Anda di halaman 1dari 25

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Balita

2.1.1 Definisi Balita

Balita adalah kelompok anak yang berada pada rentang usia 0-5

tahun (Adriani dan Wirjatmadi,2012). Menurut Prasetyawati ( 2011), masa

balita merupakan periode penting dalam proses tumbuh kembang

manusia dikarenakan tumbuh kembang berlangsung cepat.

Perkembangan dan pertumbuhan di masa balita menjadi faktor

keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan anak di masa mendatang.

Masa balita merupakan periode yang sangat penting dalam proses

tumbuh kembang. Perkembangan dan pertumbuhan pada masa balita

menjadi penentu keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan anak di

periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini disebut dengan

masa golden age atau masa keemasan karena pada usia ini berlangsung

cepat dan tidak akan pernah terulang (Kusbiantoro, 2015).

2.2.2 Pertumbuhan dan Perkembangan Balita

Pemantauan pertumbuhan merupakan suatu rangkaian kegiatan

yang terdiri dari pengukuran pertumbuhan fisik dan perkembangan

individu di masyarakat dengan tujuan meningkatkan status kesehatan

anak, perkembangan dan kualitas hidup (Aritonang, 2013). Kegiatan

pemantauan pertumbuhan di Posyandu dilakukan dengan melakukan


pengukuran Antropometri. Antropometri (ukuran tubuh) merupakan salah

satu cara langsung menilai status gizi, khususnya keadaan energi dan

protein tubuh seseorang.

Pemantauan pertumbuhan balita di Posyandu dilakukan oleh kader

Posyandu dengan melakukan penimbangan berat badan dan pengukuran

panjang badan/ tinggi badan. Menurut Aritonang (2013), Berat badan

merupakan salah satu antropometri yang memberikan gambaran tentang

masssa tubuh (otot dan lemak). Karena massa tubuh sangat peka

terhadap perubahan yang mendadak, seperti terserang penyakit infeksi

dan menurunnya nafsu makan atau menurunnya konsumsi makanan.

Dalam keadaan normal, yang mana keadaan kesehatan baik dan

konsumsi makanan cukup, maka berat badan akan berkembang mengikuti

perkembangan umur. Sedangkan Tinggi badan memberikan gambaran

keadaan pertumbuhan. Dalam keadaan normal, tinggi badan tumbuh

bersamaan dengan pertambahan umur.

2.1.2 Kegiatan Balita di Posyandu

Menurut Kemenkes (2011), Pelayanan Posyandu untuk bayi dan

anak balita harus dilaksanakan secara menyenangkan dan memacu

kreativitas tumbuh kembangnya. Jika ruang pelayanan memadai, pada

waktu menunggu giliran pelayanan, anak balita sebaiknya tidak digendong

melainkan dilepas bermain sesama balita dengan pengawasan orang tua

di bawah bimbingan kader. Untuk itu perlu disediakan sarana permainan

yang sesuai dengan umur balita.


Adapun jenis pelayanan yang diselenggarakan Posyandu untuk

balita mencakup :

1. Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan.

Pemantauan pertumbuhan balita dilakukan oleh kader Posyandu

dengan melakukan penimbangan berat badan dan pengukuran panjang

badan/tinggi badan.

2. Penentuan status pertumbuhan

Hasil penimbangan berat badan yang dilakukan akan dicatat pada KMS

(kartu menuju sehat) yang akan menilai status gizi dan mendeteksi

secara dini jika terjadi gangguan pertumbuhan. KMS adalah kartu yang

memuat kurva pertumbuhan normal anak berdasarkan indeks

antropometri BB/U (Aritonang, 2013).

3. Penyuluhan dan konseling

Menurut Harfi (2015) penyuluhan gizi di Posyandu dilakukan oleh kader

kepada ibu/keluarga balita. Penyuluhan dilakukan melalui pendekatan

perorangan, sehingga bukan merupakan penyuluhan kelompok namun

kader dapat melakukan penyuluhan kelompok pada hari Posyandu atau

di luar hari Posyandu.

4. Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dilakukan pemeriksaan

kesehatan, imunisasi dan deteksi dini tumbuh kembang. Apabila

ditemukan kelainan, segera dirujuk ke Puskesmas.

2.2 Konsep Posyandu

2.2.1 Pengertian Posyandu


Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan

Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dari, oleh, untuk, dan

bersama masyarakat, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan

kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan

dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi.

UKBM adalah wahana pemberdayaan masyarakat, yang dibentuk atas

dasar kebutuhan masyarakat, dikelola oleh, dari, untuk dan bersama

masyarakat, dengan bimbingan dari petugas puskesmas, lintas sektor dan

lembaga terkait lainnya (Kemenkes RI, 2011).

Pemberdayaan masyarakat merupakan segala upaya fasilitasi yang

bersifat non instruktif, guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan

masyarakat, agar mampu mengidentifikasi masalah yang dihadap, potensi

yang dimiliki, merencanakan dan melakukan pemecahannya dengan

memanfaatkan potensi setempat. (Kemenkes RI, 2011).

Pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan adalah proses pemberian

informasi kepada individu, keluarga atau kelompok (klien) secara terus

menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan klien,sera

proses membantu klien, agar klien tersebut berubah dari tidak tahu

menjadi tahu atau sadar (aspek pengetahuan atau knowledge),dari tahu

menjadi mau (aspek sikap atau attitude), dan dari mau menjadi mampu

melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek tindakan atau

practice).

Pelayanan kesehatan dasar di posyandu adalah pelayanan kesehatan

yang mencakup sekurang-kurangnya 5 (lima) kegiata, yakni Kesehatan


Ibu dan Anak (KIA),Keluarga Berencana (KB), imunisasi, gizi, dan

penanggulangan diare. (Kemenkes RI, 2011)

2.2.2 Tujuan Posyandu

Tujuan diselenggarakannya posyandu menurut Kemenkes RI,

(2011) meliputi :

1. Tujuan Umum :

Menunjang percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka

Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Anak Balita (AKBA) di

indonesia melalui upaya pemberdayaan masyarakat.

2. Tujuan Khusus :

a. Meningkatnya peran masyarakat dalam penyelenggaraan upaya

kesehatan dasar, terutama yang berkaitan dengan penurunan

AKI, AKB, dan AKBA

b. Meningkatnya peran lintas sektor dalam penyelenggaraan

posyandu, terutama berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan

AKBA.

c. Meningkatnya cakupan dan jangkauan pelayanan kesehatan dasar,

terutama yang berkaitan dengan penurunan AKI, AKB, dan AKBA.

2.2.3 Prinsip Dasar Posyandu

Prinsip dasar posyandu menurut syafrudin, (2012) :


a. Pos pelayanan terpadu merupakan usaha masyarakat dimana

terdapat perpaduan antara pelayanan profesional dan

nonprofesional (oleh masyarakat)

b. Adanya kerja sama lintas program yang baik, kesehatan ibu

anak (KIA),Keluarga Berencana (KB), gizi imunisasi,

penanggulangan diare maupun lintas sektoral.

c. Kelembagaan masyarakat (pos desa, kelompok timbang/pos

timbang, pos imunisasi, pos kesehatan lain-lain)

d. Mempunyai sasaran penduduk yang sama (Bayi 0-1 tahun,

anak balita 1-5 tahun, ibu hamil, pasangan usia subur (PUS)

e. Pendekatan yang digunakan adalah pengembangan dan

Pembinaan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD)

2.2.4 Jenjang Posyandu

Menurut Kemenkes (2011), jenjang Posyandu dibagi menjadi 4

tingkatan berdasarkan tingkat perkembangan Posyandu sebagai berikut :

1. Posyandu Pratama

Posyandu Pratama adalah Posyandu yang belum mantap, yang

ditandai oleh kegiatan bulanan Posyandu belum terlaksana secara

rutin serta jumlah kader sangat terbatas yakni kurang dari 5 (lima)

orang.

2. Posyandu Madya

Posyandu Madya adalah Posyandu yang sudah dapat

melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata


jumlah kader sebanyak lima orang atau lebih, tetapi cakupan kelima

kegiatan utamanya masih rendah, yaitu kurang dari 50%.

3. Posyandu Purnama

Posyandu Purnama adalah Posyandu yang sudah dapat

melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata

jumlah kader sebanyak lima orang atau lebih, cakupan kelima

kegiatan utamanya lebih dari 50%, mampu menyelenggarakan

program tambahan, serta telah memperoleh sumber pembiayaan

dari dana sehat yang dikelola oleh masyarakat yang pesertanya

masih terbatas yakni kurang dari 50% KK di wilayah kerja

Posyandu.

4. Posyandu Mandiri

Posyandu Mandiri adalah Posyandu yang sudah dapat

melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata

jumlah kader sebanyak lima orang atau lebih, cakupan kelima

kegiatan utamanya lebih dari 50%, mampu menyelenggarakan

program tambahan, serta telah memperoleh sumber pembiayaan

dari dana sehat yang dikelola oleh masyarakat yang pesertanya

lebih dari 50% KK yang bertempat tinggal di wilayah kerja

Posyandu.

2.2.5 Sasaran Posyandu

Sasaran posyandu menurut Kemenkes RI, (2011) adalah seluruh

masyarakat, utamanya :

1. Balita
2. Anak balita

3. Ibu hamil, ibu nifas dan ibu menyusui

4. Pasangan Usia Subur (PUS)

2.2.6 Manfaat Posyandu

Keberadaan posyandu sangat penting untuk masyarakat, disini

dijelaskan manfaat posyandu ada dua yaitu dari sisi masyarakat dan sisi

kader (Kemenkes RI, 2012).

Manfaat posyandu menurut Kemenkes RI (2011) yaitu :

1. Bagi Masyarakat

a. Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan

pelayanan kesehatan dasar, terutama berkaitan dengan

penurunan AKI, AKB, dan AKABA.

b. Memperoleh layanan secara profeional dalampemecahan masalah

kesehatan terutama terkait kesehatan ibu dan anak.

c. Efisiensi dalammendapatkan pelayanan kesehatan dasar terpadu

dan pelayanan sosial dasar sektor lain terkait.

2. Bagi kader, pengurus posyandu dan tokoh masyarakat

a. Mempeeroleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan

pelayanan kesehatan dasar, terutama berkaitan dengan

penurunan AKI, AKB, dan AKABA.

b. Memperoleh layanan secara profeional dalam pemecahan masalah

kesehatan terutama terkait kesehatan ibu dan anak.


c. Efisiensi dalam mendapatkan pelayanan kesehatan dasar terpadu

dan pelayanan sosial dasar sektor lain terkait.

3. Bagi Puskesmas

a. Optimalisasi fungsi puskesmas sebagai pusat penggerak

pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan

masyarakat, pusat pelayanan kesehatan perorangan primer dan

pusat pelayanan kesehatan masyarakat primer.

b. Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan

masalah kesehatan sesuai kondisi setempat.

c. Mendekatkan akses pelayanan kesehatan pada masyarakat.

4. Bagi sektor lain

a. Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan

masalah kesehatan dan sosial dasar lainnya, terutama yang

terkait dengan upaya penurunan AKI, AKB, dan AKABA sesuai

kondisi setempat.

b. Meningkatkan efisiensi melalui pemberian pelayanan secara

terpadu sesiau dengan tugas, pokok dan fungsi (tupoksi)

masing-masing sektor.

2.2.7 Penyelenggaraan posyandu

Penyelenggaraan posyandu dilaksanakan secara langsung oleh

kader dan mendapat pembinaan secara langsung dariketua tim penggerak

PKK dan LKMD. Sedangkan puskesmas melakukan bimbingan, asuhan

dan pelayanan kesehatan di desa wilayah kerjanya. Penyelenggaraan

posyandu dilakukan dengan pola lima meja dimana meja tersebut tidak
berarti bahwa posyandu harus memiliki lima buah meja untuk

pelaksanaannya, tetapi kegiatan posyandu tersebut harus mencakup lima

pokok kegiatan (ismawati, 2010). Meliputi :

1. Meja I : Pendaftaran

Pada meja I dilakukan pendaftaran untuk balita, ibu hamil dan yang

baru datang. Untuk balita didaftar dalam formulir pencatatan bagi

balitayang mempunyai KMS, sedangkan untuk yang baru pertama

datang akan dibuatkan KMS baru.

2. Meja II : Penimbangan bayi, balita dan ibu hamil

Pada meja II sudah disiapkan timbangan untuk bayi, balita serta ibu

hamil dan juga disiapkan alat tulis untuk menuliskan hasil timbangan.

Dilakukan penimbangan berat badan, lingkar kepala dan lingkar lengan.

3. Meja III : Pencatatan

Hasil penimbangan pada meja II dicatat di KMSdan pada Kohort

posyandu.

4. Meja IV : Penyuluhan perorangan atau kelompok

Pada meja IV ibu balita akan diberi penyuluhan tentang kondisi

anaknya baik itu tentang berat badannya dan kondisi gizi anaknya. Ibu

balita juga akan diberi Pemberian Makanan Tambahan (PMT), oralit,

dan vitamin A untuk anaknya.

5. Meja V : Pelayanan oleh tenaga kesehatan

Pada meja V akan diberikan pelayanan kesehatan oleh tenaga

kesehatan yang meliputi kesehatan KIA, KB, Gizi dan pengobatan atau

penaggulangan diare (Fallen & Budi Dwi K,2010).


2.2.8 Kegiatan Pokok Posyandu

Kegiatan Pokok Posyandu antara lain (Kemenkes RI, 2011) :

1. KIA

a. Ibu hamil,antara lain penimbangan BB dan pengukuran TB,

pemantauan status gizi, pemberian Fe, pemberian imunisasi TT,

kelas hamil dan penyuluhan,dan lain sebagainya.

b. Ibu nifas, antara lain penyuluhan kesehatan, KB pasca persalinan,

ASI eksklusif dan gizi serta perawatan payudara, dan yang lain

sebagainya.

c. Bayi dan anak balita, antara lain penimbangan BB, penentuan

status pertumbuhan,penyuluhan dan konseling, imunisasi dan

deteksi dini tumbang.

2. KB, antara lain pemberian kondom dan pil ulangan, pelayanan suntik

KB dan konseling.

3. Imunisasi, pemberian disesuaikan sesuai dengan program terhadap

bayi dan ibu hamil.

4. Gizi, seperti deteksi dini gangguan tumbang, pemberian PMT, Vit.A,

dan yang lain sebagainya.

5. Penanggulangan Diare, antaralain penyuluhan PHBS dan pemberian

oralit.

2.2.9 Pelayanan Peserta Posyandu


Peserta Posyandu mendapat pelayanan meliputi (Kemenkes RI,

2011) :

1. Kesehatan ibu dan anak antara lain : pemberian pil tambah darah (ibu

hamil), pemberian vitamin A dosis tinggi (bulan vitamin A pada bulan

februari dan Agustus), PMT, Imunisasi, penimbangan balita rutin

perbulan sebagai pemantau kesehatan balita melalui pertambahan

berat badan setiap bulan. Keberhailan program terlihat melalui grafik

pada kartu KMS setiap bulan.

2. Keluarga berencana, pembagian pil KB dan Kondom.

3. Pemberian Oralit dan pengobatan.

4. Penyuluhan kesehatan lingkungan masyarakat dan penyuluhan pribadi

sesuai permasalahan dilaksanakan oleh kader PKK melalui meja IV

dengan materi dasar dari KMS balita dan ibu hamil.

Keberhasilan posyandu tergambar melalui cakupan SKDN :

S : Semua balita di wilayah kerja posyandu.

K : Semua balita yang memiliki KMS.

D : Balita yang ditimbang.

N : Balita yang naik berat badannya.

2.2.10 Kunjungan/Kehadiran Ibu Balita

Posyandu sebagai salah satu wadah edukasi, pembinaan dan

pengembangan kesehatan masyarakat. Dikatakan posyandu berhasil itu

harus memenuhi target kunjungan posyandu dalam 1tahun. Sedangkan

tahapannya adalah untuk posyandu pratama frekuensi penimbangannya <

8x per tahun,posyandu madya frekuensinya > 8x per tahun, posyandu


purnama frekuensi penimbangannya > 8x per tahun dan posyandu mandiri

frekuensi penimbangannya > 8x per tahun (Soedirdja, 2011).

Salah satu indokator peran serta masyarakat dibidang kesehatan

adalah kunjungan balita yang datang dan ditimbang di posyandu. Tingkat

kunjungan masyarakat dalam kunjungan balita yaitu jumlah balita yang

datang dibagi dengan jumlah balita yang ada di wilayah kerja posyandu

atau dengan menggunakan rumus (D/S x 100%),hasilnya minimal harus

mencapai 80%, apabila dibawah 80% maka dikatakan partisipasi

masyarakat untuk kegiatan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan

balita sangatlah rendah. Hal ini akan berakibat pada balita tidak akan

terpantau oleh petugas kesehatan ataupun kader posyandu dan

memungkinkan balita tidak diketahui pertumbuhan dan perkembangannya

(Soedirdja, 2011).

Karena rendahnya angka kunjungan posyandu balita, maka kesehatan

bayi dan balita perlu dipantau. Pemantauan kesehatan bayi dan balita

dilakukan melalui kegiatan posyandu yang dikelolaoleh masyarakat itu

sendiri yaitu kader. Dengan demikian keberadaan posyandu akan

mendorong kehadiran orang tua untuk membawa bayi dan balitanya.

Kader adalah seorang tenaga sukarela yang direkrut dari, oleh dan, untuk

masyarakat, yang bertugas untuk membantu kelancaran pelayanan

kesehatan. Keberadaan kader mempunyai peranan sebagai pemberi

pelayanan dalam kegiatan posyandu.pelayanan kader dalam kegiatan

posyandu akan berpengaruh pada minat ibu balita untuk membawa

balitanya ke posyandu (Soedirdja, 2011).


2.3 Faktor yang Mempengaruhi Kunjungan Posyandu

Kehadiran ibu balita ke Posyandu erat kaitannya dengan perilaku

kesehatan. Perilaku kesehatan hakekatnya adalah hal-hal yang berkaitan

dengan tindakan atau kegiatan ibu dalam memelihara dan meningkatkan

kesehatan balitanya. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi

atau terbentuk dari beberapa faktor.

Green menjelaskan dalam (Notoatmodjo, 2015) menganalisis perilaku

manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang dipengaruhi oleh

tiga faktor pokok yaitu :

2.3.1 Faktor Predisposisi

Faktor presdiposisi adalah sesuatu yang menjadi dasar atau

motivasi bagi perilaku, yang terwujud dalam pengetahuan, sikap,

kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.

1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu

seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung,

telinga, dan sebagainya) (Notoatmodjo, 2012). Menurut kamus besar

Bahasa Indonesia (2011), pengetahuan adalah sesuatu yang dapat

diketahui berkaitan dengan proses pembelajaran. Proses belajar

dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya faktor dari dalam seperti

motivasi dan faktor dari luar berupa sarana informasi yang tersedia.

Pengetahuan dimana pengetahuan adalah hasil “tahu‟, dan ini terjadi

setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.


Pengindraan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni: indra

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan teingga. Ada 6

tingkatan dalam pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif yaitu

tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Pengukuran

pengetahuan dapat dilakukan dengan cara wawancara atau angket

yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek

penelitian atau responden.

Tingkat pengetahuan tentang posyandu pada ibu balita kesehatan

yang tinggi dapat membentuk sikap positif terhadap progam posyandu

khususnya ibu balita untuk hadir ke posyandu yang berdampak pada

keaktifan dalam pelaksanaan posyandu. Tingkat pengetahuan

seseorang banyak mempengaruhi perilaku individu, dimana semakin

tinggi tingkat pengetahuan seseorang ibu tentang manfaat posyandu,

maka semakin tinggi pula tingkat kesadaran untuk berperan serta

dalam progam posyandu.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan melalui kuesioner

berisi materi yang akan diukur dari subyek penelitian atau responden,

Kedalam pengetahuan yang ingin peneliti ukur yaitu dengan skala

Guttman. Skala Guttman merupakan skala yang bersifat tegas dan

konsisten dengan memberikan jawaban yang tegas. Dalam

penggunaan skala guttman berupa pilihan ganda yaitu a, b, dan c.

Dalam penggunaan skala Guttman ini adalah apabila jawaban benar


sesuai pertanyaan akan mendapat nilai 1 dan apabila jawaban salah

akan mendapat nilai 0 (Hidayat A. A., 2011).

Rumus yang digunakan untuk mengukur presentase dari jawaban yang

didapat dari kuesioner menurut Arikunto (2013), yaitu

Persentase : Jumlah nilai yang benar X 100%


Jumlah soal

Kemudian hasil pengetahuan tersebut dikategorikan menjadi:

a. Pengetahuan baik : 76% -100%

b. Pengetahuan Cukup : 56% -75%

c. Pengetahuan Kurang : <56%

2. Pekerjaan ibu

Banyak ibu-ibu yang bekerja untuk membantu suami mencari nafkah.

Jika ibu sibuk bekerja maka ibu tidak memiliki banyak waktu untuk

berpartisipasi aktif dalam membawa anaknya ke posyandu, ibu juga

tidak ada waktu untuk mencari informasi karena kesibukannya dalam

bekerja. Ibu yang bekerja diluar rumah dapat dikatakan tidak dapat

pergi ke posyandu karena kegiatan di posyandu dilakukan pada jam

kerja. Jenis pekerjaan sesorang akan berpengaruh terhadap banyaknya


Persentase
Persentase: Jumlah
: Jumlahnilai
nilaiyang
yangbenar
benar
waktu luang yang dimilikinya dalam turut serta Jumlah
berbagaisoal
kegiatan X100 %
Jumlah soal
didalam masyarakat misalnya seperti posyandu balita (Slamet, 1993

dalam Ocbrianto, 2012).


Pekerjaan adalah sesuatu yang dilakukan untuk mendapatkan nafkah.

Bekerja juga pada umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu.

Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan

keluarga dan waktu untuk mengasuh anak akan berkurang, sehingga

ibu balita yang harus bekerja di luar rumah waktunya untuk

berpartisipasi dalam posyandu mungkin sangat kurang atau bahkan

tidak ada waktu sama sekali, sehingga ibu rumah tangga

memungkinkan waktu lebih banyak untuk beristirahat dan meluangkan

waktu untuk membawa anaknya ke posyandu (Suryaningsih,2012).

3. Pendidikan ibu

Tingkat pendidikan yang rendah berpengaruh dengan partisipasi ibu

untuk membawa anaknya ke posyandu. Selain itu kesadaran ibu akan

pentingnya posyandu juga masih sangat kurang. Menurut Notoatmodjo

(2003) dalam Wawan dan Dewi (2010), pada umumya semakin tinggi

pendidikan seseorang maka ibu akan semakin mudah menerima dan

cepat menyerap informasi yang diberikan. Sedangkan jika tingkat

pendidikan ibu yang masih rendah akan mempengaruhi penerimaan

informasi

sehingga pengetahuan ibu pada posyandu terhambat atau terbatas

(Notoatmodjo, 2010).

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang pada orang

lain terhadap sesuatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat

dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah

pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak


pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya jika seseorang tingkat

pendidikannya rendah, akan menghambat perkembangan sikap

seseorang terhadap penerimaan, informasi dan nilai-nilai yang baru

diperkenalkan. Tingkat pendidikan turut menentukan tinggi rendahnya

seseorang menyerap dan memahami pengetahuan kesehatan yang

mereka peroleh dan pendidikan itu sendiri sangat diperlukan seseorang

agar lebih tanggap tentang adanya informasi dan bisa mengambil

tindakan secepatnya. Kebutuhan akan informasi akan mempengaruhi

keaktifan ibu mengikuti posyandu (Mubarok,2012).

2.3.2 Faktor Pendukung

Faktor pendukung adalah faktor yang mendukung, mengajak, dan

bersifat untuk ikut serta dalam dukungan suatu kegiatan.

Berikut faktor pendukung terhadap kunjungan posyandu adalah :

1. Fasilitas dan sarana

Fasilitas posyandu yaitu segala sesuatu yang dapat menunjang

penyelenggaraan kegiatan Posyandu seperti tempat atau lokasi yang

tetap, dana rutin untuk pemberian makanan tambahan (PMT), alat-alat

yang diperlukan misalnya : dacin, KMS, meja, kursi, buku register dan

lain-lain. Keaktifan seorang kader dalam melakukan kegiatan di

Posyandu dipengaruhi oleh adanya sarana, fasilitas Posyandu yang

memadai, bentuk penghargaan kepada kader, sikap petugas kesehatan

dan adanya pembinaan, pelatihan yang diberikan kepada kader.

Fasilitas yang lengkap dan sesuai dengan standar yang ditetapkan


(Standart personal and Facilities) diharapkan dapat meningkatkan

kualiats mutu layanan. Sumber daya merupakan faktor yang perlu

untuk terlaksananya suatu perilaku. Fasilitas yang tersedia hendaknya

dengan jumlah serta jenis yang memadai dan selalu keadaaan siap

pakai.

2.3.3 Faktor Pendorong

Faktor pendorong adalah hal-hal yang mempengaruhi sesuatu

menjadi berkembang, memajukan.

Faktor pendukung yang mempengaruhi kunjungan posyandu adalah :

1. Sikap dan perilaku petugas kesehatan

Sikap dan perilaku petugas kesehatan, atau petugas yang lain, yang

merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat. Sikap akan

terwujud didalam suatu tindakan tergatung dari situasi saat itu. Ibu

balita mau datang ke posyandu tetapi karena jaraknya jauh atau situasi

kurang mendukung maka balita berkunjung ke posyandu.

2. Jarak Posyandu

Jarak antara tempat tinggal dengan posyandu sangat mempengaruhi

ibu umtuk hadir atau berpartisipasi dalam kegiatan posyandu. Hal

tersebut sesuai dengan yang dinyatakan Lawrence Green dalam

Notoatmodjo (2015) bahwa faktor lingkungan fisik atau letak geografis

berpengaruh terhadap perilaku seseorang atau masyarakat terhadap

kesehatan ibu balita tidak datang ke posyandu disebabkan karena


rumah balita tersebut jauh dengan posyandu sehingga ibu balita

tersebut tidak datang untuk mengikuti kegiatan posyandu. Jarak dapat

mempengaruhi frekuensi kunjungan ke pusat pelayanan kesehatan,

makin dekat tempat tinggal ke tempat pelayanan kesehatan makin

besar jumlah kunjungan ke pusat pelayanan kesehatan tersebut, begitu

pula sebaliknya. Jarak sangat mempengaruhi perilaku masyarakat

untuk rutin setiap bulannya ke tempat posyandu, meskipun

pengetahuan ibu tentang posyandu sudah cukup baik, tapi karena jarak

tempuh dari rumah ke tempat posyandu yang jauh sehingga

memungkinkan ibu tidak rutin (Nurena,2012).

3. Peran kader posyandu

Peran kader posyandu merupakan tenaga sukarela yang direkrut dari,

oleh dan untuk masyarakat, bertugas membantu kelancaran pelayanan

kesehatan. Keberadaan kader sering dikaitkan dengan pelayanan rutin

di posyandu. Sehingga seorang kader sering dikaitkan dengan

pelayanan rutin di posyandu. Sehingga kader posyandu harus mau

bekerja secara sukarela dan ikhlas, mau dan sanggup melaksanakan

kegiatan posyandu, serta mau dan sanggup menggerakkan masyarakat

untuk melaksanakan dan mengikuti kegiatan posyandu.kader posyandu

yang ramah, terampil dalam memberikan pelayanan kesehatan dapat


menyebabkan ibu-ibu balita rajin datang dan memanfaatkan pelayanan

kesehatan di posyandu (Sulistyorini,2010).

4. Tenaga kesehatan

Tenaga kesehatan, agar institusi kesehatan sebagai organisasi

pelayanan kesehatan dan organisasi-organisasi masyarakat mampu

sebagai faktor pendukung dan pendorong perubahan perilaku

kesehatan masyarakat, maka perlu dinamisasi organisasi-organisasi.

Faktor tenaga kesehatan mempengaruhi dalam kunjungan ibu balita ke

posyandu. Kedatangan dalam posyandu balita menimbulkan

kepercayaan ibu untuk membawa balitanya ke posyandu.

Ketidakhadiran tenaga kesehatan menjadikan ibu kurang berespon

positif pada posyandu yang hanya di kelola oleh kader kesehatan.

5. Dukungan Keluaraga

Dukungan keluarga, dimana dorongan adalah rangsangan yang sangat

kuat terhadap organisme (manusia) untuk bertingkah laku. Ibu atau

pengasuh balita yang akan aktif ke posyandu jika ada dorongan dari

keluarga terdekat. Dukungan keluarga sangat berperan dalam

memelihara dan mempertahankan status gizi balita yang optimal.

Keluarga merupakan sistem dasar dimana perilaku sehat dan

perawatan kesehatan diatur, dilaksanakan, dinamakan, keluarga

memberikan perawatan kesehatan bersifat preventif dan secara

bersama-sama merawat anggota keluarga. Keluarga mempunyai

tanggung jawab utama untuk memulai dan mengkoordinasikan


pelayanan yang diberikan oleh para profesional perawatan kesehatan

(Notoatmodjo,2015).
2.4 Kerangka Konsep

Posyandu
Manfaat Posyandu :
1. Sebagai pemeliharaan
Kesehatan Ibu dan Anak
2. Sebagai Pelayanan
Keluarga Berencana
Lansia
3. Sebagai Pelayanan
Imunisasi
4. Sebagai Peningkatan gizi Ibu Hamil
5. Sebagai Penanggulangan
Diare Balita

Kegiatan posyandu Balita :


1. Penimbangan Berat badan balita
2. Penentuan status pertumbuhan
3. Penyuluhan dan konseling
4. Imunisasi

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kunjungan Ibu ke Posyandu :


● Pengetahuan Ibu tentang manfaat posyandu
● Tingkat Pendidikan Ibu
● Motivasi ibu untuk membawa anaknya ke posyandu
● Pekerjaan Ibu
● Dukungan dan motivasi keluarga serta Kader posyandu
● Sarana dan prasarana di posyandu
● Jarak dari posyandu

Pengetahuan Ibu Pekerjaan ibu


Balita Pendidikan Ibu
balita balita

Baik : 76%-100%
Rendah : SD-SMP ● Bekerja
Cukup : 56%-75% Menengah : SMA ● Tidak Bekerja
Kurang : <56% Tinggi : Akademi, S1

Keterangan :

: Diteliti : Hubungan

: Tidak Diteliti : Pengaruh


2.5 Deskripsi Kerangka Konsep

Dari kerangka konsep diatas dijelaskan bahwa posyandu ada

beberapa macam, meliputi posyandu Lansia, Ibu hamil, dan Balita. tetapi

dalam hal ini peneliti hanya terfokus pada Posyandu Balita. Kegiatan

balita yang ada diposyandu meliputi Penimbangan Berat badan balita,

Penentuan status pertumbuhan, Penyuluhan dan konseling, serta

Imunisasi. Dapat kita tahu betapa banyak sekali manfaat melakukan

kunjungan ke posyandu diantaranya yaitu Sebagai pemeliharaan

Kesehatan Ibu dan Anak, Pelayanan Keluarga Berencana, Pelayanan

Imunisasi, Peningkatan gizi, Penanggulangan Diare. Dari beberapa

banyak manfaat posyandu terdapat sisi lain yang berpengaruh terhadap

rendahnya angka kunjungan balita ke posyandu yaitu Faktor yang

mempengaruhi Kunjungan posyandu balita diantaranya adalah

Pengetahuan Ibu, Tingkat Pendidikan Ibu, Pekerjaan Ibu, Dukungan dan

motivasi keluarga, Sarana dan prasarana di posyandu, Jarak dari

posyandu, dan masih banyak lagi.

Dalam hal ini Peneliti telah melaksanakan studi pendahuluan terlebih

dahulu, dari hasil wawancara dengan Ibu kader Posyandu permata dan 4

ibu yang tidak pernah berkunjung ke posyandu dapat peneliti simpulkan

bahwa faktor-faktor utama yang dapat mempengaruhi kunjungan balita ke

posyandu diprioritaskan pada faktor Pengetahuan ibu, pendidikan ibu, dan

status pekerjaan ibu. Maka dari itu peneliti tertarik untuk meneliti faktor-

faktor yang mempengaruhi kunjungan balita ke posyandu. Untuk

mengetahui Faktor-faktor tersebut, dapat dilakukan pengukuran


menggunakan kuesioner, pada pengetahuan ibu dikategorikan dengan

hasil Baik 76% - 100%, cukup 56% - 75%, kurang 56%. Pendidikan ibu

akan dikategorikan pada Pendidikan Rendah (SD – SMP), Menengah

(SMA), dan Tinggi (Akademi, S1). Pada status pekerjaan ibu dikategorikan

pada Ibu tersebut Bekerja atau Tidak.

Anda mungkin juga menyukai