Anda di halaman 1dari 62

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Untuk membangun sebuah konstruksi atau bangunan umumnya memakai
beton sebagai bahan utamanya karena beton merupakan faktor yang menentukan
kuat dan kokohnya suatu bangunan, oleh karena itu pengetahuan tentang beton ini
sangat perlu di pelajari.
Beton merupakan bahan kontruksi yang terdiri dari campuran bahan
pengikat hidrolis (semen Portland), agregat sebagai bahan pengisi dan penguat, air
sebagai material pereaksi dan bahan tambahan (adiktif) bisa digunakan bila ada
maksud tertentu, misalnya untuk mempercepat pengerasan atau menambah
kekuatan, bahan adiktif ini bisa terdiri dari :fly ash, gips, bubuk bata merah, dan
lain-lain.
Metode yang digunakan dalam perencanaan campuran beton didasarkan
pada ketentuan Amerika Insitute (ACI) standar 211-1-91 yang dikombinasikan
dengan Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBBI) 1971 N-2.

Berdasarkan bahan campuran yang disesuaikan dengan pelaksanaan, beton


struktural dibagi menjadi 2 jenis :
1. Beton tidak berudara di dalam (non air entrained concrete)
2. Beton berudara di dalam (air entrained concrete)
Kedua jenis beton ini kekuatan tekanannya sangat tergantung pada
kepadatannya, daya lekat partikel-partikel agregat dengan pasta semen dan
kekerasan agregat yang digunakan.
Mutu dari suatu beton adalah tekanan yang dapat di terima oleh beton
tersebut dalam satuan kg/cm2. Dimana mutu atau kualitas dari suatu beton sangat
tergantung atau dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu. Misalnya : mutu bahan

1
dasar, komposisi campuran, faktor air semen, pelaksanaan campuran, kondisi
temperatur tempat beton mengeras, perawatan dan umur dari benda uji beton itu
sendiri. Faktor-faktor ini sangat penting untuk diperhatikan agar mendapatkan
gradasi yang sesuai.
Untuk mengetahui tingkat kekuatan atau keamanan suatu konstruksi yang
akan dibangun, maka sangat perlu dihitung kekuatan beton tersebut. Sehingga
untuk menghitung atau mengetahui tingkat kekuatan beton maka kita perlu
melakukan pengujian atau pengetesan benda uji dari beton tersebut.
Kegiatan utama dari praktikum bahan bangunan ini adalah perencanaan
beton (mix design) yang merupakan syarat dari mata kuliah Ilmu Bahan Bangunan
yang berjumlah 3 SKS di Fakultas Teknik Unsyiah.
Tujuan praktikum Bahan Bangunan ini selain untuk menyelesaikan 1 SKS
juga untuk memberikan wawasan atau gambaran kepada mahasiswa tentang beton
dan bagaimana cara menghitung campuran beton struktural yang di inginkan.Dan
juga untuk mempermudah mahasiswa pada semester selanjutnya tentang mata
kuliah Bahan Bangunan ini khususnya beton.
Praktikum yang dilakukan dalam jangka waktu kurang lebih satu bulan ini
adalah merencanakan campuran beton struktural dengan faktor air semen 0,7269
dan tinggi slump 7,5-10 cm.
Pengujian kekuatan beton dilakukan dengan mesin pembebanan Strength
Tester, Jerman, pengujian beton dilakukan pada saat benda uji berumur 7 hari dan
28 hari.

1.2 Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari praktikum ini, yaitu agar mahasiswa dapat:
1. Dapat melakukan praktikum pengujian beton dengan prosedur yang baik
dan benar
2. Dapat mengetahui langkah-langkah kerja dalam pengujian beton di
laboratorium

2
3. Untuk mengetahui informasi tentang komposisi dari agregat halus, agregat
kasar, semen serta air yang dipergunakan sebagai pedoman dalam
pembuatan beton dengan mutu tertentu. Sehingga beton memiliki kualitas
dan kuantitas yang sebaik-baiknya.
4. Mengetahui berbagai macam tes uji atau tes beton guna menentukan sifat
dan karakteristik beton sehingga dapat dijadikan referensi untuk pekerjaan
sipil

1.3 Manfaat
Manfaat dari praktikum ini sebagai berikut :
1. Dapat mengetahui komposisi dari agregat halus yang diperlukan dalam
pembuatan beton dengan mutu tertentu
2. Dapat mengetahui komposisi dari agregat kasar yang diperlukan dalam
pembuatan beton dengan mutu tertentu
3. Dapat mengetahui komposisi dari semen yang diperlukan dalam
pembuatan beton dengan mutu tertentu
4. Dapat mengetahui komposisi dari air yang diperlukan dalam pembuatan
beton dengan mutu tertentu

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Beton 
Dalambidang bangunan, yang dimaksud dengan beton adalah suatu campura
n yang terdiri dari bahan berupa air, semen, agregat halus (pasir), dan agregat
kasar (kerikil).Semen adalah suatu jenis bahan yang memiliki sifat adesi dan
kohesi yang memungkinkan melekatnya fragmen-fragmen mineral menjadi suatu
massa yang padat,sedang air sebagai katalisator. Semen adalah suatu bahan yang
bersifat hidrolis, artinya akan mengeras jika bereaksi dengan air.
Beton merupakan bahan konstruksi yang sangat umum, mempunyai sifat
yang khas yaitu mampu memikul gaya tekan yang besar, tetapi tidak kuat menahan
gaya tarik.
Dalam perkembangannya,beton digabungkan dengan bahan konstruksi lain untuk 
menutupi kelemahan-kelemahan beton seperti terhadap gaya tarik. Bahan tersebut
adalah baja atau lebih dikenal dengan tulangan baja. Beton tersebut diberi nama
beton bertulang.Klasifikasi beton selama ini merupakan penggolongan yang
berdasarkan kekuatan tekan karakteristik. Hasil ini diperoleh dari hasil penelitian
di laboratorium.

Secara singkat dapat disebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi kuat tekan


beton antara lain
a. Faktor Air Semen (FAS).
b. Perbandingan campuran.
c. Proses pembuatan dan quality control
d. Perawatan.

4
2.2 Material
Material atau bahan-bahan yang digunakan untuk membuat beton terdiri dari
agregat kasar (Coarse aggregate), agregat halus (Fine aggregate), semen Portland
dan air. Agregat yang digunakan dalam campuran beton atau didalam praktikum
ini berasal dari Krueng Aceh, baik agregat kasar ataupun agregat halus. Sementara
semen yang digunakan yaitu tipe 1 spesifik gravity 3,16 buatan PT.Semen Padang,
sedangkan air berasal dari Laboratorium Kontruksi dan Bahan Bangunan Fakultas
Teknik Unsyiah.

2.2.1 Agregat (Aggregate)


Agregat merupakan material ganurel yang dipakai bersama-sama dengan
suatu media pengikat hidrolis untuk membentuk suatu bentuk beton hidrolis yang
disebut dengan adukan beton. Misalnya : pasir, krikil, batu pecah, kerak tungku
besi, dan pecahan batu.
a. Menurut berat volume (Bulk Density) agregat terbagi 3 yaitu:
 Agregat berat (Heavy Weight Aggregate)
 Agregat Normal (Normal Weight Aggregate)
 Agregat Ringan (Light Weight Aggregate)
b. Menurut ukuran agregat terbagi 2 yaitu:
 Agregat halus (Fine Aggregate) yang terdiri dari pasir kasar (Coarse
sand) dan pasir halus (Fine sand)
 Aggregat kasar (Coarse Aggregate)

1. Agregat halus (Fine Agregate)


Agregat halus atau pasir alam adalah hasil desentigrasi alami dari batuan
atau pasir yang dihasilkan dengan pemecah batu, dengan ukuran 0,075-5 mm dan
< 0,063 mm (#230) < 5%.

5
Persyaratan agregat halus antara lain:
1. Agregat halus yang digunakan untuk mencampur beton terdiri dari butiran-
butiran tajam dan keras serta bersifat kekal artinya tidak pecah/hancur oleh
cuaca.
2. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% (ditentukan terhadap berat
kering). Lumpur adalah bagian yang dapat melewati ayakan 0,063. Apabila
kadar lumpur lebih dari 5% maka agregat halus tersebut harus dicuci.
3. Agregat halus tidak boleh mengandung zat-zat organik yang dapat
mengurangi mutu beton. Untuk itu bila direndam dalam 3% NaOH, cairan
diatas endapan tidak boleh gelap dari warna larutan pembanding.
4. Agregat halus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya.
5. Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk semua mutu
beton.

2. Agregat kasar (Coarse Aggregate)


Agregat kasar adalah kerikil sebagai hasil disentigrasi alami, dari batuan
atau berupa batu pecah yang diperoleh dari alat pemecah batu dan mempunyai
ukuran lebih besar dari 5 mm.
Persyaratan agregat kasar antara lain :
1. Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori.
2. Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih 1% berat, apabila
melebihi 1% maka agregat kasar harus dicuci.
3. Kekerasan yang ditentukan dengan bejana Rudellof tidak boleh
mengandung bagian hancur yang tembus ayakan 2 mm, lebih dari 32%
berat.
4. Bagian yang hancur bila di uji memakai mesin “Los Angeles” tidak lebih
dari 50% berat.
5. Bagian butir yang pipih dan panjang, maksimum 20% berat, terutama
untuk beton mutu tinggi.

6
6. Agregat kasar tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak beton
seperti zat-zat alkali reaktif.

2.2.2 Semen portland (Portland Cement)


Semen Portland adalah semen hidrolis (bahan pengikat hidrolis) yang
dihasilkan dengan cara menggiling halus klinker yang terdiri dari silikat-silikat
kalsium yang bersifat hidrolis dan ditambahkan gips sebagai pembantu, sedangkan
unsur-unsur pembuat semen yaitu :
 CaO (kapur)
 SiO2 (silikat)
 AL2O3 (aluminat)
 Fe2O3 (ferit)
 CaSO4 dan ditambah SO3MgO
Menurut cara pemakainnya semen Portland dapat dibagi 5 tipe :
1. Tipe I : Untnk konstruksi pada umumnya dimana tidak ada persyaratan
khusus seperti yang disyaratkan pada jenis-jenis lainnya.
2. Tipe II : Untuk konstruksi umumnya terutama sekali bila disyaratkan agak
tahan terhadap sulfat dan panas hidrasi yang sedang.
3. Tipe III : Untuk konstruksi-konstruksi yang menuntut persyaratan kekuatan
awal yang tinggi.
4. Tipe IV : Untuk konstruksi-konstruksi yang menuntut persyaratan panas
hidrasi yang rendah.
5. Tipe V : Untuk konstruksi-konstruksi yang menuntut persyaratan sangat
tahan terhadap sulfat.
Di dalam mengerjakan praktikum bahan bangunan ini digunakan semen Tipe
I PT.Semen Padang yang merupakan semen untuk konstruksi. Semen dalam
campuran beton berfungsi sebagai bahan pengikat dengan dicampur air sebagai

7
pereaksi. Pada percobaan ini, sifat-sifat semen tidak di teliti lagi karena mutunya
sesuai Standar Industri Indonesia.

2.2.3 Air (Water)


Air sebagai pereaksi dipakai dengan tujuan supaya terjadi hidrasi kimia
antara agregat dengan semen yang membuat campuran yang mengeras.
Air yang digunakan untuk campuran beton harus memenuhi syarat-syarat
antara lain:
1. Air harus bersih.
2. Tidak mengandung lumpur, minyak dan benda terapung lainnya yang dapat
dilihat secara visual.
3. Tidak mengandung benda-benda tersuspensi lebih dari 2 gram/liter.
4. PH air = 7, air tidak boleh mengandung garam yang dapat larut dan dapat
merusak beton lebih dari 5 gram/liter.
5. Semua air yang mengandung unsur kimia yang meragukan agar dianalisis
dan dievaluasi mutunya menurut pemakaiannya.
6. Bahan organik dalam air diizinkan lebih dari 2000 ppm.
7. Dibenarkan mengandung minyak (minyak mineral/minyak tanah) < 2% berat
semen yang dipakai.
8. Masih dibenarkan air dengan kandungan lempung yang terapung < 20000
ppm.

2.3 Penyelidikan Sifat Fisis Material


Penyelidikan sifat fisis hanya dilakukan terhadap agregat, sedangkan untuk
air dan semen tidak dilakukan penyelidikan sifat fisis karena dianggap sudah
memenuhi persyaratan standar yang ditetapkan Persyaratan Umum Bahan
Bangunan di Indonesia (PUBI - 1982). Adapun pemeriksaan sifat fisis yang
dilakukan terhadap agregat meliputi :

8
2.3.1 Analisa saringan (Sieve Analisis)
Analisa saringan adalah pengelompokan besar butir analisa agregat kasar dan
agregat halus menjadi komposisi gabungan yang ditinjau berdasarkan saringan.
Adapun tujuan dari analisa saringan yaitu :
1. Untuk mendapatkan beton yang mudah dikerjakan ( diaduk, dialirkan, dan
didapatkan) yang mempunyai tingkat workability yang tinggi.
2. Untuk mendapatkan harga beton yang ekonomis, kekuatan tinggi.
3. Untuk mendapatkan baton yang betul-betul padat.
4. Untuk mendapatkan batas gradasi dari agregat.
5. Untuk mendapatkan komposisi campuran (gabungan) analisa agregat kasar dan
agregat halus dalam bentuk ideal.
Ukuran merupakan pengelompokan besar butir agregat yang dianalisa.
Berdasarkan besar saringan tersebut yang dipakai untuk campuran adalah :
Saringan 37, Saringan 19,5, Saringan 9,5, Saringan 4,75, Saringan 2,36, Saringan
1,18, Saringan 0,6, Saringan 0,3, Saringan 0,15, Saringan 0,075, Pan

2.3.2 Berat Volume (Bulk Density)


Bulk density adalah masa aktual yang akan mengisi suatu penampang atau
wadah dengan volume satuan. Parameter ini berguna untuk merubah ukuran masa
menjadi ukuran volume.
Berat volume agregat ditinjau dalam dua keadaan yaitu berat volume gembur
dan berat volume padat. Berat volume gembur adalah perbandingan berat agregat
sebanyak isi literan (container) dengan volume literan, sedangkan berat volume
padat adalah perbandingan berat agregat sebanyak isi literan dalam keadaan padat
dengan volume literan. Volume agregat padat merupakan hasil pemadatan standar
dalam keadaan kering absolut. Penyelidikan ini dilaksanakan berdasarkan metode
British Standard (BS) 812. Menurut British Standard 812, berat volume agregat
yang baik untuk material beton mempunyai nilai yang lebih besar dari 1,445 kg/L.

9
2.3.3 Berat jenis (Specific Gravity)
Berat jenis (Specific Gravity) adalah berat sejumlah volume agregat tanpa
mengandung rongga udara tehadap volume yang sama.
Berat jenis menurut British Standar 812, dibedakan dalam keadaan yaitu :
1. Jenuh Permukaan (saturated surface dry)
2. Kering Open (oven dry)
Pengukuran dilakukan dengan dua metode, untuk kerikil dengan cara
penimbangan di luar dan di dalam air, sedangkan untuk pasir bedasarkan metode
Thallow’s. Jenis kerikil yang baik untuk material beton berkisar antara 2,50 – 2,80
cm.

2.3.4 Penyerapan (Absortion)


Absorbsi ialah persentasi perbandingan antara berat air yang terserap oleh
agregat pada kondisi jenuh permukaan dengan berat agregat dalam keadaan kering
oven dan merupakan perhitungan lanjutan dari pemeriksaan berat jenis.Tujuan
dilakukan Absortion adalah menentukan berat air yang terserap

2.3.5 Modulus kehalusan (Fineness Modulus)


Modulus kehalusan adalah jumlah kumulatif kehalusan fraksi yang tertahan
pada susunan saringan standar dibagi dengan seratus.
Modulus kehalusan juga menyatakan kehalusan dan kekerasan suatu agregat
sehingga dapat diklasifikasikan ke dalam agregat tertentu.
Penelitian Finenees Modulus adalah sambungan dari sieve analysis dan
nantinya akan tersusun sebuah tabel presentase berat butiran agregat campuran
yang berat saringan sehingga dapat digambarkan susunan butiran agregat
campurannya. Berdasarkan hasil saringan standar ASTM nilai-nilai modulus
kehalusan untuk:
1. Kerikil berisar antara : 5,5-8,0
2. Pasir kasar berkisar antara : 2,9-3,2

10
3. Pasir halus berkisar antara : 1,2-2,6

Nilai modulus kehalusan dari bahan agregat tertentu tergantung dari komposisi
butirannya, susunan saringan yang digunakan, banyaknya saringan dan masing-
masing lubang saringan.

2.4 Perencanaan Campuran Beton


Dalam teknologi beton pada konstruksi struktural biasanya campuran beton
dilaksanakan berdasarkan berat sedangkan pada beton non-struktural digunakan
campuran yang memperbandingkan volume. Ada sejumlah metode perencanaan
campuran (mix design) Antara lain :
 DOE (British Department of Environment), Beberapa disebutkan di
kondisi di Indonesia
 ACI (American Concrete Institute)
 Nisco Master (Jepang)
 LJ Mudock (Inggris)
Perencanaan komposisi campuran beton pada praktikum ini dilakukan
berdasarkan American Concrete Institute (ACI – 211.1 – 91) yang dikombinasikan
dengan Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBBI - 1971).

2.4.1 Pemilihan Nilai Slump


Nilai slump yang ditampilkan pada Tabel 2.1 digunakan bila pemadatan
beton dilakukan dengan menggunakan vibrator. Campuran yang sebaiknya
digunakan adalah campuran dengan konsistensi yang paling kaku yang dapat di
cor atau ditempatkan.

11
Tabel 2.1 Nilai slump yang direkomendasikan untuk berbagai tipe konstruksi
Jenis Kontruksi Slump (mm)
Maksimum Minimum
Dinding penahan dan pondasi beton 75 25
bertulang
Ponadsi sederhana dan dinding sub 75 25
struktur
Balok dan dinding betoln bertulang 100 25
Kolom structural 100 25
Perkerasan dan slab 75 25
Beton massal 75 25
Sumber : ACI 211.1-91 (Reapproved 2002)

2.4.2 Pemilihan Ukuran Maksimum Agregat


Agregat dengan ukuran maksimum agregat besar yang besar dengan gradiasi
baik memiliki pori lebih sedikit daripada dengan ukuran besar membutuhkan
mortar lebih sedikit persatuan volume beton. Secara umum, ukuran maksimum
nominal agregat sebaiknya dipilih yang terbesar yang memungkinkan digunakan
agar ekonomis. Pilih kuat tekan beton yang diinginkan tinggi, hasil terbaik dapat
diperoleh dengan mengurangi ukuran maksimum agregat karena hal ini dapat
menghasilkan kekuatan yang lebih tinggi pada suatu nilai faktor air semen yang
sama
Ukuran maksimum agregat dapat digunakan sebesar 1/3 tebal plat dan atau
¾ jarak bersih antar baja tulangan , tendon, tulangan yang digabungkan (bundle
bar), atau ducting dan atau 1/5 jarak terkecil bidang bekesting.

2.4.3 Penentuan Air Campuran dan Kandungan Udara


Jumlah air per satuan volume beton yang dibutuhkan untuk menghasilkan
sautu nilai slump tertentu adalah tergantung pada :

12
 Ukuran maksimum nominal agregat
 Bentuk partikel
 Gradasi dari agregat
 Temperatur beton
 Jumlah udara yang dimasukkan
 Penggunaan bahan tambahan kima
Nilai slump tidak terlalu besar pengaruhnya pada penentuan jumlah semen

2.4.4 Penentuan Faktor Air Semen


Jumlah air yang dibutuhkan beton tergantung pada jenis beton yang akan
direncanakan, penentuannya didasarkan pada diameter agregat maksimum yang
digunakan dan nilai slump yang diinginkan. Pada praktikum ini jumlah air yang
dibutuhkan dalam setiap m3 beton diperkirakan dengan menggunakan tabel berikut
ini :

Tabel 2.2. Perkiraan volume air per m3 volume beton berdasarkan nilai slump dan
ukuran agregat maksimum

Jumlah air, kg per m3 Beton Berdasarkan Ukuran


Slump (mm) Agregat Maksimum
9,5 12,5 19 25 37,5 50 75 150
Beton tidak beruang udara (non air entrained concrete)
25 – 50 207 199 190 179 166 154 130 113
75 – 100 228 216 205 193 181 169 145 124
150 – 175 243 228 206 202 202 178 160 -
Persentase udara pada
beton tidak beruang 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0,3 0,2
udara (%)
Sumber : American Concrete Institute (ACI) 211.1 – 91

13
Tabel 2.3. Hubungan antara faktor air semen (FAS) dengan kuat tekan beton
Faktor Air Semen (FAS)
Kuat Tekan Beton Umur
Beton Tidak Beruang Beton Beruang
28 Hari (Mpa)
Udara Udara
40 0,42 -
35 0,47 0,39
30 0,54 0,45
25 0,61 0,52
20 0,69 0,60
15 0,79 0,70
Sumber : American Concrete Institute (ACI) 211.1 – 91

2.4.5 Perhitungan Kandungan Jumlah Semen


Jumlah yang dibutuhkan ditentukan dari perhitungan pembagian Antara
jumlah air yang telah diperoleh dengan nilai faktor air semen yang telah dipilih
.bila ada ketentuan lain mengenai jumlah semen yang harus digunakan maka
digunakan jumlah semen terbanyak dari berbagai pilihan yang ada tersebut.

2.4.6 Perkiraan Jumlah Agregat Kasar


Untuk workbality yang sama, volume agregat kasar dalam satu satuan
volume beton tergantung hanya pada ukuran maksimum nominal dan derajat
kehalusan agregat halus. Volume agregat kasar dapat ditentukan berdasarkan tabel
2.4.

Tabel 2.4. Volume agregat kasar per m3 volume beton

14
Diameter Koefisien Perbandingan Agregat Kasar Per m3 Beton Untuk
Maksimum Fineness Pasir yang Berbeda
Agregat (mm) 2,40 2,60 2,80 3,00
9,50 0,50 0,48 0,46 0,44
12,5 0,59 0,57 0,55 0,53
19,0 0,66 0,64 0,62 0,60
25,0 0,71 0,69 0,67 0,65
37,5 0,75 0,73 0,71 0,69
50,0 0,78 0,76 0,74 0,72
75,0 0,82 0,80 0,78 0,76
150,0 0,87 0,85 0,83 0,81
Sumber : American Concrete Institute (ACI) 211.1 – 9

2.4.7 Perkiraan Kandungan Agregat Halus


Agregat halus dapat diperoleh dengan menghitung selisih dari berat beton
perkiraan awal terhadap berat total dari air, semen dan agregat kasar. Adapun berat
beton perkiraan awal dapat ditentukan dari tabel 2.5.

Tabel 2.5. Perkiraan Awal Berat Beton Segar


Ukuran Perkiraan Awal Berat Beton
Maksimum Beton tanpa Bahan Beton dengan Pemasok
Agregat Pemasok Udara Udara
9,5 2280 2200
12,5 2310 2230
19 2345 2275
25 2380 2290
37,5 2410 2350
50 2445 2345
70 2490 2405

15
150 2530 2435
Sumber : ACI 211.1-91

2.5 Penentuan Kuat Tekan Beton


Adapun kuat tekan yang digunakan adalah kuat tekan rencana yang telah
diperbesar nilai margin tertentu. Sehingga :

Dimana :
f’cr = kuat tekan rata-rata beton sehingga kuat tekan hasil pengujian sampel
nantinya tidak akan lebih kecil dari kuat tekan rencana.
f’c = kuat tekan rencana
z = konstanta yang tegantung dari jumlah benda uji dan tingkat kegagalan
( z =1.65)
S = simpangan baku (standar deviasi)

Nilai simpangan baku dapat ditentukan dari mutu pelaksanaan yang


diinginkan seperti yang disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 2.5. Standar untuk kontrol beton (f;c ≤ 3,45 Mpa)


Simpangan baku dari standar kontol yang berbeda
Mutu Pekerja Luar Sangat Kurang
Baik Sedang
Biasa Baik Baik
Penguji Kontrusi Umum < 2,8 2,8-3,4 3,4-4,1 4,1-4,8 >4,8
Percobaan di Laboratorium <1,4 1,4-1,7 1,7-2,1 2,1-2,4 >2,4
Sumber : American Concrete Institute (ACI) 211.1 – 91

16
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Pemeriksaan Sifat-Sifat Fisis Material


Pemeriksaan sifat-sifat fisis yang dilakukan terhadap agregat meliputi :
- Berat volume (bulk density),
- Analisa saringan (sieve analysis),
- Berat jenis (specific gravity),
- Penyerapan/absorpsi (absorption).

3.1.1 Berat volume (Bulk density)


Setelah selesai melakukan penumbukan Agregat dan pengukuran berat,
perhitungan tersebut dimasukkan ke Tabel Bulk Density. (terlampir)

17
Alat :
1. Oven
2. Lumpang
3. Besi pemadat
4. Timbangan
5. Kontainer
Bahan :
1. Kerikil (Coarse aggregate)
2. Pasir kasar (Coarse sand)
3. Pasir halus (Fine sand)
Langkah pengujian
1. Benda uji yang sudah di oven selama ±24 jam dikeluarkan dari oven dan
didinginkan dengan cara dibagi tiga tiap bahan yang akan diuji.
2. Kemudian benda uji diisi ke dalam lumpang. Benda uji dimasukkan
secara bertahap yaitu 1/3 bagian dengan tiap 1/3 bagian dipadatkan
menggunakan besi pemadat sebanyak 25x. Lakukan hingga penuh.
3. Setelah lumpang terisi penuh, kemudian ratakan isi lumpang tersebut, lalu
timbang beratnya. Lakukan tahap ini sebanyak 3 sampel.
4. Setelah mendapat berat kontainer dan benda uji, carilah berat benda uji
dengan mengurangi berat kontainer dengan berat benda uji bersama
kontainer.
5. Untuk mendapat bulk density dengan membagi volume kontainer dengan
berat benda uji dalam satuan kg/l.

3.1.2 Analisa saringan (Sieve analysis)


Tujuan penguraian susunan butiran agregat (gradasi) adalah untuk menilai
kecocokan penggunaan agregat terhadap produksi beton.

18
Ayakan/saringan yang digunakan dalam praktikum bahan bangunan adalah
saringan standar ASTM yaitu : 31,5 mm, 19,1 mm, 9,52 mm, 4,76 mm, 2,38 mm,
1,18 mm, 0,600 mm, 0,300 mm, 0,150 mm.
Langkah-langkah untuk pemeriksaan analisis saringan (Sieve Analisis) antara lain
yaitu :
- Mula-mula diambil kerikil (Coarse Aggregate) 2 kg, pasir
kasar (Coarse Sand) 1
kg dan pasir halus (Fine Sand) 0,5 kg masing-masing disiapkan dalam 3
tempat.
- Lalu dimaksukkan ke dalam oven selama 24 jam pada temperatur 105 0C.
- Setelah dikeluarkan dari oven lalu diisi kedalam saringan dan kemudian
digoncangkan/diayakkan untuk beberapa saat.
- Lalu butiran-butiran agregat yang tertahan diatas tiap-tiap saringan
ditimbang beratnya kemudian dihitung persentase berat itu terhadap berat
total agregat.
- Agregat dimasukkan kedalam oven sebanyak 9 baskom dengan perincian
3 baskom agergat kasar, 3 baskom pasir halus, 3 baskom pasir kasar
selama 24 jam dengan suhu 105 0C.
- Selama 24 jam dioven kemudian agergat dimasukkan kedalam Kasa
Grande dimasukkan tiap 1/3, 2/3, 3/3 diisi dan ditumbukan 25 kali dengan
penumbukan standar (panjang 60 cm diameter 16 mm).
- Setelah selesai dilakukan tumbukan maka permukaannya diratakan
dengan tongkat standar seterusnya dilakukan timbangan terhadap agregat
tersebut sehingga dilakukan perhitungan msks diperoleh berat volume
(Bulk Density)

3.1.3 Berat jenis (Specific gravity)

19
Berat jenis (Specific Gravity) adalah berat sejumlah volume agregat tanpa
mengandung rongga udara tehadap volume yang sama. Berat jenis menurut British
Standar 812, dibedakan dalam keadaan yaitu :
 Jenuh Permukaan (SSD)
 Kering Open (OD)
Untuk agregat kasar diukur dengan cara menimbang diluar dan didalam air
sedangkan untuk agregat halus berdasarkan metode Thawlew’s.
a. Berat jenis kerikil (Coarse Aggregate)
Langkah-langkah untuk menghitung berat jenis kerikil yaitu:
 Mula-mula ditimbang berat keranjang.
 Kerikil yang sebelumnya direndam kemudian dikeringkan
(ditebari diatas alas sehingga mencapai jenuh permukaan (SSD).
 Selanjutnya kerikil tersebut dimasukan ke dalam keranjang
dan ditimbang beratnya.
 Setelah itu kerikil tersebut dimasukan ke dalam oven selama
24 jam pada temperatur 1050c dan kemudian barulah ditimbang
beratnya.
 Seterusnya dilakukan perhitungan dengan menggunakan
rumus-rumus yang diberikan, sehingga didapatlah berat jenis kerikil
tersebut.
b. Berat jenis pasir (Fine Aggregate)
Langkah-langkah untuk menghitung jenis pasir yaitu:
 Pasir yang telah direndam ditebar dilantai guna diangin-
anginkan.
 Setelah beberapa saat dilakukan pengujian keadaan jenuh
permukaan (SSD) yaitu dengan cara pasir dimasukan kedalam Cassa
Grande yang terdiri dari lapisan 1/3, 2/3, 3/3 yang ditumbuk 25 kali,
kemudian permukaannya diratakan lalu cetakan tersebbut diangkat

20
vertikal keatas sehingga bisa diketahui apakah pasir tersebut dalam
keadaan jenuh permukaan (SSD).
 Berat stoples serta tutup plat kaca ditimbang lalu diisi pasir
(SSD) kemudian di timbang kembali.
 Setelah itu stoples yang sudah berisi pasir di masukkan air
hingga penuh,udara yang di kandung pasir dihilangkan,beratnya di
timbang.
 Langkah selanjutnya pasir di pindahkan kedalam baskom
yang telah ditimbang beratnya,seterusnya baskom yang berisi pasir
tersebut dimasukkan kedalam oven selama 24 jam dengan temperature
1050c.
 Setelah 24 jam di oven lalu berat pasir ditimbang kembali
dalam keadaan kering oven (OD).
 Seterusnya dilakukan perhitungan-perhitungan hingga
didapat berat jenis pasir (Fine Aggregate).

3.1.4 Penyerapan (Absortion)


Absorbsi ialah persentasi perbandingan antara berat air yang terserap oleh
agregat pada kondisi jenuh permukaan dengan berat agregat dalam keadaan kering
oven dan merupakan perhitungan lanjutan dari pemeriksaan berat jenis.
Tujuan dilakukan pemeriksaan absorbsi ini adalah untuk menentukan
persentasi.

3.1.5 Modulus kehalusan (Fineness Modulus)


Modulus kehalusan adalah jumlah kumulatif kehalusan fraksi yang tertahan
pada susunan saringan standar dibagi dengan seratus.
Modulus kehalusan juga menyatakan kehalusan dan kekerasan suatu agregat
sehingga dapat dikelasifikasikan ke dalam agregat tertentu.

21
Penelitian Finenees Modulus adalah sambungan dari sieve analis dan
nantinya akan tersusun sebuah tabel presentase berat butiran agregat campuren
yang berat saringan sehingga dapat digambarkan susunan butiran agregat
campurannya. Berdasarkan hasil saringan standar ASTM nilai-nilai modulus
kehalusan untuk:
1) Kerikil berisar antara :5,5-8,0
2) Pasir kasar berkisar antara :2,9-3,2
3) Pasir halus berkisar antara :1,2-2,6

3.1.6 Perencanaan Campuran Beton (Mix Design)


Pertama sekali yang perlu diperhatikan dalam perencanaan campuran beton
adalah hasil-hasil yang diperoleh dari pemeriksaan sifat-sifat fisis pada material
yang akan digunakan dalam campuran beton.
 Untuk ukuran ayakannya air yang digunakan akan ditentukan dengan
mengunakan tabel ACI 221 :nomor A 1.5.3.3 secara interpolasi linear.
 Sedangkan jumlah krikil yang digunakan ditentukan dengan
mengunakan tabel A 1.5.3.6
 Tinggi Slump yang diinginkan adalah 7,5-10 cm dan diameter
maksimum agregat 31,5 mm.
 Faktor air semen (Faktor cemen ratio) dengan tegangan 186,760 kg/cm2
dari tabel A 1.5.3.4 (a) adalah 0,7269

3.1.7 Pelaksanaan Campuran Beton


Bahan-bahan yang digunakan dalam mengerjakan campuran beton antara
lain :
 Molen (Mixer)
 Agregat Kasar

22
 Agregat Halus
 Semen
 Air
 Mortal Serapan
 Cetakan sebanyak 6 buah
Langkah-langkah pengerjaan campuran beton yaitu :
 Pertama-tama terlebih dahulu molen di bersihkan dengan mortal
serapan.
 Kemudian baru selanjutnya diasukan agregat kasar, diikuti dengan
pasir halus kemudian semen dan air menurut ukuran masing-masing.
 Setelah dimasukkan material tersebut, molen berputar selama lebih
kurang 5 menit dengan kemiringan sumbu bak rata-rata 450.
 Kemudian muda beton dites dengan menggunakan slump, kemudian
diikuti pemeriksaan kandungan udara, berat volume, serta temperatur
beton tersebut.
 Lalu beton muda dimasukkan kedalam cetakan (benda uji beton yang
terlebih dahulu dibersihkan dan diberi oli) pemasukan terdiri dari 3
lapis yaitu 1/3, 2/3, 3/3 yang ditumbuk 25 kali, tiap lapisan dipadatkan
dengan menggunakan tongkat pemadat dan sekeliling dindingnya
digetarkan dengan ketukan martil karet secara perlahan-lahan.
 Kemudian setelah kedelapan cetakan terisi maka disimpan selama
kurang lebih 3 jam.setelah benda uji berumur 3 jam lalu dicaping
(diberi pasta semen kurang lebih 29 % diatasnya) dan diratakan dengan
keramik, sekaligus ditutup dengan plastic yang telah tersedia.
 Benda uji yang telah berumur 24 jam dibuka cetakannya kemudian
dirawat diruang perawatan dalam bak terendam (curing). Sebelum di
rendam benda uji diberi kode.

23
3.1.8 Benda Uji Beton
Benda uji beton yang digunakan dalam praktikum ini yaitu tiap-tiap
kelompok sebanyak 6 buah dengan umur pengetesan 3 buah beton berumur 7 hari,
dan 3 buah beton lainnya berumur 28 hari.
Benda uji beton yang dibuat sesuai dengan standar ACI (America Concrete
Institute) standar 211-1-91 yaitu :
 Silinder berdiameter 15 cm.
 Tinggi 30 cm.

3.1.9 Pengujian Kuat Tekan Benda Uji Beton


Pengujian kuat tekan benda uji dilakukan untuk mengetahui kuat tekan dari
masing-masing benda uji atau dengan kata lain pembebanan benda uji ini
dilakukan untuk mengetahui berapa besar beban yang mampu ditahan oleh benda
uji tersebut.
Langkah-langkah dalam pengujian kuat tekan :
1. Benda uji yang telah berumur 7 dan 28 hari diambil dari bak perendam untuk
diuji kuat tekannya.
2. Benda uji tersebut ditempatkan di tempat yang teduh sampai benda uji tersebut
kering.
3. Berat masing-masing benda uji tersebut ditimbang dan diberi nomor untuk
dilakukan tes pembebanan.
4. Benda uji diletakkan pada alat pengujian kuat tekan dan putar pengunci atas
agar benda uji berada pada posisi yang tepat untuk dilakukan pengujian
pembebanan.

3.2 Pembuatan Benda Uji


Sebelum pencampuran beton dikerjakan, maka terlebih dahulu dilaksanakan
pemeriksaan sifat-sifat material yang digunakan baik pemeriksaan sifat-sifat fisis

24
mekanis maupun sifat-sifat kimia. Dalam pengerjaan praktikum ini hanya
dilakukan pemeriksaan sifat-sifat fisis saja. Dan penelitian sifat-sifat fisis ini pun
hanya dilakukan pada agregrat saja. Sedangkan semen, air tidak diperiksa lagi
karena sudah memenuhi kriteria yang telah ditetapkan.
Dengan menggunakan benda uji berbentuk silinder standar dengan diameter
15 cm dan tinggi 30 cm. tinggi slump yang diinginkan adalah 7,5-10 cm.
Perencanaan Campuran (Mix Design):
1. Tinggi slump yang diinginkan adalah 7,5-10 cm.
2. Diameter maksimum agregat yang digunakan adalah 31,5 mm.
3. Jenis beton adalah non air entrained concrete (Konstruksi tidak
dipengaruhi oleh temperatur akibat membeku dan mencair es; freezing and
thawing). Dari tabel A 1.5.3.3 jumlah air yang dibutuhkan untuk
mendapatkan slump 7,5-10 cm untuk non air entrined concrete dengan
diameter maksimum agregat 31,5 mm diperkirakan jumlah air yang
diperlukan adalah 186,76 kg/m3 (didapat dengan cara interpolasi linier).
4. Faktor air semen (Water Cement Ratio) untuk non air entrained concrete
dengan tegangan 18,155 kg/cm2 dari tabel A 1.5.3.4 (a) adalah 0,7269.

5. Jumlah semen yang dibutuhkan dapat dihitung :

JumlahAirYangDiperlukan 186,76
  256,93kg
FaktorAirSemen 0,7269

6. Jumlah coarse agregat yang dibutuhkan diperkirakan dengan menggunakan


tabel A 1.5.3.6. Fine aggregate dengan FM (finesses modulus) : 3,2 dan
agregat dengan diameter maksimum 31,5 mm, jumlah coarse agregat yang
dibutuhkan adalah 0,651 m3 (on dry rodded bassis) dalam setiap m3 beton.
Kebutuhan coarse aggregate (kering) adalah 0,6508 x 1738 = 1131,0904 kg.

25
Dari tabel A 1.5.3.7.1, berat 1 m 3 non air entrained concrete dibuat dengan
agregat yang berdiameter maksimum 31,5 diperkirakan adalah 2395,600 kg (untuk
percobaan adukan, penyesuaian kembali dari perbedaan-perbedaan slump, semen,
specific gravity dari agregat adalah tidak menentukan).
Berat masing-masing bahan yang telah dihitung adalah :
 Air (netto) : 186,760 kg
 Semen : 256,930 kg
 Coarse Aggregate : 1131,0904 kg
Jumlah : 1574,7804 kg

Rumus estimasi campuran agregat halus, dengan perbandingan FM


(JISC/DOBOKUGAKKAI) :
FM fs (x) + FM cs (1-x) = FM fa
3,189 (x) + 4,568 (1-x) = 3,2
3,189 (x) + 4,568 – 4,568 (x) = 3,2
3,189 (x) – 4,56821 (x) = 3,2 – 4,56821
- 1,37907 (x) = - 1,36821
-1,36821
x =
-1,37907
x = 0,99
1-x = 0,01 (Coarse Sand)

26
 Berat fine aggregate (pasir) menjadi : 2395,6 – 1674,7804 = 820,800 kg
 Berat fine sand : 820,8196 x 0,99 = 812,6114 kg
 Berat coarse sand : 820,8196 x 0,01 = 8,2081 kg

Pemeriksaan sifat-sifat fisis yang dilakukan pada agregat antara lain :


- Analisis Saringan (Sieve Analisis)
- Berat Volume (Bulk Density)
- Berat Jenis (Specific Gravity)
- Penyerapan (Absorbtion)
- Modulus Kehalusan (Fineness Modulus)

BAB IV
HASIL PRAKTIKUM

4.1 Penyelidikan Fisis


Berdasarkan pemeriksaan sifat-sifat fisis seperti yang terlampir pada BAB II
maka diperoleh hasil-hasil sebagai mana yang disusun pada tabel berikut.
Hasil analisa saringan (sieve analisis) dan Fineness modulus yaitu seperti
yang dimuat dalam tabel dibawah ini :
Sieve Individual Persentase Retained On
Coarse Aggregate Coarse Sand Fine Sand
Size

27
(mm)
31,5 0 0 0
19,1 6,347 0 0
9,52 14,023 0 0
4,76 38,157 30,173 0
2,38 58,402 57,387 18,847
1,2 77,737 78,627 43,300
0,6 91,112 92,997 69,533
0,3 97,113 98,180 89,407
0,15 99,323 99,660 97,820
SISA 100,000 100,000 100,00
TOTAL 482,213 457,023 318,907
F.M 4,822 4,570 3,189
TABEL 3.1 Hasil Analisa Saringan dan Perhitungan F.M

Berdasarkan hasil analisa saringan dan F.M maka dibuat persentase susunan
butiran aggregate campuran (lampiran).
Berikut ini tabel hasil pemeriksaan Fisis lainnya.
No Jenis pemeriksaan Jenis Aggregate
Coarse Coarse Sand Fine Sand
Aggregate
1 Bulk Density 1,738 1,799 1,729
2 Specific Gravity, SSD 2,560 2,681 2,722
3 Specific Gravity, OD 2,510 2,620 2,640
4 Average absorption 2,043 2,730 2,530
TABEL 3.2 Hasil Pemeriksaan Sifat-sifat Fisis

4.2 Komposisi Campuran Beton


Berikut ini adalah tabel perbandingan bahan-bahan yang akan dicampur
serta mortal serapan dari campuran beton :

28
Dasar perkiraan
No Material
Berat (Kg)
1 Air 186,76
2 Semen 256,93
3 Coarse Aggregate(Dry) 1131,09
4 Coarse Sand (Dry) 8,2082
5 Fine Sand (Dry) 812,6118
Total 2395,6

Silinder 15cm x 30cm sebanyak 6 unit


dengan volume = 6 x ¼ π x 0,152² x 0,30 = 0,0318
Volume ( 6 silinder ) X 1,2 = 0,0382 m3

Proporsi untuk benda uji 6 silinder beton K 175 adalah :


Air : 0,0382 x 186,760 = 7,1267616 kg
Semen : 0,0382 x 256,930 = 9,8044488 kg
Coarse Aggregate : 0,0382 x 1131,09 = 43,207638 kg
Fine Sand : 0,0382 x 812,6118 = 31,04177076 kg
Coarse Sand : 0,0382 x 8,2082 = 0,31355324 kg

4.3 Pencampuran Beton


Setelah dilakukan pencampuran beton dan berdasarkan hasil pelaksanaan
pencampurannya maka diperoleh nilai slump : 8,1 cm dan hasil ini sesuai dengan
kriteria yang direncanakan yaitu antara 7,5 – 10 cm.

4.4 Hasil Perhitungan Kuat Tekan Beton


Kuat tekan beton diperoleh dari hasil pengujian kuat tekan tiap benda uji. Hasil
pengujian kuat tekan beton tersebut dipaparkan pada tabel berikut ini:
Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Berat Volume 7 Hari
No Umur Dimensi Luas Volume Massa
Diameter Tinggi
(hari) (mm²) ( m³ ) ( kg )

29
( mm ) ( mm )
1 7 151,60 300 18050,46 0,00541 12,980
2 7 150,70 302 17836,777 0,00538 12,960
3 7 152,00 302 18145,839 0,00548 12,860
Rata-rata 151,43 301,33 18010,940 0,00542 12,933

Tabel 4.5 Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton Untuk 7 Hari

Gaya Kuat Tekan


Umur Kuat Tekan Kuat Tekan Kubus
No Tekan 28 hari
(hari) ( kN/mm2 ) ( kg/cm² )
( kN ) ( kg/cm² )

1 7 176,580 9,78 168,480 qalq184,977


2 7 186,390 10,45 195,929 197,645
3 7 206,010 11,353 196,514 214,725
Rata-rata 189,660 10,528 186,974 199,116

Berdasarkan hasil kuat tekan diatas, maka dapat dilihat bahwa persentase kekuatan
beton terhadap mutu beton yang direncanakan adalah :

= 100%

= 106,842%

Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Berat Volume 28 Hari


No Umur Dimensi Luas Bidang Volume Berat

30
Diameter Tinggi
(mm²) ( m³ ) ( kg )
( mm ) ( mm )
1 28 152,5 300 18265,416 0,00548 12,80
2 28 151,5 299 18026,655 0,00538 12,88
3 28 151,3 300 17979,091 0,00539 12,94
Rata-rata 151,7 299,67 18090,387 0,00542 12,87

Tabel 4.7 Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton Untuk 28 Hari


Gaya Kuat
Kuat Tekan Kubus
No Umur Tekan Tekan
( kg/cm² )
( kN ) ( N/mm² )
1 28 264,87 14,50 171,028
2 28 284,49 15,78 182,8625
3 28 264,87 14,73 177,155
Rata-rata 271,41 15,00 177,015

Berdasarkan hasil kuat tekan diatas, maka dapat dilihat bahwa persentase kekuatan
beton terhadap mutu beton yang direncanakan adalah :

= 100%

= 101,15%

4.5 Kuat Tekan Beton


Kekuatan beton sangat dipengaruhi oleh komposisi campuran
pembentuknya, pelaksanaan pencampuran serta mutu bahan pembentuknya. Untuk
mendapatkan suatu beton dengan mutu yang diinginkan, maka diperlukan
pengawasan yang ketat dan teliti terhadap faktor-faktor tersebut.
Berdasarkan hal di atas, maka perencanaan beton struktural haruslah
dilakukan dengan teliti dan benar-benar memperhatikan mutu bahan

31
pembentuknya, juga pelaksanaan pencampuran bahan tersebut untuk memperoleh
mutu beton sesuai dengan perencanaan.
Pada praktikum pengujian beton dengan mutu K-175:
1. Agregat yang di uji pada campuran beton sesuai dengan persyaratan yang
telah di tentukan.
2. Dari hasil pengujian berat volume (bulk density), maka didapat berat volume
sesuai persyaratan. Karena hasil pengujian >1,445 kg/l.
3. Hasil pengujian berat jenis (specific gravity), diperoleh nilai sesuai
persyaratan yang telah di tentukan.
4. Dari hasil percobaan didapat mutu beton sebesar 177,015 kg/cm², dimana
mutu tersebut mencapai mutu rencana sebesar 175 kg/cm².

4.6 Pembahasan
Dalam pembuatan beton, agar tercapai mutu yang direncanakan, harus
diperhatikan dan meneliti dengan baik dan benar setiap langkah atau proses
selama pembuatan beton itu berlangsung.
Penyusunnya, dalam hal ini adalah agregat dan air. Setelah itu pada
perhitungan Mix Design, dimana kecepatan perhitungan perbandingan bahan-
bahan penyusun beton akan sangat mempengaruhi mutu beton yang dihasilkan.
Selanjutnya adalah pengadukan bahan, pencetakan lalu perendaman. Benda uji
direndam dengan maksud agar semen yang masih kekurangan air dapat terisi,
sehingga terjadi pengikatan yang lebih baik. Selain dengan perendaman, beton
dapat juga disimpan ditempat yang lembab atau ditutup dengan menggunakan
karung basah.
Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang diperoleh,maka dapat diketahui
bahwa :
 Kualitas agregat yang dipakai bagus,ini berdasarkan hasil
perhitungan F.M. dan diagram susunan butir agregat campuran.

32
 Hasil pelaksanaan komposisi diperoleh nilai : 10,9 cm, sesuai dari
yang diharapkan,yaitu 7,5 – 10 cm.
Sementara itu,uji tekan beton yang berumur 7 dan 28 hari dari masing-
masing benda uji tidak merata dan nilai kekuatannya pun kurang bagus.

Hal ini mungkin disebabkan oleh beberapa hal diantaranya :


 Kurang teliti pada saat penimbangan bahan campuran
 Pelaksanaan pencampuran juga kurang teliti
 Air yang dicampur terlalu banyak
 Pelaksanaan yang kurang baik

33
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pelaksanaan campuran beton
dengan FAS 0,661 maka diperoleh :
 Kuat tekan beton rata-rata (F’c) = 18,67 kg/cm².
 Standar Deviasi (S) = 2,5 kg/cm².
 Kuat tekan beton karakteristik (F’cr) = 22,795 kg/cm² atau hanya
mencapai 10,131 % dari mutu beton yang direncanakan yaitu 225
kg/cm².
Kemudian menurut hasil penyelidikan fisis dan pembahasan hasil-hasilnya
dapat disimpulkan bahwa :
 Agregat yang digunakan dalam praktikum sudah memenuhi
persyaratan.
 Usia dari benda uji sangat mempengaruhi kekuatan beton.
 Disamping itu faktor-faktor yang juga dapat mempengaruhi mutu beton
adalah FAS, komposisi bahan pembentuk beton dan pelaksanaan
pengerjaan beton.

5.2 Saran
Dari hasil pengalaman dalam mengikuti praktikum Bahan Bangunan
ini,maka penulis menyarankan :

34
 Praktikian harus menguasai materi atau prosedur kerja sebelum
melakukan praktikum agar terhindar dari kesalahan-kesalahan yang
terjadi dalam pelaksanaan praktikum.
 Dalam pelaksanaan praktikum,praktikian harus memperhatikan dan
mengikuti segala bentuk petunjuk yang diberikan oleh pembimbing
praktikum.
 Menciptakan kerjasama dan kekompakan antara sesama praktikian
agar dapat hasil yang optimal.
 Ketekunan,disiplin,dan ketelitian agar lebih ditingkatkan.
 Kepada pembimbing dan petugas laboratorium diharapkan agar
benar-benar disiplin dalam melaksanakan praktikum sesuai dengan
prosedur yang telah ditetapkan.

35
DAFTAR PUSTAKA

Hanafiah, M.Ali, 1994, Petunjuk Praktikum Merencanakan Komposisi Campuran


Beton Struktural, Laboratorium Kontruksi Dan Bahan Bangunan
Fakultas Teknik Univrsitas Syiah Kuala.

Bahan-bahan mata kuliah Ilmu Bahan Bangunan Jurusan Teknik Sipil 2014/2015.

Anonim, 1991. Standard Practice for Selecting Proportion for Normal Heavy
Weightand Mass Concrete, ACI 21.1.-91: Michigan.

Anonim, 1982. Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI – 1982),


Penerbit Direktorat Jenderal Cipta Karya, Direktorat Penyelidikan
Masalah Bangunan, Departemen Pekerjaan Umum : Bandung.

Anonim, 1971. Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 N.I.-2, Penerbit


Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan, Departemen Pekerjaan
Umum dan Tenaga Listrik : Bandung.

Praktikum Kelompok III, 2015. Perencanaan Campuran Beton (Concrete


MixDesign) Mutu ƒ’c 225 kg cm2& FAS 0,654 , Fakultas Teknik
Universitas Syiah Kuala : Nanggroe Aceh Darussalam.

Ir. Mulyono, Tri, M.T. 2003. Teknologi Beton. ANDI : Yogyakarta.

36
LAMPIRAN

37
SIEVE ANALYSIS

Mod.Dft : A 001-1 Dft.No. :


Sumber : Perintah No. : Tgl. Mulai : 7 Maret 2018
Sample No. : Pelaksana : Kelompok 2 Tgl.Selesai : 7 Maret 2018
Jenis : FINE SAND
RETAINED ON SIEVE AVERAGE
SIEVE A B C PERCENTAGE

SIZE WEIGHT PERCENT WEIGHT PERCENT WEIGHT PERCENT RETAINED


(mm) (gram) (%) (gram) (%) (gram) (%) ON

1 2 3 4 5 6 7 8

31,5 0,0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,000


19,1 0,0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,000
9,52 0,0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,000
4,76 0,0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,000
2,38 107,7 21,54 77,4 15,48 97,60 19,52 18,847
1,19 138,8 27,76 104,8 20,96 123,20 24,64 24,453
0,6 123,7 24,74 143,3 28,66 126,50 25,30 26,233
0,3 83,5 16,70 113,2 22,64 101,40 20,28 19,873
0,15 35,8 7,16 50,1 10,02 40,30 8,06 8,413
Sisa 10,5 2,10 11,2 2,24 11,00 2,20 2,180

TOTAL 500,000 100,000 500,000 100,000 500,000 100,000 100,000

38
Catatan : Tanda Tangan Pelaksana :

SIEVE ANALYSIS

Mod.Dft : A 001-1 Dft.No. :


Sumber : Perintah No. : Tgl. Mulai : 7 Maret 2018
Sample No. : Pelaksana : Kelompok 2 Tgl.Selesai : 7 Maret 2018
Jenis : COARSE SAND
RETAINED ON SIEVE AVERAGE
SIEVE A B C PERCENTAGE

SIZE WEIGHT PERCENT WEIGHT PERCENT WEIGHT PERCENT RETAINED


(mm) (gram) (%) (gram) (%) (gram) (%) ON

1 2 3 4 5 6 7 8
   
31,5  0,0 0,00   0,0 0,00   0,0 0,00 0,000
19,1   0,0 0,00   0,0 0,00   0,0 0,00 0,000
9,52   0,0 0,00  0,0 0,00  0,0  0,00 0,000
4,76 24,3 24,23 278,4 27,84 383,5 38,35 30,173
2,38 261,5 26,15 286,1 28,61 268,8 26,88 27,213
1,19 239,7 23,97 206,5 20,65 191,0 19,10 21,240
0,6 171,3 17,13 156,1 15,61 103,7 10,37 14,370
0,3 63,5 6,35 54,1 5,41 37,9 3,79 5,183
0,15 17,0 1,70 15,1 1,51 12,3 1,23 1,480
Sisa 3,7 0,37 3,7 0,37 2,8 0,28 0,340

TOTAL 1000,000 100,000 1000,000 100,000 1000,000 100,000 100,000

39
Catatan : Tanda Tangan Pelaksana :

SIEVE ANALYSIS

Mod.Dft : A 001-1 Dft.No. :


Sumber : Perintah No. : Tgl. Mulai : 7 Maret 2018
Sample No. : Pelaksana : Kelompok 2 Tgl.Selesai : 7 Maret 2018
Jenis : COARSE AGREGAT
RETAINED ON SIEVE AVERAGE
SIEVE A B C PERCENTAGE

SIZE WEIGHT PERCENT WEIGHT PERCENT WEIGHT PERCENT RETAINED


(mm) (gram) (%) (gram) (%) (gram) (%) ON

1 2 3 4 5 6 7 8

31,5  0.000 0,000   0.000 0,000   0.000 0,000 0,000


19,1 128,5 6,425 129,3 6,465 123,0 6,15 6,347
9,52 203,1 10,155 136,2 6,810 121,3 6,065 7,677
4,76 449,2 22,460 522,6 26,130 476,2 23,805 24,133
2,38 412,4 20,620 423,2 21,160 379,1 18,955 20,245
1,19 454,1 22,705 367,1 18,355 338,9 16,945 19,335
0,6 244,7 12,235 274,4 13,720 283,4 14,17 13,375
0,3 76,8 3,840 106,2 5,310 177,1 8,855 6,002
0,15 24,5 1,225 30,1 1,505 78,0 3,900 2,210
Sisa 6,7 0,335 10,9 0,545 23,0 1,150 0,677

TOTAL 2000,000 100,000 2000,000 100,000 2000,000 100,000 100,000

Catatan : Tanda Tangan Pelaksana :

40
BULK DENSITY

Mod.Dft : A 005 Dft.No :


Sumber : Perintah No. : Tgl. Mulai : 6 Maret 2018
Sample No. : Pelaksana : Kelompok 2 Tgl.Selesai : 6 Maret 2018
Jenis :

I. COARSE AGGREGATE
WEIGHT
VOLUME
CONTAINER BULK
No. SAMPLING OF
CONTAINER + AGGREGATE DENSITY
Urut No. CONTAINER
(Kg) AGGREGATE (Kg) (Kg/l)
(l)
(Kg)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 A 4,71 13,21 8,50 5 1,700
2 B 4,71 13,59 8,88 5 1,776
3 C 4,71 13,40 869 5 1,738
AVERAGE 1,738
II. COARSE SAND
WEIGHT
VOLUME
CONTAINER BULK
No. SAMPLING OF
CONTAINER + AGGREGATE DENSITY
Urut No. CONTAINER
(Kg) AGGREGATE (Kg) (Kg/l)
(l)
(Kg)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 A 4,71 13,59 8,88 5 1,776
2 B 4,71 13,77 9,06 5 1,812
3 C 4,71 13,76 9,05 5 1,810
AVERAGE 1,799
III. FINE SAND
WEIGHT
VOLUME
CONTAINER BULK
No. SAMPLING OF
CONTAINER + AGGREGATE DENSITY
Urut No. CONTAINER
(Kg) AGGREGATE (Kg) (Kg/l)
(l)
(Kg)

41
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 A 4,71 13,71 8,46 5 1,692
2 B 4,71 13,41 8,70 5 1,740
3 C 4,71 13,48 8,77 5 1,754
AVERAGE 1,728

SPECIFIC GRAVITY

Mod.Dft : A 006-1 Dft.No :


Sumber : Perintah No. : Tgl. Mulai : 7 Maret 2018
Sample No. : Pelaksana : Kelompok 2 Tgl.Selesai : 8 Maret 2018
Jenis : FINE SAND

SAMPLE
No.
WEIGHT NOTATION A B C
Urut
(gram) (gram) (gram)
1 2 3 4 5 6

1. Container Wc 1079,3 1367,8 867,5


2. Container + Aggregate SSD Wcs 1387,5 2261,2 1412,0
Aggregate Saturated Surface
3. Ws = Wcs – Wc 308,2 893,4
Dry 544,5
Container + Aggregate +
4. Wcsw’ 1923,3 3409,4
Water 2106,1
5. Container + Water Wcw” 1729,3 284,1 1761,7
Wv = Ws –
6. Volume of Aggregate, SSD 114,2 325,1
Wcsw’+Wcw” 200,1
7. Specific Gravity, SSD SG, SSD = Ws / Wv 2,698 2,748 2,721
Average Specific Gravity,
2,722
SSD
8. Container 0,000 0,000 0,000
9. Container : Aggregate OD W’csw 301 862 530
10. Aggregate Oven Dry Wd = W’csw – W’c 301 862 530
11. Specific Gravity, OD SG, OD = Wd / Wv 2,63 2,65 2,648
Average Specific Gravity, OD 2,640
12. Water Absorption (%) 100 (Ws – Wd) / Wd 2,39 2,48 2,73
Average Water Absorption
2,530
(%)

42
Catatan : Tanda Tangan Pelaksana :

SPECIFIC GRAVITY

Mod.Dft : A 006-1 Dft.No. :


Sumber : Perintah No. : Tgl. Mulai : 7 Maret 2018
Sample No. : Pelaksana : Kelompok 2 Tgl.Selesai : 8 Maret 2018
Jenis : COARSE SAND

SAMPLE
No.
WEIGHT NOTATION A B C
Urut
(gram) (gram) (gram)
1 2 3 4 5 6

1. Container Wc 1067,8 1367,8 867,5


2. Container + Aggregate SSD Wcs 1408,1 2053,1 1363,9
Aggregate Saturated Surface
3. Ws = Wcs – Wc
Dry 340,3 685,3 496,4
Container + Aggregate +
4. Wcsw’
Water 1922,6 3273,5 2073,7
5. Container + Water Wcw” 1711 2841,1 1761,7
Wv = Ws –
6. Volume of Aggregate, SSD
Wcsw’+Wcw” 128,7 252,9 184,4
7. Specific Gravity, SSD SG, SSD = Ws / Wv 2,644 2,709 2,692
Average Specific Gravity,
2,681
SSD
8. Container 0 0 0
9. Container : Aggregate OD W’csw 333 670 487
10. Aggregate Oven Dry Wd = W’csw – W’c 333 670 487
11. Specific Gravity, OD SG, OD = Wd / Wv 2,58 2,65 2,64
Average Specific Gravity, OD 2,620
12. Water Absorption (%) 100 (Ws – Wd) / Wd 3,99 2,28 1,93
Average Water Absorption
2,730
(%)

43
Catatan : Tanda Tangan Pelaksana :

SPECIFIC GRAVITY

Mod.Dft : A 007 Dft.No. :


Sumber : Perintah No. : Tgl. Mulai : 7 Maret 2018
Sample No. : Pelaksana : Kelompok 2 Tgl.Selesai : 8 Maret 2018
Jenis : COARSE AGREGAT

SAMPLE
No.
WEIGHT NOTATION A B C
Urut
(gram) (gram) (gram)
1 2 3 4 5 6

1. Basket Wc 461 461 461


2. Basket Under Water Wcw 419 419 419
3. Basket + Aggregate, SSD Wcs 954 1338 1540
Basket + Aggregate Under
4. Wcsw
Water 716 958 1078,5
Aggregate Saturated Surface
5. Ws = Wcs – Wc
Dry 493 877 1079
6. Aggregate Under Water Ww = Wcsw – Wcw 297 539 659,5
7. Volume of Aggregate, SSD Wv = Ws – Ww 196 338 419,5
8. Specific Gravity, SSD SG, SSD = Ws / Wv 2,515 2,594 2,572
Average Specific Gravity,
2,560
SSD
9. Basket Wc’ 461 461 461
10. Basket + Aggregate, OD Wcd 944 1321 1518
11. Aggregate Oven Dry Wd = Wcd – Wc’ 483 860 1057
12. Specific Gravity, OD SG, OD = Wd / Wv 2,464 2,544 2,52
Average Specific Gravity, OD

44
13. Water Absorption (%) 100 (Ws – Wd) / Wd 2,07 1,977 2,081
Average Absorption (%) 2,043

Catatan : Tanda Tangan Pelaksana :

FINENESS MODULUS

Mod.Dft : A 009 Dft.No :


Sumber : Perintah No. : Tgl. Mulai : 6 Maret 2018
Sample No. : Pelaksana : Kelompok 2Tgl.Selesai : 6 Maret 2018
Jenis : Fine Sand / Coarse Sand / Coarse Aggregate

Indivdual/ Commulative
Sieve Size
Retained on Passing of Retained on
(mm)
(%) (%) (%)
(1)
(2) (3) (4)

31,5 0 100 0
19,1 0 100 0
9,52 0 100 0
4,76 0 100 0
2,38 18,847 81,153 18,847
1,19 24,453 56,700 43,300
0,6 26,233 30,467 69,533
0,3 19,873 10,593 89,407
0,15 8,413 2,180 97,820
Sisa 2,180 0,000 100,000

Total 100 318,907

45
F.M. 3,189

Catatan : Tanda Tangan Pelaksana :

FINENESS MODULUS

Mod.Dft : A 009 Dft.No. :


Sumber : Perintah No. : Tgl. Mulai : 6 Maret 2018
Sample No. : Pelaksana : Kelompok 2 Tgl.Selesai : 6 Maret 2018
Jenis : Fine Sand / Coarse Sand / Coarse Aggregate

Indivdual/ Commulative
Sieve Size
Retained on Passing of Retained on
(mm)
(%) (%) (%)
(1)
(2) (3) (4)

31,5 0 100 0
19,1 0 100 0
9,52 0 100 0
4,76 30,173 69,827 30,173
2,38 27,213 42,613 57,387
1,19 21,240 21,373 78,627
0,6 14,370 7,003 92,997
0,3 5,183 1,820 98,180
0,15 1,480 0,340 99,660
Sisa 0,340 0,000 100,000

Total 100 457,023

46
F.M. 4,570

Catatan : Tanda Tangan Pelaksana :

FINENESS MODULUS

Mod.Dft : A 009 Dft.No :


Sumber : Perintah No.: Tgl. Mulai : 7 Maret 2018
Sample No. : Pelaksana : Kelompok 2 Tgl.Selesai : 7 Maret 2018
Jenis : Fine Sand / Coarse Sand / Coarse Aggregate

Indivdual/ Commulative
Sieve Size
Retained on Passing of Retained on
(mm)
(%) (%) (%)
(1)
(2) (3) (4)

31,5 0 100 0
19,1 6,347 93,653 6,347
9,52 7,677 85,977 14,023
4,76 24,133 61,843 38,157
2,38 20,245 41,598 58,402
1,19 19,335 22,263 77,737
0,6 13,375 8,888 91,112
0,3 6,002 2,887 97,112
0,15 2,210 0,677 99,323
Sisa 0,677 0,000 100,000

Total 100 482,213

47
F.M. 4,822

Catatan : Tanda Tangan Pelaksana :

UNIVERSITAS SYIAH KUALA


FAKULTAS TEKNIK
LABORATORIUM KONSTRUKSI DAN BAHAN BANGUNAN

DESIGNED MIX (ACI 211.1-91)

Mod. Dft. : A 009 Dft. No. :


Sumber : Perintah No. : Tgl. Mulai :12 Maret 2018
Sample No. : Pelaksana : Tgl. Siap :12 Maret 2018
Jenis : Non Air Entrained Concrete

Kokoh beton yang diinginkan adalah 175 kg/cm 2 (kubus) atau 145,250
kg/cm2 (silinder) dengan tinggi slump 7,5-10 cm. Coarse aggregate mempunyai
diameter maksimum 31,5 mm dengan dry rodded weight 1880 kg/m 3. Bahan-
bahan yang digunakan ialah Portland Cement Tipe I dengan specific gravity 3,15.
Coarse aggregate dengan specific gravity OD 2,510 dengan absorption 2,043%
serta fineness modulus 4,822. Fine sand dengan specific gravity OD 2,640 dengan
absorption 2,53% serta fineness modulus 3,189. Coarse sand dengan specific
gravity OD 2,620 dengan absorption 2,730 % serta fineness modulus 4,570.

Langkah 1 : Tinggi slump yang diinginkan ialah 7,5 – 10 cm

48
Langkah 2 : Diameter maksimum agregat yang digunakan ialah 31,5 mm
Langkah 3 : Jenis beton adalah non air entrained concrete (konstruksi tidak
dipengaruhi oleh perbedaan temperature akibat membeku dan
mencair es; freezing and thawing). Dari tabel A 1.5.3.3., jumlah
air yang dibutuhkan untuk mendapatkan slump 7,5 – 10 cm, untuk
non air entrained concrete dengan diameter maksimum agregat
31,5 mm diperkirakan jumlah air yang diperlukan adalah 186,760
kg/m3.
Langkah 4 : Faktor air semen (water cement ratio) untuk non air entrained
concrete dengan tegangan : 18,155 kg/cm2, dari tabel A.1.5.3.4.
(a) adalah 0,7269 kg/cm2.
Langkah 5 : Dari hasil langkah-langkah (3) dan (4) jumlah semen yang
digunakan dapat dihitung :
JumlahAirYangDiperlukan 186, 760
= = = 256,930 kg/m3
FaktorAirSemen 0,7269

Langkah 6 : Jumlah coarse aggregate yang dibutuhkan diperkirakan dengan


menggunakan dari tabel A 1.5.3.6. Fine aggregate dengan FM
(fineness modulus) : 3,2 dan agregat dengan diameter maksimum :
31,5 mm, jumlah coarse aggregate yang dibutuhkan adalah :
0,6508 m3 (on dry rodded basis) dalam setiap m3 beton.
Kebutuhan coarse aggregate (kering) adalah : 0,6508 x 1,738 =
1131,090 kg

Langkah 7 : Dengan diketahui jumlah air, semen, dan coarse aggregatedalam


1 m3 beton maka sisanya adalah bagian dari fine aggregate dan
udara. Kebutuhan jumlah fine aggregate yang dibutuhkan dapat
ditentukan atas salah satu cara, yaitu : cara berat dan volume
absolut seperti akan dipaparkan dalam langkah 7.1 dan 7.2

49
7.1. Dasar Berat
Dari tabel A 1.5.3.7.1., berat 1 m3 non air entrained
concrete dibuat dengan agregat dengan diameter maksimum 31,5
mm diperkirakan adalah 2395,6 kg (untuk percobaan adukan,
penyesuaian kembali dari perbedaan-perbedaan slump, semen,
specific gravity dari agregat adalah tidak menentukan).

Berat masing-masing bahan yang telah dihitung adalah :


Air (netto) : 186,760 kg
Semen : 256,930 kg
Coarse Aggregate : 1131,090 kg
—————— +
Jumlah : 1574,780 kg

Rumus estimasi campuran agregat halus, dengan perbandingan FM


(JISC/DOBOKUGAKKAI) :

FMfs (x) + FMcs (1-x) = FMfa


3,189 (x) + 4,570 (1-x) = 3,2
3,189x + 4,570 – 4,570x = 3,2
-1,381x = 3,2 – 4,570
-1,381x = -1,37
x = 0,99 (Fine Sand)

1 – x = 1 – 0,99
x = 0.01 (Coarse Sand)

Berat fine aggregate menjadi : 2395,6 – 1574,78 = 820,820 kg

50
Berat fine sand : 820,820 x 0,99 = 812,612 kg
Berat coarse sand : 820,820 x 0,01 = 8,208 kg

Volume benda uji yang dibutuhkan (Silinder Ø 15 - 30 sebanyak 6 unit):


Vsilinde r = ¼ πd2t
= (¼)(π)(15 cm)2(30 cm)
= 5301,4376 cm3
= 5,301437 x 10-3 m3

V 6 silinder = 6 x 5,301437 x 10-3


= 0,03189 m3

Untuk mengatasi kekurangan (+20%)


Vpengecoran = 0,03189 x 1,2
= 0,03816 m3.

Mix Design untuk 6 Silinder Beton :


Air = 186,76 x 0,03816 = 7,126 kg
Semen = 256,93 x 0,03816 = 9,80 kg
Coarse Aggregate = 1131,09 x 0,03816 = 43,162 kg
Fine Sand = 812,612 x 0,03816 = 31,01 kg
Coarse Sand = 8,2082 x 0,03816 = 0,313 kg

51
LAMPIRAN FOTO PRAKTIKUM
Bulk Density

52
53
Sieve Analysis

54
Specific Gravity

55
Pengecoran

56
Kaping

57
58
Uji Tekan

59
60
61
62

Anda mungkin juga menyukai