PENDAHULUAN
Gangguan jiwa merupakan respon maladaptif terhadap stressor yang muncul dari
dalam dan luar individu, sehingga mengakibatkan perubahan pola pikir, persepsi, tingkah
laku dan perasaan yang berbeda dengan norma atau budaya yang ada, serta gangguan
pada fungsi fisik dan sosial yang menimbulkan gejala kesulitan dalam berhubungan
sosial dan kemampuan kerja (Townsend, 2011). Skizofrenia adalah salah satu kelompok
gangguan jiwa. Skizofrenia disebabkan oleh kondisi medis umum, dan gangguan psikotik
yang diinduksi zat (American Psychiatric Association, 2000). Salah satu cara
mengkategorikan gejalanya adalah dengan mendaftar gejala skizofrenia sebagai gejala
positif (perilaku normal berlebihan) dan gejala negatif (perilaku normal berkurang).
Orang dengan skizofrenia cenderung melebih-lebihkan atau meremehkan kemampuan
mereka sendiri. Skizofrenia adalah gangguan jiwa dimana terjadi gangguan neurobiologi
dengan karakteristik kekacauan pada pola pikir dan isi pikir, halusinasi dan delusi, serta
kekacauan pada proses persepsi, afek dan perilaku sosialnya (Kopelowicz, Liberman &
Wallace, 2003).
Skizofrenia adalah gangguan mental kronis dan parah dimana penderita memiliki
kesulitan memproses pikiriannya, sehingga dapat berhalusinasi dan berperilaku yang
tidak wajar. Orang dengan skizofrenia kesulitan berinteraksi dengan orang lain.Menurut
data American Psychiatric Association (APA) (1995), menyebutkan bahwa 1% populasi
penduduk dunia menderita skizofrenia. Penelitian yang sama oleh World Health
Organization (WHO) juga mengatakan bahwa prevalensi skizofrenia dalam masyarakat
berkisar antara satu sampai tiga per mil penduduk dan di Amerika Serikat, penderita
skizofrenia lebih dari dua juta orang. Skizofrenia lebih sering terjadi pada populasi urban
dan pada kelompok sosial ekonomi rendah.
Kesehatan jiwa di Indonesia masih menjadi tantangan yang sangat berat karena
memiliki perspektif yang berbeda-beda terutama dalam konteks kesehatan. Kesehatan
didefinisikan sebagai keadaan yang sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun
sosial yang memungkinkan orang untuk hidup produktif. Gangguan kejiwaan atau
gangguan mental masih menjadi perhatian pemerintah Indonesia saat ini. Menurut data
Riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan (Riskesdas Kemenkes), pada 2018
sebanyak 282.654 rumah tangga atau 0,67 persen masyarakat di Indonesia mengalami
Skizofrenia/Psikosis.Di Indonesia, prevalensi gangguan mental emosional yang
ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan untuk usia 15 tahun keatas
mencapai sekitar 14 juta orang atau 6% dari jumlah penduduk Indonesia. Sedangkan
prevalensi gangguan jiwa berat, seperti skizofrenia mencapai sekitar 400.000 orang atau
sebanyak 1,7 per 1.000 penduduk. Riskesdas Kemenkes juga menuturkan prevalensi
Gangguan Mental Emosional (GME) sebesar 9,8 persen dari total penduduk berusia lebih
dari 15 tahun. Prevalensi ini menunjukkan peningkatan sekitar enam persen dibanding
pada 2013.
Berdasarkan latar belakang diatas, perlu kiranya ada pembahasan lebih lanjut
terkait kasus skizofrenia paranoid khususnya dalam bidang keperawatan. Pembahasan ini
diupayakan untuk bisa menurunkan angka kejadian skizofrenia, dan juga bisa membantu
dalam terapi seseorang yang mengalami skizofrenia.
1.3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka diharapkan tujuan dari pembuatan
makalah ini adalah sebagai berikut
1.3.1. Mengetahui bagaimana tinjauan pustaka dari skizofrenia paranoid
1.3.2. Mengetahui bagaimana konsep teori asuhan keperawatan jiwa pada klien
skizofrenia paranoid
1.3.3. Mengetahui bagaimana pengkajian kasus serta analisis data dan diagnosis pada
kasus KDRT
1.3.4. Mengetahui bagaimana asuhan keperawatan meliputi intervensi, implementasi,
evaluasi dan discharge planning keperawatan jiwa pada korban KDRT
1.3.5. Mengetahui bagaimana strategi pelaksanaan keperawatan jiwa pada korban
KDRT