleh kebutuhan manusia yang sederhana dalam pengertian dapat mencerikan isi
berbudaya sebagai alat komunikasi, bahan bacaan bacaan tanpa menjelaskan maksud lainnya, (2)
yang terus berkembang dan dipengaruhi oleh pemahaman tingkat tinggi yaitu kemampuan untuk
zamannya dan membaca turut memberikan perjalanan menginterpretasi, mengkritisi dan mengkreasi, (3)

Jurnal Pembangunan Perkotaan 5 (2) (2017): 115-122


118
pemahaman kreatif. Pemahaman literasi yang dimiliki membaca dan menulis sehingga mengalokasikan
pemabaca hanya dapat mencerikan apa yang tertulis waktu untuk membaca sangat sedikit dibandingkan
secara lugas dalam teks bacaan tanpa dapat melihat dengan waktu untuk aktifitas lainnya. Sesungguhnya
hal yang implisit. Hal ini dicirikan dengan waktu membaca tidak perlu terlalu banyak
pemahaman akan bagian paragraf ataupun bab yang dialokasikan setiap harinya, cukup 45 menit akan
secara ekspilit telah dituliskan termasuk sebab akibat, tetapi kontinuitasnya yang perlu dijaga sehingga
inferensi dan lainnya. Untuk melihat rincian dengan mengalokasikan waktu yang relatif singkat
pemahaman tersebut dapat diajukan pertanyaan dapat menumbuhkan budaya membaca yang pada
dengan bantuan kata tanya apa, siapa, dimana, kapan, akhirnya menjadikan kebutuhan yang harus dipenuhi
dan mengapa. setiap harinya.
Pemahaman tingkat tinggi merupakan (2) Frekuensi Membaca
pemahaman literal-teks berdasarkan kemampuan Frekuensi membaca seseorang sangat
berfikir tingkat tinggi seperti menginterpretasi, berbeda sehingga tidak dapat dipolakan.Hal ini
menganalisis dan mensitesis menyangkut pada motivasi dan kebutuhan
informasi.Menginterpresi, menganalisis dan seseorang.Jika motivasinya tinggi seseorang bisa
mensitesis teks merupakan kemampuan untuk membaca dengan frekuensi yang lebih banyak tetapi
mengaitkan beberapa pikiran utama dari setiap bagian grafiknya tidak konsisten. Jika motivasinya tinggi
bacaan untuk dapat dibuat suatu kesimpulan, kritisi maka ia akan melakukan aktifitas membaca lebih
keakuratan, kesuaian dengan faktual, dan menilai tinggi akan tetapi jika motivasinya rendah maka
dengan mempertimbangkan berbagai aspek yang aktifitasnya membacanya juga akan rendah pula.
mendukung kebenaran. Kegiatan membaca yang didasari oleh kebutuhan akan
Pemahaman kreatif merupakan pemahan berbeda, seseorang akan melakukan aktifitas membaca
yang dapat memberikan inspirasi. Berdasarkan hasil dengan durasi waktu dan frekuensi yang lebih tinggi
pemikiran, imajinasi yang tinggi dapat menimbulkan sehingga dapat menjawab kebutuhannya. Akan tetapi
ide baru dan gagasan yang lebih baik sehingga setelah kebutuhannya terpenuhi maka aktifitas
pembacanya dapat mengembangkan sesuai dengan membacanya tidak serta merta akan terus berjalan
perkembangan yang ada. Ide dan gagasan baru ini sebagaimana sebelumnya.
akan melahirkan bahan yang baru baik bagi diri (3) Sikap Membaca
sipembaca maupun orang lain. Setiap orang mempunyai sikap yang berbeda
d. Minat Baca pula dalam melakukan aktifitas membaca akan tetapi
Berberapa pendapat yang menjelaskan minat dapat digolongkan menjadi beberapa sikap
baca salah satunya adalah Hasanah (2011:34) yang diantaranya: (1) Sikap sabar yang sangat diperlukan
menyatakan minat baca merupakan hasrat yang kuat dalam aktifitas membaca sehingga dapat memberikan
dari seseorang yang dapat memberikan kepuasan. dampak pemahaman yang lebih baik, (2) Sikap
Minat akan memberikan dorongan akan frekuensi ketelatenan dalam membaca dibutuhkan untuk dapat
seseorang untuk membaca, memilih bahan bacaan, merangkai dari setiap pikiran utama sehingga dapat
berpartisipasi dalam diskusi, memberikan tanggapan, menuliskannya kembali dengan tidak kehilangan
sanggahan, menjawab dalam proses pembelajaran di gagasan yang telah termuat dalam bahan bacaan, (3)
kelas. Lisnawati (2005) mengemukakan minat baca Sikap ketekunan diperlukan dalam membaca untuk
adalah suatu perhatian yang kuat dan mendalam dapat menemukan rangkaian ide gagasan yang termuat
disertai dengan perasaan senang terhadap kegiatan antar alinea maupun bab dalan buku, 4) Sikap gigih
membaca. Aspek membaca meliputi kesenangan, dibutuhkan seorang yang membaca sehingga ada
kesadaran akan manfaat membaca untuk penambahan dorongan untuk mengulangi bahan bacaan yang sulit
informasi peningkatan kapasitas dan pengembangan untuk dipahami sehingga tidak kehilangan gagasan
kreatifitas. yang tertuang dalam bahan bacaan, 5) Sikap sungguh-
Menurut Hernowo (2002:68) kebiasaan sungguh merupakan sikap yang harus dimiliki
membaca bersifat individual dan dipengaruhi oleh pembaca sehingga dapat menemukan makna yang
lingkungan dalam waktu yang panjang yang tidak dipesankan oleh penulisnya.
dimiliki setiap orang. Akan tetapi kebiasaan ini dapat e. Faktor-Faktor Minat Baca
dibentuk dalam kurun waktu tertentu dengan Minat baca seorang anak dipengaruhi oleh
perencanaan yang baik. Hal yang berkaitan dengan beberapa faktor diantaranya menurut Hasanah (2011)
kebiasaan membaca adalah sebagai berikut: adalah faktor internal yang menyebabkan munculnya
(1) Waktu Membaca motivasi instriksik dan aspek-aspek internal yang
Membaca bisa dilakukan dimana saja dan berkaitan dengan motivasi ekstrinsik. Unsur eksternal
kapan saja belum merupakan budaya yang terpelihara berkaitan dengan tingkat sosial pembaca, karakteristik
di negara kita.Masyarakat pada umumnya masih lebih bacaan sendiri, asal-usul pembaca. Sedangkan
suka berbicara dan menyimak dibandingkan dengan menurut pendapat Purves dan Beach faktor minat baca

Pengembangan Program Literasi Sekolah Untuk Meningkatkan Kualitas


Pendidikan Dasar Tingkat Sekolah Menengah Pertama Negeri Di Kota Medan
Mukti Hamjah Harahap, Faisal, Novita Indah Hasibuan,
RHD Nugrahaningsih, Adek Cerah Kurnia Azis 119
dibagi mejandi dua bagian yaitu: 1) faktor personal Bahan dan Metode
dan 2) faktor institusional. A. Desain Penelitian
f. Program Jam Baca Penelitian ini akan mendeskripsikan
Kegiatan membaca merupakan kegiatan yang implementasi Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah
sangat positif bagi setiap individu untuk dapat Menegah Pertama (SMP) 16 Medan. Dari hasil
menambah informasi maupun inspirari untuk penelitian tersebut akan diperoleh data mengenai
membuat inovasi kedepan. Akan tetapi tidak semua implementasi Gerakan Literasi Sekolah di SMP 16
orang mempunyai pemikiran yang sama untuk Medan. Karenanya penelitian ini merupakan
melakukan kegiatan membaca sehingga penyediaan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
waktu untuk membaca tidak dimiliki setiap individu. Beberapa metode yang digunakan, yaitu metode:
Untuk menciptakan kebiasaan membaca bagi setiap deskriptif, evaluatif, dan eksperimental.
individu dapat dibentuk melalui institusi pendidikan Metode penelitian deskriptif, digunakan
yang menerapkan kebijakan jam membaca. Kegiatan dalam penelitian awal untuk menghimpun data tentang
ini dapat dilakukan pada jam tertentu atau sesuai kondisi yang ada. Kondisi yang ada mencakup: (1)
dengan kondisi sekolah. Penyediaan sarana baik kondisi literasi sudut (literasi sekolah) produk yang
tempat maupun bahan bacaan yang tersedia turut sudah ada sebagai program yang akan dikembangkan,
mendukung pengkondisian peserta didik untuk dapat (2) kondisi pihak pengguna, seperti sekolah, guru,
melakukan aktifitas membaca baik dikelas maupun di kepala sekolah, siswa, serta pengguna lainnya, (3)
luar kelas.Penyediaan bahan bacaan sebaiknya kondisi faktor-faktor pendukung dan penghambat
dianalisis sesuai dengan kecenderungan minat anak pengembangan dan penggunaan dari program literasi
dan latar belakang sosial budayanya sehingga bahan sekolah, mencakup unsur delapan standar pendidikan.
bacaan yang ada lebih menarik siswa untuk Metode evaluatif, digunakan untuk
membacanya. mengevaluasi proses pengembangan program literasi
B. Hasil Penelitian Sebelumnya sekolah. Program literasi sekolah akandikembangkan
1. Sofa (2010). Penelitian tentang penerapan literasi melalui serangkaian uji coba, dan setiap kegiatan uji
informasi melalui penulisan proyek penelitian. coba diadakan evaluasi, baik evaluasi hasil maupun
Merupakan penelitian kualitatif dengan desain evaluasi proses. Berdasarkan temuan-temuan hasil uji
studi kasus dan membahas tentang proses coba diadakan penyempurnaan-penyempurnaan.
penelitian yang dikaitkan dengan beberapa aspek Metode eksperimen digunakan untuk menguji
literasi seperti pemanfaatan perpustakaannya. program literasi sekolah yang dikembangkan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa langkah- Walaupun dalam tahap uji coba telah ada evaluasi
langkah dalam penulisan proyek penelitian hampir (pengukuran), tetapi pengukuran tersebut masih dalam
sama dengan model literasi yang ada. Dari rangka pengembangan produk, belum ada kelompok
penelitian ini juga disarankan agar perpustakaan pembanding.
dilibatkan dalam penulisan proyek penelitian B. Tempat dan Waktu Penelitian
sebagai tempat sumber literasi. Tempat penelitian ini dilaksanakan di SMP
2. Kurniawati (2016). Mengkaji tentang upaya Negeri Kota Medan dan penelitian ini dilakukan
mewujudkan Sekolah Melek Literasi Melalui Gelis selama ± 3 bulan terhitung sejak bulan Agustus
Batuk. Gelis Batuk merupakan program sampai dengan Oktober 2017.
peningkatan kemampuan literasi peserta didik C. Subyek dan Obyek Penelitian
melalui Gerakan Literasi Sekolah Baca Tulis Subyek dalam penelitian ini adalah seluruh
Karya, dengan reward hasil karya terbaik pihak yang terlibat dalam program literasi sekolah
dipublikasikan oleh sekolah dalam bentuk buku yang terdiri atas pihak internal sekolah : kepala
kumpulan karya. Gelis Batuk dilaksanakan dengan sekolah, guru, tenaga kependidikan, siswa. Pihak
manajemen partisipatif, kepala sekolah eksternal sekolah : Dinas Pendidikan Kota Medan,
menggunakan sumber daya secara efektif untuk Dinas Pendidikan Sumatera Utara, LPMP dan Orang
mencapai sasaran dengan melibatkan berbagai tua siswa. Sedangkan obyeknya adalah situasi sosial
unsur. Upaya mewujudkan sekolah melek literasi dan interaksi sosial yang menggambarkan
melalui implementasi Gelis Batuk dilakukan implementasi Gerakan Literasi Sekolah.
dengan prosedur tindakan: penguatan perpustakaan D. Variabel Penelitian
sekolah, membentuk tim literasi, sosialisasi ke Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
seluruh warga sekolah, pelaksanaan gerakan sehingga variabel dalam penelitian ini adalah variabel
literasi sekolah, evaluasi secara berkala, dan mandiri. Variabel mandiri dimaksud meliputi delapan
pemilihan karya terbaik.” standar pendidikan yang dapat mendukung penerapan
program literasi sekolah. Delapan standar pendidikan
tersebut adalah:

Jurnal Pembangunan Perkotaan 5 (2) (2017): 115-122


120
1. Standar Kompetensi Lulusan anggota di sekolah seperti kepala sekolah,kepala
2. Standar Isi perpustakaan, dan subjek penelitian lainnya untuk
3. Standar Proses menggali informasi terkait implementasi gerakan
4. Standar Pendidikan dan Tenaga Kependidikan literasi di sekolah.
5. Standar Sarana dan Prasarana
6. Standar Pengelolaan 2. Observasi
7. Standar Pembiayaan Pendidikan Observasi dilakukan untuk mengamati
8. Standar Penilaian Pendidikan implementasi gerakan literasi yang berkembang di
E. Teknik Pengumpulan Data sekolah, artefak yang mendukung, maupun tentang
Dalam mengumpulkan data-data di lapangan program-program yang menunjang. Penelitian juga
menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, dilakukan melalui observasi partisipatif aktif yaitu
yaitu teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi observasi yang digunakan sesuai informasi dari
yang biasa disebut dengan trianggulasi data. narasumber tetapi data belum sepenuhnya lengkap.
Trianggulasi data adalah teknik pengumpulan data 3. Dokumentasi
yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik Dokumentasi ini dilakukan untuk
pengumpulan data dan sumber yang telah ada memperkuat data mengenai implementasi gerakan
(Sugiyono, 2007: 194). Teknik pengumpulan data literasi di sekolah.Dokumentasi ini berupa dokumen,
berupa: foto, video, dan data-data yang ada di sekolah.
F. Instrumen Penelitian
1. Wawancara Untuk mengumpulkan data penelitian di
Dalam penelitian ini wawancara dilakukan lapangan, digunakan pedoman wawancara maupun
dengan semistruktur, yaitu untuk menemukan pedoman studi dokumen.Oleh karena itu, perlu
permasalahan secara lebih terbuka, di mana pihak disusun kisi-kisi instrumen untuk menjadi landasan
yang diajak wawancara diminta pendapatnya, dan ide- dan membantu pengumpulan data. Berikut ini kisi-kisi
idenya. Wawancara akan dilakukan pada sebagian yang untuk instrumen penelitian:

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian


No. Aspek Yang Diteliti Teknik
1. Implementasi Gerakan Literasi Sekolah Studi dokumentasi dan
1. Standar Kompetensi Lulusan wawancara
2. Standar Isi
3. Standar Proses
4. Standar Pendidikan dan Tenaga Kependidikan
5. Standar Sarana dan Prasarana
6. Standar Pengelolaan
7. Standar Pembiayaan Pendidikan
8. Standar Penilaian Pendidikan
2. Faktor pendukung dan penghambat implementasi Gerakan Literasi Sekolah Wawancara
1. Faktor pendukung implementasi Gerakan Literasi Sekolah
2. Faktor penghambat implementasi Gerakan Literasi Sekolah
3. Program Pengembangan Gerakan Literasi Sekolah Observasi Partisipatif

G. Teknik Analisis Data Menyajikan data secara deskriptif tentang apa yang
Data penelitian dikumpulkan dan dianalisis ditemukan dalam analisis. Sajian deskriptif dapat
secara deskriptif kualitatif. Proses analisis dilakukan diwujudkan dalam narasi.Alur sajiannya
dengan menggunakan model kualitatif dari Miles dan sistematik.
Hubberman (Sugiyono, 2007: 337) sebagaimana lazim 3. Penyimpulan/ Penarikan Kesimpulan
digunakan adalah: (Conclusion/Verification)
1. Reduksi Data (Data Reduction) Penarikan kesimpulan atas apa yang disajikan
Pada tahap ini akan dipilih data yang relevan, merupakan intisari dari analisis yang memberikan
penting dan bermakna, dan data yang tidak pernyataan
berguna, untuk menjelaskan apa yang menjadi Teknik analisis data dalam penelitian ini
sasaran analisis. Lalu menyederhanakan dengan menggunakan analisis data model Miles dan
membuat fokus, klasifikasi, dan abstraksi data. Huberman (2014) yang dapat digambarkan sebagai
2. Sajian Deskripsi Data (Data Display) berikut:

Pengembangan Program Literasi Sekolah Untuk Meningkatkan Kualitas


Pendidikan Dasar Tingkat Sekolah Menengah Pertama Negeri Di Kota Medan
Mukti Hamjah Harahap, Faisal, Novita Indah Hasibuan,
RHD Nugrahaningsih, Adek Cerah Kurnia Azis 121
Data Collection
Data Display

Conclusion/Verification
Data Reduction

Gambar 1. Komponen Analisis Data (Interactive Model) Miles & Huberman


H. Keabsahan Data yang sama untuk menguji kemantapannya. Sedangkan
Untuk menetapkan keabsahan data, triangulasi sumber menekankan penggunaan metode
diperlukan teknik dalam pemeriksaan yang didasarkan yang sama pada sumber yang berbeda.
atas sejumlah kriteria tertentu. Sesuai dengan pendapat
Moleong (2005:330) ada 4 kriteria yang digunakan Hasil dan Pembahasa
untuk menetapkan keabsahan data dalam penelitian A. Deskripsi Lokasi Penelitian
ini, yaitu: (1) Kredibilitas, (2) Transferbilitas, (3) Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan yaitu
Dependendabilitas, dan (4) Confirmabilitas. sejak bulan Agustus sampai dengan Oktober 2017.
Keabsahan data pada penelitian ini menggunakan Lokasi penelitian adalah SMP Negeri Kota Medan
teknik triangulasi data dalam menguji kredibilitas yaitu sebanyak 45 sekolah, sedangkan sampel diambil
data.Triangulasi yang dilakukan dalam penelitian ini sebanyak 20 sekolah dengan memperhatikan faktor
adalah triangulasi metode dan sumber data. wilayah. 20 sekolah tersebut adalah seperti tampak
Triangulasi metode menekankan penggunaan metode pada table di bawah ini.
pengumpulan data yang berbeda pada sumber data

Tabel 4.1
Daftar Sampel Penelitian
No. Sekolah
1 SMP Negeri 1 Medan
2 SMP Negeri 2 Medan
3 SMP Negeri 3 Medan
4 SMP Negeri 5 Medan
5 SMP Negeri 6 Medan
6 SMP Negeri 8 Medan
7 SMP Negeri 10 Medan
8 SMP Negeri 12 Medan
9 SMP Negeri 13 Medan
10 SMP Negeri 16 Medan
11 SMP Negeri 17 Medan
12 SMP Negeri 18 Medan
13 SMP Negeri 19 Medan
14 SMP Negeri 23 Medan
15 SMP Negeri 27 Medan
16 SMP Negeri 28 Medan
17 SMP Negeri 30 Medan
18 SMP Negeri 34 Medan
19 SMP Negeri 42 Medan
20 SMP Negeri 45 Medan

Subyek dalam penelitian ini adalah seluruh Deskripsi subyek penelitian ini dapat dipapatkan
pihak yang terlibat dalam program literasi sekolah sebagai berikut:
yang terdiri atas pihak internal sekolah : kepala 1. Kepala Sekolah
sekolah, guru, tenaga kependidikan dan siswa. Pada tahap observasi dan wawancara, subjek
penelitian awal adalah Kepala Sekolah. Selama

Jurnal Pembangunan Perkotaan 5 (2) (2017): 115-122


122
tahapan ini tidak seluruh kepala sekolah berada di satu program dari gerakan literasi sekolah. Sementara
tempat sehingga digantikan oleh wakil kepala sekolah, bagi sekolah yang sudah menerapkan program ini
guru piket dan guru mata pelajaran. siswa terlihat sangat senang dan antusias ketika
2. Kepala Perpustakaan mendengarkan cerita dari hasil bacaan teman yang
Umumnya belum seluruhnya sekolah lain.
memiliki kepala perpustakaan, tetapi sebagian besar b. Morning Motivation
sudah mempunyai perpustakaan dan sudah ada tenaga Morning motivation juga terintegrasi dalam
kependidikan yang ditempatkan sebagai petugas kurikulum pembelajaran seluruh siswa. Aktivitas ini
perpustakaan. Untuk sekolah yang belum memiliki dilakukan setiap pagi selama 15 menit sebelum para
tenaga perpustakaan, umumnya pelayanan di siswa memulai aktivitas belajar mengajarnya. Salah
perpustakaan dibantu oleh guru mata pelajaran. satu bentuk morning motivation ini adalah membaca
3. Guru Wali Kelas atau Guru senyap 15 menit sebelum pelajaran dimulai. Kegiatan
Pemilihan subjek ini karena ada beberapa ini rata-rata dilakukan satu kali dalam seminggu pada
program gerakan literasi sekolah yang terintegrasi hari jum’at atau sabtu. Kegiatan lain berupa cerita
dengan divisi akademik dan kurikulum termasuk inspiratif untuk memberikan motivasi positif kepada
muatan gerakan lliterasi sekolah yang diinteregasikan siswa disetiap pagi. Cerita inspiratif bisa berasal dari
dengan muatan pada mata pelajaran. buku, pengalaman, maupun sumber literasi yang lain.
4. Siswa Kegiatan ini melekat pada pelajaran dan dilakukan
Siswa dimintai keterangannya terkait oleh guru mata pelajaran yang mengajar pada jam
pengalaman dan kesan yang diperoleh terkait pelajaran (les) pertama.
program-program yang telah dipaparkan oleh subjek
penelitian diatas.
B. Hasil Penelitian
1. Kebijakan Gerakan Literasi Sekolah di SMP
Negeri Kota Medan
Kebijakan Gerakan Literasi Sekolah ini
kemudian diturunkan dengan berbagai program, yaitu:
a. Reading Group
Aktivitas Reading Group masuk kedalam
kurikulum pembelajaran bahasa. Program ini
merupakan kegiatan siswa untuk mengasah
kemampuan membaca. Reading Group dilakukan
didalam kelas dengan membagi siswa untuk
berkelompok. 1 kelompok dalam terdiri dari 5-6
siswa. Aktivitas yang dilakukan adalah setiap siswa
diminta untuk membaca buku yang telah dipilihnya. Gambar 3. Program Membaca 15 Menit
Buku-buku yang menjadi referensi yaitu buku yang
bercirikan: karakter kuat, sastra yang bagus, dan
ilustrasi yang hidup. Setelah siswa selesai membaca,
kemudian siswa diminta untuk menceritakan kembali
isi buku yang telah dibacanya.

Gambar 4. Program Morning Motivation

c. Mini Library atau Pojok Baca


Program ini merupakan salah satu upaya
Gambar 2. Reading Group untuk memenuhi kebutuhan sumber literasi di sekolah.
Penyediaan sumber bacaan yang dapat diakses di kelas
Dari hasil pengamatan belum sepenuhnya dengan membuat pojok baca bagi anak yang
sekolah menempatkan Reading Group sebagai salah diletakkan di pojok setiap kelas. Anak-anak
Pengembangan Program Literasi Sekolah Untuk Meningkatkan Kualitas
Pendidikan Dasar Tingkat Sekolah Menengah Pertama Negeri Di Kota Medan
Mukti Hamjah Harahap, Faisal, Novita Indah Hasibuan,
RHD Nugrahaningsih, Adek Cerah Kurnia Azis 123
diperkenankan untuk membawa buku dari rumah dan
meletakkannya di pojok baca kelasnya agar teman-
teman yang lain dapat melihat dan membacanya.
Program ini bertujuan agar anak-anak dekat dengan
buku sebagai sumber literasi

Gambar 7. Perpustakaan sebagai Sumber Literasi

Beberapa program yang dapat dilakukan oleh


oleh pihak perpustakaan:
1) Best Reader of The Month
Program ini merupakan pemberian
Gambar 5. Pojok Baca penghargaan bagi siswa yang rajin mengunjungi
dan membaca di perpustakaan setiap bulannya.
Foto siswa akan ditampilkan dan akan disebutkan
diupacara bendera sebagai bentuk motivasi bagi
siswa yang mendapat penghargaan dan juga untuk
siswa yang lain agar tumbuh semangat membaca
di perpustakaan.
2) Books Lover
Penghargaan yang diberikan kepada siswa
yang memiliki predikat peminjam buku terbanyak
di perpustakaan. Penghargaan ini sama halnya
dengan program Best Reader of The Month yang
diadakan selama satu bulan satu kali. Tujuan dari
progam ini juga untuk meningkatkan minat baca
buku siswa bukan hanya di perpustakaan atau di
sekolah saja, tapi memiliki minat baca juga di
rumah. Untuk menentukan pemenang ditiap
bulannya, dilihat dari data peminjaman buku
Gambar 6. Pojok Baca perpustakaan.
3) Oktober Bulan Bahasa
Dari hasil pengamatan, buku yang tersedia di Dari namanya tentu program ini
pojok baca tidak mencapai jumlah siswa disetiap dilaksanakan pada bulan Oktober setiap tahunnya.
kelas. Keadaannya pojok baca dibeberapa kelaspun Program ini biasanya dilaksanakan dengan
terlihat tidak terawat. Bahkan tidak terlihat siswa mengadakan lomba-lomba yang disesuaikan
menghampiri pojok baca ketika waktu istirahat. dengan levelnya masing-masing berdasarkan tahun
d. Pengadaan Perpustakaan sebagai Sumber kelas. Perlombaan yang biasa diselenggarakan
Literasi yaitu seperti lomba membaca puisi, lomba cerpen,
Motto perpustakaan “Today a Reader lomba pidato. Kegiatan pada Oktober Bulan
Tomorrow a Leader”. Perpustakaan ini tidak Bahasa ini pustakawaan menjalin kerjasama
terpisahkan dari misi sekolah untuk mendukung dengan guru-guru kelas dan wali kelas siswa.
kebijakan Gerakan Literasi Sekolah. Sehingga Kegiatan ini bertujuan agar anak-anak memiliki
perpustakaan ini memiliki tujuan: (1) kemampuan berbahasa dan menulis yang baik.
Menumbuhkembangkan minat baca tulis siswa, guru 4) World Book Day
serta karyawan sekolah, (2) Mengenalkan teknologi Program ini biasa dilakukan dibulan Mei
informasi dengan bimbingan dari para guru, (3) untuk memperingati hari buku sedunia. Program
Membiasakan para siswa untuk percaya diri dalam ini berisikan kegiatan story telling, wakaf buku,
mengakses informasi secara mandiri, dan (4) Mampu dan membaca buku sepuluh menit.
memupuk bakat dan minat civitas akademik.

Jurnal Pembangunan Perkotaan 5 (2) (2017): 115-122


124
5) Donatur Buku Sebanyak 8 sekolah sudah memenuhi standar isi
Donatur buku adalah salah satu program karena implementasi GLS sudah menyesuaikan
khusus perpustakaan untuk pemenuhan sumber dengan muatan kurikulum dan terintegrasi dengan
literasi di perpustakaan. Kegiatan ini merupakan silabus dan RPP. Sebanyak 3 sekolah yang hanya
serangkaian dari program World Book Day. Secara mengimplementasikan GLS dengan muatan
rinci kegiatan ini adalah penerimaan buku dari kurikulum. Sebanyak 5 sekolah belum memenuhi
donatur (dapat berupa perusahaan/orangtua/dll). standar isi.
Tentu buku yang boleh disumbangkan ialah buku c. Standar Proses
yang sesuai dengan standar yang ditentukan pihak Sebanyak 11 sekolah sudah memenuhi standar
sekolah. proses.
6) Story Telling Class
Kegiatan ini dilakukan oleh guru kelas d. Standar Pendidikan dan Tenaga Kependidikan
dengan menggunakan fasilitas perpustakaan Sebanyak 6 sekolah sudah memenuhi standar
berupa tempat dan sumber bacaan yang akan pendidik dan tenaga kependidikan. Sebanyak 2
digunakan. Dalam kegiatan story telling class, sekolah yang sama sekali belum memenuhi standar
siswa-siswa dituntut untuk percaya diri bercerita pendidik dan tenaga kependidikan
didepan kelas. Kegiatan ini serupa dengan program e. Standar Sarana dan Prasarana
reading group, hanya saja aktivitasnya dilakukan Hampir seluruh sekolah memenuhi standar sarana
diluar kelas dan dihadapan teman-teman sekelas. dan prasarana, tetapi tetap bermohon disediakan
Story telling class tidak rutin dilaksanakan dan penambahan bahan bacaan dan rak buku.
tidak mempunyai jadwal yang tetap. Jika dirasa f. Standar Pengelolaan
siswa mulai bosan belajar di kelas dengan Seluruh sekolah menyatakan pada standar
pelajarannya, maka story telling menjadi alternatif pengelolaan bahwa sebaiknya guru dan tenaga
kegiatan. kependidikan terlibat dalam seluruh aktivitas GLS.
7) Mading g. Standar Pembiayaan Pendidikan
Program ini merupakan upaya penyediaan Pada standar pembiayaan pendidikan, hampir
sumber informasi yang mudah diakses di luar seluruh sekolah menggunakan dana BOS untuk
perpustakaan berupa majalah dinding. Mading ini memenuhi standar pembiayaan pendidikannya.
berisi informasi kegiatan dari perpustakaan dan h. Standar Penilaian Pendidikan
isu-isu yang mengundang value untuk siswa. Seluruh sekolah belum menjalankan standar
penilaian pendidikan secara penuh, hanya pada
bagian ketiga, semua sekolah menjawab ya.
Berdasarkan tahapan dalam program gerakan
literasi sekolah, diketahui bahwa belum sepenuhnya
tahapan yang ada di sekolah dilakukan sesuai dengan
panduan gerakan literasi sekolah yang ditentukan oleh
pusat (Kementrian Pendidikan dan kebudayaan).
Berikut adalah implementasi tahapan gerakan literasi
sekolah hasil observasi dan wawancara :
Tahap Pembiasaan:
(1) Sudah melakukan membaca senyap 15’ sebelum
pelajaran dimulai rata-rata satu kali dalam
seminggu pada hari Jumat atau sabtu
(2) Sebanyak 5 (lima) sekolah belum memiliki jurnal
Gambar 8. Majalah Dinding membaca harian
(3) Sebanyak 5 (lima) sekolah belum meminta
2. Implementasi Kebijakan Gerakan Literasi tagihan dari siswa atas kegiatan membaca
Sekolah senyap.
Berdasarkan program-program yang telah (4) Guru, kepala sekolah, dan tenaga kependidikan
disampaikan di atas, berikut ini adalah gambaran belum terlibat menjadi model dalam GLS.
implementasi kebijakan gerakan literasi sekolah (5) Belum dijumpai poster kampanye membaca dan
dilihat dari delapan standar nasional pendidikan, yaitu: bahan kaya teks di kelas atau area lain di sekolah
a. Standar Kompetensi Lulusan .
Sebanyak 14 sekolah sudah memenuhi standar (6) Sekolah belum melibatkan publik.
kompetensi lulusan, karena mengimplementasikan (7) Sebanyak 1 (satu) sekolah baru akan merancang
GLS pada pembentukan sikap, pengetahuan, dan kegiatan literasi sekolah
pembentukan keterampilan. (8) Sebanyak 2 (dua) sekolah belum menjalankan
b. Standar Isi GLS.
Pengembangan Program Literasi Sekolah Untuk Meningkatkan Kualitas
Pendidikan Dasar Tingkat Sekolah Menengah Pertama Negeri Di Kota Medan
Mukti Hamjah Harahap, Faisal, Novita Indah Hasibuan,
RHD Nugrahaningsih, Adek Cerah Kurnia Azis 125
Tahap Pengembangan: b. Faktor Penghambat
(1) Sebanyak 4 (empat) sekolah belum ada tagihan 1) Kerjasama guru, tenaga kependidikan, dan Tim
lisan dan tulisan sebagai penilaian non akademik. GLS
(2) Sebanyak 6 (enam) sekolah belum ada jurnal Guru harus selalu diingatkan terkait SOP
tanggapan membaca peserta didik dipajang di kebijakan dan program yang akan dilakukan.
kelas dan/atau koridor sekolah. Hal ini dikarenakan tagihan para guru yang
(3) Sebanyak 3 (tiga) sekolah belum melaksanakan banyak sehingga pencapaian literasi bukan
kegiatan tindaklanjut dalam bentuk satu-satunya prioritas dari para guru.
menghasilkan tanggapan secara lisan maupun 2) Kurangnya bahan bacaan
tulisan . Buku yang kaya akan nilai-nilai serta gambar-
(4) Sebanyak 7 (tujuh) sekolah belum memberikan gambar menarik sulit didapatkan sehingga
penghargaan terhadap pencapaian peserta didik terjadi kebosanan bagi anak-anak terhadap
dalam kegiatan literasi secara berkala. sumber bacaan.
(5) Sebanyak 7 (tujuh) sekolah belum mengadakan 3) Minimnya minat baca peserta didik.
kegiatan akademik yang mendukung budaya Perlu adanya pengembangan program agar
literasi dan kegiatan perayaan hari-hari tertentu. tidak monoton dan terjadi kebosanan.
(6) Sebanyak 2 (dua) sekolah belum memiliki tim C. Pembahasan Hasil Penelitian
literasi sekolah. 1. Kebijakan Gerakan Literasi Sekolah di SMP
Tahap Pembalajaran: Negeri Kota Medan
(1) Sebanyak 5 (lima) sekolah belum menjalankan Implementasi dalam gerakan literasi sekolah
satupun dari tahap pembelajaran. telah menerapkan prinsip-prinsip sebagai berikut:
3. Faktor Pendukung dan Penghambat Gerakan a. Perkembangan Gerakan Literasi Sekolah
Literasi Sekolah Sesuai Tahapan
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara Sekolah yang sudah melaksanakan
diketahui bahwa terdapat beberapa factor pendukung program gerakan literasi sekolah memilih strategi
dan penghambat gerakan literasi sekolah. Beberapa pembiasaan dan pembelajaran literasi yang tepat
factor tersebut adalah: sesuai kebutuhan perkembangan mereka. Sekolah
a. Faktor Pendukung menerapkan prinsip ini dengan menentukan
1) Sarana dan Prasarana program yang disesuai dengan tingkatan siswa.
Adanya sarana untuk mensosialisasikan Untuk tahap pembiasaan, siswa biasa melakukan
kebijakan atau program dari sekolah. Sarana itu kegiatan-kegiatan yang sarat akan pembiasaan
berupa rapat kerja guru, rapat manajemen, literasi. Dengan melakukan pembelajaran di
pertemuan orangtua, dan masih banyak sarana perpustakaan dan terdapat pojok baca di setiap
yag lain untuk menyampaikan kebijakan yang kelas agar siswa lebih dekat dengan sumber
sudah dirancang. Adanya pojok baca, mading, literasi.
dan perpustakaan merupakan penerapan dari b. Program Literasi yang Baik Bersifat
prinsip kegiatan membaca dan menulis Berimbang
dilakukan kapanpun dan dimanapun tersebut. Strategi membaca dan jenis teks yang
Siswa dengan mudah mengakses buku sebagai dibaca perlu divariasikan dan disesuaikan dengan
sumber literasi. Bahkan adanya pojok baca, jenjang pendidikan. Beberapa sekolah menerapkan
akan semakin mendekatkan anak-anak dengan prinsip ini melalui program reading group.
buku. Sehingga anak-anak akan terbiasa Membaca bersama, menceritakan kembali hasil
dengan budaya membaca. bacaan dan membaca terpandu. Hal ini menjadi
2) Bahan bacaan strategi menumbuhkan budaya membaca yang
Adanya hibah buku atau sumbangan buku dari divariasikan. Selain itu, adanya leveling buku
orang tua. Program ini menjadi faktor didalam perpustakaan juga merupakan upaya
pendukung untuk ketersediaan sumber literasi sekolah untuk menerapkan program literasi yang
untuk anak. baik dan berimbang.
3) Dukungan orang tua c. Program Literasi Terintegrasi dengan
Dukungan dari orang tua disampaikan melalui Kurikulum
surat ke orangtua yang dititpkan melalui anak- Pembiasaan dan pembelajaran literasi di
anak dalam bentuk surat edaran program sekolah adalah tanggung jawab semua guru
gerakan literasi sekolah. disemua mata pelajaran sebab pembelajaran mata
4) Adanya aloakasikan waktu dan dana untuk pelajaran apapun membutuhkan bahasa, terutama
menunjang kecakapan literasi siswa. membaca dan menulis. Program literasi yang
5) Guru-guru mempunyai semangat belajar yang diterapkan di beberapa sekolah telah
baik mengintegrasikan dengan kurikulum sehingga

Jurnal Pembangunan Perkotaan 5 (2) (2017): 115-122


126
budaya literasi secara profesional dikembangkan menjadi bagian dari program. Sehingga
diseluruh mata pelajaran. diharapkan dapat terjaring guru-guru serta
d. Sosialisasi Program Gerakan Literasi Sekolah karyawan yang memiliki komitmen bersama
Sosialiasi program dilakukan melalui untuk mencapai visi misi dan tujuan sekolah.
rapat kerja yang diikuti oleh seluruh elemen 2) Sumber Dana
sekolah baik kepala sekolah, guru dan tenaga Salah satu syarat pelaksanaan
pendidikan. Rapat kerja ini biasa dilakukan diawal kebijakan adalah tersedianya sumber dana.
semester. Rapat kerja berfungsi untuk menentukan Sumber daya keuangan yang dimaksud adalah
program-program yang akan dilakukan di semester untuk melaksanakan kebijakan harus
selanjutnya dan mensosialisasikan apa saja peran mencukupi, baik keperluan gaji, staff, analisis
dari masing-masing agen yang ada di sekolah. teknis, perizinan, dan monitoring kebijaka.
Selain itu juga sosialiasi dilakukan melalui surat Pihak sekolah telah mengalokasikan dana
pemberitahuan kepada orangtua. Hal ini sesuai dengan programnya masing-masing.
merupakan upaya yang dilakukan pihak sekolah Baik itu program yang bersifat kegiatan
agar orangtua terlibat aktif dalam tercapainya maupun penyediaan sumber informasi literasi.
tujuan dari sekolah. orangtua juga dituntut untuk Alokasi dana ini digunakan untuk program-
mendukung program yang diselenggarakan program yang menunjang budaya literasi.
sekolah. Sumber dana berasal dari bantuan oprasional
Sosialisasi dapat juga dilakukan melalui sekolah (BOS) yang nantinya akan digunakan
website sekolah. Hasil penelitian menunjukkan untuk pemenuhan kebutuhan sumber literasi
bahwa website sekolah belum optimal sehingga berupa pengadaan buku, sehingga
postingan-postingan di website tidak diupdate implementasi kebijakan ini didukung oleh
secara rutin bahkan masih terdapat sekolah yang sumber dana yang memadai.
belum memiliki fasilitas ini. Sosialiasi dapat juga 3) Alokasi Waktu
menggunakan penyebaran poster khusus untuk Salah satu komponen dalam
kegiatan-kegiatan dari perpustakaan agar seluruh pelaksanaan kebijakan adalah harus
elemen sekolah mengetahui program apa yang mengalokasikan sumber daya termasuk sumber
akan diselenggarakan. Sosialisasi juga dilakukan daya waktu untuk memperoleh dampak
melalui postingan poster via media sosial berupa kebijakan. Pihak sekolah sudah
whatsapp. Sekolah memiliki beberapa grup mengalokasikan waktu khusus sebagai upaya
whatsapp yang melibatkan pihak-pihak terkait. untuk peningkatan literasi siswa. Alokasi
Grup tersebut terdiri dari grup yang berisi seluruh waktu yang disediakan terintegrasi dalam
guru dan karyawan, grup orangtua siswa pembelajaran sekolah disetiap harinya dan/
berdasarkan kelas, dan grup para guru. Hal ini atau sesuai dengan bulan yang sudah
dapat memudahkan sekolah untuk penyebaran ditentukan. Hal ini guna memperoleh dampak
informasi. kebijakan yang sesuai dengan tujuan. Ada
e. Sumber Daya beberapa program yang terintegrasi dari
Aspek ini berkenaan dengan sumber daya kurikulum sekolah seperti reading group dan
pendukung untuk pelaksanaan program agar dapat morning motivation.
berjalan dengan baik. Sumber daya tersebut 2. Faktor Pendukung dan Penghambat
meliputi: Implementasi Kebijakan Gerakan Literasi
1) Sumber Daya Manusia Sekolah
Implementasi dilakukan dengan Beberapa faktor yang menjadi pendukung
menunjuk orang-orang yang memiliki dan penghambat merupakan factor penentu
komitmen melalui Tim Gerakan Literasi keberhasilan dari kegiatan gerakan literasi sekolah.
Sekolah. Sumber daya manusia yang terlibat Beberapa factor tersebut antara lain :
untuk mendukung kebijakan GLS adalah a. Faktor yang terletak pada rumusan kebijakan yang
seluruh warga sekolah baik kepala sekolah, telah dibuat oleh para pengambil keputusan,
guru, karyawan, siswa, dan orangtua siswa. menyangkut kalimatnya jelas atau tidak,
Agar memiliki komitmen yang baik, dalam sasarannya tepat atau tidak, mudah dipahami atau
proses seleksi karyawan dan guru, pihak tidak, mudah diinterprestasikan atau tidak, dan
sekolah membuat tes yang terstandar. Pihak terlalu sulit dilaksanakan atau tidak. Untuk faktor
sekolah dalam hal ini kepala sekolah tidak ini, sekolah perlu membuat SOP (Standart
hanya melihat dari latar belakang pendidikan, Operational Procedure) terkait gerakan literasi
tapi juga melihat bagaimana pandangannya sekolah. Hal tersebut menjadi upaya sekolah untuk
terhadap dunia pendidikan, kreativitas, dan dapat membantu seluruh elemen sekolah dalam
tentunya motivasi apa yang menjadikan memahami program yang telah ditetapkan. SOP
seorang calon guru atau karyawan untuk yang dibuat dapat dijadikan sebagai standard dan
Pengembangan Program Literasi Sekolah Untuk Meningkatkan Kualitas
Pendidikan Dasar Tingkat Sekolah Menengah Pertama Negeri Di Kota Medan
Mukti Hamjah Harahap, Faisal, Novita Indah Hasibuan,
RHD Nugrahaningsih, Adek Cerah Kurnia Azis 127
panduan untuk menjalankan program. Karenanya Pihak sekolah sudah mengalokasikan waktu
secara mennyeluruh perlu adanya standariasi khusus sebagai upaya untuk peningkatan literasi
gerakan literasi sekolah minimal berdasarkan siswa dengan mengintegrasikan kedalam
standar mutu pendidikan selaras dengan standar kurikulum, dan terdapat bulan tertentu sebagai
nasional pendidikan, bulan bahasa yang dapat dimanfaatkan sebagai
b. Faktor yang terletak pada personil pelaksana, penguatan program gerakan literasi sekolah.
yakni yang menyangkut tingkat pendidikan,
pengalaman, motivasi, komitmen, kesetiaan, Daftar Pustaka
kinerja, kepercayaan diri, kebiasaan-kebiasaan, Beers, C. S. (2009). A Principal’s Guide to Literacy
serta kemampuan kerjasama dari para pelaku Instruction. New York: Guilford Press.
pelaksana kebijakan. Termasuk dalam personil
pelaksana adalah latar belakang budaya dan Hernowo. 2002. Mengikat Makna. Bandung: Kaifa.
bahasa. Semua itu akan sangat mempengaruhi cara
kerja tim gerakan literasi sekolah secara kolektif Kemendikbud. (2016). Desain Induk Gerakan Literasi
dalam menjalankan misi implementasi kebijakan. Sekolah. Jakarta: Direktorat Jenderal
Terlihat bahwa guru memiliki komitmen yang baik Pendidikan Dasar dan Menengah
terhadap kebijakan tersebut sehingga hal tersebut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
dapat membantu berjalannya program tanpa Republik Indonesia.
hambatan.
c. Faktor yang terletak pada sistem organisasi Kemendikbud. (2016). Panduan Gerakan Literasi
pelaksana, yakni menyangkut jaringan sistem, Sekolah di Sekolah Menegah Pertama.
hirarki kewenangan masing-masing peran, model Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan
distribusi pekerjaan, gaya kepemimpinan dari Dasar dan Menengah Kementerian
pemimpin organisasinya, aturan main organisasi, Pendidikan dan Kebudayaan Republik
target masing-masing tahap yang ditetapkan, Indonesia.
model monitoring yang biasa dipakai, serta
evaluasi yang dipilih. Berkaitan dengan hirarki Lisnawati Ruhaena. (2005). Pengaruh Metode
kewenangan, dalam pelaksanaan kebijakan Pembelajaran Jolly Phonics terhadap
gerakan literasi sekolah berada ditangan kepala Kemampuann Baca-Tulis Permulaan Bahasa
sekolah secara langsung. sayangnya, belum ada Indonesia dan Bahasa Inggris pada anak
program monitoring untuk melihat ketercapaian Prasekolah, Jurnal Penelitian Humaniora,
dari program-program yang telah ditetapkan. Vol. 9, No. 2, Agustus 2008: 192-206.
Evaluasi pun belum pernah dilakukan untuk
melihat sejauh mana tingkat keberhasilan program. Miles, M.B, Huberman, A.M, dan Saldana, J. 2014.
Qualitative Data Analysis, A Methods
Kesimpulan Sourcebook Edition 3. USA: Sage
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat Publications.
disimpulkan:
1. Program yang menunjang kebijakan gerakan Moleong, Lexy J. (2005).Metodologi Penelitian
literasi di SMP Negeri Kota Medan adalah sebagai Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda karya.
berikut: (1) Reading Group; (2) Morning
Motivation; (3) Mini library; dan (4) Pengadaan Munaf, Yarni. 2002. Upaya Meningkatkan Minat
perpustakaan. Baca Siswa. Jurnal Pendidikan Bahasa
2. Pelaksanaan kebijakan Gerakan Literasi Sekolah Sastra dan Seni, 3 (2): 241-250.
ialah sebagai berikut:
Sumber daya manusia yang terlibat untuk Runtu, Anastasia. 2004. Pembelajaran Membaca
mendukung kebijakan GLS ini adalah seluruh Pemahaman dengan Strategi SQ4R Siswa
warga sekolah baik kepala sekolah, guru, Kelas II SLTP Katolik Santa Maria
karyawan, siswa, dan orangtua siswa dan Sumber Gorontalo. Tesis tidak diterbitkan.
Dana adalah alokasikan dana sesuai dengan Malang:PPS UM.
programnya masing-masing. Baik itu program
yang bersifat kegiatan maupun penyediaan sumber Soedarso. (2004). Speed Reading. Jakarta: Gramedia
informasi literasi. Alokasi dana berasal dari BOS Pustaka Utama.
(Bantuan Operasional Sekolah), Sumbangan dari
orangtua dan pihak sponsor. Sugiyono. (2007). Memahami Penelitian Kualitatif.
3. Alokasi Waktu Bandung: Alfabeta.

Jurnal Pembangunan Perkotaan 5 (2) (2017): 115-122


128

Anda mungkin juga menyukai