Anda di halaman 1dari 4

RESUME KEPERAWATAN KRITIS

Disusun oleh :
Nama : Nurul Fatimah
Nim : 182432021
Tingkat : 3B

UNIVERSITAS SEMBILAN BELAS NOVEMBER


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
DIPLOMA III
2020
A. hipokalemia

Hipokalemia adalah keadaan konsentrasi kalium drah dibawah 3,5 mEq/L yang
disebabkan oleh berkurangnya jumlah kalium total tubuh atau adanya gangguan
perpindahan ion kalium ke dalam sel.

a. Gejala dan tanda klinis


Tingkat keparahan klinis hipokalemia cenderung sebanding dengan derajat dan durasi
deplesi serum kalium. Gejala umum nya muncul apabila serum kalium dibawah 3,0
mEq/L, kecuali jika penurunan kadar kalium mendadak atau pasien memiliki faktor
komorbid, contohnya kecenderungan aritmia. Gejala biasanya membaik dengan
koreksi hipokalemia

b. Diagnosis
Anamnesis harus berfokus pada obat-obatan ( khususnya obat pencahar, diuretik,
antibiotik), diet, kebiasaan makan, dan/atau gejala yang mengarah pada etiologi
tertentu ( misalnya kelemahan periodik, muntah, dan diare ).

Pemeriksaan fisik harus memberi perhatian khusus pada tekanan darah dan tanda-
tanda tertentu, misalnya hipertirodisme dan evaluasi penunjang mencakup
pemeriksaan elektrolit, BUN, kreatinin, osmolalitas serum, kadar Mg2+, kadar Ca2+,
pemeriksaan darah lengkap, pH urine, osmolalitas, kreatinin, dan elektrolit.
 Asidosis pada pemeriksaan non-anion-gap menunjukkan asidosistubulus ginjal
distal atau diare hipokalemik, perhitungan anion gap urine dapat membantu
membedakan dua diagnosis ini.
 Eksresi K+ ginjal dapat dinilai dengan pengumpulan urine 24 jam, nilai K+ <15
mmol merupakan indikasi penyebab hipokalemia ekstrarenal.
 Jika hanya tersedia sampel urine acak,osmolalitas serum dan urine dapat digunakan
untuk menghitung gradien K+ transtubular (TTKG), yang seharusnya bernilai <3
pada hipokalemia.
 Sebagai alternatis, rasio K+ terhadap kreatinin melebihi13 mmol/g kreatinin (> 1,5
mmol/mmol) menandakan adanya eksresi K+ ginjal berlebihan
 Kadar Cl- urine biasanya turun pada hipokalemia dari anion tidak terabsorbsi,
seperti antibiotik atau HCO3-, penyebab paling umum alkalosis hipokalemik
kronik adalah muntah dan penyalahgunaan diuretik
 Pemeriksaan lain, seperti pemeriksaan kadar Ca2+, tes fungsi tiroid, dan atau PRA
dan aldosteron pada kasus tertentu.
 Rasio aldesteron plasma: PRA> 50 karena penekanan renin beredar dan
peningkatan aldesteron bersirkulasi, mengarah ke hiperaldosteronisme. Pasien
hiperaldosteronisme atau mineralokortikoid berlebih yang jelas mungkin
memerlukan uji lebih lanjut, misalnya pengambilan sample vena adrenal atau uji
klinis genetik ( misalnya, FH-I, SAMA, sindrom liddle).
c. Tatalaksana
Untuk memperkirakan jumlah kalium pengganti, perlu disingkirkan faktor-faktor
penyebab, contohnya insulin dan obat-obatan. Setelah itu, perlu diperhatikan hal
berikut.
Cara pemberian kalium
 Oral. Penggantian kalium secara oral paling aman tetapi kurang ditoleransi karena
irirtasi lambung. Makan mengandung cukup kalium fosfat dapat diberikan pada
pasien hipokalemia gabungan dana hipofosfatemia. Kalium bikarbonat atau
kalium sitrat harus dipertimbangkan pada pasien dengan penyulit asidosis
metabolik.
 Jalur intravena harus dibatasi hanya pada pasien yang tidak dapat menggunakan
jalur enteral atau dalam komplikasi berat (contohnya paralisis dan aritmia)

Kecepatan pemberian kalium intravena


 Jika kadar serum > 2 mEq/L, kecepatan lazim adalah 10 mEq/jam, maksimal 20
mEq/jam untuk mencegah hiperkalemia. Pada anak, 0,5-1 mEq/kg/dosis dalam 1
jam. Dosis tidak boleh melebihi dosis maksimum dewasa.
 Pada kadar < 2 mEq/L, bisa diberikan 40 mEq/jam melalui vena sentral dan
pemantauan ketat di ICU, untuk koreksi cepat, KCl tidak boleh dilarutkan dalam
larutan dekstrosa karena justru mencetuskan hipokalemia lebih berat.

Pertimbangan sediaan kalium


 KCl biasanya digunakan untuk menggantikan defisiensi K+ pada kondisi metabolik
alkalosis dan deplesi Cl-, terutama pada pasien muntah dan pengobatan diuretik.
 Pada kondisi metabolik asidosis ( contohnya pada penyakit diare kronik) lebih
diutamakan kalium yang dikombinasikan dengan garam lain, yaitu potasium
bikarbonat atau ekuivalen bikarbonat lainnya ( sitrat, asetat, atau glukonat) untuk
mengatasi kondisi asidosis
 Hipokalemia pada penyalahgunaan alkohol atau ketoasidosis diabetes umumnya
disertai defisiensi fosfat sehingga diutamakan menggunakan potasium fosfat .
 Diet kalium. Diet orang dewasa mengandung kalium rata-rata 50-100 mEq/hari
(contoh makanan tinggi kalium termasuk kismis,pisang, aprikot, jeruk, advokat,
kacang-kacangan dan kentang ).

d. Gangguan keseimbangan kalium


Bila kadar kalium kurang dari 3,5 mEq/l disebut sebagaib hipokalemia dan kadar
kalium lebih dari 5,3 mEq/L disebut sebagai hiperkalemia. Kekurangan ion kalium
dapat menyebabkan frekuensi denyut jantung melambat. Peningkatan kalium plasma
3-4 mEq/L dapat menyebabkan aritmia jantung, konsentrasi yang lebih tinggi lagi
dapat menimbulkan henti jantung atau fibrilasi jantung.
1. Penyebab hipokalemia yaitu
a. Asupan kalium kurang
Orang tua yang hanya makan roti panggang dan teh, peminum alkohol yang
berat sehingga jarang makan dan tidak makan dengan baik, atau pada pasien
sakit berat yang tidak dapat makan dan minum dengan baikmelalui mulut atau
disertai oleh masalah lain misalnya pada pemberian diuretik atau pemberian
diet rendah kalori pada program menurunkan berat badan dapat menyebabkan
hipokalemia.
b. Pengeluaran kalium berlebihan
Pengeluaran kalium berlebihan terjadi melalui saluran cerna seperti muntah-
muntah, melalui ginjal seperti pemakaian diuretik, kelebihan hormon
mineralorkotikoid primer/hiperaldosteronisme primer (sindrom bartter atau
sindro gitelman) atau melalui keringat yang berlebihan.
Diare, tumor kolon (adenoma vilosa)n dan pemakaian pencahar menyebabkan
kalium keluar bersama bikarbonat pada saluran cerna bagian bawah ( asidosis
metabolik) licorice ( semacam permen) yang mengandung senyawa yang
bekerja mirip aldosteron, dapat menyebabkan hipokalemia jika dimakan
berlebihan.
c. Kalium masuk kedalam sel
Kalium masuk kedalam sel dapat terjadi pada alkalosis ekstrasel. Pemberian
insulin, peningkatan aktifitas, beta-adrenergik, paralisis periodik hipokalemik
dan hipotermia
2. Penyebab hiperkalemia yaitu
a. Keluarnya kalium dari intra sel ke ekstrasel kalium keluar dari sel dapat terjadi
pada keadaan asidosis metabolik bukan oleh asidosis organik (ketoasidosis,
asidosis laktat), defisit insulin, katabolisme jaringan meningkat, pemakaian
obat pengahambat adrenergik, dan pseudohiperkalemia.
b. Berkurangnya eksresi kalium melalui ginjal terjadi pada keadaan
hiperaldosteronisme, gagal ginjal, deplesi volume sirkulasi efektif, pemakaian
siklosporin atau akibat koreksi ion kalium berlebihan dan pada kasus-kasus
yang mendapat terapi angiotensin-converting enzime inhibitor dan potassium
sparing diuretics.

Anda mungkin juga menyukai