Anda di halaman 1dari 3

PENCEGAHAN LUKA DIABETES

Seorang ibu usia 41 tahun datang ke Klinik Bedah dengan keluhan ada luka disertai daerah
kehitaman pada seluruh jempol kaki kanannya setelah tersandung 4 hari yang lalu. Ibu
tersebut tidak pernah mengeluhkan jempolnya sakit walaupun ada luka sebesar koin di seelah
bawah jempolnya dan hanya diberi pengobatan seadanya di rumah. Sang ibu tidak tahu kalau
beliau menderita DM.
Berdasarkan ilustrasi kasus di atas, salah satu komplikasi dari penyakit DM yang sering
terjadi adalah luka diabetes. Menurut The National Institute of Diabetes and Digestive and
Kidney Disease, Dari keseluruhan penderita diabetes, 15% menderita luka pada daerah kaki,
dan 12-14% dari yang menderita luka pada daerah kaki memerlukan tindakan amputasi.
Lebih dari 50% kasus amputasi non trauma adalah akibat dari komplikasi luka diabetes, dan
disertai dengan tingginya angka mortalitas, reamputasi dan amputasi kaki kontralateral atau
sisi sebelahnya. Bahkan setelah hasil perawatan penyembuhan luka bagus, angka
kekambuhan diperkirakan sekitar 66% dan resiko amputasi lanjutan meningkat sampai 12%.
Dengan tingkat kejadian di atas, tentu akan memerlukan perawatan rutin di rumah sakit
sehingga juga berdampak pada kondisi sosioekonomi keluarga. Oleh karena itu, perlu
dicegah supaya luka diabetik tidak terjadi ataupun bila terjadi tidak mengarah pada
morbiditas dan mortalitas pasien.
Pencegahan luka diabetes dapat dilakukan apabila kita memahami “mengapa luka diabetes
dapat terjadi”. Hal ini penting unfuk mengurangi resiko infeksi dan amputasi, memperbaiki
fungsi dan kualitas hidup, dan mengurangi biaya pemeliharaan kesehatan.

Berdasarkan gambar ilustrasi di atas, luka diabetes pada dasarnya disebabkan karena terjadi
neuropati perifer, penyakit arterial dan tekanan ekstrinsik pada kaki.
Neuropati perifer terjadi akibat peningkatan kadar gula dalam waktu yang lama
menyebabkan hambatan aliran pembuluh darah kecil dan mikro yang memberikan nutrisi
pada saraf tepi yang akhirnya menyebabkan kerusakan sistem motorik, sensorik dan autonom
pada saraf tepi. Kerusakan pada sistem motor menyebabkan atrofi atau pengecilan otot
sehingga mengubah bentuk kaki, kerusakan sensorik menyebabkan hilang atau berkurangnya
sensibilitas pada kaki sehingga sulit mengetahui bila kaki mengalami luka kecil dan
kerusakan autonom yang menyebabkan kerusakan jaringan keringat kaki yang menyebabkan
kaki kering dan pelebaran jalur arteri vena yang menyebabkan kaki terlihat bengkak.
Penyakit arterial merupakan salah satu bentuk komplikasi DM pada pembuluh darah besar.
Perubahan pada membran sel darah merah menyebabkan terjadinya kerusakan pada dinding
dalam pembuluh darah dan daerah dinding yang rusak tersebut akan menyempit karena
terjadi agregasi trombosit yang menyebabkan aliran darah terganggu. Begitu pula pada orang
yang mengalami peningkatan kadar gula darah menyebabkan kebutuhan Oksigen sel
meningkat yang tidak disertai lancarnya aliran darah ke tempat atau organ yang dituju
sehingga menyebabkan organ atau jaringan tersebut kekurangan pasokan nutrisi dan akhirnya
rusak atau dan menjadi tempat masuk dan berkumpulnya kuman. Hal ini juga yang sering
terjadi ketika pasien datang dengan luka dan sudah disertai demam tinggi akibat luka tersebut
terinfeksi.
Tekanan ekstrinsik pada kaki akibat alas kaki yang tidak pas seringkali merusak kulit pada
kaki. Ditambah dengan adanya kedua faktor di atas menyebabkan kaki tidak terasa sakit
walaupun sebenarnya sudah muncul luka akibat tekanan alas kaki ke jaringan kulit kaki.
Dengan mengetahui dasar terjadinya luka diabetes, luka diabetes dapatdi cegah terjadinya
sehingga tidak mengurangi kualitas hidup pasien dan mengurangi resiko komplikasi lanjutan
akibat luka terebut. Langkah – langkah yang dapat diambil dalam mencegah luka diabetes
antara lain:
1. Periksakan kaki dan anggota gerak lain secara rutin
Setiap hari diharapkan pasien DM memeriksa kedua kakinya dan anggota gerak lain
agar dapat langsung mengetahui bila ada keanehan atau luka yang muncul yang tidak
terasa sakit. Penting juga untuk melakukan pemeriksaan kaki dan anggota gerak lain
rutin setiap 3 – 6 bulan sekali ke tenaga kesehatan profesional supaya bila terdapat
luka dapat tertangani lebih cepat dan menurunkan resiko komplikasi pada luka.
2. Lakukan pengobatan DM dengan baik
Langkah terpenting untuk pencegahan luka diabetes tentu adalah kontrol gula darah
teratur, selain gula darah juga kontrol profil lipid yang baik untuk menurunkan faktor
resiko luka diabetik. PRINSIP : SEMAKIN BAIK KADAR GULA TERKONTROL,
SEMAKIN KECIL RESIKO TERJADI KOMPLIKASI LUKA DIABETES
3. Perawatan kaki yang baik
Penelitian menunjukkan bahwa pasien DM yang memperhatikan kondisi kakinya
lebih jarang mengalami luka diabetes di kakinya.
Perawatan kaki yang baik meliputi:
 Perhatikan dengan seksama sampai ke sela jari kondisi
 Bila didapatkan adanya luka maupun benjolan seperti mata ikan (clavus) dsb
pada kaki, jangan berusaha ditangani sendiri.
 Gunakan pelembap pada kaki untuk mencegah luka akibat kulit pecah karena
terlalu kering terutama daerah tumit
 Potong kuku jangan terlalu rendah jauh di batas kulit dan kuku, cukup di
atasnya saja
 Cuci kaki secara teratur termasuk sela jari dan keringkan
 Gunakan alas kaki yang longgar walaupun di dalam rumah untuk mencegah
luka pada kaki, TIDAK DIANJURKAN BERJALAN TANPA ALAS KAKI
 Bila menggunakan sepatu naikkan 1 ukuran di atasnya dan gunakan kaus kaki
berbahan lembut
 Kurangi kebiasaan mencelupkan kaki ke air hangat atau panas.
Bila telah terlanjur mengalami luka pada telapak kaki, segera ke tenaga kesehatan profesional
untuk mendapatkan penatalaksanaan terhadap luka supaya tidak bertambah dan mencegah
komplikasi lanjutan.
Sumber:
1. David GA, Lawrence AL. Diabetic Foot Ulcers: Prevention, Diagnosis and
Classification. Am Fam Physician. 1998 Mar 15;57(6):1325-1332.
2. Fassil GW, Seemant FNU, Catherine AC. Diabetic Foot Infection. Am Fam
Physician. 2013;88(3):177-184.
3. David P, Linda H. Perawatan Ulkus Diabetes. Media Jurnal Rekonstruksi & Estetik
Volume : 1 - No. 1 Terbit : 07-2012
4. Mendes JJ, Neves J. Diabetic Foot Infections: Current Diagnosis and Treatment. The
Journal of Diabetic Foot Complications 2012; 4; 2(1):26-45

Anda mungkin juga menyukai