Anda di halaman 1dari 23

NAMA : FADILLAH AHMAD FAUZI P

NIM : F0317041

1. Menurut opini kami, laporan keuangan terlampir menyajikan secara wajar, dalam semua hal
yang material, posisi keuangan, PT ABC tanggal 31 Desember 2010, serta kinerja keuangan
dan arus kasnya untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut, sesuai dengan Standar
Akuntansi Keuangan di Indonesia

2. Standar praktik akuntansi mengacu pada prinsip akuntansi yang berlaku


umum atau PABU (merupakan padanan dari frasa generally accepted accounting
principles atau GAAP), yaitu konvensi aturan, dan prosedur yang diperlukan untuk membatasi
praktik akuntansi yang berlaku umum di wilayah tertentu pada saat tertentu. Prinsip akuntansi
yang berlaku umum di suatu wilayah tertentu mungkin berbeda dari prinsip akuntansi yang
berlaku di wilayah lain.
Prinsip akuntansi yang sudah berlaku secara Umum (PABU) adalah sebagai berikut :
1. Prinsip Entitas

yaitu menjelaskan tentang konsep berbagai kesatuan usaha yang harus berdiri sendiri dan
sudah terpisah dari satu usaha atau individu lain. Jadi, segala hal yang berhubungan dengan
pencatatan akuntansi tentunya tidak diperkenankan dicampur adukkan dengan pencatatan
usaha atau individu lain bahkan itu jika adalah pemiliknya sendiri. Misalkan : Bank dan
Aktiva tetap yang tercantum dalam neraca sehingga diakui sebagai asset perusahaan adalah
bank atau aktiva tetap atas nama perusahaan sendiri.

2. Prinsip Satuan Moneter

Artinya adalah  hanya sekedar mencatat transaksi yang telah dinyatakan dalam mata uang.
Mutu layanan pelanggan, prestasi pegawai dan lain-lain yang tidak bisa dinyatakan dalam
mata uang (Non kuantitif) tidak dapat dilaporkan dalam bentuk laporan keuangan.

3. Prinsip Kurun Waktu


Adalah penilaian dan pelaporan keuangan suatu perusahaan dibatasi hingga waktu tertentu
Ini dimaksudkan agar suatu informasi keuangan dapat dihasilkan tanpa harus menunggu
ketika usaha yang dijalankan telah tutup. Misalnya: Penyajian laporan keuangan secara
periodik, bulanan, triwulan, semester atau tahunan.

4. Prinsip Biaya Historis

merupakan konsep yang mengharuskan penggunaan harga perolehan yang sesungguhnya


dalam menilai harta atau jasa yang sudah dibelinya. Jika pada proses pembelian tawar-
menawar terjadi, berarti yang dinilai yaitu pada harga kesepakatan. Terdapat berbagai cara
yang digunakan dalam menilai suatu harta/jasa meliputi nilai buku, nilai pasar, nilai tunai,
dan nilai ganti.
5. Prinsip Pengungkapan Lengkap

adalah penyajian laporan keuangan yang harus informatif (Relevan dan mudah untuk
dipahami).

6. Prinsip Usaha Berterusan

Anggapan bahwa suatu entitas ekonomi berjalan berkesinambungan tanpa ada kejadian
pembubaran kecuali jika terdapat peristiwa tertentu yang dapat menyangkalnya.

7. Prinsip Mempertemukan

Biaya dipertemukan dengan pendapatan karena terdapat adanya biaya yang sudah
dimaksudkan. Konsep inilah yang akan menghasilkan nilai berupa penghasilan bersih selama
periode tertentu. Konsep ini sudah diterapkan umumnya ketika akan membuat jurnal
penyesuaian di mana akan ada pengakuan dan biaya yang sesungguhnya.

8. Prinsip Pengakuan Pendapatan :

adalah Pendapatan merupakan kenaikan harta karena telah terjadinya kegiatan usaha seperti
penjualan, persewaan, penerimaan bagi hasil, dan lain sebagainya.

9. Prinsip Materialitas :

Materialitas berkaitan dengan dampak dari suatu item terhadap penyajian laporan keuangan
secara keseluruhan. Prinsip ini yang memungkinkan akuntan untuk menggunakan
pertimbangan profesionalnya dalam menentukan apakah suatu item tersebut termasuk
material atau tidak. Secara teori, suatu item akan dianggap sebagai material jika pencantuman
atau pengabaian item tersebut sudah mempengaruhi atau mengubah penilaian dari seorang
pengguna laporan keuangan.

10. Prinsip Konservatif :

Prinsip ini mengakui biaya yang mungkin akan terjadi tetapi tidak mengakui pendapatan
yang belum terjadi. “Pesimistis bagi seorang akuntan”.

11. Prinsip Konsistensi

untuk prinsip ini transaksi yang sejenis haruslah dicatat dan dilaporkan dengan metode yang
sama pada periode berikutnya. Kegunaan dari penerapan prinsip ini adalah agar laporan
keuangan dapat diperbandingkan (memiliki daya banding tersendiri). Hal ini tidak berarti
bahwa metode tersebut tidak boleh diubah. Jika perubahan metode dilakukan, sifat pengaruh
perubahan tersebut serta alasannya harus diungkapkan dalam catatan laporan keuangan pada
periode terjadinya perubahan.

Prinsip-prinsip akuntansi ini seharusnya sudah terlihat dalam laporan keuangan, sehingga
kualitas laporan keuangan belum dapat dipertanggungjawabkan dan digunakan seoptimal
mungkin dalam hal pengambilan keputusan.

Pendapat wajar tanpa pengecualian (Unqualified Opinion)


Pendapat wajar tanpa pengecualian menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan
secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas
entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Ini adalah
pendapat yang dinyatakan dalam laporan auditor bentuk baku. Kriteria pendapat wajar tanpa
pengecualian antara lain. :
– Laporan keuangan lengkap
– Tiga standar umum telah dipenuhi
– Bukti yang cukup telah diakumulasi untuk menyimpulkan bahwa tiga standar lapangan
telah dipatuhi
– Laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan GAAP (Generally Accepted Accounting
Principles)
– Tidak ada keadaan yang memungkinkan auditor untuk menambahkan paragraf penjelas
atau modifikasi laporan

3. Perusahaan yg memiliki inherent risk tinggi kemudian pengawasan internal/internal control


yang buruk cenderung membuat perusahaan tersebut memiliki risiko sangat besar hal itu
dikarenakan Audit risk = inherent risk x control risk Semakin tinggi inherent risk atau
risiko bawaan dan control risk tinggi (disebabkan oleh internal control yg buruk) membuat
audit risk perusahaan yang tinggi, ketika audit risk tinggi otomatis bukti/evidence yang
dibutuhkan auditor semakin banyak dan tes yang dilakukan auditor pula semakin banyak

Contoh : Perusahaan asuransi cenderung memiliki inherent risk tinggi terhadap akun beban
dan claim utang dikarenakan sudah diketahui kedua akun tersebut (akun beban dan claim
utang) memiliki inherent risk yang tinggi, maka auditor harus memastikan bahwa internal
control yang berlaku itu sudah baik atau belum, jika belum maka auditor akan melakukan
pengujian substantive dan pengujian bukti transaksi akan menjadi lebih banyak
4.
a. Kertas Kerja Pemeriksaan Pra Penugasan
1. INSTRUKSI UMUM
Daftar pertanyaan ini terdiri dari 22 pertanyaan umum mengenai kondisi-kondisi
yang berhubungan dengan risiko perikatan dan lingkungan pengendalian. Setiap
jawaban “YA” pada kolom “risiko perikatan” maupun “lingkungan pengendalian”
menunjukan keberadaan risiko perikatan atau kondisi-kondisi lingkungan
pengendalian yang memerlukan pertimbangan dan penjelasan lebih lanjut. beberapa
kondisi-kondisi berpengaruh baik terhadap penilaian risiko perikatan maupun
pemahaman lingkungan pengendalian namun beberapa kondisi mungkin hanya
berhubungan dengan satu kondisi saja. Oleh karenanya, kotak tanggapan telah
dihilangkan untuk beberapa pertanyaan guna menunjukkan bahwa kondisi tersebut
hanya relevan terhadap risiko perikatan atau dengan lingkungan pengendalian saja.
Jawaban atas pertanyaan umum ini harus didasarkan atas tanya jawab (yang mungkin
dapat didukung oleh pengamatan dan pemeriksaan), prosedur analitis dan
pengamatan.
2. INFORMASI TAHUN LALU
Ketika menggunakan informasi tahun lalu auditor harus mengidentifikasi apakah
telah terjadi perubahan penting yang rele&an dengan penugasan tahun ini.
3. KARAKTERISTIK DAN INTEGRITAS MANAJEMEN ATAU PEMILIK-
PENGELOLA
Apakah pengecekan latar belakang telah dilakukan pada saat membuat keputusan
menerima klien untuk suatu klien audit baru, atau ketika ada perubahan pada pemilik
untuk klien audit yang telah ada?
Risiko Lingkungan
No. Berdampak pada: Perikatan Pengendalian
Ya Tidak Ya Tidak
Karakteristik dan Integritas
Apakah auditor telah melakukan tanya
jawab mengenai karakteristik atau
integritas dari satu atau lebih anggota
1. manajemen atau pemilik pengelola  
sehingga setiap representasi
manajemen atau pemilik-pengelola
dapat percaya?
Keseluruhan Komitmen terhadap
 
Laporan Keuangan yang Akurat
Apakah ada keraguan terhadap
komitmen manajemen atau pemilik
2.  
pengelola atas pelaporan keuangan
yang dapat dipercaya?
Komitmen untuk Merancang dan  
Memelihara suatu Proses Akuntansi
dan Sistem Informasi yang dapat
Dipercaya
Apakah ada pertimbangan yang
harus diperhatikan mengenai
komitmen dari manajemen untuk
3. merancang dan memelihara suatu  
proses akuntansi dan sistem informasi
yang dapat dipercaya atau pengawasan
intern yang efektif?
4. ORGANISASI DAN STRUKTUR MANAJEMEN
Risiko Lingkungan
No. Berdampak pada: Perikatan Pengendalian
Ya Tidak Ya Tidak
Struktur Organisasi
Apakah struktur organisasi tidak
1. memadai dalam hubungannya dengan  
ukuran dan sifat dari bisnis?
Struktur Manajemen dan Proses
Pengawasan, Supervisi, dan
Monitor
Apakah proses pengendalian
manajemen tidak memadai untuk
ukuran dan sifat bisnis, dan apakah
ada keraguan mengenai kemampuan
2. supervisi manajemen atau pemilik  
pengelola dalam memonitor operasi
secara efektif serta mengendalikan
otoritas yang didelegasikan kepada
orang lain?
Metode pada saat Mengalihkan
Otoritas dan Tanggung Jawab
Apakah metode pada saat
mengalihkan otoritas dan tanggung
3.  
jawab tidak sesuai dengan ukuran dan
sifat dari bisnis?
Metode Pengendalian Manajemen
Senior
Apakah auditor meragukan metode
pengendalian yang dilakukan oleh
4.  
manajemen senior atau pemilik
pengelola?
Dampak dari Otomasi
5. Apakah sifat dan kegunaan otomasi  
secara luas tidak sesuai dengan ukuran
dan sifat bisnis?
Aktivitas dari
Penanggungjawab/Dewan Direktur
atau Komite Audit
Apakah badan usaha ini mempunyai
suatu komite audit atau
6. penanggungjawab/dewan direktur  
yang tidak sesuai dengan ukuran dan
sifat badan usaha tersebut?

5. PEMAHAMAN TERHADAP ENTITAS DAN LINGKUNGANNYA


Risiko Lingkungan
No. Berdampak pada: Perikatan Pengendalian
Ya Tidak Ya Tidak
Sifat dari Bisnis
Apakah ada keraguan mengenai sifat
1.  
bisnis badan usaha tersebut?
Jika badan usaha ini merupakan suatu
2. perusahaan induk di luar negeri,  
apakah legitimasinya dipertanyakan?
Komitmen untuk Merancang dan
Memelihara suatu Proses Akuntansi
dan Sistem Informasi yang dapat
Dipercaya
Adakah pengaruh eksternal di
lingkungan bisnis yang mempengaruhi
3. operasi badan usaha ini dan terhadap  
kelangsungan hidupnya secara
berkelanjutan?

6. HASIL KEUANGAN
Risiko Lingkungan
No. Berdampak pada: Perikatan Pengendalian
Ya Tidak Ya Tidak
Hasil Keuangan
Apakah manajemen atau pemilik
pengelola berada di bawah tekanan
1.  
untuk melaporkan hasil keuangan
tertentu?
2. Apakah ada faktor yang menunjukkan  
bahwa badan usaha ini mungkin tidak
dapat melanjutkan usahanya secara
berkesinambungan pada masa yang
akan dating?

7. SIFAT PERIKATAN AUDIT


Risiko Lingkungan
No. Berdampak pada: Perikatan Pengendalian
Ya Tidak Ya Tidak
Apakah ada pertimbangan yang harus
1. diperhatikan mengenai kondisi-kondisi  
yang melingkupi perikatan audit?
Apakah ada alasan bahwa pelaksanaan
audit yang sesuai dengan standard
2.  
auditing yang berlaku secara umum
akan ditanyakan?
Apakah ada isu-isu akuntansi yang
signifikan yang mungkin dapat
3.  
meningkatkan risiko perikatan
menjadi lebih besar dari normal?

8. HUBUNGAN BISNIS DAN PIHAK-PIHAK LAIN YANG TERKAIT


Risiko Lingkungan
No. Berdampak pada: Perikatan Pengendalian
Ya Tidak Ya Tidak
Apakah ada keraguan bahwa auditor
tidak mempunyai pemahaman yang
mendalam dari sifat transaksi-
transaksi signifikan dan hubungan
bisnis antara badan usaha dengan
badan usaha lain, terutama jika badan
1. usaha lain tersebut disebut sebagai  
pihak ketiga, padahal sesungguhnya
mereka adalah pihak-pihak yang
terkait,
Hal ini dapat mempengaruhi
kesimpulan mengenai integritas
manajemen atau pemilik-pengelola.
2. Jika ada hubungan yang tidak wajar  
antara karyawan dan pemasok, apakah
ada keterbatasan review independen
atas transaksi antara pihak-pihak
seperti itu?

9. PENGETAHUAN DAN PENGALAMAN TERDAHULU


Risiko Lingkungan
No. Berdampak pada: Perikatan Pengendalian
Ya Tidak Ya Tidak
Apakah ada keraguan auditor
1. mengenai pengalaman dengan, dan  
pengetahuan dari, klien yang terbatas?
Apakah ada keraguan bahwa personil
yang kompeten (termasuk mereka
yang mempunyai keahlian industry
2.  
atau, ketika diperlukan, keahlian
standar profesional asing) tidak akan
tersedia?
Apakah peran dan tanggung-jawab
3.  
keuangan telah dipahami?
Bagaimana peran dan tanggung-jawab
4. keuangan dikomunikasikan oleh  
penanggungjawab entitas?
Apakah ada petunjuk (manual)
5. perusahaan yang menjelaskan  
informasi seperti itu?

10. KEMUNGKINAN PENYAJIAN KELIRU YANG DISENGAJA


Risiko Lingkungan
No. Berdampak pada: Perikatan Pengendalian
Ya Tidak Ya Tidak
Apakah ada faktor yang menunjukkan
1. kemungkinan penipuan manajemen  
atau pemilik-pengelola?

11. KEMUNGKINAN PENIPUAN


Risiko Lingkungan
No. Berdampak pada: Perikatan Pengendalian
Ya Tidak Ya Tidak
Apakah keraguan terhadap faktor-
1. faktor yang menjadi penyebab  
penipuan itu ada?
12. AKTIVITAS PENGENDALIAN
Risiko Lingkungan
No. Berdampak pada: Perikatan Pengendalian
Ya Tidak Ya Tidak
Apakah ada faktor-faktor yang
menunjukkan manajemen mungkin
1.  
belum menerapkan pengendalian yang
memadai?

13. TANGGAPAN ATAS RISIKO YANG TELAH TERIDENTIFIKASI


PENILAIAN KESELURUHAN DAN TANGGAPAN TERHADAP RISIKO
PERIKATAN
Penilaian Risiko Perikatan:
Komentar dan kesimpulan untuk menerima risiko yang berhubungan dengan
penunjukan atau penunjukan kembali sebagai audior:
Kesimpulan:

EVALUASI TERHADAP LINGKUNGAN PENGENDALIAN


Kesimpulan apakah lingkungan pengendalian sudah memadai bagi proses pelaporan
keuangan yang dapat dipercaya dan pengawasan intern yang efektif. perlu dicatat
bahwa pengendalian intern yang efektif tidak dapat dipercaya.
Kesimpulan:

INDEPENDENSI DAN BENTURAN KEPENTINGAN


Apakah auditor sudah berupaya terbaik untuk:
Apakah auditor sudah berupaya terbaik untuk mengidentifikasi
1. keadaan atau hubungan yang mungkin dapat menciptakan 
ancaman terhadap independensi?
2. Sudahkah auditor berupaya terbaik untuk mempertimbangkan 
dampak entitas afiliasi (anak perusahaan, induk perusahaan
dan/atau afiliasi entitas) terhadap klien auditor pada saat
mengevaluasi ancaman-ancaman terhadap independensi auditor
berkenaan dengan audit terhadap klien ini?

ROTASI PARTNER AUDIT


Apakah partner perikatan audit telah lama berasosiasi dengan
1. klien, yang mungkin akan mempengaruhi independensi 
pemeriksa?
Apakah partner lain atau staff professional lain telah lama
2. berasosiasi dengan klien, yang mungkin mempengaruhi 
independensi pemeriksa?

KESIMPULAN ATAS INDEPENDENSI DAN ETIKA

KESIMPULAN ATAS BENTURAN KEPENTINGAN


Tidak ada benturan kepentingan

5. Secara umum audit teknologi informasi adalah bentuk pengawasan dan pengendalian dari
infrastruktur teknologi informasi secara menyeluruh. Audit teknologi informasi ini dapat
berjalan bersama-sama dengan audit finansial dan audit internal, atau dengan kegiatan
pengawasan dan evaluasi lain yang sejenis.
Terdapat standar dan panduan audit, diantaranya “audit charter, organisational indepence,
professional indepence, reasonable expectation, due professional care, proficiency, asertions,
criteria, engagement planning”
Jenis jenis prosedur audit :
Prosedur Audit Keuangan (TI)
a)    Perencanaan audit (Audit Planning)
Langkah pertama dalam perencanaa audit adalah untuk menetapkan ruang lingkup dan
tujuan pemeriksaan. Pada audit laoran keuangan, pemeriksaan dilakukan oleh editor
(akuntan) ekstern dan independen terhadap laporan keuangan perusahaan, ditujukan kepada
para pemegang saham pihak lain terkait. Tujuan audit untuk menilai kelayakan atau
kewajaran (fairness) laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan.
b)    Pemahaman sistem dan struktur pengendalian internnya
Pada tahap ini yang dilakukan adalah pemahaman terhadap sasaran yang akan ddiaudit,
pengumpulan informasi awal, dan identifikasi resiko, antara lain:
·         Pemahaman sistem informasi untuk pelaksanaan transaksi
·         Penentuan kemungkinan salah saji dalam tiap tahap pelaksanaan transaksi
·         Penentuan aktivitas pengendalaian untuk deteksi salah saji
·         Penentuan prosedur audit untuk deteksi efektivitas aktiviasi pengendalian
·         Penyusunan program audit pengendalian
c)    Pengumpulan bukti audit
Bukti audit dikumpulkan dengan sejumlah instrumen audit, pengujian, dan prosedur yang
bermacam-macam
d)    Evaluasi bukti pemeriksaan
Setelah bukti-bukti audit dikumpulkan, auditor mengevaluasi bukti audit tersebut sesuai
dengan tujuan dari audit dan kemudian:
· Dilakukan tests of controls yang bertujuan untuk mengetahui apakah pengendalian yang
ada telah dilakukan dengan prosedur yang telah ditetapkan.
· Dilakukan substantive test, yang terdiri dari:
a.    Tests of transactions yang bertujuan untuk mengevaluasi apakah terdapat kekeliruan
atau kesalahan
b.    Tests of balances or overall results yang bertujuan untuk menjamin laporan keuangan
yang dihasilkan adalah benar dan akurat
e)    Komunikasi hasil pemeriksaan
Segera setelah pekerjaan pemeriksaan diselesaikan dan diperoleh kesimpulan pendapat
auditor, perlu disiapkan laporan hasil audit mengenai temuan-temuan dan rekomendasi-
rekomendasinya. Dalam penyelesaian audit (completion of the audit) dibuat kesimpulan dan
rekomendasi untuk dikomunikasikan pada manajemen.

6. A. Saldo persediaan barang dagang yangg wajar disajikan adalah sebesar Rp.10.000.000,
karena brg konsinyasi bukan merupakan kepemilikan kita shingga harus dikeluarkan, dan
barang rusak berarti suadah tidak bisa dijual sehingga harus dibebankan

Jadi, saldo persediaan yang wajar disajikan adalah :


Saldo persediaan barang dagangan Rp 15.000.000
Barang Konsinyasi (Rp 3.000.000)
Barang cacat (Rp 2.000.000)
Persediaan barang dagangan Rp 10.000.000

Perhitungan HPP :
Persediaan awal (1/1) Rp 5.000.000
Pembelian Rp 15.000.000
Barang tersedia untuk dijual Rp 20.000.000
Persediaan akhir (31/12) (Rp 10.000.000)
HPP Rp 10.000.000

B. Jurnal Koreksi

 Mengoreksi pencatatan HPP

Yang dibuat perusahaan

HPP Rp 11.000.000
Persediaan Rp 11.000.000
Penghapusan
Persediaan Rp 11.000.000
HPP Rp 11.000.000

Perhitungan saya

HPP Rp 10.000.000
Persediaan Rp 10.000.000

 Penghapusan barang rusak dari saldo persediaan

Beban barang rusak Rp.2.000.000


PDB Rp.2.000.000
 Penghapusan barang konsinyasi dari saldo persediaan

Barang konsinyasi Rp.3.000.000


PDB Rp.3.0000.000

C. Saldo Laba rugi


Penjualan Rp 16.000.000
HPP (Rp 10.000.000)
Laba Rp 6.000.000

7. Sebagai seorang akuntan yang memiliki kode etik profesi, praktik rekayasa pelaporan yang
menyalahi aturan PABU dan mengandung unsur kesengajaan dalam kekeliruan tidak dapat
dibenarkan. Maka saya sebagai akuntan tidak akan bersedia melakukan hal tersebut, karena
resiko di kemudian hari, jika kesalahan tersebut terungkap, maka kredibilitas saya sebagai
akuntan akan terancam, dan sangat mungkin izin praktik profesi juga dicabut bahkan dapat
diknai sanksi pidana. Hal ini tidak sebanding dengan imbalan 5 juta untuk melakukan
pelaporan tersebut.

8. PERSAMAAN
A.Auditor dalam laporan auditnya harus prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Menyatakan apakah laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan prinsip.
B. Auditor dalam laporan auditnya harus mengidentifikasi mengenai keadaan dimana
prinsip akuntansi tidak secara konsisten diikuti selama periode berjalan dibandingkan
dengan periode sebelumnya.
C.Jika auditor menetapkan bahwa pengungkapan secara informatif belum memadai,
auditor harus menyatakannya dalam laporan audit.
D.Auditor dalam laporan auditnya harus menyatakan pendapat mengenai laporan keuangan
secara keseluruhan atau menyatakan bahwa suatu pendapat tidak dapat diberikan. Jika
auditor tidak dapat memberikan suatu pendapat, auditor harus menyebutkan alasan-
alasan yang mendasarinya dalam laporan auditor. Dalam semua kasus jika nama seorang
auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, auditor ini harus secara jelas (dalam laporan
auditor) menunjukkan sifat pekerjaannya, jika ada, serta tingkat tanggung jawab yang
dipikul oleh auditor bersangkutan
PERBEDAAN
Untuk audit pertama kali bisa dibedakan sebagai berikut:

A. Jika tahun sebelumnya perusahaan sudah di audit oleh kantor akuntan lain, saldo awal
aset tetap bisa dicocokkan dengan laporan akuntan terdahulu dan kertas kerja
pemeriksaan akuntan tersebut.
B. Jika tahun-tahun sebelumnya perusahaan belum pernah di audit, akuntan publik harus
memeriksa mutasi penambahan dan pengurangan aset tetap sejak awal berdirinya
perusahaan, untuk mengetahui apakah pencatatan yang dilakukan perusahaan untuk
penambahan dan pengurangan aset tetap, serta metode dan perhitungan penyusutan aset
tetap dilakukan sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia (SAK/ETAP/
IFRS). Tentu saja pemeriksaan mutasi tahun-tahun sebelumnya dilakukan secara test
basis dengan mengutamakan jumlah yang material.

Ketika mengaudit klien lama, fokus hanya pada aktivitas tahun berjalan karena
aset yang didapat di tahun-tahun terdahulu telah menjadi subjek dari prosedur audit
pada waktu perolehan.

9. AUDIT KEUANGAN
1. Standar Umum
Standar umum berkaitan dengan persyaratan auditor dan mutu pekerjaannya sehingga
bersifat pribadi. Standar ini mencakup tiga bagian diantaranya:

1. Audit harus dilaksanakan oleh seseorang atau lebih yang mempunyai keahlian dan
pelatihan teknis yang memadai sebagai auditor.

Seorang auditor diharapkan senantiasa bertindak sebagai seorang yang ahli dalam
bidang akuntansi dan pada bidang audit. Keahlian auditor bisa didapat melalui pendidikan
formal ditambah dengan pengalaman-pengalaman yang didapatkan saat mengikuti pelatihan
teknis yang cukup. Auditor junior atau asisten auditor yang baru memasuki karir bidang
auditing harus mendapatkan pengalaman profesionalnya dengan mendapatkan supervisi
yang memadai serta review atas pekerjaan yang diterima dari atasan yang lebih
berpengalaman.

Pelatihan yang didapatkan maksudnya mencakup pelatihan kesadaran untuk secara terus
menerus mengikuti perkembangan yang terjadi pada bidang bisnis dan profesinya. Auditor
harus mempelajari, memahami dan menerapkan ketentuan baru dalam prinsip akuntansi dan
standar auditing yang telah ditetapkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia.
2. Auditor harus mempertahankan mental dari segala hal yang berhubungan dengan
perikatan, independensi.

Pada standar ini mewajibkan bagi auditor bersikap independen dalam arti seorang auditor
tidak boleh dipengaruhi oleh oknum tertentu karena pekerjaannya sangat berguna untuk
kepentingan umum. Masyarakat umum pun memberikan kepercayaan atas sikap
independensi auditor yang sangat penting bagi perkembangan profesi akuntan publik.

Sikap intelektual dan jujur sangat dijunjung tinggi sebagai profesi auditor. Profesi
akuntan publik telah menetapkan aturan yang disebut sebagai Kode Etik Akuntan Indonesia
agar setiap anggota menjaga diri dari kehilangan kepercayaan dan persepsi independensi
dari masyarakat. Sebenarnya sikap independensi secara intristik adalah masalah mutu
pribadi, sehingga buan merupakan aturan yang dirumuskan untuk diuji secara objektif.

3. Auditor wajib menggunakan keahlian profesionalnya dalam melaksanakan pelaksanaan


audit dan pelaporan dengan cermat dan seksama.

Penggunaan keahlian profesional menekankan tanggung jawab setiap professional yang


bekerja dalam organisasi auditor. Seorang auditor juga harus memiliki tingkat keterampilan
yang dimiliki oleh setiap auditor pada umumnya dan diharuskan menggunakan keterampilan
yang dimiliki dengan kecermatan dan keseksamaan yang wajar. Oleh karena itu auditor
dituntut untuk memiliki sikap professional dan keyakinan dalam mengevaluasi bukti audit.

2. Standar Pekerjaan Lapangan


Standar ini terdiri dari 3 point diantaranya:

1. Sebagai tenaga professional maka seharusnya seluruh pekerjaan dapat direncanakan


dengan sebaik-baiknya dan apabila menggunakan asisten maka harus disupervisi
dengan semestinya.

Pada point ini menjelaskan bahwa penyerahan tanggungjawab dan penunjukkan


secara dini auditor independen akan memberikan banyak sekali manfaat bagi auditor
ataupun klien. Semakin dini auditor ditunjuk maka akan memberikan kemantapan bagi
auditor untuk merencanakan hal-hal yang terkait dengan pekerjaan sedemikian rupa
sehingga pekerjaan tersebut dapat diselesaikan dengan cepat dan efisien sehingga dapat di
perkirakan selesai sebelum tanggal neraca.

2. Tak hanya memperhatikan standar auditing saja, pemahaman yang memadai atas
pengendalin intern sangat dibutuhkan untuk merencanakan audit dan menentukan
sifat

Pemahaman mendalam tentang pengendalian internal harus dimiliki oleh auditor


untuk merencanakan audit dengan melaksanakan prosedur dan memahami desain
pengendalian yang relevan dengan audit atas laporan keuangan dan dapat diketahui
apakah pengendalian internal tersebut dapat dioperasikan.
3. Bukti audit yang kompeten harus diperoleh melalui inspeksi pengamatan, permintaan
keterangan dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk dapat memberikan
pernyataan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.

Pekerjaan auditor independen dalam rangka memberikan pendapat atas laporan


keuangan adalah meliputi usaha untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti audit. Bukti
audit bersifat sangat variatif atas pengaruhnya terhadap kesimpulan yang ditarik oleh
auditor independen guna memberikan pernyataan pendapat (opini) atas laporan keuangan
yang diaudit. Objektivitas, relevansi, ketepatan waktu dan kelengkapan bukti lain yang
dapat menguatkan kesimpulan seluruhnya berpengaruh terhadap kompetensi bukti.

3. Pelaporan Audit Keuangan


Pelaporan audit keuangan meliputi audit atas laporan keuangan dan atas hal-hal yang
berkaitan dengan keuangan.
a. Standar Pelaporan Pertama ( kepatuhan terhadap prinsip yang berlaku umum )
“Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum”
Pemberian pendapat wajar tanpa pengecualian oleh auditor sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum harus didasarkan pada pertimbangan auditor, apakah :
1) Prinsip akuntansi yang dipilih dan diterapkan memang berlaku secara umum.
2) Prinsip akuntansi yang dipilih adalah tepat untuk keadaan yang bersangkutan.
3) Laporan keuangan beserta catatan atas laporan keuangan memberikan informasi yang
memadai yang dapat mempengaruhi penggunaan, pemahaman, dan penafsirannya.
4) Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan diklasifikasikan dan diikhtisarkan
dengan semestinya, tidak terlalu rinci maupun terlalu ringkas.
5) Laporan keuangan mencerminkan peristiwa dan transaksi yang mendasarinya dengan
cara menyajikan posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas dalam batas-batas yang
rasional dan praktis untuk dicapai dalam laporan keuangan.
b. Standar Pelaporan Kedua ( konsistensi penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum )
“Laporan audit harus menunjukkan keadaan yang didalamnya prinsip akuntansi tidak
secara konsisten diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan periode sekarang
dalam hubungannya dengan prinsip akuntansi yang diterapkan dalam periode
sebelumnya”
Konsistensi merupakan konsep dalam akuntansi yang menuntut penerapan standar
secara terus-menerus dan tidak diubah-ubah, kecuali dengan alasan yang dapat
dibenarkan. Penerapan semestinya dari standar ini menuntut auditor untuk memahami
hubungan antara konsistensi dengan daya banding laporan keungan. Perbandingan
laporan keuangan antara beberapa periode dapat dipengaruhi oleh :
1) Perubahan prinsip akuntansi.
2) Kesalahan dalam laporan keuangan yang diterbitkan dalam periode sebelumnya.
3) Perubahan golongan atau reklasifikasi.
4) Ketidaktepatan estimasi tahun-tahun sebelumnya dengan peristiwa dan kejadian
dalam tahun berjalan.
c. Standar Pelaporan Ketiga (pengungkapan yang memadai dalam laporan keuangan )
“Pengungkapan informasi dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali
dinyatakan dalam laporan audit”
Penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum,
meliputi pengungkapan informasi yang memadai atas berbagai hal yang material. Hal-hal
tersebut meliputi bentuk, susunan, dan isi laporan keuangan serta catatan atas laporan
keuangan. Apabila pengelola tidak mengungkapkan informasi yang semestinya
diungkapkan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, maka auditor harus
mengeluarkan pendapat wajar dengan pengecualian atau pendapat tidak wajar.
d. Standar Pelaporan Keempat (pengaitan nama auditor dengan laporan keuangan)
“Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan
secara keseluruhan atau suatu pernyataan bahwa pernyataan demikian tidak dapat
diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya
harus dinyatakan. Dalam semua hal dimana nama auditor dikaitkan dengan laporan
keuangan, laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan
auditor, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikulya”
Standar ini bertujuan untuk mencegah terjadinya salah tafsir mengenai tingkat
tanggung jawab yang dipikul auditor ketika namanya dikaitkan dengan laporan keuangan.
Seorang auditor akan dikaitkan namanya dengan laporan keuangan apabila ia
mengizinkan namanya dicantumkan dalam suatu laporan, dokumen, atau komunikasi
tertulis yang berisi laporan keuangan tersebut. Apabila auditor dikaitkan namanya dengan
suatu laporan keuangan namun auditor tersebut belum mengaudit atau menelaah laporan
itu, maka auditor harus menerbitkan laporan keuangan yang menyatakan bahwa ia tidak
memberikan pendapat atas laporan keuangan tersebut. Disamping itu, pada setiap
halaman laporan keuangan harus diberi tanda “tidak diaudit (unaudited)”.
e. Standar Pelaporan Tambahan Pertama (pelaporan tentang kepatuhan terhadap SAP)
“Laporan audit harus menyatakan bahwa audit tersebut dilakukan sesuai dengan
Standar Akuntansi Pemerintahan”
Dalam hal ini auditor harus mengungkapkan standar yang tidak diikuti, alasan tidak
dapat diikutinya standar tersebut, dan dampaknya terhadap hasil audit. Dalam keadaan
lain, laporan audit tentang laporan keuangan dapat mengacu pada Standar Pemeriksaan
Akuntan Publik-IAI maupun pada SAP.
f. Standar Pelaporan Tambahan Kedua ( pelaporan tentang kepatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan dan pengendalian internal )
“Laporan audit atas laporan keuangan harus : (1) menjelaskan lingkup pengujian
auditor atas kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dan atas pengendalian
internal serta menyajikan hasil pengujiannya, atau (2) mengacu pada laporan keuangan
terpisah yang berisi informasi tersebut”.
Dalam menyajikan hasil pengujian tersebut, auditor harus melaporkan
ketidakberesan, unsur perbuatan melanggar/melawan hukum, ketidakpatuhan lain yang
material, dan kondisi pengendalian internal yang perlu mendapat perhatian. Dalam
beberapa keadaan, auditor harus melaporkan secara langsung ketidakberesan dan unsur
perbuatan melanggar hukum tersebut kepada pihak di luar entitas atau organisasi yang
diaudit seperti instansi kepolisian atau kejaksaan.
g. Standar Pelaporan Tambahan Ketiga ( informasi istimewa dan rahasia )
“Apabila informasi tertentu dilarang untuk diungkapkan kepada umum, maka laporan
audit harus menyatakan sifat informasi yang tidak dilaporkan tersebut dan persyaratan
yang menyebabkan tidak dilaporkannya informasi tersebut”
Auditor harus menyatakan sifat informasi yang tidak dilaporkan dan persyaratan
yang menyebabkan tidak dilaporkannya informasi tersebut. Auditor harus memperoleh
jaminan bahwa terdapat persyaratan yang sah untuk tidak melaporkan informasi tersebut,
dan jika dianggap perlu, dapat berkonsultasi dengan penasehat hukum.
h. Standar Pelaporan Tambahan Keempat ( distribusi laporan audit )
“Laporan tertulis audit diserahkan oleh organisasi atau lembaga audit kepada pejabat
berwenang di lingkungan pihak yang diaudit dan di lingkungan organisasi yang meminat
atau mengatur audit, termasuk organisasi luar pemberi dana, kecuali jika hukum
melarangnya. Laporan tersebut juga harus dikirim kepada pejabat lain yang mempunyai
kewenangan hukum atas pengawasan atau pihak yang bertanggung jawab untuk
melakukan tindak lanjut terhadap temuan dan rekomendasi audit dan kepada pihak lain
yang diberi wewenang untuk menerima laporan audit tersebut”
Apabila akuntan publik ditugasi untuk melakukan audit, maka organisasi yang
ditugasi ini harus memastikan bahwa laporan audit tersebut didistribusikan secara
memadai. Jika akuntan publik yang mendistribusikan laporan audit, maka dalam
perjanjian penugasan, pejabat atau organisasi yang menerima laporan audit tersebut harus
ditunjuk.

AUDIT KINERJA
1. Standar Audit
Terdapat tiga pembahasan mengenai standar audit yaitu : standar umum, standar
pekerjaan lapangan audit kinerja dan standar pelaporan audit kinerja.
a. Standar Umum
1) Standar Umum Pertama ( Persyaratan kemampuan atau keahlian )
“Staf yang ditugasi melaksanakan audit harus secara kolektif memiliki kecakapan
profesional yang memadai untuk tugas yang disyaratkan”.
Staf harus memiliki pengetahuan yang mendalam tentang audit pemerintahan,
keadaan khas yang diaudit, serta kaitannya dengan sifat dari jenis audit yang
dilaksanakan.
2) Standar Umum Kedua ( independensi )
“Dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan audit, organisasi atau lembaga
audit dan auditor, baik pemerintah maupun akuntan publik harus independen (secara
organisasi maupun pribadi), bebas dari gangguan independensi, baik yang bersifat
pribadi atau yang berasal dari luar pribadinya (eksternal), serta harus dapat
mempertahankan sikap dan penampilan yang independen”
Organisasi atau lembaga audit dan para auditornya bertanggungjawab untuk
dapat mempertahankan independensinya sedemikian rupa sehingga pendapat,
kesimpulan, pertimbangan atau rekomendasi dari audit dipandang tidak memihak
oleh pihak ketiga yang memiliki pengetahuan mengenai hal itu.
3) Standar Umum Ketiga (penggunaan kemahiran secara cermat dan seksama)
“Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan
kemahiran profesionalnya secara cermat dan saksama”.
Penggunaan kemahiran profesional secara cermat dan saksama berarti
menggunakan pertimbangan yang sehat dalam menentukan lingkup audit, memilih
metodologi dan memilih pengujian serta prosedur untuk melaksanakan audit.
4) Standar Umum Keempat ( pengendalian mutu )
“Setiap organisasi atau lembaga audit yang melaksanakan audit berdasarkan SAP
harus memiliki sistem pengendalian internal yang memadai. Sistem tersebut harus
ditinjau oleh pihak lain yang kompeten (pegendalian mutu eksternal)”.
Penilaian atas pengendalian mutu audit oelh pihak luar yang kompeten adalah
untuk menentukan apakah sistem pengendalian internal atas mutu audit sudah dibuat
dan dilaksanakan dengan efektif, sehingga dapat memberikan keyakinan yang
memadai bahwa kebijakan dan prosedur audit yang telah ditetapkan dan standar audit
yang berlaku dipatuhi.
b. Standar Pekerjaan Lapangan Audit Kinerja
1) Standar Pekerjaan Lapangan Pertama ( perencanaan )
“Pekerjaan harus direncanakan secara memadai”
2) Standar Pekerjaan Lapangan Kedua ( supervisi )
“Staf harus diawasi (disupervisi) dengan baik”
3) Standar Pekerjaan Lapangan Ketiga ( kepatuhan terhadap peraturan perundang-
undangan)
“Apabila hukum, peraturan perundang-undangan, dan persyaratan kepatuhan
lainnya merupakan hal yang signifikan bagi tujuan auditor, maka auditor harus
merancang audit tersebut untuk memberikan keyakinan yang memadai mengenai
kepatuhan tersebut. Dalam sistem audit kinerja, auditor harus waspada terhadap
situasi atau transaksi yang dapat menjadi indikasi akan adanya unsur perbuatan
melanggar/melawan hukum atau penyalahgunaan wewenang”
4) Standar Pekerjaan Lapangan Keempat (pengendalian manajemen)
“Auditor harus benar-benar memahami pengendalian manajemen yang relevan
dengan audit. Apabila pengendalian manajemen signifikan terhadap tujuan audit,
maka auditor harus memperoleh bukti yang mencukupi untuk mendukung
pertimbangannya mengenai pengendalian tersebut”

2. Standar Pelaporan Audit Kinerja


1) Standar Pelaporan Pertama (bentuk)
“Auditor harus membuat laporan audit secara tertulis untuk dapat mengomunikasikan
hasil setiap audit”
Laporan tertulis berfungsi untuk :
a) Mengomunikasikan hasil audit kepada pejabat pemerintah yang berwenang
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
b) Membuat hasil audit terhindar dari kesalahpahaman
c) Membuat hasil audit sebagai bahan untuk tindakan perbaikan oleh instansi terkait.
d) Memudahkan dilakukannya tindak lanjut untuk menentukan apakah tindakan
perbaikan yang semestinya telah dilakukan.
Apabila suatu audit dihentikan sebelum audit selesai dilakukan, maka auditor harus
memberitahukan penghentian tersebut, sebaiknya secara tertulis, kepada pihak yang
diaudit dan pejabat lain yang terkait. Auditor juga membutuhkan suatu memorandum
sebagai dokumen yang mengikhtisarkan hasil pekerjaannya dan menjelaskan alasan
mengapa audit tersebut dihentikan.
2) Standar Pelaporan Kedua (ketepatan waktu)
“Auditor harus dengan semestinya menerbitkan laporan untuk menyediakan informasi
secara tepat waktu untuk digunakan oleh manajemen dan pihak lain yang
berkepentingan”
Laporan yang dibuat dengan hati-hati tetapi terlalu lambat disampaikan akan
berkurang nilainya bagi pengambil keputusan. Auditor harus merencanakan penerbitan
laporan tersebut secara semestinya dan melakukan audit dengan dasar pemikiran
tersebut. Selama audit berlangsung, auditor harus mempertimbangkan adanya laporan
sementara untuk hal-hal yang signifikan bagi pejabat terkait. Laporan sementara
tersebut bukan merupakan pengganti laporan akhir, tetapi mengingatkan kepada pejabat
terkait akan hal-hal yang membutuhkan perhatian segera sehingga memungkinkan
pejabat tersebut untuk memperbaikinya sebelum laporan akhir diselesaikan.
3) Standar Pelaporan Ketiga (isi laporan)
“Laporan audit harus mencakup tujuan, lingkup, metodologi, hasil audit, temuan,
kesimpulan, dan rekomendasi”
a) Tujuan, lingkup, dan metodologi audit
Dalam melaporkan tujuan audit, auditor harus menjelaskan mengapa audit
tersebut dilakukan dan menyatakan apa yang harus dimuat salam laporan tersebut.
Biasanya mencakup pengidentifikasian subjek audit dan aspek kinerja yang
diperiksa, pemebritahuan unsur temuan yang dibahas, serta pemberian kesimpulan
dan rekomendasi.
Untuk melaporkan lingkup audit, auditor harus menguraikan kedalaman dan
cakupan luas lingkup pekerjaan yang dilakukan untuk mencapai tujuan audit.
Untuk melaporkan metodologi yang digunakan, auditor harus secara jelas
menggambarkan teknik pengumpulan data dan analisis data yang digunakan.
b) Hasil audit
Dalam melaporkan temuan audit, auditor harus memasukkan informasi yang
cukup, kompeten, dan relevan untuk meningkatkan pemahaman yang memadai
terhadap hal yang dilaporkan dan untuk memberikan penyajian dan wajar dalam
perspektif yang layak.
c) Rekomendasi
Auditor harus menyampaikan rekomendasi, apabila ditemukan terdapat potensi
perbaikan yang signifikan dalam operasi dan kinerja, di mana hal tersebut didukung
oleh temuan yang dilaporkan. Rekomendasi yang dapat meningkatkan kepatuhan
pada peraturan perundang-undangan dan memperbaiki pengendalian manajemen juga
harus diberikan apabila temuan yang signfikan mengindikasikan adanya
ketidakpatuhan pada peraturan perundang-undangan.
4) Standar Pelaporan Keempat (penyajian laporan)
“Laporan harus lengkap, akurat, objektif, meyakinkan, serta jelas dan ringkas sepanjang
hal ini dimungkinkan”
a) Lengkap
Laporan harus memuat semua informasi yang dibutuhkan untuk memenuhi
tujuan audit, meningkatkan pemahaman yang benar dan memadai atas hal yang
dilaporkan, serta memenuhi persyaratan isi laporan.
b) Akurat
Bukti yang disajikan adalah benar dan temuan digambarkan dengan tepat, agar
dapat memberikan kepastian kepada pembaca bahwa apa yang dilaporkan memang
meyakinkan dan dapat diandalkan.
c) Objektif
Mengharuskan agar penyajian seluruh laporan seimbang dalam isi dan
berkeseninambungan.
d) Meyakinkan
Hasil audit mampu menjawab tujuan audit, temuan disajikan dengan persuasif
dan kesimpulan serta rekomendasi disusun secara logis berdasarkan fakta yang
disajikan.
e) Jelas
Laporan ditulis dalam bahasa yang jelas dan sesederhana mungkin agar laporan
mudah dibaca dan dipahami.
f) Ringkas
Laporan tidak lebih panjang dari yang diperlukan untuk menyampaikan dan
mendukung pesan.
5) Standar Pelaporan Kelima (distribusi laporan)
“Laporan audit tertulis diserahkan oleh organisasi atau lembaga auit kepada : (1)
pejabat yang berwenang dalam organisasi pihak yang diaudit; (2) pejabat yang
berwenang dalam organisasi pihak yang meminta atau mengatur audit, termasuk
organisasi luar yang memberikan data, kecuali jika dilarang oleh peraturan perundang-
undangan; (3) pejabat lain yang mempunyai tanggung jawab atas pengawasan secara
hukum atau pihak yang bertanggung jawab atas pengawasan secara hukum untuk
melakukan tindak lanjut atas temuan dan rekomendasi audit; (4) pihak lain yang diberi
wewenang oleh entitas yang diaudit untuk menerima laporan tersebut”
10.
 Koreksi mengeluarkan piutang pegawai dari piutang usaha
Jurnal :
Piutang pegawai/piutang lain2 Rp.20.000.000
Piutang usaha Rp.20.000.000

Hal ini dilakukan untuk tetap memisahkan pos2 kegiatan operasional dengan nonoperasional
agar pelaporan lebih relevan

 Koreksi mengeluarkan piutang pemegang saham dari piutang usaha


Jurnal :
Piutang lain2 Rp.10.000.000
Piutang usaha Rp.10.000.000

Hal ini dilakukan untuk tetap memisahkan pos2 kegiatan operasional dengan nonoperasional
agar pelaporan lebih relevan

 Namun karena piutang pemegang saham sudah 5 tahun belum juga dibayar, sangat
dianjurkan untuk dilakukan pula pencadangan piutang tak tertagih
Jurnal:
Cadangan kerugian piutang Rp10.000.000
Piutang lain2 Rp10.000.000

Hal ini dilakukan untuk menampilkan adanya besar kemungkinan piutang tidak tertagih
sehingga proporsi jumlah piutang tertagih dapat dilaporkan secara wajar

Anda mungkin juga menyukai