PENDAHULUAN
1
dasar, komposisi campuran, faktor air semen, pelaksanaan campuran, kondisi
temperatur tempat beton mengeras, perawatan dan umur dari benda uji beton itu
sendiri. Faktor-faktor ini sangat penting untuk diperhatikan agar mendapatkan
gradasi yang sesuai.
Untuk mengetahui tingkat kekuatan atau keamanan suatu konstruksi yang
akan dibangun, maka sangat perlu dihitung kekuatan beton tersebut. Sehingga
untuk menghitung atau mengetahui tingkat kekuatan beton maka kita perlu
melakukan pengujian atau pengetesan benda uji dari beton tersebut.
Kegiatan utama dari praktikum bahan bangunan ini adalah perencanaan
beton (mix design) yang merupakan syarat dari mata kuliah Ilmu Bahan Bangunan
yang berjumlah 3 SKS di Fakultas Teknik Unsyiah.
Tujuan praktikum Bahan Bangunan ini selain untuk menyelesaikan 1 SKS
juga untuk memberikan wawasan atau gambaran kepada mahasiswa tentang beton
dan bagaimana cara menghitung campuran beton struktural yang di inginkan.Dan
juga untuk mempermudah mahasiswa pada semester selanjutnya tentang mata
kuliah Bahan Bangunan ini khususnya beton.
Praktikum yang dilakukan dalam jangka waktu kurang lebih satu bulan ini
adalah merencanakan campuran beton struktural dengan faktor air semen 0,7269
dan tinggi slump 7,5-10 cm.
Pengujian kekuatan beton dilakukan dengan mesin pembebanan Strength
Tester, Jerman, pengujian beton dilakukan pada saat benda uji berumur 7 hari dan
28 hari.
1.2 Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari praktikum ini, yaitu agar mahasiswa dapat:
1. Dapat melakukan praktikum pengujian beton dengan prosedur yang baik
dan benar
2. Dapat mengetahui langkah-langkah kerja dalam pengujian beton di
laboratorium
2
3. Untuk mengetahui informasi tentang komposisi dari agregat halus, agregat
kasar, semen serta air yang dipergunakan sebagai pedoman dalam
pembuatan beton dengan mutu tertentu. Sehingga beton memiliki kualitas
dan kuantitas yang sebaik-baiknya.
4. Mengetahui berbagai macam tes uji atau tes beton guna menentukan sifat
dan karakteristik beton sehingga dapat dijadikan referensi untuk pekerjaan
sipil
1.3 Manfaat
Manfaat dari praktikum ini sebagai berikut :
1. Dapat mengetahui komposisi dari agregat halus yang diperlukan dalam
pembuatan beton dengan mutu tertentu
2. Dapat mengetahui komposisi dari agregat kasar yang diperlukan dalam
pembuatan beton dengan mutu tertentu
3. Dapat mengetahui komposisi dari semen yang diperlukan dalam
pembuatan beton dengan mutu tertentu
4. Dapat mengetahui komposisi dari air yang diperlukan dalam pembuatan
beton dengan mutu tertentu
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Beton
Dalambidang bangunan, yang dimaksud dengan beton adalah suatu campura
n yang terdiri dari bahan berupa air, semen, agregat halus (pasir), dan agregat
kasar (kerikil).Semen adalah suatu jenis bahan yang memiliki sifat adesi dan
kohesi yang memungkinkan melekatnya fragmen-fragmen mineral menjadi suatu
massa yang padat,sedang air sebagai katalisator. Semen adalah suatu bahan yang
bersifat hidrolis, artinya akan mengeras jika bereaksi dengan air.
Beton merupakan bahan konstruksi yang sangat umum, mempunyai sifat
yang khas yaitu mampu memikul gaya tekan yang besar, tetapi tidak kuat menahan
gaya tarik.
Dalam perkembangannya,beton digabungkan dengan bahan konstruksi lain untuk
menutupi kelemahan-kelemahan beton seperti terhadap gaya tarik. Bahan tersebut
adalah baja atau lebih dikenal dengan tulangan baja. Beton tersebut diberi nama
beton bertulang.Klasifikasi beton selama ini merupakan penggolongan yang
berdasarkan kekuatan tekan karakteristik. Hasil ini diperoleh dari hasil penelitian
di laboratorium.
4
2.2 Material
Material atau bahan-bahan yang digunakan untuk membuat beton terdiri dari
agregat kasar (Coarse aggregate), agregat halus (Fine aggregate), semen Portland
dan air. Agregat yang digunakan dalam campuran beton atau didalam praktikum
ini berasal dari Krueng Aceh, baik agregat kasar ataupun agregat halus. Sementara
semen yang digunakan yaitu tipe 1 spesifik gravity 3,16 buatan PT.Semen Padang,
sedangkan air berasal dari Laboratorium Kontruksi dan Bahan Bangunan Fakultas
Teknik Unsyiah.
5
Persyaratan agregat halus antara lain:
1. Agregat halus yang digunakan untuk mencampur beton terdiri dari butiran-
butiran tajam dan keras serta bersifat kekal artinya tidak pecah/hancur oleh
cuaca.
2. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% (ditentukan terhadap berat
kering). Lumpur adalah bagian yang dapat melewati ayakan 0,063. Apabila
kadar lumpur lebih dari 5% maka agregat halus tersebut harus dicuci.
3. Agregat halus tidak boleh mengandung zat-zat organik yang dapat
mengurangi mutu beton. Untuk itu bila direndam dalam 3% NaOH, cairan
diatas endapan tidak boleh gelap dari warna larutan pembanding.
4. Agregat halus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya.
5. Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk semua mutu
beton.
6
6. Agregat kasar tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak beton
seperti zat-zat alkali reaktif.
7
pereaksi. Pada percobaan ini, sifat-sifat semen tidak di teliti lagi karena mutunya
sesuai Standar Industri Indonesia.
8
2.3.1 Analisa saringan (Sieve Analisis)
Analisa saringan adalah pengelompokan besar butir analisa agregat kasar dan
agregat halus menjadi komposisi gabungan yang ditinjau berdasarkan saringan.
Adapun tujuan dari analisa saringan yaitu :
1. Untuk mendapatkan beton yang mudah dikerjakan ( diaduk, dialirkan, dan
didapatkan) yang mempunyai tingkat workability yang tinggi.
2. Untuk mendapatkan harga beton yang ekonomis, kekuatan tinggi.
3. Untuk mendapatkan baton yang betul-betul padat.
4. Untuk mendapatkan batas gradasi dari agregat.
5. Untuk mendapatkan komposisi campuran (gabungan) analisa agregat kasar dan
agregat halus dalam bentuk ideal.
Ukuran merupakan pengelompokan besar butir agregat yang dianalisa.
Berdasarkan besar saringan tersebut yang dipakai untuk campuran adalah :
Saringan 37, Saringan 19,5, Saringan 9,5, Saringan 4,75, Saringan 2,36, Saringan
1,18, Saringan 0,6, Saringan 0,3, Saringan 0,15, Saringan 0,075, Pan
9
2.3.3 Berat jenis (Specific Gravity)
Berat jenis (Specific Gravity) adalah berat sejumlah volume agregat tanpa
mengandung rongga udara tehadap volume yang sama.
Berat jenis menurut British Standar 812, dibedakan dalam keadaan yaitu :
1. Jenuh Permukaan (saturated surface dry)
2. Kering Open (oven dry)
Pengukuran dilakukan dengan dua metode, untuk kerikil dengan cara
penimbangan di luar dan di dalam air, sedangkan untuk pasir bedasarkan metode
Thallow’s. Jenis kerikil yang baik untuk material beton berkisar antara 2,50 – 2,80
cm.
10
3. Pasir halus berkisar antara : 1,2-2,6
Nilai modulus kehalusan dari bahan agregat tertentu tergantung dari komposisi
butirannya, susunan saringan yang digunakan, banyaknya saringan dan masing-
masing lubang saringan.
11
Tabel 2.1 Nilai slump yang direkomendasikan untuk berbagai tipe konstruksi
Jenis Kontruksi Slump (mm)
Maksimum Minimum
Dinding penahan dan pondasi beton 75 25
bertulang
Ponadsi sederhana dan dinding sub 75 25
struktur
Balok dan dinding betoln bertulang 100 25
Kolom structural 100 25
Perkerasan dan slab 75 25
Beton massal 75 25
Sumber : ACI 211.1-91 (Reapproved 2002)
12
Ukuran maksimum nominal agregat
Bentuk partikel
Gradasi dari agregat
Temperatur beton
Jumlah udara yang dimasukkan
Penggunaan bahan tambahan kima
Nilai slump tidak terlalu besar pengaruhnya pada penentuan jumlah semen
Tabel 2.2. Perkiraan volume air per m3 volume beton berdasarkan nilai slump dan
ukuran agregat maksimum
13
Tabel 2.3. Hubungan antara faktor air semen (FAS) dengan kuat tekan beton
Faktor Air Semen (FAS)
Kuat Tekan Beton Umur
Beton Tidak Beruang Beton Beruang
28 Hari (Mpa)
Udara Udara
40 0,42 -
35 0,47 0,39
30 0,54 0,45
25 0,61 0,52
20 0,69 0,60
15 0,79 0,70
Sumber : American Concrete Institute (ACI) 211.1 – 91
14
Diameter Koefisien Perbandingan Agregat Kasar Per m3 Beton Untuk
Maksimum Fineness Pasir yang Berbeda
Agregat (mm) 2,40 2,60 2,80 3,00
9,50 0,50 0,48 0,46 0,44
12,5 0,59 0,57 0,55 0,53
19,0 0,66 0,64 0,62 0,60
25,0 0,71 0,69 0,67 0,65
37,5 0,75 0,73 0,71 0,69
50,0 0,78 0,76 0,74 0,72
75,0 0,82 0,80 0,78 0,76
150,0 0,87 0,85 0,83 0,81
Sumber : American Concrete Institute (ACI) 211.1 – 9
15
150 2530 2435
Sumber : ACI 211.1-91
Dimana :
f’cr = kuat tekan rata-rata beton sehingga kuat tekan hasil pengujian sampel
nantinya tidak akan lebih kecil dari kuat tekan rencana.
f’c = kuat tekan rencana
z = konstanta yang tegantung dari jumlah benda uji dan tingkat kegagalan
( z =1.65)
S = simpangan baku (standar deviasi)
16
BAB III
METODE PENELITIAN
17
Alat :
1. Oven
2. Lumpang
3. Besi pemadat
4. Timbangan
5. Kontainer
Bahan :
1. Kerikil (Coarse aggregate)
2. Pasir kasar (Coarse sand)
3. Pasir halus (Fine sand)
Langkah pengujian
1. Benda uji yang sudah di oven selama ±24 jam dikeluarkan dari oven dan
didinginkan dengan cara dibagi tiga tiap bahan yang akan diuji.
2. Kemudian benda uji diisi ke dalam lumpang. Benda uji dimasukkan
secara bertahap yaitu 1/3 bagian dengan tiap 1/3 bagian dipadatkan
menggunakan besi pemadat sebanyak 25x. Lakukan hingga penuh.
3. Setelah lumpang terisi penuh, kemudian ratakan isi lumpang tersebut, lalu
timbang beratnya. Lakukan tahap ini sebanyak 3 sampel.
4. Setelah mendapat berat kontainer dan benda uji, carilah berat benda uji
dengan mengurangi berat kontainer dengan berat benda uji bersama
kontainer.
5. Untuk mendapat bulk density dengan membagi volume kontainer dengan
berat benda uji dalam satuan kg/l.
18
Ayakan/saringan yang digunakan dalam praktikum bahan bangunan adalah
saringan standar ASTM yaitu : 31,5 mm, 19,1 mm, 9,52 mm, 4,76 mm, 2,38 mm,
1,18 mm, 0,600 mm, 0,300 mm, 0,150 mm.
Langkah-langkah untuk pemeriksaan analisis saringan (Sieve Analisis) antara lain
yaitu :
- Mula-mula diambil kerikil (Coarse Aggregate) 2 kg, pasir
kasar (Coarse Sand) 1
kg dan pasir halus (Fine Sand) 0,5 kg masing-masing disiapkan dalam 3
tempat.
- Lalu dimaksukkan ke dalam oven selama 24 jam pada temperatur 105 0C.
- Setelah dikeluarkan dari oven lalu diisi kedalam saringan dan kemudian
digoncangkan/diayakkan untuk beberapa saat.
- Lalu butiran-butiran agregat yang tertahan diatas tiap-tiap saringan
ditimbang beratnya kemudian dihitung persentase berat itu terhadap berat
total agregat.
- Agregat dimasukkan kedalam oven sebanyak 9 baskom dengan perincian
3 baskom agergat kasar, 3 baskom pasir halus, 3 baskom pasir kasar
selama 24 jam dengan suhu 105 0C.
- Selama 24 jam dioven kemudian agergat dimasukkan kedalam Kasa
Grande dimasukkan tiap 1/3, 2/3, 3/3 diisi dan ditumbukan 25 kali dengan
penumbukan standar (panjang 60 cm diameter 16 mm).
- Setelah selesai dilakukan tumbukan maka permukaannya diratakan
dengan tongkat standar seterusnya dilakukan timbangan terhadap agregat
tersebut sehingga dilakukan perhitungan msks diperoleh berat volume
(Bulk Density)
19
Berat jenis (Specific Gravity) adalah berat sejumlah volume agregat tanpa
mengandung rongga udara tehadap volume yang sama. Berat jenis menurut British
Standar 812, dibedakan dalam keadaan yaitu :
Jenuh Permukaan (SSD)
Kering Open (OD)
Untuk agregat kasar diukur dengan cara menimbang diluar dan didalam air
sedangkan untuk agregat halus berdasarkan metode Thawlew’s.
a. Berat jenis kerikil (Coarse Aggregate)
Langkah-langkah untuk menghitung berat jenis kerikil yaitu:
Mula-mula ditimbang berat keranjang.
Kerikil yang sebelumnya direndam kemudian dikeringkan
(ditebari diatas alas sehingga mencapai jenuh permukaan (SSD).
Selanjutnya kerikil tersebut dimasukan ke dalam keranjang
dan ditimbang beratnya.
Setelah itu kerikil tersebut dimasukan ke dalam oven selama
24 jam pada temperatur 1050c dan kemudian barulah ditimbang
beratnya.
Seterusnya dilakukan perhitungan dengan menggunakan
rumus-rumus yang diberikan, sehingga didapatlah berat jenis kerikil
tersebut.
b. Berat jenis pasir (Fine Aggregate)
Langkah-langkah untuk menghitung jenis pasir yaitu:
Pasir yang telah direndam ditebar dilantai guna diangin-
anginkan.
Setelah beberapa saat dilakukan pengujian keadaan jenuh
permukaan (SSD) yaitu dengan cara pasir dimasukan kedalam Cassa
Grande yang terdiri dari lapisan 1/3, 2/3, 3/3 yang ditumbuk 25 kali,
kemudian permukaannya diratakan lalu cetakan tersebbut diangkat
20
vertikal keatas sehingga bisa diketahui apakah pasir tersebut dalam
keadaan jenuh permukaan (SSD).
Berat stoples serta tutup plat kaca ditimbang lalu diisi pasir
(SSD) kemudian di timbang kembali.
Setelah itu stoples yang sudah berisi pasir di masukkan air
hingga penuh,udara yang di kandung pasir dihilangkan,beratnya di
timbang.
Langkah selanjutnya pasir di pindahkan kedalam baskom
yang telah ditimbang beratnya,seterusnya baskom yang berisi pasir
tersebut dimasukkan kedalam oven selama 24 jam dengan temperature
1050c.
Setelah 24 jam di oven lalu berat pasir ditimbang kembali
dalam keadaan kering oven (OD).
Seterusnya dilakukan perhitungan-perhitungan hingga
didapat berat jenis pasir (Fine Aggregate).
21
Penelitian Finenees Modulus adalah sambungan dari sieve analis dan
nantinya akan tersusun sebuah tabel presentase berat butiran agregat campuren
yang berat saringan sehingga dapat digambarkan susunan butiran agregat
campurannya. Berdasarkan hasil saringan standar ASTM nilai-nilai modulus
kehalusan untuk:
1) Kerikil berisar antara :5,5-8,0
2) Pasir kasar berkisar antara :2,9-3,2
3) Pasir halus berkisar antara :1,2-2,6
22
Agregat Halus
Semen
Air
Mortal Serapan
Cetakan sebanyak 6 buah
Langkah-langkah pengerjaan campuran beton yaitu :
Pertama-tama terlebih dahulu molen di bersihkan dengan mortal
serapan.
Kemudian baru selanjutnya diasukan agregat kasar, diikuti dengan
pasir halus kemudian semen dan air menurut ukuran masing-masing.
Setelah dimasukkan material tersebut, molen berputar selama lebih
kurang 5 menit dengan kemiringan sumbu bak rata-rata 450.
Kemudian muda beton dites dengan menggunakan slump, kemudian
diikuti pemeriksaan kandungan udara, berat volume, serta temperatur
beton tersebut.
Lalu beton muda dimasukkan kedalam cetakan (benda uji beton yang
terlebih dahulu dibersihkan dan diberi oli) pemasukan terdiri dari 3
lapis yaitu 1/3, 2/3, 3/3 yang ditumbuk 25 kali, tiap lapisan dipadatkan
dengan menggunakan tongkat pemadat dan sekeliling dindingnya
digetarkan dengan ketukan martil karet secara perlahan-lahan.
Kemudian setelah kedelapan cetakan terisi maka disimpan selama
kurang lebih 3 jam.setelah benda uji berumur 3 jam lalu dicaping
(diberi pasta semen kurang lebih 29 % diatasnya) dan diratakan dengan
keramik, sekaligus ditutup dengan plastic yang telah tersedia.
Benda uji yang telah berumur 24 jam dibuka cetakannya kemudian
dirawat diruang perawatan dalam bak terendam (curing). Sebelum di
rendam benda uji diberi kode.
23
3.1.8 Benda Uji Beton
Benda uji beton yang digunakan dalam praktikum ini yaitu tiap-tiap
kelompok sebanyak 6 buah dengan umur pengetesan 3 buah beton berumur 7 hari,
dan 3 buah beton lainnya berumur 28 hari.
Benda uji beton yang dibuat sesuai dengan standar ACI (America Concrete
Institute) standar 211-1-91 yaitu :
Silinder berdiameter 15 cm.
Tinggi 30 cm.
24
mekanis maupun sifat-sifat kimia. Dalam pengerjaan praktikum ini hanya
dilakukan pemeriksaan sifat-sifat fisis saja. Dan penelitian sifat-sifat fisis ini pun
hanya dilakukan pada agregrat saja. Sedangkan semen, air tidak diperiksa lagi
karena sudah memenuhi kriteria yang telah ditetapkan.
Dengan menggunakan benda uji berbentuk silinder standar dengan diameter
15 cm dan tinggi 30 cm. tinggi slump yang diinginkan adalah 7,5-10 cm.
Perencanaan Campuran (Mix Design):
1. Tinggi slump yang diinginkan adalah 7,5-10 cm.
2. Diameter maksimum agregat yang digunakan adalah 31,5 mm.
3. Jenis beton adalah non air entrained concrete (Konstruksi tidak
dipengaruhi oleh temperatur akibat membeku dan mencair es; freezing and
thawing). Dari tabel A 1.5.3.3 jumlah air yang dibutuhkan untuk
mendapatkan slump 7,5-10 cm untuk non air entrined concrete dengan
diameter maksimum agregat 31,5 mm diperkirakan jumlah air yang
diperlukan adalah 186,76 kg/m3 (didapat dengan cara interpolasi linier).
4. Faktor air semen (Water Cement Ratio) untuk non air entrained concrete
dengan tegangan 18,155 kg/cm2 dari tabel A 1.5.3.4 (a) adalah 0,7269.
JumlahAirYangDiperlukan 186,76
256,93kg
FaktorAirSemen 0,7269
25
Dari tabel A 1.5.3.7.1, berat 1 m 3 non air entrained concrete dibuat dengan
agregat yang berdiameter maksimum 31,5 diperkirakan adalah 2395,600 kg (untuk
percobaan adukan, penyesuaian kembali dari perbedaan-perbedaan slump, semen,
specific gravity dari agregat adalah tidak menentukan).
Berat masing-masing bahan yang telah dihitung adalah :
Air (netto) : 186,760 kg
Semen : 256,930 kg
Coarse Aggregate : 1131,0904 kg
Jumlah : 1574,7804 kg
26
Berat fine aggregate (pasir) menjadi : 2395,6 – 1674,7804 = 820,800 kg
Berat fine sand : 820,8196 x 0,99 = 812,6114 kg
Berat coarse sand : 820,8196 x 0,01 = 8,2081 kg
BAB IV
HASIL PRAKTIKUM
27
(mm)
31,5 0 0 0
19,1 6,347 0 0
9,52 14,023 0 0
4,76 38,157 30,173 0
2,38 58,402 57,387 18,847
1,2 77,737 78,627 43,300
0,6 91,112 92,997 69,533
0,3 97,113 98,180 89,407
0,15 99,323 99,660 97,820
SISA 100,000 100,000 100,00
TOTAL 482,213 457,023 318,907
F.M 4,822 4,570 3,189
TABEL 3.1 Hasil Analisa Saringan dan Perhitungan F.M
Berdasarkan hasil analisa saringan dan F.M maka dibuat persentase susunan
butiran aggregate campuran (lampiran).
Berikut ini tabel hasil pemeriksaan Fisis lainnya.
No Jenis pemeriksaan Jenis Aggregate
Coarse Coarse Sand Fine Sand
Aggregate
1 Bulk Density 1,738 1,799 1,729
2 Specific Gravity, SSD 2,560 2,681 2,722
3 Specific Gravity, OD 2,510 2,620 2,640
4 Average absorption 2,043 2,730 2,530
TABEL 3.2 Hasil Pemeriksaan Sifat-sifat Fisis
28
Dasar perkiraan
No Material
Berat (Kg)
1 Air 186,76
2 Semen 256,93
3 Coarse Aggregate(Dry) 1131,09
4 Coarse Sand (Dry) 8,2082
5 Fine Sand (Dry) 812,6118
Total 2395,6
29
( mm ) ( mm )
1 7 151,60 300 18050,46 0,00541 12,980
2 7 150,70 302 17836,777 0,00538 12,960
3 7 152,00 302 18145,839 0,00548 12,860
Rata-rata 151,43 301,33 18010,940 0,00542 12,933
Berdasarkan hasil kuat tekan diatas, maka dapat dilihat bahwa persentase kekuatan
beton terhadap mutu beton yang direncanakan adalah :
= 100%
= 106,842%
30
Diameter Tinggi
(mm²) ( m³ ) ( kg )
( mm ) ( mm )
1 28 152,5 300 18265,416 0,00548 12,80
2 28 151,5 299 18026,655 0,00538 12,88
3 28 151,3 300 17979,091 0,00539 12,94
Rata-rata 151,7 299,67 18090,387 0,00542 12,87
Berdasarkan hasil kuat tekan diatas, maka dapat dilihat bahwa persentase kekuatan
beton terhadap mutu beton yang direncanakan adalah :
= 100%
= 101,15%
31
pembentuknya, juga pelaksanaan pencampuran bahan tersebut untuk memperoleh
mutu beton sesuai dengan perencanaan.
Pada praktikum pengujian beton dengan mutu K-175:
1. Agregat yang di uji pada campuran beton sesuai dengan persyaratan yang
telah di tentukan.
2. Dari hasil pengujian berat volume (bulk density), maka didapat berat volume
sesuai persyaratan. Karena hasil pengujian >1,445 kg/l.
3. Hasil pengujian berat jenis (specific gravity), diperoleh nilai sesuai
persyaratan yang telah di tentukan.
4. Dari hasil percobaan didapat mutu beton sebesar 177,015 kg/cm², dimana
mutu tersebut mencapai mutu rencana sebesar 175 kg/cm².
4.6 Pembahasan
Dalam pembuatan beton, agar tercapai mutu yang direncanakan, harus
diperhatikan dan meneliti dengan baik dan benar setiap langkah atau proses
selama pembuatan beton itu berlangsung.
Penyusunnya, dalam hal ini adalah agregat dan air. Setelah itu pada
perhitungan Mix Design, dimana kecepatan perhitungan perbandingan bahan-
bahan penyusun beton akan sangat mempengaruhi mutu beton yang dihasilkan.
Selanjutnya adalah pengadukan bahan, pencetakan lalu perendaman. Benda uji
direndam dengan maksud agar semen yang masih kekurangan air dapat terisi,
sehingga terjadi pengikatan yang lebih baik. Selain dengan perendaman, beton
dapat juga disimpan ditempat yang lembab atau ditutup dengan menggunakan
karung basah.
Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang diperoleh,maka dapat diketahui
bahwa :
Kualitas agregat yang dipakai bagus,ini berdasarkan hasil
perhitungan F.M. dan diagram susunan butir agregat campuran.
32
Hasil pelaksanaan komposisi diperoleh nilai : 10,9 cm, sesuai dari
yang diharapkan,yaitu 7,5 – 10 cm.
Sementara itu,uji tekan beton yang berumur 7 dan 28 hari dari masing-
masing benda uji tidak merata dan nilai kekuatannya pun kurang bagus.
33
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pelaksanaan campuran beton
dengan FAS 0,661 maka diperoleh :
Kuat tekan beton rata-rata (F’c) = 18,67 kg/cm².
Standar Deviasi (S) = 2,5 kg/cm².
Kuat tekan beton karakteristik (F’cr) = 22,795 kg/cm² atau hanya
mencapai 10,131 % dari mutu beton yang direncanakan yaitu 225
kg/cm².
Kemudian menurut hasil penyelidikan fisis dan pembahasan hasil-hasilnya
dapat disimpulkan bahwa :
Agregat yang digunakan dalam praktikum sudah memenuhi
persyaratan.
Usia dari benda uji sangat mempengaruhi kekuatan beton.
Disamping itu faktor-faktor yang juga dapat mempengaruhi mutu beton
adalah FAS, komposisi bahan pembentuk beton dan pelaksanaan
pengerjaan beton.
5.2 Saran
Dari hasil pengalaman dalam mengikuti praktikum Bahan Bangunan
ini,maka penulis menyarankan :
34
Praktikian harus menguasai materi atau prosedur kerja sebelum
melakukan praktikum agar terhindar dari kesalahan-kesalahan yang
terjadi dalam pelaksanaan praktikum.
Dalam pelaksanaan praktikum,praktikian harus memperhatikan dan
mengikuti segala bentuk petunjuk yang diberikan oleh pembimbing
praktikum.
Menciptakan kerjasama dan kekompakan antara sesama praktikian
agar dapat hasil yang optimal.
Ketekunan,disiplin,dan ketelitian agar lebih ditingkatkan.
Kepada pembimbing dan petugas laboratorium diharapkan agar
benar-benar disiplin dalam melaksanakan praktikum sesuai dengan
prosedur yang telah ditetapkan.
35
DAFTAR PUSTAKA
Bahan-bahan mata kuliah Ilmu Bahan Bangunan Jurusan Teknik Sipil 2014/2015.
Anonim, 1991. Standard Practice for Selecting Proportion for Normal Heavy
Weightand Mass Concrete, ACI 21.1.-91: Michigan.
36
LAMPIRAN
37
SIEVE ANALYSIS
1 2 3 4 5 6 7 8
38
Catatan : Tanda Tangan Pelaksana :
SIEVE ANALYSIS
1 2 3 4 5 6 7 8
31,5 0,0 0,00 0,0 0,00 0,0 0,00 0,000
19,1 0,0 0,00 0,0 0,00 0,0 0,00 0,000
9,52 0,0 0,00 0,0 0,00 0,0 0,00 0,000
4,76 24,3 24,23 278,4 27,84 383,5 38,35 30,173
2,38 261,5 26,15 286,1 28,61 268,8 26,88 27,213
1,19 239,7 23,97 206,5 20,65 191,0 19,10 21,240
0,6 171,3 17,13 156,1 15,61 103,7 10,37 14,370
0,3 63,5 6,35 54,1 5,41 37,9 3,79 5,183
0,15 17,0 1,70 15,1 1,51 12,3 1,23 1,480
Sisa 3,7 0,37 3,7 0,37 2,8 0,28 0,340
39
Catatan : Tanda Tangan Pelaksana :
SIEVE ANALYSIS
1 2 3 4 5 6 7 8
40
BULK DENSITY
I. COARSE AGGREGATE
WEIGHT
VOLUME
CONTAINER BULK
No. SAMPLING OF
CONTAINER + AGGREGATE DENSITY
Urut No. CONTAINER
(Kg) AGGREGATE (Kg) (Kg/l)
(l)
(Kg)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 A 4,71 13,21 8,50 5 1,700
2 B 4,71 13,59 8,88 5 1,776
3 C 4,71 13,40 869 5 1,738
AVERAGE 1,738
II. COARSE SAND
WEIGHT
VOLUME
CONTAINER BULK
No. SAMPLING OF
CONTAINER + AGGREGATE DENSITY
Urut No. CONTAINER
(Kg) AGGREGATE (Kg) (Kg/l)
(l)
(Kg)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 A 4,71 13,59 8,88 5 1,776
2 B 4,71 13,77 9,06 5 1,812
3 C 4,71 13,76 9,05 5 1,810
AVERAGE 1,799
III. FINE SAND
WEIGHT
VOLUME
CONTAINER BULK
No. SAMPLING OF
CONTAINER + AGGREGATE DENSITY
Urut No. CONTAINER
(Kg) AGGREGATE (Kg) (Kg/l)
(l)
(Kg)
41
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 A 4,71 13,71 8,46 5 1,692
2 B 4,71 13,41 8,70 5 1,740
3 C 4,71 13,48 8,77 5 1,754
AVERAGE 1,728
SPECIFIC GRAVITY
SAMPLE
No.
WEIGHT NOTATION A B C
Urut
(gram) (gram) (gram)
1 2 3 4 5 6
42
Catatan : Tanda Tangan Pelaksana :
SPECIFIC GRAVITY
SAMPLE
No.
WEIGHT NOTATION A B C
Urut
(gram) (gram) (gram)
1 2 3 4 5 6
43
Catatan : Tanda Tangan Pelaksana :
SPECIFIC GRAVITY
SAMPLE
No.
WEIGHT NOTATION A B C
Urut
(gram) (gram) (gram)
1 2 3 4 5 6
44
13. Water Absorption (%) 100 (Ws – Wd) / Wd 2,07 1,977 2,081
Average Absorption (%) 2,043
FINENESS MODULUS
Indivdual/ Commulative
Sieve Size
Retained on Passing of Retained on
(mm)
(%) (%) (%)
(1)
(2) (3) (4)
31,5 0 100 0
19,1 0 100 0
9,52 0 100 0
4,76 0 100 0
2,38 18,847 81,153 18,847
1,19 24,453 56,700 43,300
0,6 26,233 30,467 69,533
0,3 19,873 10,593 89,407
0,15 8,413 2,180 97,820
Sisa 2,180 0,000 100,000
45
F.M. 3,189
FINENESS MODULUS
Indivdual/ Commulative
Sieve Size
Retained on Passing of Retained on
(mm)
(%) (%) (%)
(1)
(2) (3) (4)
31,5 0 100 0
19,1 0 100 0
9,52 0 100 0
4,76 30,173 69,827 30,173
2,38 27,213 42,613 57,387
1,19 21,240 21,373 78,627
0,6 14,370 7,003 92,997
0,3 5,183 1,820 98,180
0,15 1,480 0,340 99,660
Sisa 0,340 0,000 100,000
46
F.M. 4,570
FINENESS MODULUS
Indivdual/ Commulative
Sieve Size
Retained on Passing of Retained on
(mm)
(%) (%) (%)
(1)
(2) (3) (4)
31,5 0 100 0
19,1 6,347 93,653 6,347
9,52 7,677 85,977 14,023
4,76 24,133 61,843 38,157
2,38 20,245 41,598 58,402
1,19 19,335 22,263 77,737
0,6 13,375 8,888 91,112
0,3 6,002 2,887 97,112
0,15 2,210 0,677 99,323
Sisa 0,677 0,000 100,000
47
F.M. 4,822
Kokoh beton yang diinginkan adalah 175 kg/cm 2 (kubus) atau 145,250
kg/cm2 (silinder) dengan tinggi slump 7,5-10 cm. Coarse aggregate mempunyai
diameter maksimum 31,5 mm dengan dry rodded weight 1880 kg/m 3. Bahan-
bahan yang digunakan ialah Portland Cement Tipe I dengan specific gravity 3,15.
Coarse aggregate dengan specific gravity OD 2,510 dengan absorption 2,043%
serta fineness modulus 4,822. Fine sand dengan specific gravity OD 2,640 dengan
absorption 2,53% serta fineness modulus 3,189. Coarse sand dengan specific
gravity OD 2,620 dengan absorption 2,730 % serta fineness modulus 4,570.
48
Langkah 2 : Diameter maksimum agregat yang digunakan ialah 31,5 mm
Langkah 3 : Jenis beton adalah non air entrained concrete (konstruksi tidak
dipengaruhi oleh perbedaan temperature akibat membeku dan
mencair es; freezing and thawing). Dari tabel A 1.5.3.3., jumlah
air yang dibutuhkan untuk mendapatkan slump 7,5 – 10 cm, untuk
non air entrained concrete dengan diameter maksimum agregat
31,5 mm diperkirakan jumlah air yang diperlukan adalah 186,760
kg/m3.
Langkah 4 : Faktor air semen (water cement ratio) untuk non air entrained
concrete dengan tegangan : 18,155 kg/cm2, dari tabel A.1.5.3.4.
(a) adalah 0,7269 kg/cm2.
Langkah 5 : Dari hasil langkah-langkah (3) dan (4) jumlah semen yang
digunakan dapat dihitung :
JumlahAirYangDiperlukan 186, 760
= = = 256,930 kg/m3
FaktorAirSemen 0,7269
49
7.1. Dasar Berat
Dari tabel A 1.5.3.7.1., berat 1 m3 non air entrained
concrete dibuat dengan agregat dengan diameter maksimum 31,5
mm diperkirakan adalah 2395,6 kg (untuk percobaan adukan,
penyesuaian kembali dari perbedaan-perbedaan slump, semen,
specific gravity dari agregat adalah tidak menentukan).
1 – x = 1 – 0,99
x = 0.01 (Coarse Sand)
50
Berat fine sand : 820,820 x 0,99 = 812,612 kg
Berat coarse sand : 820,820 x 0,01 = 8,208 kg
51
LAMPIRAN FOTO PRAKTIKUM
Bulk Density
52
53
Sieve Analysis
54
Specific Gravity
55
Pengecoran
56
Kaping
57
58
Uji Tekan
59
60
61
62