Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP LANJUT USIA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Gerontik

Disusun Oleh:

Annisa Hafizah, S.Kep


NPM 1914901210098

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM S.1 KEPERAWATAN PROFESI NERS
TAHUN 2020

KONSEP LANJUT USIA


1. PENGERTIAN

Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas


(Kholifah, 2016)

Lansia adalah tahap akhir dari siklus hidup manusia, dimana manusia
tersebut pastinya akan mengalami perubahan baik secara fisik maupun
mental (Setiati dkk, 2000 dalam Dwiyanti dan Fitri, 2012).

Lansia dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur ulang


kehidupan manusia. Menurut UU No. 13/ Tahun 1998 tentang
kesejahteraan lansia disebutkan bahwa lansia adalah seseorang yang telah
mencapai usia lebih dari 60 tahun (Dewi, 2014).

2. KLASIFIKASI

a. WHO (1999) dalam (Kholifah, 2016) menjelaskan batasan lansia


adalah sebagai berikut :

1) Usia lanjut (elderly) antara usia 60-74 tahun

2) Usia tua (old) :75-90 tahun

3) Usia sangat tua (very old) adalah usia > 90 tahun.

b. Depkes RI (2005) dalam (Kholifah, 2016) menjelaskan bahwa batasan


lansia dibagi menjadi tiga katagori, yaitu:

1) Usia lanjut presenilis yaitu antara usia 45-59 tahun

2) Usia lanjut yaitu usia 60 tahun ke atas

3) Usia lanjut beresiko yaitu usia 70 tahun ke atas atau usia 60 tahun
ke atas dengan masalah kesehatan.

3. KARAKTERISTIK

Lansia memiliki tiga karakteristik yaitu : (Dewi, 2014)

1. Berusia lebih dari 60 tahun

2. Kebutuhan dan masalah bervariasi dari rentang sehat sampai sakit,


dari kebutuhan biopsikososial hingga spiritual, serta dari kondisi
adaptif hingga kondisi maladaptif

3. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi


4. CIRI-CIRI LANSIA (Kholifah, 2016)

Ciri-ciri lansia adalah sebagai berikut :

a. Lansia merupakan periode kemunduran. Kemunduran pada lansia


sebagian datang dari faktor fisik dan faktor psikologis. Motivasi
memiliki peran yang penting dalam kemunduran pada lansia. Misalnya
lansia yang memiliki motivasi yang rendah dalam melakukan kegiatan,
maka akan mempercepat proses kemunduran fisik, akan tetapi ada juga
lansia yang memiliki motivasi yang tinggi, maka kemunduran fisik
pada lansia akan lebih lama terjadi.

b. Lansia memiliki status kelompok minoritas. Kondisi ini sebagai akibat


dari sikap sosial yang tidak menyenangkan terhadap lansia dan
diperkuat oleh pendapat yang kurang baik, misalnya lansia yang lebih
senang mempertahankan pendapatnya maka sikap sosial di masyarakat
menjadi negatif, tetapi ada juga lansia yang mempunyai tenggang rasa
kepada orang lain sehingga sikap sosial masyarakat menjadi positif.

c. Menua membutuhkan perubahan peran. Perubahan peran tersebut


dilakukan karena lansia mulai mengalami kemunduran dalam segala
hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya dilakukan atas dasar
keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari lingkungan. Misalnya
lansia menduduki jabatan sosial di masyarakat sebagai Ketua RW,
sebaiknya masyarakat tidak memberhentikan lansia sebagai ketua RW
karena usianya.

d. Penyesuaian yang buruk pada lansia. Perlakuan yang buruk terhadap


lansia membuat mereka cenderung mengembangkan konsep diri yang
buruk sehingga dapat memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk.
Akibat dari perlakuan yang buruk itu membuat penyesuaian diri lansia
menjadi buruk pula. Contoh : lansia yang tinggal bersama keluarga
sering tidak dilibatkan untuk pengambilan keputusan karena dianggap
pola pikirnya kuno, kondisi inilah yang menyebabkan lansia menarik
diri dari lingkungan, cepat tersinggung dan bahkan memiliki harga diri
yang rendah.

5. TUGAS PERKEMBANGAN

Menurut Ericson dalam (Dewi, 2014), kesiapan lansia untuk beradaptasi


atau menyesuaikan diri terhadap perkembangan usia lanjut dipengaruhi
oleh proses tumbuh kembang pada tahap sebelumnya. Apabila dalam
tahap tumbuh kembang sebelumnya melakukan kegiatan sehari-hari
dengan teratur dan baik serta membina hubungan yang serasi dengan
orang-orang disekitarnya, maka pada usia lanjut usia akan ia akan tetap
melakukan kegiatan yang biasa ia lakukan pada tahap perkembangan
sebelumnya seperti olahraga, mengembangkan hobi bercocok tanan, dll.

Adapun tugas perkembangan lansia adalah sebagai berikut :

a. Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun

b. Mempersiapkan diri untuk pensiun

c. Membentuk hubungan baik dengan orang yang seusianya

d. Mempersiapakan kehidupan baru

e. Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan sosial/masyarakat secara


santai

f. Mempersiapkan diri untuk kematiaanya dan kematian pasangan

6. PROSES MENUA

Proses penuaan merupakan proses alami yang dapat menyebabkan


perubahan anatomis, fisiologis, dan biokimia pada jaringan tubuh yang
dapat mempengaruhi fungsi, kemampuan badan dan jiwa (Setiati dkk,
2000 dalam Dwiyanti dan Fitri, 2012).

Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup,
tidak hanya dimulai pada satu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak
permulaan kehidupan (Dewi, 2014).

7. TEORI MENUA (Dewi, 2014)

Menua merupakan proses yang harus terjadi secara umum pada seluruh
spesies secara progresif seiring waktu sehingga menghasilkan perubahan
yang menyebabkan disfungsi organ dan menyebabkan kegagalan suatu
organ atau sistem tubuh tertentu. Terdapat tiga dasar fundamental yang
dipakai untuk menyusun berbagai berbagai teori menua, yaitu :
- Pola penuaan pada hampir semua spesies mamalia diketahui adalah
sama.
- Laju penuaan ditentukan oleh gen yang sangat bervariasi pada setiap
spesies.
- Laju atau kecepatan penuaan dapat diperlambat, namun tidak dapat
dihindari atau dicegah.
Beberapa teori penuaan yang diketahui dijelaskan berikut ini :
a. Teori Berdasarkan Sistem Organ
Teori berdasarkan sistem organ (organ sistem – based theory) ini
berdasarkan atas dugaan adanya hambatan dari organ tertentu dalam
tubuh yang akan menyebabkan terjadinya proses penuaan. Organ
tersebut adalah sistem endokrin dan sistem imun. Pada proses
penuaan, kelenjar timus mengecil yang menurunkan fungsi imun.
Penurunan fungsi imun menimbulkan peningkatan insidensi penyakit
infeksi pada lansia. Dapat dikatakan bahwa peningkatan usia
berhubungan dengan peningkatan insidensi penyakit.
b. Teori Kekebalan Tubuh
Teori kekebalan tubuh (breakdown theory) ini memandang proses
penuaan terjadi akibat adanya penurunan sistem kekebalan secara
bertahap, sehingga tubuh tidak dapat lagi mempertahankan diri
terhadap luka, penyakit, sel mutan, ataupun sel asing. Hal ini terjadi
karena hormon – hormone yang dikeluarkan oleh kelenjar timus yang
mengontrol sistem kekebalan tubuh telah menghilang seiring dengan
bertambahnya usia.
c. Teori Kekebalan
Teori kekebalan (autoimmunity) ini menekankan bahwa tubuh lansia
yang mengalami penuaan sudah tidak dapat lagi membedakan antara
sel normal dan sel tidak normal, dan muncul antibodi yang
menyerang keduanya yang pada akhirnya menyerang jaringan itu
sendiri. Mutasi yang berulang atau perubahan protein pascatranslasi
dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan kemampuan sistem
imun tubuh mengenali dirinya sendiri (self recognition). Jika mutasi
somatik menyebabkan terjadinya kelainan pada antigen permukaan
sel, maka hal ini dapat menyebabkan sel imun tubuh menganggap sel
yang mengalami perubahan tersebut sebagai sel asing dan
menghancurkannya. Perubahan inilah yang menjadi dasar terjadinya
peristiwa autoimun. Salah satu bukti yang menguatkan teori ini
adalah bertambahnya kasus penyakit degenerative pada orang berusia
lanjut.
d. Teori Fisiologik
Sebagai contoh, teori adaptasi stres (stress adaptation theory)
menjelaskan proses menua sebagai akibat adaptasi terhadap stres.
Stres dapat berasal dari dalam maupun dari luar, juga dapat bersifat
fisik, psikologik, maupun sosial.
e. Teori Psikososial
Semakin lanjut usia seseorang, maka ia semakin lebih memperhatikan
dirinya maupun arti hidupnya, dan kurang memperhatikan peristiwa
atau isu – isu yang sedang terjadi.
f. Teori Kontinuitas
Gabungan antara teori pelepasan ikatan dan teori aktivitas. Perubahan
diri lansia dipengaruhi oleh tipe kepribadiannya. Seseorang yang
sebelumnya sukses, pada usia lanjut akan tetap berinteraksi dengan
lingkungannya serta tetap memelihara identitas dan kekuatan egonya
karena memiliki tipe kepribadian yang aktif dalam kegiatan sosial.
g. Teori Sosiologik
Teori perubahan sosial yang menerangkan menurunnya sumber daya
dan meningkatnya ketergantungan, mengakibatkan keadaan sosial
yang tidak merata dan menurunnya sistem penunjang sosial.
Teori pelepasan ikatan (disengagement theory) menjelaskan bahwa
pada usia lanjut terjadi penurunan partisipasi ke dalam masyarakat
karena terjadi proses pelepasan ikatan atau penarikan diri secara
pelan – pelan dari kehidupan sosialnya. Pensiun merupakan contoh
ilustrasi proses pelepasan ikatan memungkinkan seseorang untuk
lepas dari tanggung jawab pekerjaan dan tidak perlu mengejar peran
lain untuk mendapatkan tambahan penghasilan. Teori mendapat
banyak kritikan dari berbagai ilmuwan sosial.

h. Teori Aktivitas

Berlawanan dengan teori pelepasan ikatan, teori aktivitas ini


menjelaskan bahwa lansia yang sukses merupakan lansia yang aktif
dan ikut dalam banyak kegiatan sosial. Jika sebelumnya seseorang
sangat aktif, maka pada saat usia lanjut ia akan tetap memelihara
keaktifannya seperti peran dalam keluarga dan masyarakat dalam
berbagai kegiatan sosial dan keagamaan, karena ia tetap merasa
dirinya berarti dan puas di hari tuanya. Bila lansia kehilangn peran
dan tanggung jawab di masyarakat atau keluarga, maka ia harus
segera terlibat dalam kegiatan lain seperti klub atau organisasi yang
sesuai dengan bidang atau minatnya.

i. Teori Penuaan Ditinjau dari Sudut Biologis

1) Teori error catastrophe


Kesalahan susunan asam amino dalam protein tubuh
mempengaruhi sifat khusus enzim untuk sintesis protein,
sehingga terjadi kerusakan sel dan mempercepat kematian sel.

2) Teori pesan yang berlebih – lebihan (redundant message)

Manusia memiliki DNA yang berisi pesan yang berulang – ulang


atau berlebih – lebihan yang menimbulkan proses penuaan.

3) Teori imunologi

Teori ini menekankan bahwa lansia mengalami pengurangan


kemampuan mengenali diri sendiri dan sel – sel asing atau
pengganggu, sehingga tubuh tidak dapat membedakan sel – sel
normal dan tidak normal, dan akibatnya antibodi menyerang
kedua jenis sel tersebut sehingga muncul penyakit – penyakit
degeneratif (Fatimah, 2010).

8. PERUBAHAN SISTEM ORGAN TUBUH AKIBAT PROSES


MENUA
Menurut Dewi (2014) perubahan organ akibat proses menua dijelaskan
sesuai sistem organ tuhuh. Kata “fungsi” mengarah pada kemampuan
lansia untuk melakukan aktivitas sehari-hari(ADL) dan akhvitas sehan-
hari independen (IADL) yang berpengaruh terhadap kualitas kehidupan
individu lansia. Ketika ansia mengalami perubahan akibat proses menua,
fungsi independen lansia akan mengalami gangguan. Pendekatan
keperawatan diperlukan untuk mencegah kehilangan fungsi Iehih lanjut
dan peningkatkan kualitas perawatan diri.

a. Sistem CardiovasksIar

Sistem kardiovaskuler mengalami penurunari efisiensi sejalan dengan


proses menua. Namun karena kebutuhan oksigen lansia saat
beristirahat ataupun beraktifitas lebih sedikit, banyak lansia yang
mampu mengkompensasi peruhahan pada sistem sirkulasi ini. Namun,
tingginya insiden penvakit kardiovaskuler pada populasi lansia
membuatnya sulit untuk dibedakan antara proses menua ataupun
penvakit. Saat ini penvakit Jantung tidak lagi menjadi penvebab
kematian nomor satu sejak empat dekade silam. Saat ini para lansia
umumnya telah memahami cara merawat kesehatannya sehingga
kondisi kardiovaskulernyapun membaik.

Perubahan yang terjadi akihat proses menua:

1) Jantung

- Kekuatan otot jantung menurun

- Katup jantung mengalami penebalan dan menjadi Iehih kaku

- Nodus sinoatrial yang bertanggung jawab terhadap kelistrikan


jantung menjadi kurang efektif dalam menjalankan tugasnya dan
impuls yang dihasilkan melemah

2) Pernbuluh darah

- Dinding arteri menjadi kurang elastis

- Dinding kapiler menehal sehingga menyebabkan


melambatnyapertukaran antara nutrisi dan zat sisa metabolisme
antara sel dan darah

- Dinding pembuluh darah yang semakin kaku akan meningkatkan


tekanan darah sistolik maupun diastolic
3) Darah

- Volume darah menurun sejalan penurunan volume cairan tubuh


akibat proses menua

- Aktivitas sumsum tulang mengalami penurunan sehingga terjadi


penurunan jumlah sel darah merah, kadar hematokrit dan kadar
hemoglobin

- Kontraksi jantung melemah , volume darah yang dipompa


menurun, dan cardiac output mengalami penurunan sekitar 1%
pertahun dari volume cardiac ouput orang dewasa normal sebesar
5 liter

b. Sistem Pernafasan

Proses menua memberikan pengaruh minimal terhadap fungsi


respirasi. Peruhahan fungsi respirasi akibat proses menua terjadi secara
bertahap sehingga umumnya Iansia sudah dapat mengkompensasi
perubahan yang terjadi.

Perubahan yang terjadi akibat proses menua:

1) Cavum thorak

- Cavum thorak menjadi kaku seiring dengan proses kalsifikasi


kartilago

- Vertebrae thorakalis mengalami pemendekan, dan osteoporosis


menvebabkan postur bungkuk yang akan menurunkan ekspansi
paru dan membatasi pergerakan thorak

2) Otot bantu pernapasan

Otot abdomen melemah sehingga menurunkan usaha napas baik


inspirasi maupun ekspirasi

3) Perubahan intrapulmonal

- Daya recoil paru semakin menurun seiring perlambahan usia

- Alveoli melar dan menjadi lebih tipis, dan walaupun jumlahnya


konstan, jumlah alveoli yang berfungsi menurun secara
keseluruhan
- Peningkatan kelehalan membran alveoli — kapiler, menurunkan
area permukaan fungsional untuk terjadinya pertukaran gas.

Peruhahan strukstural pada sistem respirasi berpengaruh terhadap


jumlah aliran udara yang mengalir dari dan ke dalam paru, demikian
pula pertukaran gas di tingkat alveolar. Dengan adanya penurunan
daya elastisitas recoil, maka volume residu meningkat. Artinya pada
basis paru terjadi respirasi minimal yang mengakibatkan peningkatan
sisa udara dan sekresi yang tertiggal di paru. Pola nafas lansia yang
dalam, sekunder akibat peruhahan postur, berkontribusi terhadap
penurunan aliran udara. Penurunan kekuatan otot dada berkontribusi
terhadap menurunnva kemampuan batuk efektif sehingga lansia
semakin beresiko mengalami pneumonia. Pola nafas dalam juga
berpengaruh terhadap pertukaran gas. Saturasi oksigen menurun.
Sebagai contoh tekanan parsial oksigen di alveoli(Pa02) sekitar 90
mmHg untuk orang dewasa normal, narnun Pa02 sehesar 75 mmHg
untuk lansia berusia 70 tahun masih bias diterima. Penurunan fungsi
¡ni menyehahkan penurunan Loleransi saat heraktiviLas dan
menyehahkan lansia rnemhutuhkan istirahat sejnak di tengah —
tengaI aktivitas yang dilakukannya.

c. Sistem Muskuloskeletal

Sebagian besar lansia mengalarni peruhahan postur, penurunan rentang


gerak, dan gerakan yang melambat. Peruhahan ¡ni merupakan contoh
dan banyaknya karakteristik normal lansia yang berhubungan dengan
proses rnenua

1) Struktur tulang

- Penurunan massa tulang menyebahkan tulang menjadi rapuh dan


lemah

- Columna vertebralis mengalami kompresi sehingga menyebahkan


penurunan tinggi badan

2) Kekuatan otot

- Regenerasi jaringan otot berjalan lambat dan massa otot


berkurang

- Otot lengan dan betis mengecil dan bergelambir


- Seiring dengan inaktivitas otot kehilangan flesibilitas dan
ketahanannya

3) Sendi

- Keterbatasan rentang gerak

- Kartilago menipis sehingga sendi menjadi kaku, nyeri dan


mengalarmi inflamasi

Penurunan massa otot merupakan proses gradual, dan mayoritas


lansia dapat beradaptasi dengan keadaan ini. Aktivitas olahraga tetap
terbutil mampu menurunkan laju pengeroposan tulang. meningkatkan
kekuatan otot, meningkatkan fleksibilitas dan koordinasi otot.
Sebaliknva, inaktivitas dan gaya hidup sedentari dapat menurunkan
ukuran dan kekuatan otot Penurunan massa otot dan densitas tulang
menyebabkan osteoporosis, tulang keropos dan rapuh sehingga
beresiko mengalami fraktur. Hal ini terjadi karena defisiensi estrogen
dan penurunan kadar kalsium dalam darah. Perubahan yang
disebabkan oleh osteoporosis, menurunnya pergerakan sendi, serta
menurunnya kekuatan dan ketahanan otot dapat berpengaruh terhadap
kermampuan fungsional lansia. Program latihan efektif dibarengi
dengan intake nutrisi adekuat dan pandangan hidup sehat mandiri dan
aktif dapat memperlambat proses penuaan pada lansia.

d. Sistem Integumen

Perubahan yang terjadi pada rambut dan kulit barangkali merupakan


perubahan yang menjadi simbol terjadinya proses penuaan. Kulit
keriput, terbenluknya “age spot’, rambut beruban dan kebotakan
merupakan tanda seseorang telah berubah menjadi tua.

Peruhahan akibat proses meenua:

1) Kulit

- Elastisitas kulit menurun, sehingga kulit berkerut dan kering

- Kulit menipis sehingga fungsi kulit sebagai pelindung bagi


pemhuluh darah yang terletak di bawahnya berkurang

- Lemak subkutan menipis


- Penumpukan melanosit, menyebabkan terbentuknya pigmen tasi
yang dikenat sebagai “age spot”

2) Rambut

- Aktivitas folikel rambut menurun sehingga rambut menipis

- Penurunan melanin sehingga terjadi peruhahan warna rambut

3) Kuku

- Penurunan alirran darah ke kuku menyebabkan bantalan kuku


menjadi tebal, keras dan rapuh dengan garis longitudinal

4) Kelenjar keringat

- Terjadi penurunan ukuran dan jumlah

e. Sistem Gastrointestinal

Perubahan yang terjadi pada sistern gastrointestinal, meskipun bukan


kondisi yang mengancam nyawa, namun tetap menjadi perhatian
utama bagi para Iansia.

Peruhahan akiBat proses menua:

1) Cavurn oris

- Reabsorbsi tulang bagian rahang dapat menyebahkan tanggalnya


gigi sehingga menurunkan kemampuan mengunyah

- Lansia yang mengenakan gigi palsu harus mengecek ketepatan


posisinya

2) Esofagus

- Reflek te1an melemah sehingga meningkatkan resiko aspirasi

- Melemahnya otot halus sehingga memperlambat waktu


pengosongan

3) Lambung

- Penurunan sekresi asam lambung menyebakan gangguan absorsi


besi, vitamin B12, dan protein

4) Intcstinurn
- Peristaltik menurun

- Melemahnya peristaltik usus menyebabkan inkonpetensi


pengosongan bowel

f. Sistem Genitourinaria

Peruhahan sistern genitourinaria mempengaruhi fungsi dasar tubuh


dalam BAK dan penampilan seksual. Kepercayaan yang dipegang
masyarakat bahwa masalah pada sistem genitourinaria merupakan hal
yang wajar seiring pertambahan usia. Akibatnya ketika terjadi masalah
pada sistem ini lanjut usia terlambat mencari pertolongan. Membantu
lansia mempertahankan fungsi optimal sistem genitourinaria
merupakan tantangan bagi perawat.

Perubahan akibat proses menua:

1) Fungsi ginjal

- Aliraran darah ke ginjal menurun karena penurunan cardiac


output dan laju filtrasi glomerulus menurun terjadi gangguan
dalam kemampuan mengkonsentrasikan urine

2) Kandung kemih

- Tonus otot menghilang dan terjadi gangguan pengosongan


kandung kemih

- Penurunan kapasitas kandung kemih

3) Miksi

- Pada pria, dapat terjadi peningkatan frekuensi miksi akibat


pembesaran prostat

- Pada wanita peningkatan frekuensi miksi dapat terjadi akibat


melemahnya otot perineal

4) Reproduksi wanita

- Terjadi atropi vulva

- Penurunan jumlah rambut pubis


- Sekresi vaginal menurun. dinding vagina menjadi tipis dan
kurang elastik

5) Reproduksi pria

- Ukuran testis mengecil

- Ukuran prostat membesar

g. Sistem Persyarafan

Peruhahan pada sistern saraf mempengaruhi seniua sistern tubuh


termasuk system vaskuler, mobilitas, koordinasi, aktivitas visual dan
kemampuan kognihi.

Peruhahan akihal proses menua:

1) Neuron

- Terjadi penurunan jumlah neuron di otak dan batang otak

- Sintesa dan metabolisme neuron berkurang

- Massa otak berkurang secara progresif

2) Pergerakan

- Sensasi kinestetik berkurang

- Gangguan keseimbangan

- Penurunan reaction time

3) Tidur

- Dapat terjadi insomnia dan mudah terbangun di malam hari

- Tidur dalam (tahap IV) dan tidur REM berkurang

h. Sistem Sensori

Sistem sensori seperti penglihatan, pendengaran, peraba, penciuman,


dan perasa memfasilitasi komunikasi manusia dengan lingkungan
sekitarnya Penurunan fungsi organ sensori mempengaruhi kemampuan
dan kualitas hidup lansia.

Peruhahan akihat proses menua:


1) Penglihatan

- Penurunan kemampuan memfokuskan objek dekat

- Terjadi peningktan densitas lensa, dan akumulasi lemak di sekitar


iris, menimbulkan adanya cincin kuning keabu-abuan

- Produksi air mata menurun

- Penurunan ukuran pupil dan penurunan sensitivitas pada cahaya

- Kemampuan melihat di malam hari menurun, iris kehilangan


pigmen sehingga bola mata berwarna biru muda atau keabu-
abuan.

2) Pendengaran

- Penurunan kemampuan untuk mendengarkan suara frekuensi


tinggi

- Serumen mengandung banyak keratin sehingga mengeras

3) Perasa

- Penurunan kemampuan untuk merasakan rasa pahit, asin dan


asam

4) Peraba

Penurunan kemampuan untuk merasakan nveri ringan dan


peruhahan
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Shofia Rhosma. 2014. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta :


Deepublish.

Dwiyanti dan Fitri. 2012. Pemenuhan kebutuhan dasar manusia pada lansia
dimensia oleh keluarga. Jurnal Nursing Studies. Volume 1 : Halaman 175-
182.

Fatimah. (2010). Gizi Usia Lanjut. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Kholifah, Siti Nur. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan : Keperawatan
Gerontik. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI.

Anda mungkin juga menyukai