Anda di halaman 1dari 5

Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi pada Balita

di Posyandu Mawar RW 05 Kelurahan Wonodri


Dadan Fakhrurijal1, Darmono SS2, Rochman Basuki3
1
Mahasiswa Program Pendidikan S-1, Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Semarang
2
Staf Pengajar, Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah, Semarang
3
Staf Pengajar, Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah, Semarang.

ABSTRAK

Latar Belakang : Status gizi balita dipengaruhi oleh berbagai faktor yang sangat kompleks dan dibagi menjadi dua faktor yaitu faktor
langsung dan tidak langsung. Faktor langsung seperti konsumsi makanan dan penyakit infeksi, sedangkan faktor tidak langsung seperti pola
asuh,tingkat pendidikan ibu, tingkat pendapatan keluarga, aktivitas ibu, jumlah anggota keluarga dan budaya pantangan makanan, jarak
kelahiran anak yang terlalu rapat, sanitasi lingkungan, pelayanan kesehatan, dan stabilitas rumah tangga.
Tujuan Penelitian : Untuk menganalisis beberapa faktor yang berhubungan dengan status gizi pada balita di Posyandu Mawar RW 05
Kelurahan Wonodri.
Metode Penelitian : Jenis penelitian ini menggunakan metode observasional dengan pendekatan cross sectional, dengan sampel sebanyak
51 balita. Metode pengumpulan data dengan menggunakan wawancara dengan panduan kuesioner dan observasi. Analisis data dengan
menggunakan korelasi spearman dan chi-square.
Hasil Penelitian : Pada penelitian ini didapatkan ada hubungan yang signifikan antara konsumsi makanan dengan status gizi sedangkan
untuk hubungan antara penyakit infeksi dengan status gizi tidak ditemukan hubungan yang signifikan.

Kata Kunci : Konsumsi makanan, penyakit infeksi, status gizi.

The Analysis Of Factors That Related With The Status Of Nutrient To


Toddler At Mawar Posyandu RW 05 Wonodri Village
ABSTRACT

Background : The status of toddler nutrient influenced by various factor that very complex and divided to two factors that is direct factor
and indirect factor. The direct factor such as food consumption and infection disease, while the indirect factor such as parenting, the degree
of mother’s education, family income level, mother’s activity, the number of family members and the habit of prohibition food, the range of
birth that too close, environmental sanitation, health service, and the stability of household.
Objective : To analysis some factors that related with the status of nutrient to toddler at Mawar Posyandu RW 05 Wonodri Village.
Methods : This research use an observational method by cross sectional approach with sample as much as 51 toddlers. The data
aggregation method is interview with questionnaire guide and observation. The data analysis by using spearman correlation and chi square.
The results : At this research resulted there is significant correlation between food consumption with the status of nutrient while the analysis
of infection disease with the status of nutrient has not found significant correlation.
Key words : The food consumption, infection disease, the status of nutrient.

Korespondensi : Dadan Fakhrurijal, Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang, Jl. Wonodri No. 2A.
Semarang, Jawa Tengah, Indonesia, telepon/faks (024) 8415764. Email : dadanfakhrurijal@yahoo.com

PENDAHULUAN masalah anemia zat gizi, dan 4) masalah gangguan


Permasalahan gizi terjadi di setiap siklus akibat kekurangan yodium. Dilihat dari etiologinya,
kehidupan, dimulai sejak dalam kandungan (janin), status gizi penduduk dipengaruhi oleh berbagai
bayi, anak, dewasa, dan usia lanjut. Periode dua faktor yang sangat kompleks, seperti: sosial,
tahun pertama kehidupan merupakan masa kritis ekonomi, budaya, kesehatan, lingkungan alam,
dan pada masa ini terjadi pertumbuhan serta maupun penduduk yang saling berkaitan satu
perkembangan yang sangat pesat. (Anonim 2007) dengan yang lainnya. (Mukri, N dan Ardianto, P
Terdapat empat masalah gizi utama yang 1991)
harus ditanggulangi di Indonesia dengan program Kurang energi protein (KEP) sampai saat
perbaikan gizi, yaitu: 1) masalah kurang energi ini masih merupakan salah satu masalalah gizi
protein (KEP), 2) masalah kurang vitamin A, 3) utama di Indonesia. Kurang Energi Protein (KEP)

6
dikelompokkan menjadi dua yaitu gizi kurang (bila normal maka akan digunakan metode korelasi
berat badan menurut umur di bawah 2 SD), dan gizi Spearman. Untuk menganalisis hubungan antara
buruk (bila berat badan menurut umur di bawah 3 penyakit infeksi dengan status gizi digunakan
SD). Riset Kesehatan Dasar 2010 menyatakan metode chi-square. (Adisasmito, W 2007)
bahwa prevelensi balita kurang gizi (balita yang
mempunyai berat badan kurang) secara nasional HASIL DAN PEMBAHASAN
sebesar 17,9% diantaranya 4,9% yang gizi buruk. Karakteristik Sampel
Sedangkan untuk konsumsi makanan dibawah Tabel 1 Distribusi frekuensi karakteristik sampel
kebutuhan minimal (kurang dari 70% dari Angka No. Karakteristik Jumlah Persentase
Kecukupan Gizi/AKG) yang dianjurkan tahun (orang) (%)
1. Jenis kelamin
2004. Berdasarkan kelompok umur dijumpai 24,4% a. Laki-laki 23 45,1
balita mengkonsumsi makanan dibawah kebutuhan b. Perempuan 28 54,9
maksimal. (Anonim 2006; RISKESDAS 2010) Jumlah 51 100,0
Keadaan status gizi masyarakat Jawa 2. Berat bayi lahir
a. Normal 44 86,3
Tengah dapat tercermin dari data tahun 2004 b. Rendah 6 11,8
menunjukkan jumlah balita yang ada sebanyak c. Tinggi 1 2,0
2.767.378 dari jumlah tersebut jumlah balita yang Jumlah 51 100,0
datang dan ditimbang di posyandu sebanyak 3. ASI eksklusif
2.064.472 dengan rincian jumlah balita yang naik a. Ya 11 21,6
b. Tidak 40 78,4
berat badannya sebanyak 1.556.443 balita (75,39 Jumlah 51 100,0
%) dan balita yang berada dibawah garis merah 4. Status imunisasi
(BGM) sebanyak 35.327 balita (1.71 %). Data a. lengkap 43 84,3
tersebut menunjukkan bahwa Jawa Tengah masih b. Tidak lengkap 8 15,7
Jumlah 51 100,0
banyak ditemukan balita dengan status gizi kurang.
(DinKes Jateng 2011)
Hasil tinjauan awal peneliti di daerah Mayoritas responden yang mengikuti
Wonodri RW 05 didapatkan bahwa masih ada anak penelitian berjenis kelamin perempuan yaitu 28
balita yang memiliki gizi kurang, meski letak responden (54,9 %), mayoritas responden lahir
daerah ini berada di daerah perkotaan hal ini yang dengan berat badan normal yaitu sebanyak 44
menarik peneliti untuk melakukan penelitian responden (86,3%), untuk konsumsi ASI mayoritas
tentang status gizi di daerah Wonodri RW 05. responden tidak mengkonsumsi ASI yaitu 40
Berdasarkan permasalahan tersebut responden (78,4%), dan untuk status imunisasi
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan mayoritas responden telah mendapatkan imunisasi
judul “ Analisis Faktor – Faktor yang Berhubungan lengkap yaitu sebanyak 43 responden (84,3%).
Dengan Status Gizi pada Balita.”
Usia Responden dan Orang Tua Responden
METODE PENELITIAN Tabel 2 Distribusi frekuensi usia responden dan
Penelitian ini menggunakan metode orang tua responden
No. Usia Minimum Maksimum Rata-rata
observasional dengan pendekatan cross sectional. 1. Usia responden (bulan) 2 60 31,08
Jadi penelitian dengan cara pendekatan, observasi 2. Usia orang tua (tahun)
atau pengumpulan data yang dilakukan pada waktu a. Ayah 21 42 30,45
yang sama. Sampel penelitian ini adalah seluruh b. Ibu 22 37 28,55
anak balita di Posyandu Mawar yang bersedia
mengikuti penelitian dan tidak memiliki kelainan Distribusi frekuensi usia responden dan
bawaan dari lahir. Besar sampel yaitu 51 anak orang tua responden didapatkan rata-rata responden
balita, diperoleh dengan cara non probability/ non yang mengikuti penelitian ini berusia 30,45 bulan,
random sampling. Data yang dikumpulkan dan untuk rata-rata usia ayah responden berusia
meliputi data primer dan data sekunder. Data 30,45 tahun sedangkan usia rata-rata ibu responden
primer meliputi food recall dan penimbangan berat 28,55 tahun.
badan, data sekunder yaitu data hasil imunisasi dan
berat lahir dari KMS (Kartu Menuju Sehat). Pendidikan Orang Tua Responden
(Adisasmito, W 2007; Notoatmodjo, Soekidjo Distribusi frekuensi pendidikan orang tua
2005; Hidayat, A. Aziz Alimul 2007) responden didapatkan mayoritas pendidikan ibu
Data yang diperoleh dari hasil penelitian responden yaitu SMA sebanyak 25 orang tua
diolah dan dianalisis. Analisis bivariat untuk responden (49,0%), dan mayoritas pendidikan ayah
menganalisis hubungan antara konsumsi makanan responden yaitu SMA sebanyak 29 oarang tua
dengan status gizi digunakan uji kenormalan yaitu responden (56,9%).
uji kolomogorov smirnov, jika keduanya normal
maka selanjutnya akan digunak uji korelasi person
sedangkan jika salah satu atau keduanya tidak

7
memiliki asupan energi yang baik atau normal yaitu
sebesar 26 responden (51,0%) dan hanya 1
Tabel 3 Distribusi frekuensi pendidikan orang tua responden (2,0%) yang memiliki derajat berat.
responden
Persentase Tabel 5 Distribusi frekuensi konsumsi makanan.
No. Pendidikan Frekuensi
(%) Kategori Freku Persen
1. Pendidikan ibu ensi tase
a. SD 3 5,9 (%)
b. SMP 12 23,5 Kekurangan tingkat berat 1 2,10
c. SMA 25 49,0 Kekurangan tingkat sedang 7 13,7
d. D3 6 11,8 Kekurangan tingkat ringan 8 15,7
e. S1 5 9,8 Normal 26 51,0
Jumlah 51 100,0 Diatas kecukupan 9 17,6
2. Pendidikan ayah Total 51 100
a. SD 1 2,0
b. SMP 6 11,8
c. SMA 29 56,9 Penyakit Infeksi
d. D3 4 7,8 Tabel 6 Distribusi frekuensi penyakit infeksi
e. S1 11 21,6 No. Penyskit Frekuensi Persentase
Jumlah 51 100,0 (%)
1. Diare
a. Ya 6 11,8
Pelayanan yang Didapatkan Balita Di Posyandu b. b. Tidak 45 88,2
Pelayanan yang didapatkan balita di Jumlah 51 100,0
posyandu mawar RW 05 Kelurahan Wonodri yaitu 2. ISPA
berupa: penimbangan berat badan, pengukuran a. Ya 10 19,6
tinggi badan/panjang badan, penyuluhan, b. Tidak 40 80,4
Jumlah 51 100,0
pemberian makanan tambahan, dan pemberian
suplemen vitamin A, sedangkan untuk pelayanan
imunisasi, KIA (kesehatan ibu dan anak), KB, Dilihat dari tabel 4.6 mayoritas responden
pengobatan balita, dan MTBS (menejemen terpadu tidak mengalami penyakit diare dan ISPA yaitu
balita sakit) tidak ada pelayanan di Posyandu sebesar 45 responden (88,2%) untuk penyakit diare
Mawar RW 05 Kelurahan Wonodri. dan 41 responden (80,4%) untuk penyakit ISPA
dan hanya 6 responden (11,8%) yang menderita
diare dan 10 responden (19,6%) yang menderita
Status Gizi
Tabel 4 Distribusi frekuensi status gizi. ISPA.
Persentase
Status gizi Frekuensi Hubungan Antara Konsumsi Makanan Dengan
(%)
Gizi buruk 0 0 Status Gizi
Gizi kurang 6 11,8 Hasil uji statistik diperoleh nilai
Gizi baik 40 78,4
Gizi lebih 5 9,8
Correlation Coefficient = 0,551 artinya korelasi
Total 51 100 yang terjadi antara dua variabel searah dan
memiliki hubungan yang sedang karena berada di
Distribusi frekuensi status gizi, didapatkan rentang nilai 0,4 sampai 0,599 sedangkan nilai p =
mayoritas responden yang masuk dalam kategori 0,000 (p < 0,05) artinya ada hubungan yang
gizi baik yaitu sebanyak 40 responden (78,4%) dan bermakna antara konsumsi makanan dengan status
tidak ada responden yang masuk dalam status gizi gizi.
buruk. Hasil analisis hubungan antara konsumsi
makanan dengan status gizi diperoleh bahwa bahwa
Konsumsi Makanan konsumsi makanan memiliki pengaruh terhadap
Distribusi frekuensi konsumsi makanan status gizi responden cenderung lebih tinggi.
dari 51 responden yang ada mayoritas responden

8
Tabel 7 Hubungan antara konsumsi makanan dengan status gizi

jumlah energi
160

140

120 y = 5,247x + 98,39


100 R² = 0,339

80

60

40

20

0
-4 -2 0 2 4 6 8 10

Hubungan Antara Penyakit Infeksi dengan hanya 8 responden (19,6%) yang memiliki status
Status Gizi gizi abnormal (lebih, kurang, buruk).
Tabel 8 Hubungan antara penyakit diare dengan Hasil uji statistik diperoleh p = 0,669 (p >
status gizi. 0,05) artinya tidak ada hubungan yang bermakna
Persentase antara penyakit ISPA dengan status gizi. Jadi dapat
Diare Status gizi
(%) disimpulkan bahwa hasil analisis antara penyakit
normal Lebih/kurang/baik
n % n %
infeksi dengan status gizi tidak memiliki hubungan
Ya 3 50 3 50 100 yang sangat signifikan.
Tidak 37 82,2 8 17,8 100

Hasil analisis hubungan antara penyakit PEMBAHASAN


diare dengan status gizi diperoleh bahwa dari 6 Hubungan antara konsumsi makanan
responden (100%) yang menderita penyakit diare dalam hal ini diterjemahkan kedalam kecukapan
hanya 3 responden (50%) yang memiliki status gizi enrgi dengan status gizi pada balita didapatkan hasil
abnormal (lebih, kurang, buruk) sedangkan dari 45 yang sangat signifikan yaitu konsumsi makanan
responden (100%) yang tidak menderita diare mempengaruhi status gizi.
hanya 8 responden (17,8%) yang memiliki status Hasil penelitian ini sesuai dengan teori
gizi abnormal (lebih, kurang, buruk). bahwa faktor langsung yang mempengaruhi status
. Hasil uji statistik diperoleh p = 0,106 (p > gizi pada anak atau balita adalah konsumsi
0,05) artinya tidak ada hubungan yang bermakna makanan, anak yang mendapatkan makanan yang
antara penyakit diare dengan status gizi. cukup baik cenderung meiliki daya tahan tubuh
yang sangat baik sehingga terhindar dari penyakit
Tabel 9 Hubungan antara penyakit ISPA dengan infeksi dan terhindar dari masalah gizi
status gizi. kurang.selain itu status gizi optimal jika tubuh
ISPA Status gizi Persentase memperoleh cukup zat-zat gizi yang dibutuhkan,
(%) dalam hal ini zat-zat yang dibutuhkan tubuh bisa
normal Lebih/kurang/baik
n % n %
didapatkan dari asupan makanan yang baik.
Ya 7 70 3 30 100 (Supariasa, dkk 2002; Almatsiern, S 2001)
Tidak 33 80,4 8 19,6 100 Hasil penelitian ini juga sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Christien isdaryanti
Hasil analisis hubungan antara penyakit pada tahun 2007 dalam penelitiannya yang berjudul
ISPA dengan status gizi diperoleh bahwa dari 10 “ASUPAN ENERGI PROTEIN, STATUS
responden (100%) yang menderita penyakit ISPA GIZI,DANPRESTASI BELAJAR ANAK
hanya 3 responden (30%) yang memiliki status gizi SEKOLAH DASAR ARJOWINANGUN 1
abnormal (lebih, kurang, buruk) sedangkan dari 41 PACITAN” dalam hasil penelitiannya tersebut
responden (100%) yang tidak menderita ISPA didaptkan bahwa ada hubungan yang bermakna

9
antara asupan energi dengan status gizi. (Isdaryanti, yang menderita ISPA. Ada hubungan yang
C 2007) signifikan antara konsumsi makanan dengan status
Hubungan antara penyakit infeksi dengan gizi pada balita di Posyandu Mawar RW 05
status gizi didapatkan hasil yang tidak signifikan Kelurahan Wonodri. Tidak ada hubungan yang
artinya penyakit infeksi tidak mempengaruhi status signifikan antara penyakit infeksi dengan status gizi
gizi anak balita. Hasil ini tidak sesuai dengan teori pada balita di Posyandu Mawar RW 05 Kelurahan
bahwa penyakit infeksi adalah faktor langsung yang Wonodri.
mempengaruhi status gizi anak, dan penyakit
infeksi yang sering diderita oleh balita yaitu UCAPAN TERIMA KASIH
penyakit diare dan ISPA. Anak yang sering Balita beserta Orang tua di Posyandu Mawar RW
terserang diare dan ISPA biasanya mengalami 05 Kelurahan Wonodri.
nafsu makan yang berkurang dan hal ini dapat
menimbulkan anak kekurangan makanan dan DAFTAR PUSTAKA
akhirnya berat badan anak menurun dan akhirnya 1. Adisasmito, W. Sistem Kesehatan. PT Raja
status gizi anak menjadi kurang bahkan bisa Grafindi Persada, Jakarta.2007
menjadi buruk. (Supariasa, dkk 2002; Almatsiern, S 2. Almatsiern, S.Prinsip Dasar Ilmu Gizi,
2001) Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.2001.
Hasil ini juga tidak sesuai dengan hasil 3. Anonim, klasifikasi status gizi anak balita.
penelitian yang diperoleh dari buletin kesehatan Dinas Kesehatan Kulonprogo.2007.
volume 31 yang dikeluarkan oleh Puslitbang 4. Anonim, Standarpemantauan pertumbuhan
Pelayanan dan Teknologi kesehatan, Badan balita. Depkes RI. Jakarta 2006.
Litbankes yag menyatakan ada hubungan yang 5. Badan Penelitian dan Pengembangan
signifikan antara penyakit ISPA dengan status gizi. Kesehatan.2010. Riset Kesehatan Dasar
(Litbangkes Jateng 2003) (RISKESDAS) 2010.Kementrian Kesehatan
Hal ini kemungkinan terjadi karena Republik Indenesia.
mayoritas responden mengidap penyakit infeksi 6. Hidayat, A. Aziz Alimul. Metodologi
tersebut telah lama sebelum peneliti datang Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis
melakukan penelitian sehingga pengaruh dari Data. Jakarta: Salemba Medika.2007.
penyakit infeksi tersebut terhadap status gizi tidak 7. Isdaryanti,C. Asupan energi protein, status
nampak. Kemungkinan lain dari tidak ada gizi, dan prestasi belajar anak sekolah dasar
hubungannya antara penyakit infeksi dengan status Arjowinangun I Pacitan.skripsi program studi
gizi adalah bahwa mayoritas responden telah gizi kesehatan fakultas kedokteran Universitas
mengkonsumsi makanan secara baik dan juga Gajah Mada, Yogyakarta, 2007.
mayoritas responden telah mendapat imunisasi 8. Mukri, N. dan Ardianto, P. Buku pedoman
secara lengkap yang menyebabkan imunitas program gizi masyarakat. Depkes RI. Jakarta.
responden menjadi baik. 1991.
9. Notoatmodjo, Soekidjo.Metodologi Penelitian
SIMPULAN Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta:Rineka
Berdasarkan hasil penelitian yang telah Cipta;2005.
dilaksanakan, maka dapat disimpulkan sebagai 10. Puslitbang pelayanan dan teknologi
berikut : Mayoritas responden memiliki status gizi kesehatan,buletin penel, kesehatan vol 31.
baik yaitu 40 responden (78,4%). Mayoritas Faktor-faktor yang berhubungan dengan
responden memiliki asupan energi normal yaitu 26 status gizi. Badan Litbangkes, Jawa tengah ,
responden (51,0%) dan hanya 1 responden yang 2003.
meiliki asupan energi berat (2,0%). Mayoritas 11. Profil kesehatan Jawa Tengah. ( cited 2011
responden tidak mengalami penyakit diare dan july 12 ); Available
ISPA yaitu sebesar 45 responden (88,2%) untuk http://www.dinkesjatengprov.go.id
penyakit diare dan 41 responden (80,4%) untuk 12. Supariasa, I. D.N, B.Bakri, I.Fajar.Penilaian
penyakit ISPA dan hanya 6 responden (11,8%) Status Gizi, Jakarta : Penerbit Buku
yang menderita diare dan 10 responden (19,6%) Kedokteran.EGC.2002

10

Anda mungkin juga menyukai