Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH KELOMPOK

SYAHADAATAIN

Kelompok : 6
Nama : 1.AHMAD HIZOM HAZWADI (2019D1B016)
2.AHMAD ZIDDNI ILMAN HOLID ( 2019D1B017)
3. AMRILLAH ( 2019D1B018)

FAKULTAS TEKNIK SIPIL


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah
Pendidikan Agama Islam “Aqidah Islam: Syahadatain” ini untuk melengkapi
tugas dalam pembelajaran..

Dalam penyelesaian makalah ini penulis mendapat bantuan dari berbagai


pihak. Untuk itu penulis ucapkan terimakasih kepada :

1. Allah SWT yang mencurahkan rahmat dan petunjukNya, sehingga


penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk menulis makalah ini
dengan harapan dapat memberi manfaat bagi pembaca. Kritik dan saran yang
membangun sangat dibutuhkan penulis untuk memperbaiki makalah ini. Akhir
kata, penulis mengucapkan terimakasih dan berharap semoga Allah memberikan
imbalan yang setimpal kepada mereka yang telah memberikan bantuan, serta
menjadikan ini sebagai ibadah. Amin yaa Rabb.

Mataram,20 MEI 2020

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI

JUDUL......................................................................................................................i

KATA PENGANTAR…........................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang..............................................................................................................1
Rumusan Masalah….....................................................................................................1
Tujuan dan Manfaat Penulisan…..................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

Pengertian Syahadat......................................................................................................2

Pentingnya Syahadatain…............................................................................................2

BAB III PENUTUP

Kesimpulan…6
Saran… 6

DAFTAR PUSTAKA….........................................................................................7

iii
BAB I
PENDAHULUA
N

Latar Belakang
Setiap orang yang beragama Islam, tentunya pernah berikrar syahadat untuk
kembali ke fitrahnya, agama Islam. Dengan syahadat pula, kita bisa menaklukkan
dunia, seperti pada suatu hari ketika Rasul mengumpulkan para pembesar Quraisy
dari Bani Hasyim untuk mendakwahkan Islam, kemudian bersabda, “Wahai
saudara-saudara, maukah kalian aku beri satu kalimat yang dengan kalimat itu
kalian akan dapat menguasai seluruh Jazirah Arab?”
Abu Jahal yang juga ikut dalam pertemuan tersebut menjawab, “Jangankan satu
kalimat. Sepuluh kalimat pun akan aku terima!”
Kemudian Rasulullah saw melanjutkan, “Ucapkanlah laa ilaaha illallah
Muhammad rasulullah…”
Namun, mayoritas umat Islam belum memahami kandungan syahadat, sehingga
janji Allah dan rasul-Nya belum terwujud, yakni bahwa tidak akan datang kiamat
sebelum umat Islam kembali berjaya seperti zaman nabi.

Rumusan Masalah
1. Mengapa orang Islam berikrar dengan syahadatain?
2. Mengapa sebagai orang Islam wajib menyakini syahadatain?
3. Bagaimana menaklukkan dunia dengan syahadatain?
4. Apa saja pentingnya memahami makna syahadatain?

Tujuan dan Manfaat Penulisan


1. Untuk mengetahui alasan orang Islam wajib berikrar dengan syahadatain.
2. Untuk mengetahui kenapa orang Islam wajib menyakini syahadatain.
3. Untuk mengetahui cara menaklukkan dunia dengan syahadatain.
4. Untuk mengetahui apa saja keutamaan memahami makna syahadatain.

1
BAB II

PEMBAHASA

Syahadat dalam lingkup Aqidah

Secara etimologis, aqidah berasal dari kata „aqoda-ya‟qidu-„aqdan-„aqidatan.


„Aqdan berarti simpul, ikatan, perjanjian, dan kokoh. Setelah terbentuk menjadi
„aqidah berarti keyakinan. Relevansi arti kata „aqdan dan „aqidah adalah keyakinan
itu tersimpul dengan kokoh di dalam hati, bersifat mengikat dan mengandung
perjanjian.

Sebagai orang Islam, kita beraqidah Islam, dengan mengucapkan kalimat


syahadat yang berarti mengimani dan berkeyakinan dalam hati, Islam agamanya,
diucapkan dengan lisan, dan dinyatakan dengan perbuatan. Dalam lingkup aqidah,
syahadat berfungsi sebagai pernyataan bahwa seseorang beragama Islam, mengakui,
menyakini, dan mengimani agama Islam, serta Allah SWT sebagai Tuhannya dan
Rasulullah sebagai utusan-Nya.

Pentingnya Syahadatain

1. Syahadat adalah pintu masuk ke dalam Islam (al-makhdal ilal Islam)

Apabila seseorang ingin kembali ke Islam, maka wajib hukumnya


mengucapkan kalimat syahadat. Karena syahadatain sebagai pembeda antara
orang muslim dan kafir. Allah hanya akan menilai perbuatan seseorang setelah
ia mengucapkan syahadatain dan tentunya sudah baligh. Orang yang sudah
baligh dan bersyahadat disebut sebagai mukallaf atau orang yang terbebani.
Beban untuk mengemban amanah Allah, yaitu menjadi khalifah fil ard
(pemimpin di bumi) dan beribadah kepada Allah. Jadi, biarpun seseorang
banyak berbuat baik namun belum bersyahadat, maka perbuatan baiknya tidak
ada gunanya di akhirat. Amalnya akan seperti debu yang diterbangkan angin.
Habis tak tersisa. Sebagaimana firman Allah swt:
Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan (amal baik orang-orang kafir),
lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan. (Al-Furqan:
23)

Inilah yang juga dialami paman Rasulullah saw, Abu Thalib. Beliau yang
membantu dakwah Rasul, melindungi beliau, bahkan merawat dan mendampingi
Rasulullah sampai menikah. Namun karena belum bersyahadat, Allah
mengharamkan baginya surga. Bahkan Rasulullah sampai berdo‟a untuk
keselamatannya pun Allah menolaknya. Allah swt berfirman:
Kamu memohonkan ampun bagi mereka atau tidak kamu mohonkan ampun bagi mereka
(adalah sama saja). Kendatipun kamu memohonkan ampun bagi mereka tujuh
puluh kali, namun Allah sekali-kali tidak akan memberi ampunan kepada mereka.
Yang demikian itu adalah karena mereka kafir kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan
Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik. (At-Taubah: 80)

2. Syahadat adalah intisari ajaran Islam (khulashatu ta’alimil Islam)


Dalam kalimat syahadat, ada tiga hal penting yang harus dilakukan orang
yang sudah mengucapkannya, yakni:
a. Ketika Laa ilaha illallah sudah terucap, artinya dia harus menerima
bahwa Allah satu-satunya Dzat yang wajib diibadahi dan disembah.
Manusia, siapapun dan apapun kedudukannya di masyarakat, tetap sama
dihadapan Allah.
b. Ketika Muhammad rasulullah sudah terucap, artinya seseorang telah
menerima dengan rela Nabi Muhammad adalah utusan Allah untuk
menjadi teladan dalam segala hal, baik dalam ibadah maupun dalam
aktivitas sehari-hari.
c. Orang yang sudah mengucapkan syahadat berarti tulus menghamba
kepada Allah yang meliputi segala aspek kehidupan dan harus
berlandaskan Al-Qur‟an dan As-Sunnah.

3. Syahadat adalah sistem perubahan (asasul inqilab)


Sosoknya tinggi besar, dengan pedang yang selalu terhunus, membuat
seluruh orang Quraisy tidak ada yang berani memandang langsung wajahnya
saat lewat di depannya. Dengan kesangarannya, dia menjadi orang paling
ditakuti di Makkah. Maksiatnya saat masih jahiliyah hampir tidak ada yang
terlewat. Dari mabuk-mabukkan, merampok, bahkan membunuh anaknya
sendiri.
Dialah Umar bin Khattab. Penguasa Quraisy kala itu. Tetapi, ketika beliau
mengikrarkan diri bersyahadat kepada Rasulullah, kehidupannya berbalik 180
derajat, sedangkan karakternya tetap sama, yaitu tegas dan berani. Itulah
manusia yang dijuluki Rasulullah sebagai Al-Faruq, yaitu orang yang dijadikan
sosok pembeda antara haq dan batil. Ketika jahiliyah, dia yang paling tegas
menentang orang kafir. Keberaniannya menentang dakwah Rasulullah. Setelah
bersyahadat, dialah yang paling tegas menentang orang kafir. Keberaniannya
menentang dakwah Rasul saat jahiliyah sebanding dengan keberaniannya
menentang kejahiliyahan saat berislam. Saat Allah memerintahkan kaum muslim
berhijrah ke Madinah dan sebagian besar muslimin berhijrah sembunyi-
sembunyi, justru Umar Al-Faruq menuju Madinah dengan terang-terangan
sambil berujar, ”Siapa yang ingin anaknya menjadi yatim, dan istrinya menjadi
janda, kemarilah!” Luar biasa. Itulah syahadat. Ia akan mengubah orang yang
mengikrarkannya dengan pemahaman, bukan sekedar ucapan di lisan.
Seperti itulah islam. Bagi orang yang bersyahadat dengan sungguh-sungguh
maka dia akan mengalami perubahan yang luar biasa dalam hidupnya.

4. Syahadat adalah hakikat dakwah para rasul (haqiqatul da’watir rasul)


Tiap rasul dan nabi yang diutus Allah kepada umatnya semenjak Nabi
Adam a.s sebenarnya membawa misi atau tujuan yang sama, yaitu mentauhidkan
Allah saja.
Nuh berkata, “Hai kaumku, sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang
menjelaskan kepada kamu, (yaitu) sembahlah olehmu Allah, bertakwalah kepada-Nya
dan taatlah kepadaKu.” (Nuh: 2-3)

Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh berkata, “Hai
kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah
menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya…”
(Hud: 61)
5. Syahadat adalah keutamaan yang besar (fadhail ‘adzimah)
Banyak ganjaran dan balasan yang Allah berikan kepada manusia yang sudah
bersyahadat. Rasulullah pernah bersabda bahwa orang yang diakhir hidupnya
mengucapkan laa ilaha illallah maka dijamin masuk surga. Dalam hadits lain, Rasulullah
bersabda, “Dua perkara yang pasti.” Seorang sahabat bertanya, “Apakah perkara itu ya
Rasulullah?” Rasulullah menjawab, “Barangsiapa yang mati dalam keadaan tidak
menyekutukan Allah dengan sesuatu pun, ia tetap masuk surga.” (HR. Ahmad)
Orang yang bersyahadat dan melaksanakan nilai-nilai yang terkandung dalam
syahadatain akan mendapatkan anugerah yang banyak, baik nikmat dunia dan akhirat.
Diantaranya, Allah akan memberi jalan keluar terhadap permasalahan hidupnya, akan
memberi rezeki yang tidak disangka-sangka, memudahkan segala urusannya dan masih
banyak lagi keutamaan orang bersyahadat

 DUA KALIMAT SYAHADAT


     Syahadat Laa Ilaha Illallah (‫ه إال هللا‬NN‫)ال إل‬ dan Muhammad Rasulullah (‫ول هللا‬NN‫د رس‬NN‫)محم‬ keduanya
adalah kunci Islam, tidak mungkin seseorang masuk Islam kecuali dengan keduanya. Oleh karena
itu Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan Muadz bin Jabal r.a ketika beliau –shalallahu
‘alaihi wa sallam- mengutusnya ke Yaman agar pertama kali yang dia serukan kepada mereka
adalah syahadat bahwa tidak ada yang berhak diibadahi kecuali Allah dan bahwa Muhammad
adalah utusan Allah).
1.    Syahadat Tauhid
                 Kalimat pertama: Laa Ilaha Illallah (‫)ال إله إال هللا‬, yaitu seseorang mengakui dengan lisan
dan hatinya bahwasannya tidak ada sesembahan yang hak kecuali Allah Azza wa Jalla karena Ilah
maknanya al-ma’luh (yang diibadahi) dan Taalluh (mengilahkan) artinya ta’abud. Maknanya, tidak
ada sesembahan yang hak/benar kecuali Allah semata. Dan kalimat ini mengandung makna
peniadaan dan penetapan. Kalimat peniadaan (‫)ال إله‬ dan penetapan (‫)إال هللا‬ dan (‫)هللا‬ adalah lafadz
jalalah merupakan badal dari khabar (‫)ال‬ yang ditiadakan dan taqdirnya (‫)ال إله حق إال هللا‬ yakni ikrar
lisan setelah hati mengimaninya bahwasannya tidak ada sesembahan yang hak kecuali Allah
semata. Dan ini mengandung makna ikhlash/memurnikan ibadah hanya untuk Allah saja dengan
meniadakan ibadah dari selain-NYA.
Allah Ta’ala berfirman:
)101 :‫(سورة هود‬  َ‫َت َع ْنهُ ْم آلِهَتُهُ ُم الَّتِي يَ ْد ُعونَ ِمن دُو ِن هّللا ِ ِمن َش ْي ٍء لِّ َّما َجاء أَ ْم ُر َربِّك‬
ْ ‫وا أَنفُ َسهُ ْم فَ َما أَ ْغن‬
ْ ‫ظلَ ُم‬
َ ‫َو َما ظَلَ ْمنَاهُ ْم َولَ ِكن‬
“Karena itu tidaklah bermanfaat sedikitpun kepada mereka sesembahan-sesembahan yang mereka
seru selain Allah diwaktu azab Rabbmu datang…”(QS. Huud: 101).
2.    Syahadat Rasul
                Kalimat kedua: makna syahadat (‫ول هللا‬N‫د رس‬N‫)محم‬ adalah mengikrarkan dengan lisan dan
mengimani dengan hati bahwa Muhammad bin Abdillah Al-Quraisyi Al-Hasyimi adalah Rasul
Allah kepada seluruh makhluk Jin maupun manusia. Hal ini sebagaimana firman Allah Ta’ala:
Artinya :
“Katakanlah (wahai Muhammad):’Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu
semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada sesembahan selain Dia,
yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi
yang ummiy yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya dan ikutilah dia, supaya
kamu mendapat petunjuk” (QS. Al-A’rof: 158).
Dan firman-Nya:
Artinya
“Maha suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqon kepada hamba-Nya agar dia menjadi pemberi
peringatan kepada seluruh alam” (QS. Al-Furqon: 01).
                Konsekuensi kalimat syahadat ini adalah membenarkan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa
sallam tentang apa yang beliau kabarkan, melaksanakan apa yang beliau perintahkan, menjauhi apa
yang beliau larang dan tidak ada ibadah kepada Allah kecuali dengan cara yang disyariatkan
olehnya. Konsekuensi syahadat ini juga tidak berkeyakinan bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa
sallam mempunyai hak dalam rububiyyah (hak untuk diibadahi) dan mengatur alam atau hak dalam
ibadah, akan tetapi ia adalah seorang hamba yang tidak diibadahi dan seorang Rasul yang tidak
berdusta, dan dia tidak memiliki kemampuan sedikitpun untuk memberi manfaat dan mudharot
untuk dirinya sendiri maupun orang lain kecuali apa yang dikehendaki oleh Allah sebagaimana
firman Allah Ta’ala:
Artinya :
“Katakanlah (ya Muhammad):’Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada
padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghaib dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu
bahwa aku seorang malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku…” (QS.
Al-An’am: 50).
Beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah seorang hamba yang diperintah dan mengikuti/mematuhi
apa yang diperintahkan kepadanya, firman Allah Ta’ala:
Artinya:
“Katakanlah:’Sesungguhnya aku tidak kuasa mendatangkan sesuatu kemudharatan kepadamu dan
tidak (pula) sesuatu kemanfaatan’. Katakanlah:’Sesungguhnya aku sekali-kali tiada seorangpun
yang dapat melindungiku dari (azab) Allah dan sekali-kali tiada akan memperoleh tempat
berlindung selain daripada-Nya” (QS. Al-Jin: 21-22).
Firman-Nya:
“Katakanlah:’Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak
kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah
aku berbuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak
lain hanyalah pemberi peringatan dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman”
(QS. Al-A’rof: 188).
                Dengan ayat-ayat tadi, kita tahu bahwasanya tidak ada yang berhak atas ibadah baik
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam maupun makhluk lainnya dan sesungguhnya ibadah itu
tidak untuk siapapun kecuali Allah semata. Allah Ta’ala berfirman:
Artinya :
“Katakanlah:’Sesungguhnya sholatku, sembelihanku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah,
Rabb alam semesta, tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan
aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)” (QS. Al-An’am: 162-163).
Sedangkan hak Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah kita menempatkannya pada tempat yang
telah Allah tempatkan baginya, yaitu beliau adalah hamba Allah dan Rasul-Nya, sholawat dan
salam Allah atas beliau.
 URGENSI SYAHADAT
     Syahadat adalah pintu gerbang Islam. Untuk masuk Islam, orang harus menyatakan persaksian
atas kebenaran Islam itu dengan mengucapkan syhadatain ini. Syahadat
tauhid merupakan pengakuan terhadap ketuhanan Alloh yang menurunkan sistem ini kepada Nabi-
Nya. Syahadat rasul merupakan pengakuan bahwa Muhammad saw. harus dijadikan panutan dalam
menjalankan Islam. Berikut ini adalah urgensi dari syahadatain tersebut:
1.    Syahadatain adalah pintu gerbang Islam.
2.    Syahadatain adalah intisari ajaran Islam :
1.    Secara global: Islam mengajarkan tentang aqidah dan syariat.
2.    Secara umum: Islam mengajarkan tentang ibadah, akhlaq, muamalat.
3.    Syahadatain sebagai azas perubahan
Untuk membangun masyarakat baru di atas puing-puing jahiliyah, Rasulullh saw. tidak mengawali
perubahan itu dari politik, ekonomi dll. Beliau saw. mengawali dengan apa yang ada didalam jiwa
mereka, yaitu dengan menanamkan syahadatain di dalamnya.
1.    Syahadatain sebagai dakwah para rasul
2.    Syahadatain sebagai fadhilah dan keutamaan yangbesar.
“Barangsiapa mengucapkan laa ilaha illallah, ia masuk surga”, “Barangsiapa mati sedang ia
mengetahui bahwa tidak ada Tuhan selain Alloh, ia masuk surga”, “Dua kata yang ringan
diucapkan namun berat timbangannya, yakni: laa ilaha illallah, Muhammad rasululloh“.
1. SYARAT SYAHADAT

Ketahuilah wahai saudaraku, semoga Alloh merahmati kita semua bahwa tidak semua orang yang
mengucapkan kalimat “Laa ilaaha illa Alloh”, serta merta menjadi orang yang sudah bertauhid
(merealisasikannya). Akan tetapi, menurut para ulama’, agar menjadi seorang yang bertauhid
(muwahhid) harus memenuhi tujuh syarat, yaiut:

 Ilmu, yaitu mengetahui makna dan maksud dari kalimat syahadat/tauhid baik dalam hal
itsbat (menetapkan) maupun nafy (menafikkan). Maka tiada yang berhak disembah selain
Alloh.
 Yakin, yaitu meyakini dengan seyakin-yakinnya akan komitmen dari kalimat syahadat.
 Menerima dengan hati dan lisan segala konsekwensinya.
 Tunduk dan patuh kepada segala yang dikehendakinya.
 Benar dalam mengatakannya. Artinya, apa yang dikatakan dengan lidah harus sesuai
dengan keyakinan dalam hati.
 Ikhlas dalam melakukannya tanpa dicampuri riya.
 Mencintai kalimat syahadat atau tauhid ini dengan segala konsekwensinya.[4]

2. KEUTAMAAN SYAHADAT ATAU KALIMAT TAUHID

Syahadat atau kalimat tauhid sangat utama dibandingkan dengan ibadah-ibadah yang lain
sebagaimana yang didakwahkan oleh para Nabi dan Rasul. Diantara keutamaan-keutamaannya
adalah:

1. Alloh akan menghapus dosa-dosanya.

Dalam sebuah hadits Qudsi, yang diriwayatkan dari Anas bin Malik, ia berkata: “Aku mendengar
Rasulullah bersabda, “Alloh Yang Maha Suci dan Maha Tinggi berfirman yang artinya: “….Wahai
anak adam, seandainya engkau datang kepada Ku dengan dosa sepenuh bumi, sedangkan engkau
ketika mati tidak mempersekutukan Aku dengan sesuatu apapun, pasti Aku akan berikan kepadamu
ampunan sepenuh bumi pula.”[5]

2. Allah Ta’ala akan menghilangkan kesulitan dan kesediahannya di dunia dan akhirat.

Dalilnya dalam firman Alloh yang artinya: “Barang siapa yang bertakwa kepada Alloh niscaya
Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rizki dari arah yang tidak disangka-
sangka….” (QS. At-Thalaq:2-3)
Seseorang tidak dikatakan bertakwa kepada Alloh kalau dia tidak mentauhidkan-Nya. Orang yang
bertauhid dan bertakwa akan diberikan jalan keluar dari berbagai masalah hidupnya.[6]

3. Alloh akan menjadikan dan menghiasi dalam hatinya rasa cinta kepada iman serta
menjadikan di dalam hatinya rasa benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan.

Alloh berfirman di dalam Al-Qur’an yang artinya: “….Tetapi Alloh akan menjadikan kamu cinta
kepada keimanan dan menjadikan (iman itu) indah dalam hatimu serta menjadikan kamu benci
kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan
yang lurus.” (QS. Al-Hujuraat: 7)
4. Syahadat/kalimat tauhid akan mencegah seorang muslim kekal di Neraka.

Dari sahabat Abu Sa’id al-Khudri Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Bahwa Rasululloh Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya: “Setelah penghuni surga masuk ke Surga, dan penghuni
Neraka masuk ke Neraka, maka setelah itu Alloh pun berfirman, “Keluarkan (dari Neraka) orang-
orang yang di dalam hatinya terdapat seberat biji sawi iman!” Maka mereka pun dikeluarkan dari
Neraka, hanya saja tubuh mereka sudah hitam legam (bagaikan arang). Lalu mereka dimasukkan ke
dalam sungai kehidupan, maka tubuh mereka tumbuh (berubah) sebgaimana tumbuhnya benih yang
berada di pinggiran sungai. Tidaklah engkau perhatikan bahwa benih itu tumbuh berwarna kuning
dan berlipat-lipat?”[7]

5. Syahadat/tauhid merupakan penentu diterima atau ditolaknya amal manusia.

Sempurna dan tidaknya amal seseorang tergantung pada tauhidnya. Orang yang beramal tetapi
tauhidnya tidak sempurna, misalnya karena dicampuri riya’, tidak ikhlas, berbuat syirik, niscaya
amalnya akan menjadi bumerang baginya, bukan mendatangkan kebahagiaan. Seluruh amal harus
dilakukan ikhlas karena Alloh, baik itu berupa shalat, zakat, shadaqah, puasa, haji, dan lainnya.
Dalilnya firman Alloh yang artinya: “Yang menciptakan mati dan hidup, supaya Dia menguji
kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha
Pengampun.” (QS. Al-Mulk: 2)

6. Tauhid merupakan satu-satunya sebab untuk mendapatkan Ridha Alloh, dan orang
yang paling bahagia dengan syafaat Nabi adalah orang yang mengucapkan Laa ilaaha
illallaah dengan penuh keikhlasan dari dalam hatinya.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda yang artinya: “Orang yang paling bahagia dengan mendapat syafa’atku pada hari kiamat
adalah orang yang mengucapkan, ‘Laa ilaaha illallaah’ secara ikhlas dari hatinya atau jiwanya.

7. Alloh Ta’ala menjamin akan memasukkannya ke surga.

Dari Utsman bin Affan Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda” yang artinya: “Barang siapa meninggal dunia sedang ia mengetahui bahwa tidak ada
ilah yang berhak disembah dengan benar kecuali Alloh, maka ia masuk surga.[8]

8. Alloh akan memberikan kemenangan, pertolongan, kejayaan, dan kemuliaan.

Alloh berfirman yang artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama)
Alloh, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS. Muhammad: 7)
Dari Jabir Radhiyallohu ‘anhu, ia berkata, “Bahwa Rasululloh Shallallohu ‘alaihi wa sallam
bersabda yang artinya: “Barang siapa meninggal dunia dalam keadaan tidak mempersekutukan
Alloh dengan sesuatu apapun, ia masuk Surga.”[9]

9. Alloh akan memberikan kehidupan yang baik di dunia dan akhhirat.

Alloh berfirman yang artinya: “Barang siapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun
perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan kami berikan kepadanya kehidupan yang lebih
baik dan akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah
mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl: 97)

3 PEMBATAL SYAHADAT

Terkadang kita sebagai orang islam tidak menyadari tingkah laku atau perbuatan yang dapat
mengeluarkan kita dari agama islam atau dengan kata lain merusak syahadat yang telah diucapkan
dengan lisan dan diyakini dalam hati. Berikut adalah hal-hal yang dapat membatalkan syahadat:

 Berbuat syirik kepada Alloh yaitu menyekutukan Alloh, misalnya menyembelih untuk
selain Alloh. Dalilnya dalam firman Alloh yang artinya: “Sesungguhnya Alloh tidak akan
mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari itu, bagi siapa
yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan Alloh, maka sesungguhnya ia
telah berbuat dosa yang besar”. (QS. An-Nissa’:48)
 Orang yang membuat perantara antara dirinya dengan Alloh kemudian dia meminta kepada
perantara-perantara itu dan menjadikan mereka sebagai wasilah. Alloh Ta’ala berfirman yang
artinya: “Mereka itu adalah pemberi syafaat kepada kami disisi Alloh.” (QS. Yunus: 18)
 Orang yang tidak mengkafirkan orang-orang musyrik atau meragukan kekafiran mereka,
atau membenarkan mazhab mereka, maka dia telah kafir menurut ijma’(kesepakatan).
 Orang yang meyakini bahwa selain petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih utama
dari petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, seperti hukum yang mengutamakan hukum
Thogut (hukum selain hukum Alloh).
 Orang yang mengolok-olok agama (ajaran) Rasululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dalil
dalam Al-qur’an yang artinya: “Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang
mereka lakukan itu), tentu mereka akan menjawab: “sesungguhnya kami hanyalah bersenda
gurau dan bermain-main saja. “Katakanlah: “Apakah dengan Alloh, ayat-ayat-Nya dan Rasul-
Nya kamu selalu berolok-olok?” Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah
beriman. Jika kami memaafkan segolongan dari kamu (lantaran mereka taubat), niscaya kami
akan mengazab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu
berbuat dosa.” (QS. At-Taubah:66)
 Melakukan sihir

Diantara perbuatan sihir ialah ash-sharfu dan al-‘athfu. Ash-sharfu ialah perbuatan sihir yang
tujuannya ialah mengubah keadaan seseorang dari apa yang dicintainya, seperti memalingkan
kecintaan seorang suami terhadap istrinya menjadi kebencian terhadapnya.
Al-athfu ialah amalan sihir yang memacu dan mendorong seseorang dari apa yang tidak dicintainya
sehingga dia mencintainya dengan cara-cara setan. Maka barang siapa yang melakukannya atau dia
ridha dengan perbuatan itu maka dia telah kafir.

 Memberikan pertolongan kepada orang kafir dan membantu mereka dalam rangka
memerangi kaum Muslimin. Alloh Ta’ala berfirman yang artinya: “Hai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang yahudi dan nasrani menjadi pemimpin-
pemimpin(mu); sebagian mereka adalah pemimpin bagi sebagian yang lain. Barang siapa
diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk
kepada orang-orang yang zalim.” (QS.Al-Maidah:51)
 Orang yang meyakini bahwa sebagian manusia ada yang boleh (bebas) untuk keluar dari
syari’at Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
 Berpaling dari agama Alloh, dia tidak mempelajarinya dan tidak mengamalkannya. Alloh
Ta’ala berfirman: “Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang telah diperingatkan
dengan ayat-ayat Robb-nya, kemudian ia berpaling daripadanya. Sesungguhnya kami akan
memberikan pembalasan kepada orang-orang yang berdosa.” (QS.As-Sajadah:22) [10]

4. IMPLEMENTASI SYAHADAT DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

Laailaha illalloh muhammadurrasululloh tiada tuhan selain alloh, muhammad utusan Alloh. Ikrar
sederhana ini, sebagai keimanan seorang muslim, adalah awal segalanya. Pengungkapan keimanan
dan keesaan alloh dan kerasulan muhammad merupakan soko guru semua konsep, sikap, nilai
moral dan petunjuk islam bagi manusia dalam berperilaku dan berhubungan dengan sesamanya.
Bagaimanakah semua ini bisa terjadi pada ikrar yang sederhana dan begitu gamblang ini?
Begini : bagian pertama pernyataan ini lailaaha illalloh bukan saja mengakui kemaha esaan alloh
tetapi juga bahwa hanya ada satu penguasa atas alam semesta ini. Karena, begitu kita menyatakan
tiada tuhan selain alloh, berarti kita telah menyatakan bahwa tiada pencipta, pemelihara alam
semesta beserta isinya dan tiada pula penguasa, pemberi hukum dan penguasa tertinggi atas
manusia selain alloh. Alloh, tuhan semua ciptaan, menciptakan segala yang dikehendakinya,
memberikan sifat, fungsi dan peranan sesuai dengan kehendaknya. Dia tidak bergantung kepada
siapapun, dan segala suatu berada dibawah pengawasan mutlaknya. Tujuannya menciptakan
manusia adalah agar dia dikenal, diabdi, dipatuhi dan mengelola hal ikhwal dunia ini dengan
keadilan dan kebenaran, selaras dengan hukum-hukum bijaknya.

Biskah kita memahami semua ini? Bisakah manusia, makhluk serba terbatas ini, mengenal alloh
sesuatu yang tak terbatas dan kehendaknya atas manusia, mengetahui jawaban-jawaban berbagai
pertanyaan mendasar tentang sifat-sifatnya, hubungan manusia dengannya, dan mengapa manusia
ditempatkannya di bumi ini? Kita kini hidup di jaman yang di dalamnya kita makin kehilangan
keyakinan akan arti dan tujuan kemajuan ini. Sungguh seluruh peradaban modern tampak
membiaskan kehiupan nan hampa arah dan makna. lalu, bisakah kita memahaminya?.

Memang, inilah masalah yang paling vital dan mendasar bagi setiap manusia. Tanpa jawaban-
jawaban yang memuaskan, hidup ini akan sia-sia, tak punya tujuan dan makna. Bila demikian,
maka orang hidup hanya karena kebetulan ia hidup. Karena itu, tugas utama setiap manusia yaitu
mencari jawaban bagi masalah-masalah ini hingga berhasil, untuk meyakini kebenaran akan hal itu
dan hidup dengannya setaat mungkin. Ini yang menjadi masala: dimanakah jawaban-jawaban itu
bisa didapat?
Jika (sebagaimana banyak yang dipercaya) agama semata-mata alat ciptaan manusia untuk
menjelaskan alam semesta, atau untuk menata urusan-urusan manusia, maka manusia tentu dapat
menjawab secara memuaskan masalah-masalah ini dengan nalar dan pengamatannya sendiri, demi
kepatuhan hidupnya. Penyembahan kepada kekuatan alam, ruh, setan, kayu, batu, tuhan-tuhan
buatan manusia, dan mitos-mitos yang dihubungkan dengan dunia manusia oleh sifat semi-
manusiawinya mencerminkan berbagai upayanya untuk berbuat demikian disepanjang sejarah. Tapi
untuk sampai kepada kebenaran yang objektif, yaitu pengetahuan hakiki tentang arti dan tujuan
kemajuan, sifat-sifat pencipta segalanya, peranan manusia dan tujuan akhirnya, melalui upaya-
upaya tanpa bantuan, jelas tak mungkin. Hal ini karena sepenuhnya berada di luar jangkauan
pengamatan dan kemampuan deduktif manusia. Sekalipun orang-orang tertentu dengan upayanya
sendiri, berhasil meraih bagian tertentu dari kebenaran ini, namun mereka tetap saja tidak memiliki
sarana yang pasti dan positif untuk membuktikan hal-hal itu.

Sebab, sarana tunggal bagi manusia untuk benar-benar bisa memahami masalah-masalah semacam
itu yakni jika sumber segala sesuatu, yang berkehendak, bertindak dan memelihara, yang kita sebut
alloh itu sendiri memberikan pengetahuan ini kepada kita melalui sarana yang dikehendakinya.
Inilah sebenarnya makna bagian kedua syahadat keimanan muslim, … Muhammadarrasululloh-
muhammad utusan alloh.
Islam menegaskan sejak manusia menyadari yang hakiki, sang pencipta tidak saja menanamkan
kepadanya kesadaran akan kemaujudan-Nya dan pengetahuan fitriyah tentang ketiadaan yang
melebihi dia, sang pencipta manusia dan dunia sekelilingnya, tapi juga memberikan jawaba-
jawaban bagi masalah-masalah vital yang telah ada dibenaknya sejak ia berfikir, bertanya dan
memecahkan masalah di planet ini, memberikan petunjuknya kepadanya melalui pribadi-pribadi
pilihannya sebagai pembawa risalahnya bagi aneka bangsa: dengan kata lain sebagai penghubung
antara dirinya dan manusia. Dengan lewatnya waktu dan perubahan-perubahan, akibat ulah
manusia, banyak wahyu yang mereka bawa hilang. Namun masih cukup banyak kitab atau ajaran
yang dibawa oleh nabi-nabi terdahulu-wahyu yang dipercayakan oleh alloh kepada nabi ibrahim,
musa, isa dan nabi-nabi lainnya (semoga alloh melimpahkan rahmatnya kepada mereka semua)-
yang dapat menjelaskan bahwa risalah ini pada dasarnya satu dan sama sepanjang sejarah. Artinya
hanya ada satu kemaujudan yang adalah tuhan dan penguasa semesta. Kemaujudan inilah yang
telah membuat hukum-hukum, guna menata perilaku manusia. Dan manusialah yang
mempertanggungjawabkan hidupnya kepada kemaujudan ini.

Jadi islam tak mengklaim sebagai suatu agama baru, melainkan agama sejati/fitrah, yang akar-
akarnya terhunjam dalam pada kesadaran manusia sejak ia menginjak kakinya dibumi, karena sang
pencipta itu sendiri telah menempatkannnya disana. Agama itu diwahyukan kepada dan
disampaikan oleh para nabi: agama kepasrahan dan pertanggungjawaban kepad alloh yang maha
esa. Islam mengajarkan bahwa risalah ini dari tuhan, dengan menunjukkan persamaan dan
kesinambungan ajaran-ajaran yang dibawa oleh rasul-rasul alloh sepanjan sejarah. Tapi kini jelas,
dengan berjalannya waktu bahwa ajaran-ajaran itu diubah dan sedemikian diputarbalikkan. Wahyu
sejati alloh mesti diimani tapi bukan bentuk dan kandungannya yang sekarang, karena kondisinya
kini, tak memungkinkan bisa ditentukan bagian mana yang telah diubah dengan sengaja atau tidak
oleh tangan-tangan manusia.
Nabi adalah manusia biasa, punya kebutuhan dan perasaan. Islam menolak keras bahwa rasul-rasul
alloh itu adimanusia. Mereka adalah manusia-manusia berkualitas istimewa, dipilih oleh alloh
diantara manusia untuk menyampaikan petunjukkny. Ciri para nabi yakni kepasrahan total dan
kedekatan mereka kepada alloh, kelurusan perilaku dan komitmen tanpa pamrih mereka terhadap
misi yang mereka emban.
Petunjuk yang diwahukan ini sesuai dengan mentalitas dan kebutuhan orang-orang yang menjadi
sasaran petunjuk ini. Itulah sebabnya banyak nabi terdahulu diutus disertai mukjizatnya dan tanda-
tanda,k sebab orang-orang pada zaman mereka-yang kurang atau tak percaya kepada tuhan-mau
mengakuinya jika kemaujudan dan kekuasaannya diperlihatkan langsung kepada mereka. Akhirnya,
ketika akal manusia telah berpotensi penuh, alloh mengangkat rasul terakhirnya muhammad,
seorang arab keturunan ibrahim, untuk membawa petunjuk akhir dan paling lengkap darinya bagi
segala zaman. Karena kaum muslim mengikuti pentunjuk yang dibawa oleh muhammad saw, yaitu
petunjuk yang berisi hukum-hukum pasti dan lengkap dari alloh dan perintah-perintahnya bagi
umat manusia, maka persaksian, muhammadarrasululloh muhammad adalah utusan alloh, sangat
penting sebagai bagian kedua dari ikrar keimanan seorang muslim.[11]

AKTUALIASI SYAHADAT DALAM IBADAH DAN MUAMALAH

Aktualisasi syahadat dalam ibadah dan muamalahyakni sebagai berikut:

1.     Syahadat sebagai inti ajaran Islam.Apabila syahadat yang merupakan inti ajaran Islam sudah
menancap dalam dirinya sebagai akidah, maka berubah pula seluruh aspek kehidupannya.
2.   Syahadatain sebagai Asas perubahanSyahadat inilah yang akan selalu memompasemangat ummat
Islam untuk selalu membuat perubahan yang lebih baik .
3.     Syahadat sebagaihakikat dakwah para rasul.Syariat yang dibawa rosul dapat berbeda-beda namun
intinya tetap sama yaitu beriman kepaada Allah dan menjauhi thogut.
4.     Syahadat sebagaikeutamaan yang agung.Syahadat dapat menyelamatkan dari azab Allah di dunia
dan akhirat. Juga menjadi sebab terhapusnya dosa danmaksiat sertta sebab masuknya seseorang
kedalam surga dan tidak kekal di neraka.

Masyarakat muslim adalah masyarakat yang melambangkan prinsip-prinsip dan smua hal-hal
yang penting. Tanpa terlambangnya prinsip dan hal-hal yang penting itu dalam perwujudan
masyarakat, maka masyarakat itu tidak dapat dikatakan masyarakat islam.

Ciri pertama yang membedakan wujud masyarakat muslim ada bahwa masyarakat ini berdiri
atas dasar penghambatan diri manusia kepada Allah semata dalam seluruh persoalan.
Penghambatan ini dilambangkan dan dibentuk oleh syahadatLa ilaha illa Allah, Muhammad
Raasulullah.Inilah masyarakat Muslim, yaitu masyarakat yang melambangkan perhambatan diri
kepada Allah semata, dalam kepercayaan dan konsepsi para anggotanya, dalam system social dan
perundang-undangan mereka, dan juga dalam upacara peribadatan dan ibadah mereka. Kalau
adasalah satu dari segi-segi ini yang tidak terdapat, berarti islam itu sendiri tidak ada. Karena yang
ada itu sesungguhnya justru Rukun pertamanya:La ilaha illa Allah, Muhammad Raasulullah.

Rusaknya syahadat dan hal-hal yang membatalkan Syahadat dan keimanan


1.     Bertawakkal dan bergantung pada selain Allah
2.     Mengingkari nikmat Allah, baik yang kelihatan atau yang tidak kelihatan, baik yang mudah
dipikirkan atau yang memerlukan pengkajian secara mendalam.
3.     Bekerja atau berkhidmat dengan tujuan selain karena Allah.
4.     Membuat undang-undang menurut kemauan manusia bukan kehendak dan ketentuan yang telah
digariskan oleh Allah.
5.   Memfokuskan segala ketaatan kepada selain Allah dengan Cara ang tidak dikehendaki-Nya.
6.     Benci atau menantang slah satu kandungan ajaran Islam aatu membenci seluruh ajaran islam.
7.     Mencintai kehidupan dunia melebihi kecintaanya terhadap akhirat (dunia gila) dan ia telah
menjadikan dunia ini sebagai tujuan utamanya, serta merupakan segala-galanya dalam hidupnya.
8.     Menghina salah satu isi Al-Qur’an atau sunnah atau orang –oarang alim yang menegakannya, atau
memperolok-olokan  hokum-hukum Allah atau syiar-syiar Islam.
9.     Tidak beriman dengan seluruh sumber-sumber hukum islam dari Al-Qur’an dan Sunnah.
10.   Mengangkat orang-orang kafir dan munafiqin sebagai pemimpin serta tidak mencintai orang-orang
yang beraqidah Islam dan orang-orang mukmin.
11. Mengafirkan orang yang mengucapkan dua kalimat Syahadat serta tidak mengafirkan orang yang
telah ingkar terhadap Syahadatain dan tidak menghalalkan perang dengannya.

Manfaat Syahadat

1. Membawa Manusia Masuk Surga

Keutamaan pertama mengucapkan kalimat Laa Ilaaha Illallah adalah ternyata kali tersebut bisa
membawa manusia menjadi penghuni surga. Suatu saat Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam
mendengar muadzin mengucapkan ’Asyhadu alla ilaha illallah’. Lalu beliau mengatakan pada
muadzin tadi, ”Engkau terbebas dari neraka.” (HR. Muslim no. 873)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, ”Barangsiapa yang akhir perkataannya sebelum
meninggal dunia adalah ‘lailaha illallah’, maka dia akan masuk surga” (HR. Abu Daud. Dikatakan
shohih oleh Syaikh Al Albani dalam Misykatul Mashobih no. 1621)
2. Kebaikan yang Paling Utama

Selain bisa membawa manusia terbebas dari neraka ternyata kalimat Laa Ilaaha Illallah merupakan
kebaikan yang paling utama. Abu Dzar berkata, ”Katakanlah padaku wahai Rasulullah, ajarilah aku
amalan yang dapat mendekatkanku pada surga dan menjauhkanku dari neraka.” Nabi shallallahu
’alaihi wa sallam bersabda, ”Apabila engkau melakukan kejelekan (dosa), maka lakukanlah
kebaikan karena dengan melakukan kebaikan itu engkau akan mendapatkan sepuluh yang semisal.”
Lalu Abu Dzar berkata lagi, ”Wahai Rasulullah, apakah ’laa ilaha illallah’ merupakan kebaikan?”
Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,”Kalimat itu (laa ilaha illallah, pen) merupakan
kebaikan yang paling utama. Kalimat itu dapat menghapuskan berbagai dosa dan kesalahan.”
(Dinilai hasan oleh Syaikh Al Albani dalam tahqiq beliau terhadap Kalimatul Ikhlas, 55)

3. merupakan Dzikir yang Paling Utama

Dzikir merupakan ibadah yang harus dilakukan kaum muslimin agar senantiasa mengingat Allah
SWT dalam keadaan apapun. Ada begitu banyak bacaan dzikir yang bisa diucapkan, akan tetapi
ternyata dzikir dengan kalimat Laa Ilaaha Illallah menjadi dzikir yang paling utama. Hal ini sesuai
dengan sabda Rasulullah SAW:

”Dzikir yang paling utama adalah bacaan ’laa ilaha illallah’.” (Dinilai hasan oleh Syaikh Al Albani
dalam tahqiq beliau terhadap Kalimatul Ikhlas, 62)

4. Amal yang Paling Utama

Keutamaan kalimat Laa Ilaaha Illallah yang selanjutnya yaitu ternyata kalimat ini adalah amal yang
paling utama. Senantiasa mengucapkannya akan memberikan banyak ganjaran kepada yang
mengerjakan. Bahkan ia akan mendapatkan ganjaran menyamai memerdekakan budak dan
merupakan pelindung dari gangguan setan. Rasulullah SAW bersabdaL

”Barangsiapa mengucapkan ’laa il aha illallah wahdahu laa syarika lah, lahul mulku wa lahul
hamdu wa huwa ’ala kulli syay-in qodiir’ [tidak ada sesembahan yang berhak disembah dengan
benar kecuali Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya, milik-Nya kerajaan dan segala pujian. Dia-lah yang
Maha Kuasa atas segala sesuatu] dalam sehari sebanyak 100 kali, maka baginya sama dengan
sepuluh budak (yang dimerdekakan, pen), dicatat baginya 100 kebaikan, dihapus darinya 100
kejelekan, dan dia akan terlindung dari setan pada siang hingga sore harinya, serta tidak ada yang
lebih utama darinya kecuali orang yang membacanya lebih banyak dari itu.” (HR. Bukhari no. 3293
dan HR. Muslim no. 7018)

5. Kunci dari 8 Pintu Surga

Keutamaan terakhir dari kalimat Laa Ilaaha Illallah adalah kalimat tersebut adalah kunci dari 8
pintu surga. Orang yang senantiasa mengucapkan kalimat ini dalam kesehariannya bisa menjadi
penghuni surga dengan masuk lewat pintu mana saja yang disukainya. Dari ’Ubadah bin Shomit
radhiyallahu ’anhu, Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
”Barangsiapa mengucapkan ’saya bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah
dengan benar kecuali Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, Muhammad adalah hamba-Nya dan
utusan-Nya, dan (bersaksi) bahwa ’Isa adalah hamba Allah dan anak dari hamba-Nya, dan kalimat-
Nya yang disampaikan kepada Maryam serta Ruh dari-Nya, dan (bersaksi pula) bahwa surga adalah
benar adanya dan neraka pun benar adanya, maka Allah pasti akan memasukkannya ke dalam surga
dari delapan pintu surga yang mana saja yang dia kehendaki.” (HR. Muslim no. 149)

 
BAB III
PENUTU
P

Kesimpulan
Syahadatain merupakan inti ajaran Islam. Dengan pemahaman syahadatain yang
benar, seorang muslim akan menjadikan Allah sebagai ghayah (tujuan)nya,
Muhammad sebagai qudwah (teladan)nya, dan Al-Qur‟an sebagai dustur (pedoman
hidup)nya.

Saran
Sebagai orang Islam, tentunya kita harus lebih memahami makna syahadat
dalam kehidupan sehari-hari. Tidak hanya diucapkan di lisan, tetapi diyakini dalam
hati dan diamalkan dalam kehidupan agar tidak hanya Islam KTP.
DAFTAR PUSTAKA

Noferiyatno. 2013. Dahsyat Mentoring ForTeenager. Solo: PT Era Adicitra Intermedia.


Rahmat, Fajar Basuki. 2013. Aqidah Akhlak MA kelas XII. Bantul: Terbit Multi
Creative.
.2011. Aqidah Akhlak MA kelas X. Bantul: Terbit Multi
Creative.
Team Guru Bina PAI MA. 2008. Aqidah Akhlak MA kelas XII. Sragen: CV Akik
Pustaka.
. 2011. Aqidah Akhlak MA kelas XI. Sragen: CV Akik
Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai