Anda di halaman 1dari 51

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Suatu pembelajaran dikatakan berhasil apabila ada perubahan tingkah laku pada peserta
didik sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah direncanakan. Tugas guru sebagai pendidik
sangat menentukan berhasil atau tidaknya dalam menciptakan suatu kegiatan belajar mengajar
untuk terciptanya hasil belajar yang optimal. Oleh karena itu, seorang guru dituntut mempunyai
wawasan yang luas tentang pemilihan strategi belajar mengajar, sehingga memudahkan dalam
mencapai tujuan pembelajaran.
Matematika merupakan salah satu bagian dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dalam Standar Nasional Pendidikan. Matematika sebagai salah satu ilmu dasar, baik
aspek terapannya maupun aspek penalarannya, mempunyai peranan yang penting dalam upaya
penguasaan ilmu dan teknologi. Ini berarti bahwa sampai batas tertentu matematika perlu
dikuasai oleh segenap warga Negara Indonesia, baik penerapannya maupun pola pikirnya.
Pemilihan bagian-bagian dari matematika tersebut perlu sesuai dengan antisipasi tantangan masa
depan. Matematika juga salah satu ilmu yang memberikan kerangka berpikir logis universal pada
manusia. Di samping itu juga merupakan satu alat bantu yang urgen atau penting bagi
perkembangan berbagai disiplin ilmu lainnya di era globalisasi sekarang ini. Oleh karena itu,
tidak berlebihan kalau matematika ditempatkan sebagai Mathematics is King as Well as Good
Servant. Pada umumnya manusia di seluruh dunia itu mengimplementasikan ilmu matematika
pada kehidupan kesehariannya di berbagai bidang.
Di beberapa sekolah, Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dianggap
susah dan membosankan oleh kebanyakan peserta didik. Hal ini terjadi karena kebanyakan guru
dalam menyampaikan materi menggunakan metode yang monoton tanpa ada inovasi untuk
merubah image yang sudah melekat pada pikiran peserta didik tersebut. Dalam kegiatan belajar
mengajar, para guru cenderung langsung menyampaikan materi dengan metode pembelajaran
yang sama tanpa memperhatikan suasana kelas apakah sudah nyaman atau belum. Sedangkan
pada peserta didik sendiri, mereka kebanyakan takut bertanya pada guru tentang materi pelajaran
yang belum mereka pahami. Kedua kejadian tersebut akan menjadikan minimnya aktivitas
peserta didik dan pemahaman materi yang telah disampaikan oleh guru atau pendidik.
Berdasarkan kenyataan di lapangan, para guru masih kurang perhatian dengan masalah
yang dialami peserta didik tersebut, dan baru akan ada tindakan ketika peserta didik sudah duduk
di Kelas XI. Hal ini juga terjadi di SMAN 1 Kecamatan Sarudu. Sebagaimana paparan dari salah
seorang guru matematika di sana, bahwa nilai rata-rata ulangan bab Logika Matematika peserta
didik Kelas XI tahun pelajaran 2015/2016 masih di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)
untuk mata pelajaran matematika yaitu kurang dari 70, padahal nilai KKM yang ditetapkan oleh
sekolah adalah 74.
Di Kelas XI SMAN 1, para peserta didik cenderung takut bertanya tentang soal atau
materi yang belum dipahami kepada guru sehingga tujuan pembelajaran kurang tercapai dengan
maksimal. Selain itu, metode pembelajaran yang digunakan kurang bervariasi sehingga suasana
kelas agak membosankan. Maka perlu adanya tindakan kelas untuk mengatasi permasalahan
tersebut.
Dari latar belakang di atas maka kiranya perlu ada tindakan berkenaan dengan
penggunaan metode pembelajaran yang sesuai dan efektif dengan materi pelajaran yang
disampaikan. Metode pembelajaran yang ditawarkan adalah penggunaan metode pembelajaran
Quantum Teaching pada saat penyampaian materi dan penggunaan tutor sebaya dalam kelompok
kecil saat menyelesaikan soal-soal pada materi pokok logika matematika. Dengan menerapkan
metode Quantum Teaching diharapkan peserta didik merasa nyaman dan senang ketika guru
menyampaikan materi sehingga tingkat pemahaman peserta didik lebih optimal, dan dengan
penggunaan tutor sebaya pada saat menyelesaikan soal diharapkan peserta didik dapat lebih aktif
dan tidak sungkan mengajukan pertanyaan karena yang jadi tutor adalah temen sebaya yakni
peserta didik yang lebih pintar di kelas itu sendiri.
Dari uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tindakan kelas yang
berjudul “UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DENGAN METODE QUANTUM
TEACHING DAN TUTOR SEBAYA DALAM KELOMPOK KECIL PADA MATERI POKOK
LOGIKA MATEMATIKA DI KELAS XI XI SMAN 1 TAHUN PELAJARAN 2015/2016”.
B. Penegasan Istilah
Agar tidak terjadi salah pengertian dari maksud pengambilan judul, serta untuk
menghindari terjadinya bermacam-macam interpretasi maka perlu ditegaskan istilah-istilah
yang termuat dalam judul berikut.
1. Upaya
Upaya berarti usaha, ikhtiar (untuk mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan,
mencari jalan keluar, dan sebagainya).
2. Meningkatkan
Meningkatkan berarti menaikkan (derajat, taraf, dan sebagainya), mempertinggi,
memperhebat (produksi dan sebagainya). Meningkat dalam penelitian ini adalah
menaikkan aktivitas belajar peserta didik dalam proses pembelajaran.
3. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia
menerima pengalaman belajar yang diperoleh melalui usaha dalam menyelesaikan tugas-
tugas belajar. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan hasil belajar adalah nilai dari
aspek kognitif yaitu nilai yang diperoleh peserta didik setelah dilaksanakannya tes di
akhir penelitian.
4. Metode
Ditinjau dari segi etimologis (bahasa), metode berasal dari bahasa Yunani, yaitu
”methodos”. Kata ini berasal dari dua suku kata, yaitu ”metha” yang berarti melalui atau
melewati, dan ”hodos” yang berarti jalan atau cara. Maka metode memiliki arti suatu
jalan yang dilalui untukmencapai tujuan. Sedangkan bila ditinjau dari segi terminologis
(istilah), metode dapat dimaknai sebagai ”jalan yang ditempuh oleh seseorang supaya
sampai pada tujuan tertentu, baik dalam lingkungan atau perniagaan maupun dalam ilmu
pengetahuan lainya”.
5. Quantum Teaching
Quantum diartikan sebagai interaksi yang mengubah (mengorkestrasi) energi
menjadi cahaya. Interaksi mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif yang
mempengaruhi kesuksesan belajar. Interaksi ini mengubah kemampuan dan bakat
alamiah peserta didik, yang diharapkan bermanfaat bagi mereka sendiri dan bagi orang
lain.
Pada Quantum Teaching, peserta didik dibuat merasa nyaman untuk belajar.
Suasana yang nyaman dan menyenangkan mampu membuat peserta didik merasa nyaman
untuk belajar sehingga mampu meningkatkan pemahaman mereka mengenai suatu materi
(dalam hal ini mata pelajaran matematika) yang dapat meningkatkan hasil belajar mereka.
6. Tutor Sebaya dalam Kelompok Kecil
Tutor sebaya adalah sumber belajar selain guru, yaitu teman sebaya yang lebih
pandai memberikan bantuan belajar kepada teman-teman sekelasnya. Tutor sebaya dalam
kelompok kecil, si tutor hendaknya adalah peserta didik yang mempunyai kemampuan
lebih dibandingkan dengan teman-teman pada umumnya, sehingga pada saat ia
memberikan pengayaan atau membimbing teman-temannya, ia sudah menguasai bahan
yang akan disampaikan kepada teman-teman lainnya.
Hisyam Zaini mengatakan bahwa metode balajar yang paling baik adalah dengan
mengajarkan kepada orang lain. Oleh karena itu, pemilihan pembelajaran tutor sebaya
sebagai strategi pembelajaran akan sangat membantu peserta didik di dalam mengajarkan
materi kepada temantemannya.
Kelompok kecil di sini adalah kelompok belajar yang beranggotakan 6-8 peserta
didik untuk tiap-tiap kelompoknya.
7. Logika Matematika
Logika matematika merupakan salah satu materi pokok yang diajarkan di Kelas XI
SMA/MA pada semester II. Berdasarkan SK (Standar Kompetensi) dan KD (Kompetensi
Dasar) pada silabus KTSP materi pokok bahasan sistem logika matematika meliputi
sebagai berikut:
a. SK (Standar Kompetensi) : Menggunakan logika matematika dalam
pemecahan masalah yang berkaitan dengan pernyataan majemuk dan
pernyataan berkuantor.
b. KD (Kompetensi Dasar) : Menentukan nilai kebenaran dari suatu pernyataan
majemuk dan pernyataan berkuantor.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, penulis dapat merumuskan permasalahan yang dihadapi
yaitu apakah penggunaan metode Quantum Teaching dan tutor sebaya dapat meningkatkan
hasil belajar peserta didik Kelas XI SMAN 1pada materi pokok logika matematika?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar dengan metode Quantum Teaching
dan tutor sebaya dalam kelompok kecil pada materi pokok logika matematika di Kelas XI
SMAN 1tahun pelajaran 2015/2016.
Adapun manfaat penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagi Peserta Didik
a. Dengan menerapkan model Pembelajaran Quantum Teaching diharapkan peserta didik
merasa nyaman dan senang ketika guru menyampaikan materi sehingga tingkat
pemahaman peserta didik lebih optimal.
b. Penerapan tutor sebaya dalam penyelesaian soal latihan akan memberikan pemahaman
lebih bagi peserta didik karena tutor yang diambil berasal dari peserta didik yang pandai
di kelas itu, sehingga peserta didik yang lain tidak canggung dan tidak malu untuk
bertanya materi yang belum mereka pahami.
c. Diharapkan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik Kelas XI SMAN
1dalam mata pelajaran matematika khususnya pada materi pokok logika matematika.
2. Bagi Guru
a. Meningkatkan kreativitas guru dalam pengembangan materi belajar.
b. Guru memiliki kemampuan penelitian tindakan kelas yang inovatif.
c. Mengurangi paradigma lama yaitu pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher
center) menjadi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student center).
d. Adanya inovasi model pembelajaran matematika dari dan oleh guru yang menitik
beratkan pada penerapan model Pembelajaran Quantum Teaching dan tutor sebaya.
e. Sebagai motivasi untuk meningkatkan keterampilan dalam memilih strategi pembelajaran
yang sesuai dan bervariasi.
3. Bagi Sekolah
a. Diharapkan masyarakat lebih antusias untuk memasukkan anaknya ke sekolah tersebut.
b. Diharapkan dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat bagi sekolah sehingga dapat
dijadikan sebagai bahan kajian bersama agar dapat meningkatkan kualitas sekolah.
4. Bagi Peneliti
Dapat menambah pengalaman secara langsung bagaimana penggunaan model
pembelajaran yang baik dan menyenangkan.
BAB II
QUANTUM TEACHING DAN TUTOR SEBAYA
TERHADAP HASIL BELAJAR

1. Quantum Teaching
a. Pengertian Quantum Teaching
Quantum Teaching merupakan salah satu penerapan dari Quantum Learning. Model
pembelajaran ini mulai dikembangkan di Amerika yaitu di tahun 1999. Pelopornya adalah
Bobbi de Porter dan Mark Reardon yang terinspirasi dari Super Camp, yaitu suatu kegiatan
luar jam sekolah di mana kegiatannya menggabungkan rasa percaya diri, ketrampilan belajar,
dan ketrampilan komunikasi dalam lingkungan yang menyenangkan.
Quantum Teaching bersandar pada konsep “Bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan
antarkan dunia kita ke dunia mereka”. Inilah azas utama Quantum Teaching.
Maksud dari pengertian “bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia kita
ke dunia mereka” mengingatkan guru pada pentingnya memasuki dunia peserta didik sebagai
langkah pertama, karena langkah ini akan memberikan pendidik izin untuk memimpin ,
menuntun, dan memudahkan perjalanan mereka menuju kesadaran dan ilmu pengetahuan
yang lebih luas. Dengan cara mengajarkan dengan peristiwa, pikiran, perasaan yang
diperoleh dari kehidupan sehari-hari. Setelah kaitan itu terbentuk maka pendidik dapat
mengajak mereka ke dunianya sehingga akan terwujud keadaan saling memahami dan
pendidik dapat memberikan pemahaman materi dengan hasil lebih optimal.
b. Kelebihan Metode Quantum Teaching
1) Meningkatkan motivasi dan minat
2) Meningkatkan nilai
3) Meningkatkan rasa percaya diri
4) Meningkatkan ketrampilan peserta didik
5) Memaksimalkan momen belajar
6) Menciptakan lingkungan belajar yang efektif
7) Mengembangkan kemampuan dan bakat peserta didik
c. Kelemahan Metode Quantum Teaching
1) Guru perlu penyesuaian sesuai dengan kondisi peserta didik dengan berpedoman pada
segalanya bertujuan, segalanya berbicara, mengalami sebelum pemberian nama, akui
setiap usaha, dan rayakan.
2) Ketika ada musik dalam pembelajaran, para guru tak selamanya merasa nyaman justru
merasa keberatan dan merasa aneh. Mereka menganggap musik justru mengganggu
konsentrasi.
3) Guru dan peserta didik yang tidak terbiasa mendengar musik klasik, instrument yang
lembut. Sehingga ketika musik dipaksakan di dengarkan di kelas, peserta didik malah
mengantuk dan guru merasa terganggu.
4) Tidak bisa selamanya guru berlaku manis, baik, dan perhatian kepada peserta didik. Justru
sikap ini bisa diremehkan peserta didik.
d. Lagkah-langkah Metode Quantum Teaching
1) Membuat suasana belajar menjadi suasana yang amat menyenangkan bagi peserta didik.
Guru harus ramah, antusias, hangat dan menarik.
2) Menumbuhkan minat peserta didik untuk belajar. Guru mengungkapkan “apa manfaat
bagiku (AMBAK)” yang berkaitan dengan materi pada saat itu.
3) Memberikan pengalaman awal mengenai pembelajaran hari ini. Guru memberikan
motivasi kepada peserta didik agar lebih aktif dalam pembelajaran. Guru mengingatkan
kembali akan materi yang terkait dengan pembelajaran saat itu.
4) Menamai materi yang diajarkan. Guru memberi kata kunci, konsep, model, dan rumus
tentang materi yang diajarkan sebagai masukan untuk peserta didik.
5) Mendemonstrasikan materi. Guru mengajak peserta didik untuk ambil bagian dalam
pembelajaran. Interaksi tanya jawab dan alat peraga akan membuat peserta didik tahu
akan pembelajaran saat itu.
6) Mengulangi materi yang diajarkan. Guru menjelaskan kembali mengenai materi yang
diajarkan pada saat itu. Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengulangi materi melalui pengerjaan soal-soal yang terkai dengan materi saat itu.
7) Merayakan keberhasilan pembelajaran. Guru memberikan pujian dan mengajak peserta
didik untuk bertepuk tangan dalam merayakan keberhasilan mereka atas pembelajaran
pada saat itu.
Agar tercipta suasana belajar yang menggairahkan, perlu diperhatikan pengaturan/penataan
ruang kelas. Penyusunan dan pengaturan ruang kelas hendaknya memungkinkan anak duduk
berkelompok dan memudahkan guru bergerak secara leluasa untuk membantu siswa dalam
belajar. Dalam pengaturan ruang belajar halhal berikut perlu diperhatikan:
1) Ukuran dan bentuk kelas.
2) Bentuk serta ukuran bangku dan meja siswa.
3) Jumlah siswa dalam kelas.
4) Jumlah siswa dalam setiap kelompok.
5) Jumlah kelompok dalam kelas.
6) Komposisi siswa dalam kelompok (seperti siswa pandai dengan siswa kurang pandai, pria
dan wanita).
2. Tutor Sebaya
a. Pengertian Tutor Sebaya
Tutor sebaya adalah sumber belajar selain guru, yaitu teman sebaya yang lebih pandai
memberikan bantuan belajar kepada teman sekelasnya.
Menurut Hisyam Zaini mengatakan bahwa metode balajar yang paling baik adalah
dengan mengajarkan kepada orang lain. Oleh karena itu, pemilihan pembelajaran tutor sebaya
sebagai strategi pembelajaran akan sangat membantu peserta didik di dalam mengajarkan materi
kepada teman-temannya.
b. Kelebihan Tutor Sebaya
1) Anak-anak diajarkan untuk mandiri, dewasa dan punya rasa setia kawan yang tinggi.
Artinya dalam penerapan tutor sebaya itu, anak yangdianggap pintar bisa mengajari atau
menjadi tutor temannya yang kurang pandai atau ketinggalan.
2) Peserta didik lebih mudah dan leluasa dalam menyampaikan masalah yang dihadapi
sehingga peserta didik yang bersangkutan terpacu semangatnya untuk mempelajari materi
ajar dengan baik.
3) Membuat peserta didik yang kurang aktif menjadi aktif karena tidak malu lagiuntuk
bertanya dan mengeluarkan pendapat secara bebas.
4) Membantu peserta didik yang kurang mampu atau kurang cepat menerimapelajaran dari
gurunya. Kegiatan tutor seraya bagi peserta didik merupakankegiatan yang kaya akan
pengalaman yang sebenarnya merupakankebutuhan peserta didik itu sendiri.
5) Tutor maupun yang ditutori sama-sama diuntungkan, bagi tutor akan mendapat
pengalaman, sedang yang ditutori akan lebih kreatif dalam menerima pelajaran.
c. Kekurangan Tutor Sebaya
1) Tidak semua peserta didik dapat menjelaskan kepada temannya.
2) Tidak semua peserta didik dapat menjawab pertanyaan temannya
d. Langkah-langkah Metode Tutor Sebaya
Jika model pembelajaran tutor sebaya dalam kelompok kecil ini diterapkan maka
langkahnya sebagai berikut.
1) Dipilih materi yang memungkinkan materi tersebut dapat dipelajari peserta didik secara
mandiri. Materi pelajaran dibagi dalam sub-sub materi (segmen materi).
2) Para peserta didik dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil yang heterogen, sebanyak sub-
sub materi yang akan disampaikan guru. Peserta didik yang pandai disebar dalam setiap
kelompok dan bertindak sebagai tutor sebaya.
3) Masing-masing kelompok diberi tugas mempelajari sub materi. Setiap kelompok dipandu
oleh peserta didik yang pandai sebagai tutor sebaya.
4) Mereka diberi waktu yang cukup untuk persiapan, baik di dalam kelas maupun di luar kelas.
5) Setiap kelompok melalui wakilnya menyampaikan sub materi sesuai dengan tugas yang
telah diberikan. Guru bertindak sebagai nara sumber utama.
6) Setelah semua kelompok menyampaikan tugasnya secara berurutan sesuai dengan urutan
sub materi, beri kesimpulan dan klasifikasi seandainya ada pemahaman peserta didik yang
perlu diluruskan.
3. Belajar dan Hasil Belajar
a. Pengertian Belajar
Definisi belajar dalam kamus besar Bahasa Indonesia adalah usaha sadar atau upaya
yang disengaja untuk mendapatkan kepandaian.
Definisi belajar menurut para ahli:
1) Menurut James O. Whittaker, belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau
diubah melalui latihan atau pengalaman.
2) Menurut Cronbach, learning is shown by change in behavior as a result of experience.
Belajar adalah suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil
dari pengalaman.
3) Menurut Howard L. Kingkey, learning is the process which behavior (in the broadersense)
is originated or changed through practice or training. Belajar adalah proses dimana tingkah
laku (dalam arti luas) ditambahkan atau dirubah melalui praktik atau latihan.
4) Menurut Drs. Slameto, belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Dari definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan
tingkah laku seseorang dari tidak tahu menjadi tahu sebagai akibat adanya peningkatan
pengetahuan, ketrampilan, kemauan, minat, sikap, kemampuan berpikir logis, praktis, dan kritis
serta dilakukan secara sadar.
b. Teori-teori Belajar
Beberapa teori belajar yang dapat dijadikan sebagai rujukan dalam penerapan PTK antara
lain: Teori Ausubel, Teori Piaget, Teori Vygotsky, Teori Bruner, dan Teori Gagne.
1) Teori Ausubel
Teori makna (meaning theory) dari Ausubel (Brownell dan Chazal) mengemukakan
pentingnya pembelajaran yang bermakna. Kebermaknaan pembelajaran akan membuat kegiatan
belajar lebih menarik, lebih bermanfaat, dan lebih menantang, sehingga konsep dan prosedur
materi yang disampaikan akan lebih mudah dipahami dan lebih tahan lama diingat oleh peserta
didik.
Menurut Ausubel, metode-metode ekspositoris yang digunakan dalam proses
pembelajaran akan sangat efektif dalam menghasilkan kegiatan belajar yang bermakna apabila
dipenuhi dua syarat berikut.
a) Syarat pertama: peserta didik memiliki meaningful learning set, yaitu sikap mental yang
mendukung terjadinya kegiatan belajar yang bermakna.
b) Syarat kedua: materi yang akan dipelajari atau tugas yang akan dikerjakan siswa
(learning tesk) adalah materi atau tugas yang bermakana bagi siswa.
Ausubel juga mengemukakan dua prinsip penting yang perlu diperhatikan dalam
penyajian materi pembelajaran bagi siswa, yaitu:
a) Prinsip diferensiasi progresif (progressive diferentiation principle), yang menyatakan
bahwa dalam penyajian materi pembelajaran bagi siswa, materi, atau gagasan yang
bersifat paling umum atau paling inklusif harus disajikan terlebih dahulu, dan sesudah itu
disajikan materi atau gagasan yang lebih detil.
b) Prinsip ekonsiliasi integratif (integrative reconciliation principle) yang menyatakan
bahwa materi atau informasi yang baru dipelajari perlu direkonsiliasikan dan
diintegrasikan dengan materi atau informasi yang sudah lebih dulu dipelajari pada bidang
keilmuan yang bersangkutan.
2) Teori Piaget
Piaget mengemukakan dalam teorinya bahwa kemampuan kognitif manusia berkembang
menurut empat tahap, dari lahir sampai dewasa. Keempat tahap tersebut adalah sebagai berikut.
a) Tahap sensori-motor (sensory-motor stage)
Tahap sensori-motor berlangsung sejak manusia lahir sampai beusia sekitar 2 tahun.
Apada tahap ini pemahaman anak mengenai berbagai hal terutama bergantung pada kegiatan
(gerakan) tubuh beserta alat indera.
b) Tahap pra-operasional (Pre-operational stage)
Tahap pra-operasional berlangsung dari kira-kira usia 2 tahun sampai 7 tahun. Pada
tahap ini, anak sudak menggunakan pemikirannya dalam berbagai hal. Akan tetapi, pada
tahap ini pemikiran si anak masih bersifat egosentris belum objektif, artinya pemahamannya
mengenai berbagi hal masih terpusat pada dirinya sendiri dan orang lain dianggap
mempunyai pemikiran dan perasaan seperti yang ia alami.
c) Tahap operasi kongkret (concrete-operational stage)
Tahap ini berlangsung kira-kira dari usia 7 sampai 12 tahun. Pada tahap ini tingkat
egosentris anak berkurang, anak sudah dapat berpikir secara objektif yaitu memahami bahwa
orang lain memiliki perasaan yang berbeda dari dirinya. Pada tahap ini anak juga sudah bisa
berpikir logis tentang berbagai hal, termasuk hal yang agak rumit, tetapi dengan syarat bahwa
hal-hal tersebut disajikan secara kongkret (disajikan dalam wujud yang bisa ditangkap
dengan panca indra).
d) Tahap operasi formal (formal-operational stage)
Tahap ini berlangsung kira-kira usia 12 tahun ke atas. Pada tahap ini anak atau orang
sudah mampu berpikir secara logis tanpa kehadiran benda-benda kongkret.
3) Teori Vygotsky
Vygotsky berusaha mengembangkan model konstruktivistik belajar mandiri dari
Piaget menjadi belajar kelompok. Dalam membangun sendiri pengetahuannya, peserta didik
dapat memperoleh pengetahuan melalui kegiatan yang beranekaragam dengan guru sebagai
fasilitator.
4) Teori Bruner
Bruner menyatakan bahwa belajar akan lebih berhasil jika proses pengajaran
diarahkan kepada konsep-konsep dan strukturstruktur yang terbuat dalam pokok bahasan
yang diajarkan, di samping hubungan yang terkait antara konsep-konsep dan strukturstruktur.
Selanjutnya ia mengemukakan bahwa dalam proses belajarnya anak melewati tiga tahap
belajar yaitu enaktif, ikonik, dan simbolik. Ketiga tahapan tersebut dijelaskan sebagai
berikut.
1) Tahap enaktif, dalam tahap ini anak secara langsung terlihat
dalam memanipulasi (mengotakatik) objek.
2) Tahap ikonik, dalam tahap ini kegiatan yang dilakukan anak berhubungan dengan
mental, yang merupakan gambaran dari objek-objek yang dimanipulasinya. Anak
tidak langsung memanipulasi objek seperti yang dilakukan peserta didik dalam tahap
enaktif.
3) Tahap simbolik, dalam tahap ini anak memanipulasi simbolsimbol atau lambang-
lambang objek tertentu. Anak tidak lagi terikat dengan objek-objek pada tahap
sebelumnya. Peserta didik pada tahap ini sudah mampu menggunakan notasi tanpa
ketergantungan terhadap objek riil.
5) Teori Gagne
Menurut Gagne, setiap kegiatan belajar terdiri atas empat fase yang terjadi secara
berurutan, yaitu:
a) Fase aprehensi (aprehention phase). Pada fase ini siswa menyadari adanya stimulus
yang terkait dengan kegiatan belajar yang akan dilakukan.
b) Fase akuisisi (acquisition phase). Pada fase ini siswa melakukan akuisisi
(pemerolehan, penyerapan, atau internalisasi) terhadap berbagai fakta, ketrampilan,
konsep, atau prinsip yang menjadi sasaran dari kegiatan belajar tersebut.
c) Fase penyimpanan (storage phase). Pada fase inisiswa menyimpan hasil-hasil kegiatan
belajar yang telah ia peroleh dalam ingatan jangka pendek dan ingatan jangka
panjang.
d) Fase pemanggilan (retrieval phase). Pada fase ini siswa berusaha memanggil kembali
hasil-hasil dari kegiatan belajar yang telah ia peroleh dan telah disimpan dalam
ingatan, baik itu yang menyangkut fakta, keterampilan, konsep, maupun prinsip.
Menurut Gegne, kegiatan belajar manusia dapat dibedakan
atas 8 jenis, yaitu belajar isyarat (signal learning), belajar stimulus- respon (stimulus
response learning), rangkaian gerakan (chaining),rangkaian verbal (verbal association),
belajar membedakan (diskrimination learning), belajar konsep (concept learning), belajar
aturan (rule learning), dan pemecahan masalah (problem solving).
c. Pengertian Hasil Belajar
Kata hasil berarti: (1) sesuatu yang diadakan oleh usaha; (2) pendapatan, perolehan,
buah; (3) akibat kesudahan. Menurut Sudjana, hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan
yang dimiliki peserta didik setelah mereka menerima pengalaman belajarnya.
Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku secara keseluruhan yang dimiliki
seseorang. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut perubahan tingkah laku kognitif,
afektif dan psikomotorik. Maka hasil belajar bukan hanya berupa penguasaan pengetahuan,
tetapi juga kecakapan dan ketrampilan dalam melihat, menganalisis dalam memecahkan
masalah, membuat rencana dan mengadakan pembagian kerja, dengan demikian aktivitas dan
produk yang dihasilkan dari aktivitas belajar ini mendapatkan penilaian. Setiap orang yang
melakukan suatu kegiatan akan selalu ingin tahu hasil dari kegiatan yang dilakukannya.
Untuk menyediakan informasi tentang baik dan buruknya proses dan hasil kegiatan
pembelajaran, maka seorang guru harus menyelenggarakan evaluasi.
d. Evaluasi Hasil Belajar
Evaluasi artinya penilaian terhadap tingkat keberhasilan peserta didik mencapai tujuan
yang telah ditetapkan dalam sebuah program. Padanan kata evaluasi adalah assessment yang
menurut Tardif et.al. (1989), berarti: proses penilaian untuk menggambarkan prestasi yang
dicapai seorang peserta didik sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Selain kata
evaluasi dan assessment ada pula kata lain yang searti dan relatif lebih masyhur dalam dunia
pendidikan kita yakni tes, ujian, dan ulangan.
1) Tujuan Evaluasi
a) Untuk mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai oleh peserta didik dalam
suatu kurun waktu proses belajar tertentu.
b) Untuk mengetahui posisi atau kedudukan seorang peserta didik dalam kelompok
kelasnya.
c) Untuk mengetahui tingkat usaha yang dilakukan peserta didik dalam belajar.
d) Untuk mengetahui hingga sejauh mana peserta didik telah mendayagunakan kapasitas
kognitifnya (kemampuan kecerdasan yang dimilikinya) untuk keperluan belajar.
e) Untuk mengetahui tingkat daya guna dan hasil guna metode mengajar yang telah
digunakan guru dalam proses mengajarbelajar (PMB).
Dengan demikian, apabila sebuah metode yang digunakan guru tidak mendorong
munculnya prestasi belajar peserta didik yang memuaskan, guru dianjurkan mengganti
metode tersebut atau mengombinasikannya dengan metode lain yang serasi.
2) Fungsi Evaluasi
Di samping memiliki tujuan, evaluasi belajar juga memiliki fungsi-fungsi sebagaimana
tersebut di bawah ini.
a) Fungsi administratif untuk penyusunan daftar nilai dan pengisian buku rapor.
b) Fungsi promosi untuk menetapkan kenaikan atau kelulusan.
c) Fungsi diagnostik untuk mengidentifikasi kesulitan belajar
peserta didik dan merencanakan program remedial teaching (peng-
ajaran perbaikan).
d) Sebagai sumber data BP yang dapat memasok data peserta didik tertentu yang
memerlukan bimbingan dan penyuluhan (BP).
e) Sebagai bahan pertimbangan pengembangan pada masa yang akan datang yang meliputi
pengembangan kurikulum, metode dan alat-alat untuk proses PMB.
3) Ragam Evaluasi
a) Pre-test dan Post-test
Kegiatan pre-test dilakukan guru secara rutin pada setiap akan memulai penyajian
materi baru. Tujuannya, ialah untuk mengidentifikasi taraf pengetahuan peserta didik
mengenai bahan yang akan disajikan. Evaluasi seperti ini berlangsung singkat dan sering
tidak memerlukan instrumen tertulis.
Post-test adalah kebalikan dari pre-test, yakni kegiatan evaluasi yang dilakukan guru
pada setiap akhir penyajian materi. Tujuannya adalah untuk mengetahui taraf penguasaan
peserta didik atas materi yang telah diajarkan. Evaluasi ini juga berlangsung singkat dan
cukup dengan menggunakan instrumen sederhana yang berisi item-item yang jumlahnya
sangat terbatas.
b) Evaluasi Prasyarat
Evaluasi jenis ini sangat mirip dengan pre test. Tujuannya adalah untuk
mengidentifikasi penguasaan peserta didik atas materi lama yang mendasari materi baru yang
akan diajarkan. Contoh: evaluasi penguasaan penjumlahan bilangan sebelum memulai
pelajaran perkalian biiangan, karena penjumlahan merupakan prasyarat atau dasar perkalian.
c) Evaluasi Diagnostik
Evaluasi ini dilakukan setelah selesai penyajian sebuah satuan pelajaran dengan tujuan
mengidentifikasi bagian-bagian tertentu yang belum dikuasai peserta didik. Instrumen
evaluasi jenis ini dititikberatkan pada bahasan tertentu yang dipandang telah membuat
peserta didik mendapatkan kesulitan.
d) Evaluasi Formatif
Evaluasi jenis ini dapat dipandang sebagai "ulangan" yang dilakukan pada setiap akhir
penyajian satuan pelajaran atau modul. Tujuannya ialah untuk memperoleh umpan balik yang
mirip dengan evaluasi diagnostik, yakni untuk mendiagnosis (mengetahui penyakit/kesulitan)
kesulitan belajar peserta didik. Hasil diagnosis kesulitan belajar tersebut digunakan sebagai
bahan pertimbangan rekayasa pengajaran remedial (perbaikan).
e) Evaluasi Sumatif
Ragam penilaian sumatif dapat dianggap sebagai “ulangan umum” yang dilakukan
untuk mengukur kinerja akademik atau prestasi belajar peserta didik pada akhir periode
pelaksanaan program pengajaran. Evaluasi ini lazim dilakukan pada setiap akhir semester
atau akhir tahun ajaran. Hasilnya dijadikan bahan laporan resmi mengenai kinerja akademik
peserta didik dan bahan penentu naik atau tidaknya peserta didik ke kelas yang lebih tinggi.
f) Ujian Nasional (UAN)
Ujian Nasional (UN) yang dulu disebut EBTANAS (Evaluasi Belajar Tahap Akhir
Nasional) pada prinsipnya sama dengan evaluasi sumatif dalam arti sebagai alat penentu
kenaikan status peserta didik. Namun, UN yang diberlakukan mulai tahun 2002 itu dirancang
untuk peserta didik yang telah menduduki kelas tertinggi pada suatu jenjang pendidikan tertentu
seperti jenjang S.D/M.I, SLTP/M.Ts, dan sekolahsekolah menengah yakni SMA dan sebagainya.
e. Tipe Hasil Belajar
Tipe hasil belajar dikatagorikan menjadi tiga bidang yakni bidang kognitif (penguasaan
intelektual), bidang afektif (berhubungan dengan sikap dan nilai), serta bidang psikomotor
(kemampuan/ keterampilan bertindak/berperilaku). Ketiganya tidak berdiri sendiri, tapi
merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan, bahkan membentuk hubungan hirarki.
Berikut ini dikemukakan unsur-unsur yang terdapat dalam ketiga tipe hasil belajar tersebut.
1) Tipe Hasil Belajar Bidang Kognitif
a) Tipe Hasil Belajar Pengetahuan Hafalan(Knowledge)
Pengetahuan hafalan dimaksudkan sebagai terjemahan dari kata “knowledge” dari
Bloom. Cakupan dalam pengetahuan hafalan termasuk pula pengetahuan yang sifatnya
faktual, di samping pengetahuan mengenai hal-hal yang dianggap perlu diingat kembali
seperti batasan, peristilahan, pasal, hukum, bab, ayat, rumus, dan lain-lain.
b) Tipe Hasil Belajar Pemahaman (Comprehention)
Tipe ini lebih tinggi satu tingkat dari tipe hasil belajar pengetahuan hafalan.
Pemahaman memerlukan kemampuan menangkap makna atau arti dari suatu konsep.
Misalnya, mengubah, membuat rangkuman, menuliskan kembali, melukiskan dengan kata-
kata sendiri.
c) Tipe Hasil Belajar Penerapan (Aplikasi)
Aplikasi adalah kesanggupan menerapkan dan mengabstrkasikan suatu konsep, ide,
rumus, hokum dalam situasi yang baru. Misalnya, memecahkan persoalan dengan
menggunakan rumus tertentu, menerapkan suatu dalil atau hukum dalam suatu persoalan.
d) Tipe Hasil Belajar Analisis
Analisis adalah kesanggupan memecah, mengurai suatu integritas (kesatuan yang utuh)
menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian yang mempunyai arti, atau mempunyai
tingkatan/hirarki.
e) Tipe Hasil Belajar Sintesis
Sintesis adalah lawan analisis, bila pada analisis ditekankan pada kesanggupan
menguraikan suatu integritas menjadi bagian yang bermakna, maka pada sintesis adalah
kesanggupan menyatukan unsur atau bagian menjadi satu integritas.
Sudah barang tentu sintesis memerlukan kemampuan hafalan, pemahaman, aplikasi, dan
analisis. Pada berpikir sintesis adalah berpikir devergent sedangkan berpikir analisis adalah
berpikir konvergent. Dengan sintesis dan analisis, maka berpikir kreatif untuk menemukan
sesuatu yang baru (inovatif) akan lebih mudah dikembangkan. Beberapa tingkah laku
operasional biasanya ter-cermin dalam kata-kata; mengkategorikan, menggabungkan,
menghimpun, menyusun, mencipta, merancang, mengkonstruksi, mengorganisasi kembali,
merevisi, menyimpulkan, menghubungkan, mensistematisasi, dan lain-lain.
f) Tipe Hasil Belajar Evaluasi
Evaluasi adalah kesanggupan memberikan keputusan tentang nilai sesuatu berdasarkan
judgment yang dimilikinya, dan criteria yang dipakainya. Tipe hasil belajar ini dikategorikan
paling tinggi, dan terkandung semua tipe hasil belajar yang telah dijelaskan sebelumnya.
Dalam tipe hasil belajar evaluasi, tekanan pada pertimbangan sesuatu. nilai, mengenai baik
tidaknya, tepat tidaknya, dengan menggunakan kriteria tertentu.
Dalam proses ini diperlukan kemampuan yang mendahuluinya, yakni pengetahuan,
pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis. Tingkah laku operasional dilukiskan dalam kata-kata;
menilai, membandingkan, mempertimbangkan, mempertentangkan, menyarankan,
mengeritik, menyimpul - kan, mendukung, memberikan pendapat dan lain-lain.
2) Tipe Hasil Belajar Bidang Afektif
Bidang afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Beberapa ahli mengatakan, bahwa sikap
seseorang dapat diramalkan perubahannya, bila seseorang telah menguasai bidang kognitif
tingkat tinggi. Hasil belajar bidang afektif kurang mendapat perhatian dari guru. Para guru lebih
banyak memberi tekanan pada bidang kognitif semata-mata. Tipe hasil belajar afektif tampak
pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku seperti atensi/perhatian terhadap pelaj aran,
disiplin, motivasi belaj ar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar, dan Iainlain.
Sekalipun bahan pelajaran berisikan bidang kognitif, namun bidang afektif harus menjadi bagian
integral dari bahan tersebut, dan harus nampak dalam proses belajar dan hasil belajar yang
dicapai peserta didik.
Ada beberapa tingkatan bidang afektif sebagai tujuan dan tipe hasil belajar. Tingkatan
tersebut dimulai tingkat yang dasar/sederhana sampai tingkatan yang kompleks.
a) Receiving/attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulasi) dari
luar yang datang pada peserta didik, baik dalam bentuk masalah situasi, gej ala. Dalam tipe
ini termasuk kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus control dan seleksi gej ala atau
rangsangan dari luar.
b) Responding atau jawaban. Yakni reaksi yang diberikan seseorang terhadap stimulasi yang
datang dari luar. Dalam hal ini termasuk ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam
menjawab stimulus dari luar yang datang kepada dirinya.
c) Valuing (penilaian). yakni berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gej ala atau
stimulus tadi. Dalam evaiuasi ini termasuk di dalamnya kesediaan menerima nilai, latar
belakang atau pengalaman untuk menerima nilai, dan kesepakatan terhadap nilai tersebut.
d) Organisasi, yakni pengembangan nilai ke dalam satu sistem organisasi, termasuk menentukan
hubungan satu nilai dengan nilai lain dan kemantapan, dan prioritas nilai yang telah
dimilikinya. Yang termasuk dalam organisasi ialah konsep tentang nilai, organisasi dari pada
sistem nilai.
e) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai yakni keterpaduan dari semua sistem nilai yang
telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Di sini
termasuk keseluruhan nilai dan karakteristiknya.
3) Tipe Hasil Belajar Bidang Psikomotor
Hasil belajar bidang psikomotor tampak dalam bentuk keterampilan (skill), kemampuan
bertindak individu (seseorang). Ada 6 tingkatan keterampilan yakni;
a) Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar)
b) Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar.
c) Kemampuan perseptual termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif
motorik dan Iainlain.
d) Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan, ketepatan.
e) Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan
yang kompleks.
f) Kemampuan yang berkenaan dengan non decursive komunikasi seperti gerakan ekspresif,
interpretatif.
Tipe hasil belajar yang dikemukakan di atas sebenamya tidak berdiri sendiri, tapi selalu
berhubungan satu sama lain bahkan ada dalam kebersamaan. Seseorang yang berubah tingkat
kognisinya sebenamya dalam kadar tertentu telah berubah pula sikap dan perilakunya. Carl
Rogers berpendapat bahwa seseorang yang telah menguasai tingkat kognitif maka perilaku
orang tersebut sudah bisa diramalkan.
Dalam proses belajar-mengajar di sekolah saat ini tipe hasil belajar kognitif lebih
dominan jika dibandingkan dengan tipe hasil belajar bidang afektif dan psikomotorik.
Sekalipun demikian tidak berarti bidang afektif dan psikomotor diabaikan.
f. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar adalah faktor Intern dan
faktor Ekstern.
1) Faktor Intern
Faktor-faktor intern dikelompokkan menjadi faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor
kelelahan.
a) Faktor jasmaniah terdiri dari faktor kesehatan dan cacat tubuh.
b) Faktor Psikologi terdiri dari inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan
kesiapan.
c) Faktor Kelelahan
Kelelahan pada seseorang dibedakan menjadi dua yaitu kelelahan jasmani dan
kelelahan rohani. Kelelahan jasmani seperti lemah lunglai. Sedangkan kelelahan rohani
seperti adanya kelesuan dan kebosanan.
2) Faktor Ekstern
Faktor ektern dikelompokkan menjadi tiga faktor, yaitu faktor keluarga, faktor sekolah dan
faktor masyarakat.
a) Faktor Keluarga
Peserta didik akan menerima pengaruh dari keluarga berupa, cara orang mendidik,
relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga, keadaan ekonomi keluarga, pengertian
orang tua, dan latar belakang kebudayaan.
b) Faktor Sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar, kurikulum,
relasi guru dengan peserta didik, relasi peserta didik dengan peserta didik, disiplin sekolah,
alat pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas
rumah.
c) Faktor Masyarakat
Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar peserta
didik. Pengaruh itu terjadi keberadaannya peserta didik dalam masyarakat. Faktor dalam
masyarakat meliputi kegiatan peserta didik dalam masyarakat, mass media, teman bergaul,
dan bentuk kehidupan masyarakat.
4. Materi Logika Matematika
a. Kalimat Tertutup (Pernyataan)
Pernyataan atau kalimat tertutup adalah suatu kalimat yang mempunyai nilai benar saja
atau salah saja, tidak sekaligus bernilai benar dan salah. Suatu pernyataan biasanya
dinotasikan dengan huruf kecil seperti p, q, r, s, dan sebagainya.
Nilai benar atau nilai salah dari suatu pernyataan disebut nilai kebenaran. Nilai
kebenaran dapat ditentukan dengan cara empiris dan cara non empiris.
1) Cara empiris adalah cara menentukan nilai kebenaran suatu pernyataan berdasarkan fakta
pada saat itu (bergantung pada ruang dan waktu).
2) Cara non empiris adalah cara menentukan nilai kebenaran suatau pernyataan berdasarkan
bukti-bukti atau perhitungan-perhitungan dalam matematika (kebenaran bersifat mutlak).
Nilai kebenaran dari suatu pernyataan dinotasikan dengan huruf Yunani, yaitu W (dibaca
tau) yang berasal dari kata asing truth berarti kebenaran.
Suatu pernyataan yang benar memiliki nilai kebenaran B (benar), sedangkan suatu
pernyataan yang salah memiliki nilai kebenaran S (salah).
Misalkan p : Hasil kali 3 dan 5 adalah 15.
Pernyataan p benar, sebab 3 × 5 = 15. Dengan demikian pernyataan p memiliki nilai
kebenaran B (benar), ditulis τ~ = B.
b. Kalimat Terbuka
Kalimat terbuka adalah suatu kalimat yang belum dapat ditentukan nilai kebenarannya
(benar atau salah) karena mengandung variabel. Suatu kalimat terbuka dengan variabel x
dilambangkan oleh P (x), q (x), r (x) dan sebagainya.
Misalkan P9x) : 2x + 1 = 5, x E R
1) Apabila variabel x pada P(x) diganti dengan bilangan 2, maka:
P (2) : 2 (2) + 1 = 5 (benar)
Kaliamat terbuka P(x) menjadi pernyataan yang bernilai benar .
2) Apabila variabel x pada P(x) diganti dengan bilangan selain 2, misal 3, maka:
P (3) : 2 (3) + 1 = 5 (salah)
Kalimat terbuka P(x) menjadi pernyataan yang bernilai salah.
Bilangan pengganti variabel disebut konstanta, dan konstanta yang menjadikan suatu
kalimat terbuka menjadi suatu pernyataan yang bernilai benar disebut penyelesaian kalimat
terbuka.
c. Ingkaran (Negasi) dari suatu Pernyataan
Ingkaran (negasi) dari suatu pernyataan adalah suatu pernyataan baru yang diperoleh
dari pernyataan semula sedemikian sehingga jika pernyataan semula bernilai benar, maka
negasinya bernilai salah, dan jika pernyataan semula bernilai salah, maka negasinya bernilai
benar. Negasi dari pernyataan p dinotasikan dengan ~ p.
Tabel kebenaran yang menunjukkan hubungan antara pernyataan p dan negasinya, ~ p
adalah sebagai berikut:
p >p
B S
S B
Tabel 1
Pernyataan dan Negasinya
Negasi pernyataan p dapat diperoleh dengan cara menambahkan kalimat “tidak benar
bahwa” di depan pernyataan p atau dengan menyisipkan perkataan “tidak” atau “bukan” di
dalam pernyataan p.
d. Pernyataan Majemuk, Bentuk Ekuivalen, dan Negasinya
Pernyataan majemuk adalah suatu pernyataan yang dibentuk dari beberapa pernyataan
tunggal dengan menggunakan kata penghubung logika, seperti dan, atau, sehingga, jika …
maka …, … jika dan hanya jika …, meskipun, tetapi.
Dalam matematika dikenal beberapa pernyataan majemuk, yaitu konjungsi, disjungsi,
implikasi, dan biimplikasi.
Kata Hubung Logika Lambang Istilah
… dan … Konjungsi
… atau … Disjungsi
Jika … maka … Implikasi
… jika dan hanya jika … Biimplikasi

Tabel 2
Pernyataan Majemuk dan Lambangnya
1) Konjungsi
Konjungsi adalah pernyataan majemuk yang dibentuk dari dua pernyataan tunggal
dengan menggunakan kata hubung “dan”. Konjungsi dari pernyataan p dan pernyataan q
dinotasikan oleh: “p ¿ q” ( dibaca p dan q )
Nilai kebenaran p ¿ q ditentukan sebagai berikut :
1) p ¿ q benar, jika p benar dan q benar
2) p ¿ q salah, jika salah satu p atau q salah, atau jika p salah dan q salah
Tabel kebenaran konjungsi p ¿ q
p q p ¿ q
B B B
B S S
S B S
S S S
Tabel 3
Konjungsi
2) Disjungsi
Disjungsi adalah pernyataan majemuk yang dibentuk dari dua pernyataan tunggal
dengan menggunakan kata hubung “atau”. Disjungsi dari pernyataan p dan pernyataan q
dinotasikan oleh “p ¿ q” (dibaca p atau q)
Nilai kebenaran p ¿ q ditentukan sebagai berikut:
1) p ¿ q benar, jika salah satu p atau q benar, atau jika p dan q keduanya benar.
2) p ¿ q salah, jika p dan q keduanya salah
p q p ¿ q
B B B
B S B
S B B
S S S
Tabel 4
Disjungsi
3) Implikasi
Implikasi adalah pernyataan majemuk yang dibentuk dari dua pernyataan tunggal
dengan menggunakan kata hubung “jika … maka …”. I mplikasi dari pernyataan p terhadap
q dinotasikan oleh “p  q” dapat dibaca :
√ Jika p maka q √ p syarat cukup untuk q
√ p berimplikasi q √ q syarat perlu untuk p
√ q hanya jika q
Pada implikasi p  q, p disebut hipotesa dan q disebut konklusi. Nilai kebenaran p  q
ditentukan sebagai berikut:
p  q salah, jika p benar dan q salah, p  q benar, dalam komposisi nilai kebenaran p dan q
yang lainnya.
Tabel kebenaran implikasi p  q
p q pq
B B B
B S S
S B B
S S B
Tabel 5
Implikasi
Konvers, Invers, dan Kontraposisi
Dari suatu implikasi p  q dapat dibentuk implikasi lain, yaitu:
1) q  p yang disebut konvers dari pq
2) ~ p  ~ q yang disebut invers dari pq
3) ~ q  ~ p yang disebut kontraposisi dari p  q

Gambar 1
Invers, Konvers, dan Kontraposisi
Tabel nilai kebenaran dari implikasi-implikasi di atas adalah:
p q ~p ~q Implikasi Konvers Invers Kontraposisi
(p ⇒ q) (q ⇒ p) (~p ⇒ ~q) (~q ⇒ ~p)
B B S S B B B B
B S S B S B B S
S B B S B S S B
S S B B B B B B

Tabel 6
Nilai Kebenaran Invers, Konvers, dan Kontraposisiny
Dari tabel kebenaran di atas diperoleh :
p ⇒ q ¿ q ⇒ ~p
q ⇒ p ¿ ~p ⇒ ~q
4) Biimplikasi
Biimplikasi adalah pernyataan majemuk yang dibentuk dari dua pernyataan
tunggal dengan menggunakan kata hubung “… jika dan hanya jika …”. Biimplikasi dari
pernyataan p dan pernyataan q dinotasikan oleh “p ⇔ q”, dibaca “p jika dan hanya

jika q” atau dibaca “jika p maka q dan jika q maka p”.


Tabel nilai kebenaran biimplikasi p ⇔ q
p q p ⇔ q
B B B
B S S
S B S
S S B
Tabel 7
Biimplikasi
Nilai kebenaran biimplikasi p ⇔ q ditentukan sebagai berikut.
1) p ⇔ q benar, jika p dan q memiliki nilai kebenaran yang sama

2) p ⇔ q salah, jika p dan q memiliki nilai kebenaran yang tidak sama

Contoh:
Misalkan p: Bumi itu bulat.
q: Air mendidih pada suhu 100°C.
Tentukan pernyataan majemuk yang dapat dibentuk dari dua pernyataan di atas!
Jawab:
p ¿ q : Bumi itu bulat dan air mendidih pada suhu 100°C.
p ¿ q : Bumi itu bulat atau air mendidih pada suhu 100°C.
p ⇒ q : Jika bumi itu bulat maka air mendidih pada suhu 100°C.
p ⇔ q :Bumi itu bulat jika dan hanya jika air mendidih pada subu 100°C.

Negasi Suatu Pernyataan Majemuk


1. Negasi Kunjungsi
Negasi konjungsi p ¿ q adalah ~ p ¿ ~ q. Atau ditulis:
~ (p ¿ q) { ~ p ¿ ~q
2. Negasi Disjungsi
Negasi disjungsi p ¿ q adalah ~ p ¿ ~ q. Atau dapat ditulis:
~ (p ¿ q) { ~ p ¿ ~q
3. Negasi Implikasi
Negasi implikasi p ⇒ q adalah p ¿ ~ q. Atau ditulis:
~ (p ⇒ q) { p ¿ ~q
4. Negasi Biimplikasi
Negasi biimplikasi p ⇔ q adalah (p ¿ ~ q) ¿ (q ¿ ~ p). Atau ditulis: ~ (p ⇔ q)
{ (p ¿ ~ q) ~ (q ~ ~ p)
Pernyataan Berkuantor dan Negasinya
Kuantor artinya pengukur kuantitas atau jumlah. Sehingga pernyataan berkuantor adalah
pernyataan yang memuat ukuran kuantitas atau jumlah, seperti kata semua, seluruh, setiap,
tanpa kecuali, ada, beberapa, dan sebagainya.
Kuantor dibagi menjadi dua bagian, yaitu kuantor universal dan kuantor eksistensial.
Kuantor universal dinotasikan dengan , contohnya semua, untuk setiap, untuk tiap-tiap, seluruh,
atau tanpa kecuali. Kuator eksistensial dinotasikan dengan , contohnya ada, beberapa, terdapat,
atau sekurang-kurangnya satu.
Negasi Pernyataan Berkuantor
1. Negasi dari pernyataan berkuantor semua p adalah ada/beberapa/ terdapat ~p.
Misalkan p : semua orang asing berkulit putih
Maka ~p : tidak benar bahwa semua orang asing berkulit putih
~p : ada orang asing tidak berkulit putih
~p : beberapa orang asing tidak berkulit putih
2. Negasi dari pernyataan berkuantor ada/terdapat p adalah semua
~p. Misalnya p : ada laki-laki yang tidak berkumis
~ p : tidak benar bahwa ada laki-laki yang tidak berkumis
~ p : semua laki-laki berkumis.
Materi logika matematika perlu disajikan dalam suasana nyaman dan menyenangkan agar
peserta didik dalam mengikuti pembelajaran mendapatkan hasil yang optimal, maka guru harus
menggunakan model pembelajaran yang sesuai untuk terciptanya suasana kelas yang nyaman
dan menyenangkan yaitu salah satunya dengan model pembelajaran Quantum Teaching. Dalam
pengerjaan latihan soal secara berkelompok, peserta didik harus aktif di dalamnya maka mereka
membutuhkan tutor yang akrab dan tidak canggung ketika ingin bertanya, maka dipilih salah satu
dari temannya yang memilki kemampuan lebih sebagai tutor sebayanya.

C. Rumusan Hipotesis
Hipotesis merupakan suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan
penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Melihat permasalahan di atas dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut, dengan menggunakan metode Quantum Teaching dan
tutor sebaya dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada materi pokok logika
matematika di Kelas XI SMAN 1tahun pelajaran 2015/2016.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. PTK (CAR-Classroom Action
Research), yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas (sekolah) tempat ia mengajar
dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan pembelajaran.
PTK memiliki bebrapa karakteristik, yaitu sebagai berikut.
1. Didasarkan pada masalah yang dihadapi guru dalam instruksional.
2. Adanya kolaborasi dalam pelaksanaannya.
3. Penelitian sekaligus sebagai praktik untuk melakukan refleksi.
4. Bertujuan memperbaiki dan/atau meningkatkan kualitas praktik instruksional.
5. Dilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus.
6. Pihak yang melakukan tindakan adalah guru sendiri, sedangkan yang
melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses tindakan adalah
peneliti, bukan guru yang sedang melakukan tindakan.
7. PTK dikatagorikan sebagai penelitian kualitatif dan eksperiman.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas yang berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar dengan
Metode Quantum Teaching dan Tutor Sebaya dalam Kelompok Kecil pada Materi Pokok
Logika matematika di Kelas XI SMAN 1Tahun Pelajaran 2015/2016” ini dilaksanakan di
SMAN 1 Kecamatan Sarudu yang beralamat Jl. Trans Sulawesi Kecamatan Sarudu
Kabupaten Mamuju Utara.
Subjek penelitian tidakan kelas ini adalah Kelas XI SMAN 1tahun pelajaran 2015/2016
dengan jumlah 29 peserta didik. Dengan sekian jumlah tersebut maka perlu kerja keras guru
dalam menciptakan suasana kelas yang kondusif dan aktif.
2. Waktu Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan pada tanggal 12 - 31 Januari 2016, di Kelas
XI SMAN 1 Kecamatan Sarudu.
C. Pelaksana dan Kolaborator
Pelaksana dan kolaborator dalam Pelaksanaan Tindakan Kelas (PTK) adalah orang yang
membantu mengumpulkan data-data tentang penelitian yang sedang digarap bersama-sama
dengan peneliti. Kolaborator dalam penelitian ini adalah guru mata pelajaran matematika Kelas
XI SMAN 1 Kecamatan Sarudu.
D. Rancangan Penelitian
Dalam penelitian ini, peniliti akan membagi tahapan menjadi 2 siklus dengan tiap siklus
terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.
Ada beberapa ahli yang mengemukakan model penelitian tindakan kelas dengan bagan
yang berbeda, namun secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu (1)
Perencanaan (planning), (2) Tindakan (action), (3) Pengamatan (observation), dan (4) Refleksi
(reflection). Adapun model dan penjelasan untuk masing-masing tahap adalah sebagai berikut.

Gambar 2 Bagan PTK


Tahap-tahap penelitian tindakan kelas pada model pembelajaran Quantum Teaching dan
Tutor Sebaya secara lengkap untuk setiap siklus yang akan dilaksanakan mempunyai langkah-
langkah sebagai berikut:
1. Pra Siklus
Pada kegiatan pra siklus ini akan dilihat kegiatan pembelajaran tahun yang lalu. Dalam
pra siklus ini juga akan diukur dengan indikator penelitian yaitu akan dilihat hasil belajar dari
peserta didik. Hal ini dilakukan sebagai dasar untuk membandingkan keberhasilan pembelajaran
sebelum dan setelah menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching dan tutor sebaya
pada siklus I dan siklus II.
2. Siklus I
a. Tahap Perencanaan
1) Peneliti merencanakan pembelajaran matematika dengan model pembelajaran Quantum
Teaching dan Tutor Sebaya dalam kelompok kecil dengan membuat RPP.
2) Membentuk kelompok belajar dengan memperhatikan penyebaran kemampuan peserta
didik. Peserta didik dibagi dalam 7 kelompok dengan tiap kelompok beranggotakan 6-7
peserta didik dengan 1 peserta didik sebagai tutor yang kemampuannya lebih tinggi dari
teman satu kelompoknya.
3) Menyiapkan media pembelajaran yang akan digunakan pada saat menyampaikan materi
pokok logika matematika.
4) Menyiapkan LKS (Lembar Kerja Peserta didik).
5) Menyusun lembar pengamatan keaktifan peserta didik.
6) Menyiapkan soal test tertulis yang akan digunakan untuk mengukur hasil belajar peserta
didik.
b. Tahap Tindakan
1) Guru menyiapkan media pembelajaran yang diperlukan.
2) Guru mengadakan presensi terhadap kehadiran peserta didik.
3) Guru menerangkan materi pokok logika matematika dengan metode ceramah bervariasi
yang menyenangkan dengan bantuan alat peraga.
4) Guru memberikan kebebasan kepada peserta didik dalam menentukan tempat pengerjaan
tetapi masih dalam ruangan kelas.
5) Guru memberikan LKS untuk dikerjakan secara kelompok.
6) Tiap-tiap kelompok mengerjakan lembar kerja yang dipimpin oleh masing-masing ketua
kelompok sebagai tutor sebaya.
7) Masing-masing wakil dari anggota kelompok mengerjakan lembar kerja di papan tulis.
8) Guru mengajak peserta didik untuk bertepuk tangan pada saat akhir presentasi untuk
merayakan keberhasilan para peserta didik dalam melaksanakan diskusi kelompok dan
presentasi mereka.
9) Guru dan peserta didik menyimpulkan hasil belajar pada materi tersebut.
10) Secara individual peserta didik diberi pekerjaan rumah.
11) Peserta didik mengerjakan test formatif pada akhir pertemuan pada siklus.
c. Tahap Observasi
1) Pengamatan terhadap peserta didik
a) Kehadiran peserta didik.
b) Perhatian peserta didik terhadap cara guru menjelaskan materi pembelajaran.
c) Banyaknya peserta didik yang bertanya.
d) Kerjasama peserta didik dalam kerja kelompok.
2) Pengamatan terhadap guru
a) Kehadiran Guru.
b) Penampilan guru di depan kelas.
c) Cara menyampaikan materi pelajaran.
d) Cara pengelolaan kelas.
e) Suara guru dalam menyampaikan pelajaran.
f) Cara guru dalam menyampaikan bimbingan kelompok yang membutuhkan.
g) Waktu yang diperlukan guru.
3) Sarana dan prasarana
a) Situasi kelas yang menyenangkan.
b) Penataan tempat duduk peserta didik.
c) Buku-buku pelajaran yang menunjang
1) Secara kolaboratif guru mitra dan peneliti menganalisis dan mendiskusikan hasil
pengamatan. Selanjutnya membuat suatu refleksi mana yang perlu dipertahankan dan mana
yang perlu diperbaiki untuk siklus ke 2 nantinya.
2) Membuat simpulan sementara terhadap pelaksanaan siklus 1.
3. Siklus II
Untuk pelaksanaan siklus II secara teknis sama dengan pelaksanaan siklus 1. Langkah-
langkah besar dalam siklus II ini yang perlu ditekankan mulai dari perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan dan refleksi akan dijelaskan sebagai berikut:
a. Tahap Perencanaan
1) Identifikasi masalah dan perumusan masalah berdasarkan refleksi dari siklus I.
2) Menyusun kembali Rencana Pembelajaran (RP)
3) Merancang kembali tes formatif dan alat evaluasi
4) Menyusun kembali Lembar Kerja Peserta didik (LKS) sebagai petunjuk pelaksanaan
kegiatan yang digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar peserta didik.
5) Menyusun kembali lembar observasi untuk mengidentifikasi hasil belajar peserta
didik.
b. Tahap Tindakan
1) Guru menyiapkan media pembelajaran yang diperlukan.
2) Guru mengadakan presensi terhadap kehadiran peserta didik.
3) Guru menerangkan materi dengan metode ceramah bervariasi
yang menyenangkan dengan bantuan alat peraga.
4) Guru memberikan kebebasan kepada peserta didik dalam
menentukan tempat pengerjaan tetapi masih dalam ruangan kelas.
5) Guru memberikan LKS untuk dikerjakan secara kelompok.
6) Tiap-tiap kelompok mengerjakan lembar kerja yang dipimpin
oleh masing-masing ketua kelompok sebagai tutor sebaya.
7) Masing-masing wakil dari anggota kelompok mengerjakan lembar kerja di papan
tulis.
8) Guru mengajak peserta didik untuk bertepuk tangan pada saat akhir presentasi untuk
merayakan keberhasilan para peserta didik dalam melaksanakan diskusi kelompok
dan presentasi mereka.
9) Guru dan peserta didik menyimpulkan hasil belajar pada materi tersebut.
10) Secara individual peserta didik diberi pekerjaan rumah.
11) Peserta didik mengerjakan test formatif pada akhir pertemuan pada siklus.
c. Tahap Observasi
1) Pengamatan terhadap peserta didik
a) Kehadiran peserta didik.
b) Perhatian peserta didik terhadap cara guru menjelaskan materi pembelajaran.
c) Banyaknya peserta didik yang bertanya.
d) Kerjasama peserta didik dalam kerja kelompok.
2) Pengamatan terhadap guru
a) Kehadiran Guru.
b) Penampilan guru di depan kelas.
c) Cara menyampaikan materi pelajaran.
d) Cara pengelolaan kelas.
e) Suara guru dalam menyampaikan pelajaran.
f) Cara guru dalam menyampaikan bimbingan kelompok yang membutuhkan.
g) Waktu yang diperlukan guru.
3) Sarana dan prasarana
a) Situasi kelas yang menyenangkan.
b) Penataan tempat duduk peserta didik.
c) Buku-buku pelajaran yang menunjang

Secara kolaboratif guru mitra dan peneliti menganalisis dan mendiskusikan hasil
pengamatan untuk selanjutnya membuat kesimpulan apakah hipotesis tindakan tercapai atau
tidak. Maka diharapkan pada akhir siklus II ini, kenyataan aktivitas dan hasil belajar peserta
didik Kelas XI SMAN 1dapat ditingkatkan.
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Data hasil nilai tes evaluasi siklus I dan evaluasi siklus II pada materi pokok logika
matematika.
b. Data tentang pengamatan kemampuan aktivitas peserta didik dalam penguasaan materi
logika matematika.
c. Data tentang kemampuan guru dalam pengelolaan kegiatan pembelajaran Quantum
Teaching dan tutor sebaya.
d. Data tentang refleksi peserta didik terhadap pembelajaran terhadap model pembelajaran
Quantum Teaching dan tutor sebaya.
2. Alat Pengumpul Data
a. Tes evaluasi disetiap akhir siklus.
b. Lembar pengamatan kemampuan aktivitas peserta didik dalam penguasaan materi Logika
Matematika.
c. Lembar pengamatan pengelolaan pembelajaran Quantum Teaching dan tutor sebaya
untuk guru.
3. Metode Pengumpulan Data
1) Metode Wawancara
Metode wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan secara verbal kepada orang-orang yang dianggap dapat
memberikan informasi atau penjelasan hal-hal yang dianggap perlu.
Metode ini dilakukan untuk memperoleh data-data tentang permasalahan yang
dihadapi dalam pembelajaran sebelum pemberian tindakan, diantaranya strategi dan
metode pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran matemaika dan hasil belajar
peserta didik sebelum pemberian tindakan.
2) Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah cara pengumpulan data dengan mencari mengenai hal-
hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, notulen rapat, agenda,
dan sebagainya.
Metode ini dilakukan untuk memperoleh daftar nama peserta didik yang termasuk
dalam subjek penelitian, data-data yang berkaitan dengan madrasah mulai dari struktur
organisasi, daftar nama peserta didik yang menjadi subjek penelitian, nilai formatif
materi terakhir sebelum pemberian tindakan dan sebagainya. Selain itu juga digunakan
untuk pengambilan gambar peserta didik dalam melaksanakan model pembelajaran
Quantum Teaching dan tutor sebaya.
3) Metode Tes Evaluasi di Setiap Akhir Siklus
Metode ini digunakan untuk mengukur hasil belajar matematika peserta didik yang
dikenai model pembelajaran Quantum Teaching dan tutor sebaya.
4) Metode Pengamatan (observasi).
Metode ini digunakan untuk mengamati kegiatan guru dan peserta didik dalam
proses pembelajaran sehingga dapat diketahui apakah proses pembelajaran dengan model
pembelajaran Quantum Teaching dan tutor sebaya dapat meningkatkan hasil belajar.
F. Teknik Analisis Data
Metode analisis data merupakan upaya mencari dan menata sistematis catatan hasil
observasi, wawancara, dan dokumentasi, untuk meningkatkan pemahaman penelitian tentang
peneliti menggunakan metode deskriptif analitik yaitu memberikan predikat kepada variabel
diteliti sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Predikat yang sebanding dengan atau atas
dasar kondisi yang diinginkan.
Data hasil pengamatan penelitian dan tes diolah dengan analisis deskriptif untuk
menggambarkan keadaan peningkatan pencapaian indikator keberhasilan tiap siklus dan untuk
menggambarkan keberhasilan pembelajaran dengan model pembelajaran Quantum Teaching
dan tutor sebaya dalam materi pokok logika matematika.
Apabila datanya telah terkumpul, data diklasifikasikan menjadi dua kelompok data
yaitu data kuantitatif yang berbentuk angka-angka dan data kualitatif yang dinyatakan dengan
kata-kata atau simbol. Data kualitatif yang berbentuk kata-kata tersebut disisihkan sementara,
karena akan sangat berguna untuk menyertai dan melengkapi gambaran yang diperoleh dari
analisis data kuantitatif.
Data mengenai hasil belajar diambil dari kemampuan kognitif peserta didik dalam
menyelesaikan soal tes evaluasi, analisisnya dengan cara menghitung rata-rata nilai dan
ketuntasan belajar. Rumus yang digunakan adalah:
1. Menghitung nilai rata-rata

Keterangan:
= Rata-rata hasil tes
= Jumlah nilai tes
= Banyaknya peserta didik yang mengikuti tes
2. Menghitung Ketuntasan Klasikal
Hasil belajar peserta didik ditentukan dengan ketuntasan klasikal menggunakan
analisis deskriptif prosentase, dengan perhitungan sebagai berikut:
Keterangan:
JPTB : Jumlah peserta didik tuntas belajar
JP : Jumlah peserta didik
G. Indikator Pencapaian
Indikator pencapaian pada penelitian ini adalah meningkatnya hasil belajar dengan
metode Quantum Teaching dan tutor sebaya dalam kelompok kecil pada materi pokok logika
matematika di Kelas XI SMAN 1tahun pelajaran 2015/2016 yaitu nilai rata-rata kelas t 74,
dengan ketuntasan belajar klasikal t 75%.
DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zainal dan Elham Rohmanto, Membangun Profesionalisme Guru dan Pengawas Sekolah,
(Bandung: Yrama Widya, 2007)
Arikunto, Suharsimi, Penelitian Tindakan 2010, (Yogyakarta: Aditya Media, 2010), Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010)
DePotter, Bobbi, et. all., Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-
ruang Kelas, (Bandung: Mizan Pustaka, 2010
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta,
2010)
Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011)
Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM Pembelajaran Aktif,
Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan, (Semarang: RaSAIL, 2008)
Kementerian Urusan Agama Islam, Wakaf, Dakwah dan Irsyad Kerajaan Saudi Arabia, Al
Qur’an dan Terjemahnya, (Medinah Munawwarah: Mujamma’ al-Malik Fahd li Thiba’at
al Mush-haf asy-Syarif, 197 1)
Kurnianingsih, Sri, Matematika SMA dan MA untuk Kelas XI Semester 2 Standar Isi 2006,
(Jakarta: Esis Erlangga, 2007)
Mutadi, Pendekatan Efektif dalam Pembelajaran Matematika, (Jakarta: Pusdiklat Tenaga Teknis
Keagamaan-Depag, 2007)
Saminanto, Ayo Praktik PTK: Penelitian Tindakan Kelas, (Semarang: RaSAIL, 2010)
Seifert, Kelvin, Manajemen Pembelajaran dan Instruksi Pendidikan: Manajemen Mutu
Psikologi Pendidikan Para Pendidik, (Yogyakarta: IRCiSoD, 2007)
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010)
Sudjana, Nana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2005)
,Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002)
Suyitno, Amin, Pemilihan Model-model Pembelajaran dan Penerapannya di SMP, (Semarang:
UNNES, 2007)
Syah, Muhibbin, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010)
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
2005)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
SIKLUS I PERTEMUAN 1

Satuan Pendidikan : SMAN 1


Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : XI/II
Alokasi Waktu : 2 X 40 Menit
Pertemuan : 1
Standar Kompetensi : Menggunakan logika matematika dalam pemecahan masalah yang
berkaitan dengan pernyataan majemuk dan pernyataan berkuantor
Kompetensi Dasar : Menentukan nilai kebenaran dari suatu pernyataan majemuk dan
pernyataan berkuantor
Indikator : 1. Menentukan nilai kebenaran dari suatu pernyataan majemuk
2. Menentukan ingkaran dari suatu pernyataan majemuk.
3. Menentukan nilai kebenaran dari suatu pernyataan berkuantor
4. Menentukan ingkaran dari suatu pernyataan
I.Tujuan Pembelajaran
1. Peserta didik dapat menentukan nilai kebenaran dari suatu pernyataan
majemuk.
2. Peserta didik dapat menentukan ingkaran dari suatu pernyataan majemuk.
II.Materi Ajar : Logika Matematika.
III.Metode Pembelajaran :
1. Model Pembelajaran : Quantum Teaching
2. Metode Pembelajaran : Kombinasi ceramah, tanya j awab, dan pemberian
tugas
IV.Langkah-langkah Pembelajaran
No Kegiatan Pembelajaran Pengorganisasian
Siswa Waktu
1.Pendahuluan:
2.Apersepsi :
a. Absensi dan salam
K 2 Menit
b. Tanya jawab tentang logika matematika dalam
K 3 Menit
kehidupan sehari-hari
K 5 Menit
Menyampaikan tujuan pembelajaran yang
berkaitan dengan materi yang akan diajarakan
dan direncanakan.
Kegiatan Inti:
Penguasaan Materi
3. Guru menjelaskan kepada peserta didik tentang K 10 Menit
akan diterapkannya model pembelajaran
Quantum Teaching pada saat penyampaian materi
yaitu Materi logika matematika perlu disajikan
dalam suasana nyaman dan menyenangkan agar
peserta didik dalam mengikuti pembelajaran
mendapatkan hasil yang optimal, maka guru harus
menggunakan model pembelajaran yang sesuai
untuk terciptanya suasana kelas yang nyaman dan
menyenangkan dan penggunaan tutor sebaya dalam
kelompok kecil saat menyelesaikan soal-soal pada
materi pokok logika matematika.
4. Guru menyampaikan sekilas tentang materi K 5 menit
pembelajaran yaitu Logika Matematika yang akan
dipelajari sebagai pengetahuan awal peserta didik
5. Guru menjelaskan materi tentang logika K 45 Menit
matematika dengan menerapkan model
pembelajaran Quantum teaching untuk
menciptakan suasana kelas yang menyenangkan
agar sistem belajar mengajar lebih optimal.
Penutup
10. Guru dan peserta didik menyimpulkan hasil K 5 Menit
belajar pada materi tersebut.
11. Secara individual peserta didik diberi pekerjaan I 5 Menit
rumah.
12. Salam
Keterangan : I = Individual ; P = Berpasangan ; G = group ; K = Klasikal
V. Alat/sumber bahan : Penggaris, kapur tulis, spidol, papan tulis, LKS, buku
paket Kelas XI semester II
VI. Penilaian :
1. Prosedur Tes: : Ada
a. Tes Awal
: Ada
b. Tes Proses
: Ada (PR)
2. Jenis tes : : Lesan Essay
a. Tes Awal
: Pengamatan
b. Tes Proses
: Tertulis Essay.
3. c. Tes Akhir
Alat Tes : Terlampir
Tes awal:
(Lesan esay)

1. Apa yang dimaksud dengan pernyataan?


Jawaban: pernyataan adalah suatu kalimat yang mempunyai nilai benar saja atau salah saja,
tidak sekaligus bernilai benar dan salah.
2. Apa yang dimaksud dengan kalimat terbuka?
Jawaban: kalimat terbuka adalah suatu kalimat yang belum dapat ditentukan nilai
kebenarannya (benar atau salah) karena mengandung variabel.
3. Suatu pernyataan yang bernilai benar jika dinegasikan akan bernilai .... Jawaban: salah.
4. Suatu pernyataan yang bernilai salah jika dinegasikan akan bernilai .... Jawaban: benar.

Tes akhir
(Tertulis Esay):
1. Buatlah contoh dari kalimat pernyataan dan kalimat terbuka masing-masing 5 buah contoh!
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
SIKLUS I PERTEMUAN II

Satuan Pendidikan : SMAN 1


Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : XI/II
Alokasi Waktu : 2 X 40 Menit
Pertemuan : II
Standar Kompetensi : Menggunakan logika matematika dalam pemecahan masalah yang
berkaitan dengan pernyataan majemuk dan pernyataan berkuantor
Kompetensi Dasar : Menentukan nilai kebenaran dari suatu pernyataan majemuk dan
pernyataan berkuantor
Indikator :
1. Menentukan nilai kebenaran dari suatu pernyataan majemuk.
2. Menentukan ingkaran dari suatu pernyataan majemuk.
3. Menentukan nilai kebenaran dari suatu pernyataan berkuantor.
4. Menentukan ingkaran dari suatu pernyataan berkuantor.

I. Tujuan
1. Peserta didik dapat menentukan nilai kebenaran dari suatu pernyataan majemuk.
2. Peserta didik dapat menentukan ingkaran dari suatu pernyataan majemuk.
II. Materi Ajar : Logika Matematika.
III. Metode Pembelajaran :
1. Model Pembelajaran : Quantum Teaching, Tutor Sebaya
2. Metode Pembelajaran : Kombinasi ceramah, tanya jawab, diskusi, dan pemberian
evaluasi
IV. Langkah-langkah Pembelajaran
No Kegiatan Pembelajaran Pengorganisasian
Siswa Waktu
1.Pendahuluan:
2.Apersepsi :
a. Absensi dan salam
K 2 Menit
b. Tanya jawab tentang logika matematika dalam
K 3 Menit
kehidupan sehari-hari
K 3 Menit
Menyampaikan tujuan pembelajaran yang
berkaitan dengan materi yang akan diajarakan
dan direncanakan.
Kegiatan Inti:
Penguasaan Materi
3. Guru menjelaskan kepada peserta didik tentang K 3 Menit
akan diterapkannya model pembelajaran
Quantum Teaching pada saat penyampaian materi
yaitu Materi logika matematika perlu disajikan
dalam suasana nyaman dan menyenangkan agar
peserta didik dalam mengikuti pembelajaran
mendapatkan hasil yang optimal, maka guru
harus menggunakan model pembelajaran yang
sesuai untuk terciptanya suasana kelas yang
nyaman dan menyenangkan dan penggunaan tutor
sebaya dalam kelompok kecil saat menyelesaikan
soal-soal pada materi pokok logika matematika.
4. Guru menyampaikan sekilas tentang materi K 5 menit
pembelajaran kembali yaitu Logika Matematika
yang akan dipelajari sebagai pemahaman lebih
mendalam peserta didik
5. Guru membagi peserta didik dalam 6 kelompok K 5 Menit
dengan tiap kelompok beranggotakan 7 peserta
didik dengan 1 peserta didik sebagai tutor yang
kemampuannya lebih tinggi dari teman satu
kelompoknya.
6. Guru Guru memberikan LKS untuk dikerjakan K 2 Menit
secara kelompok.
7. Tiap-tiap kelompok mengerjakan lembar kerja G 10 Menit
yang dipimpin oleh masing-masing ketua
kelompok sebagai tutor sebaya.
8. Masing-masing wakil dari anggota kelompok G 10 Menit
mengerjakan lembar kerja di papan tulis.
9. Guru mengajak peserta didik untuk bertepuk K 2 Menit
tangan pada saat akhir presentasi untuk
merayakan keberhasilan para peserta didik dalam
melaksanakan diskusi kelompok dan presentasi
mereka.
Penutup
10. Guru dan peserta didik menyimpulkan hasil K 5 Menit
belajar pada materi tersebut.
11. Secara individual peserta didik diberi tes evaluasi I 30 Menit
untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman
peserta didik tentang materi yang telah dipelajari
12. Salam

Keterangan : I = Individual ;
P = Berpasangan ;
G = group ;
K = Klasikal
V. Alat/sumber bahan : Penggaris, kapur tulis, spidol, papan tulis, LKS, buku paket Kelas XI
semester II.
VI. Penilaian :
1. Prosedur Tes:
a. Tes Awal : Ada
b. Tes Proses : Ada
c. Tes Akhir : Ada
2. Jenis tes :
a. Tes Awal : Lesan Essay
b. Tes Proses : Pengamatan
c. Tes Akhir : Tertulis Essay.
3. Alat Tes : Teralmpir
Tes awal:
(Lesan esay)
1. Sebutkan kata hubung dalam bahasa sehari-hari untuk konjungsi!
Jawaban: dan, tetapi, meskipun, walaupun, kemudian, lalu,lantas.
2. Sebutkan kata hubung dalam bahasa sehari-hari untuk disjungsi!
Jawaban: atau.
3. Sebutkan kata hubung dalam bahasa sehari-hari untuk implikasi!
Jawaban: jika ... maka ....
4. Sebutkan kata hubung dalam bahasa sehari-hari untuk biimplikasi!
Jawaban: jika dan hanya jika ... maka ....

Tes akhir:
(Tertulis Esay)

1. Lengkapilah tabel nilai kebenaran berikut:

Jawaban:
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
SIKLUS II PERTEMUAN 1

Satuan Pendidikan :SMAN 1


Mata Pelajaran :
Matematika
Kelas/Semester :
XI/II
Alokasi Waktu :
2 X 40 Menit
Pertemuan :
1
Standar Kompetensi :
Menggunakan logika matematika dalam pemecahan masalah yang
berkaitan dengan pernyataan majemuk dan pernyataan berkuantor
Kompetensi Dasar : Menentukan nilai kebenaran dari suatu pernyataan majemuk dan
pernyataan berkuantor
Indikator :
1. Menentukan nilai kebenaran dari suatu pernyataan majemuk.
2. Menentukan ingkaran dari suatu pernyataan majemuk.
3. Menentukan nilai kebenaran dari suatu pernyataan berkuantor.
4. Menentukan ingkaran dari suatu pernyataan berkuantor.

I. Tujuan
1. Peserta didik dapat Menentukan nilai kebenaran dari suatu pernyataan berkuantor.
2. Peserta didik dapat Menentukan ingkaran dari suatu pernyataan berkuantor.
II. Materi Ajar : Logika Matematika.
III. Metode Pembelajaran :
1. Model Pembelajaran : Quantum Teaching,
2. Metode Pembelajaran : Kombinasi ceramah, tanya jawab, dan pemberian tugas
IV. Langkah-langkah Pembelajaran
No Pengorganisasian
Kegiatan Pembelajaran
Siswa Waktu
1. Pendahuluan:
2. Apersepsi :
a. Absensi dan salam
K 2 Menit
b. Tanya jawab tentang logika matematika dalam
K 3 Menit
kehidupan sehari-hari
K 5 Menit
Menyampaikan tujuan pembelajaran yang
berkaitan dengan materi yang akan diajarakan
dan direncanakan.
Kegiatan Inti:
Penguasaan Materi
3.
Guru menjelaskan kepada peserta didik tentang K 10 Menit
akan diterapkannya model pembelajaran
Quantum Teaching pada saat penyampaian materi
yaitu Materi logika matematika perlu disajikan
dalam suasana nyaman dan menyenangkan agar
peserta didik dalam mengikuti pembelajaran
mendapatkan hasil yang optimal, maka guru
4.
harus menggunakan model pembelajaran yang
sesuai untuk terciptanya suasana kelas yang
nyaman dan menyenangkan dan penggunaan tutor
sebaya dalam kelompok kecil saat menyelesaikan
soal-soal pada materi pokok logika matematika.
Guru menyampaikan sekilas tentang materi K 5 menit
pembelajaran yaitu Logika Matematika yang akan
5. dipelajari sebagai pengetahuan awal peserta didik
Guru menjelaskan materi tentang logika K 45 Menit
matematika dengan menerapkan model
pembelajaran Quantum teaching untuk
menciptakan suasana kelas yang menyenangkan
agar sistem belajar mengajar lebih optimal.
Penutup
10.
Guru dan peserta didik menyimpulkan hasil K 5 Menit
belajar pada materi tersebut.
11.
Secara individual peserta didik diberi pekerjaan I 5 Menit
rumah.
12.
Salam
Keterangan : I = Individual ; P = Berpasangan ; G = group ; K = Klasikal
V. Alat/sumber bahan : Penggaris, kapur tulis, spidol, papan tulis, LKS, buku paket Kelas XI
semester II.
VI. Penilaian :
1. Prosedur Tes:
a. Tes Awal : Ada
b. Tes Proses : Ada
c. Tes Akhir : Ada
2. Jenis tes :
a. Tes Awal : Lesan Essay
b. Tes Proses : Pengamatan
c. Tes Akhir : Tertulis
3. Alat Tes : TeralmpirEssay.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
SIKLUS II PERTEMUAN II

Satuan Pendidikan : SMAN 1


Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : XI/II
Alokasi Waktu : 2 X 40 Menit
Pertemuan : II
Standar Kompetensi : Menggunakan logika matematika dalam pemecahan masalah yang
berkaitan dengan pernyataan majemuk dan pernyataan berkuantor
Kompetensi Dasar : Menentukan nilai kebenaran dari suatu pernyataan majemuk dan
pernyataan berkuantor
Indikator
1. Menentukan nilai kebenaran dari suatu pernyataan majemuk.
2. Menentukan ingkaran dari suatu pernyataan majemuk.
3. Menentukan nilai kebenaran dari suatu pernyataan berkuantor.
4. Menentukan ingkaran dari suatu pernyataan berkuantor.

I. Tujuan Pembelajaran
1. Peserta didik dapat Menentukan nilai kebenaran dari suatu pernyataan berkuantor.
2. Peserta didik dapat Menentukan ingkaran dari suatu pernyataan berkuantor.
II. Materi Ajar : Logika Matematika.
III. Metode Pembelajaran :
1. Model Pembelajaran : Quantum Teaching, Tutor Sebaya
2. Metode Pembelajaran : Kombinasi ceramah, tanya jawab, diskusi, dan pemberian tugas
VII. Langkah-langkah Pembelajaran

Pengorganisasian
No Kegiatan Pembelajaran
Siswa Waktu
1.Pendahuluan:
2.Apersepsi :
c. Absensi dan salam
K 2 Menit
d. Tanya jawab tentang logika matematika dalam
K 3 Menit
kehidupan sehari-hari
K 3 Menit
Menyampaikan tujuan pembelajaran yang
berkaitan dengan materi yang akan diajarakan
dan direncanakan.
Kegiatan Inti:
Penguasaan Materi
3. Guru menjelaskan kepada peserta didik tentang K 3 Menit
akan diterapkannya model pembelajaran
Quantum Teaching pada saat penyampaian materi
yaitu Materi logika matematika perlu disajikan
dalam suasana nyaman dan menyenangkan agar
peserta didik dalam mengikuti pembelajaran
mendapatkan hasil yang optimal, maka guru
harus menggunakan model pembelajaran yang
sesuai untuk terciptanya suasana kelas yang
nyaman dan menyenangkan dan penggunaan tutor
sebaya dalam kelompok kecil saat menyelesaikan
soal-soal pada materi pokok logika matematika.
4. Guru menyampaikan sekilas tentang materi K 5 menit
pembelajaran kembali yaitu Logika Matematika
yang akan dipelajari sebagai pemahaman lebih
mendalam peserta didik
5. Guru membagi peserta didik dalam 6 kelompok K 5 Menit
dengan tiap kelompok beranggotakan 7 peserta
didik dengan 1 peserta didik sebagai tutor yang
kemampuannya lebih tinggi dari teman satu
kelompoknya.
6. Guru Guru memberikan LKS untuk dikerjakan K 2 Menit
secara kelompok.
7. Tiap-tiap kelompok mengerjakan lembar kerja G 10 Menit
yang dipimpin oleh masing-masing ketua
kelompok sebagai tutor sebaya.
8. Masing-masing wakil dari anggota kelompok G 10 Menit
mengerjakan lembar kerja di papan tulis.
9. Guru mengajak peserta didik untuk bertepuk K 2 Menit
tangan pada saat akhir presentasi untuk
merayakan keberhasilan para peserta didik dalam
melaksanakan diskusi kelompok dan presentasi
mereka.
Penutup
10. Guru dan peserta didik menyimpulkan hasil K 5 Menit
belajar pada materi tersebut.
11. Secara individual peserta didik diberi tes evaluasi I 30 Menit
untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman
peserta didik tentang materi logika matematika
yang telah dipelajari
12. Salam
Keterangan : I = Individual ; P = Berpasangan ; G = group ; K = Klasikal

IV. Alat/sumber bahan : Penggaris, kapur tulis, spidol, papan tulis, LKS, buku paket Kelas XI
semester II.
V. Penilaian :
1. Prosedur Tes:
a. Tes Awal : Ada
b. Tes Proses : Ada
c. Tes Akhir : Ada
2. jenis tes :
a. Tes Awal: Lesan Essay
b. Tes Proses : Pengamatan
c. Tes Akhir: Tertulis Essay.
3. Alat Tes : Teralmpir

Anda mungkin juga menyukai